Bak Air dan Minyak

Pairings: Naruto and Hinata (Slight SasuSaku)

Rated: T

Genre: Drama/Friendship

Disc. : Kishimoto-sensei is Da Best

Summary: Hinata sangat membenci Naruto. Begitu pula sebaliknya. Kepribadian mereka yang jauh berbeda membuat mereka seperti Air dan Minyak!

OoO

Note: Disini saya buat Hinata lebih terlihat buas! Be careful!

Dan saya juga membuat Hinata seseorang yang sangat tidak pemalu! Tidak seperti aslinya!

OoO

"Ouch!" teriak seorang gadis cantik yang terjatuh dari tempat asalnya berdiri. Siapa lagi selain gadis yang memegang teguh nama "Blueberry Girl" di sekolahnya-Konoha High School. Hyuuga Hinata.

"Kalau lari, hati-hati dong!" teriak Hinata kepada sosok yang menabraknya tadi. Seorang lelaki berambut kuning dan berkumis. Tapi, itu bukan kumis yang biasa anda lihat di tv. Kumis itu berada di pipi. Dia sangat terkenal di sekolahnya dengan sebutan "Pembuat Onar no. 1". Uzumaki Naruto

"Heh, Bluberi gal, lu juga lihat-lihat dong tempatlu berdiri! Berdirinya di tengah jalan pula!" teriak Naruto lalu kembali berlari.

"Damn it, you banana's hair!" teriak Hinata.

"Sudahlah, Hinata, kau bisa membalas perbuatannya nanti!" ucap Tenten, teman sekelasnya yang berambut coklat dan bercepol dua. Anak yang manis. Sayang tomboy.

"Ugh, jika aku berhasil menemukannya, aku akan menghancurkannya sampai remuk!" ucap Hinata sambil berdiri dan merapikan roknya.

"Haha…" ucap Tenten. "Ayo ke kelas!"

oOo

Hinata memang sangat membenci Naruto. Sejak anak baru itu hadir, Hinata sering dibuat kesal olehnya. Setiap mereka bertemu, mereka selalu ribut dan puncaknya pada perkelahian. Teman-temannya memang selalu mencegah perbuatan mereka. Tetapi, tak kadang juga teman-temannya sampai kelelahan karena kedua-duanya begitu kuat dan ganas seperti anjing dan kucing. Karena itulah, mereka sering disebut "Air dan Minyak" atau "Anjing dan Kucing" tapi, mereka lebih sering disebut "Air dan Minyak"- Tidak akan pernah menyatu. Tapi, tak kadang juga Hinata sering diejek sebagai "Pacarnya" Naruto karena sering bertengkar. Begitu pula Naruto.

oOo

Krriiinnggg… Bel berbunyi panjang yang menandakan bahwa sudah saatnya untuk masuk ke kelas.

Ketika masuk kelas, Hinata langsung melihat pemandangan tidak enak di kelasnya. Sakura… secara tak sengaja mencium bibir Sasuke! Hal itu disebabkan oleh Naruto yang mendorong tubuh Haruno Sakura si gadis berambut pink dan membuatnya terjatuh tepat di tubuh Sasuke dan mencium bibir Uchiha Sasuke si Pangeran Tertampan secara tak sengaja!

Hinata yang merupakan salah satu fans Sasuke merasa sakit hati dan berlari ke luar kelas.

"Hi-Hinata!" teriak Tenten

Hinata berlari dan terus berlari hingga ia masuk ke wilayah toilet wanita dan memasuki salah satu toiletnya yang kosong. Biasanya, ketika bel sudah berbunyi, banyak gadis-gadis yang datang sengaja ke toilet hanya untuk melindungi diri dari serangan guru-guru mereka yang ganas. Ada yang hanya untuk menenangkan diri termasuk Hinata. Ada yang memang ingin ke toilet. Ada yang ingin ber-make up disana. Dan ada juga yang ingin berbincang-bincang dengan teman-temannya. Akhirnya, semua yang sering masuk ke toilet itu disebut "Penghuni Toilet Wanita" yah… termasuk juga Hinata…

Hinata yang bersembunyi di salah satu toilet itu menangis. Hinata menyadari bahwa bukan hanya dia yang merasa sakit hati. Diam-diam, di toilet sebelahnya juga ada yang menangis. Dia adalah seorang gadis berambut blonde panjang diikat dengan mata turquoise yang indah-Yamanaka Ino.

Ino juga seorang gadis yang merupakan fans berat Sasuke.

"Hey, dengar-dengar, si Pangeran Tertampan itu sudah pacaran tahu sama si Jidat Lebar itu!" ucap seorang gadis yang sedang bergosip dengan teman-temannya.

"Ah, masa? Masa Pangeran Tertanpan itu pacaran sih dengan si Jidat Lebar itu? Kaya "The Handsome and The Beast" ajaaa…" ucap teman si gadis itu diikuti dengan tawa teman-temannya.

Sakura memang satu-satunya wanita yang terdekat dengan Sasuke. Mereka selalu terlihat jalan berduaan. Karena itulah fans-fans Sasuke yang jumlahnya hampir satu sekolah ini membencinya. Menyindirnya. Dan menjauhinya. Sakura sudah tidak memiliki teman sekalipun. Setiap hari dia disindir sebagai "Playgirl" atau "Jidat Lebar Pelacur" di sekolahnya. Yah… mungkin dia takkan disindir seperti itu lagi. Sebab, hari ini adalah hari terakhir di sekolah ini dan tinggal menunggu pengumuman kelulusan 5 hari kedepan.

Waktu liburnya bisa dibilang cukup lama. Sekitar 6 bulan. Katanya waktu libur itu untuk mencari Universitas yang baik, menghabiskan waktu untuk Refreshing, dan lain lain. Terserah murid-muridnya lah mau ngapain saja di waktu liburan itu. Iya tidak?

'Aku ingin tahu, apakah perkataan mereka benar atau tidak ya?' ucap Hinata dalam batin.

oOo

Aku tahu ini adalah hari terakhirku untuk masuk ke toilet wanita itu lagi. Aku tidak akan masuk kesana lagi dan menjadi penghuninya lagi sebab sebentar lagi aku akan lulus dari sekolah ini.

oOo

Hinata yang masih heran dengan perkataan gadis-gadis penggosip itu datang ke rumah Sakura. Saat itu pasti Sakura sudah sampai di rumah. Sebenarnya dia tidak ingin menanyakan tentang kejadian di sekolah tadi bersama Sasuke, tapi ia ingin membuktikan hubungannya denganSasuke seperti yang tadi dibilang gadis-gadis itu.

Ting tong…

"Hal- oh! Hinata? Apa yang kau lakukan disini?" ucap Sakura yang terkejut melihat Hinata datang mengunjunginya.

"Aku kesini untuk menanyakan sesuatu…" ucap Hinata dengan tampang serius.

"Tentang apa?" ucap Sakura

"Tentang hubunganmu dengan Sasuke…"

"…"

"Apa benar kau sudah berpacaran dengannya?"

"Haah… Hinata, sebenarnya aku tak ingin mengatakan hal yang sesungguhnya ini karena takut menyakitimu yang merupakan fans Sasuke tapi… sebenarnya aku dan Sasuke sudah menikah" ucap Sakura tanpa tanggung-tanggung.

Hinata merasa jantungnya berhenti. Matanya membulat seakan tidak percaya. Tubuhnya membeku. Hatinya hancur bagaikan cermin pecah. Rasa sakit menjalar di hatinya. Sungguh tidak dapat dipercaya.

Hinata kembali tenang dalam sekejap. "Haha… kau pasti bercanda"

"Tidak. Aku tidak bercanda. Lihat" ucap Sakura serius sambil menunjukkan cincin di jari manisnya. Tetulis tulisan 'SS forever'

Hinata kembali membeku. Hatinya benar-benar sudah hancur dan tak dapat di satukan lagi. Kecintaannya kepada seorang Sasuke sudah benar-benar…

Hancur

"Tapi kenapa…?" ucap Hinata perih

"Aku… terpaksa melakukannya demi keluargaku. Ayahku sakit parah dan sudah berkali-kali menjalani operasi dan itu semua memakan biaya sangat banyak. Semua tabungan ayah, ibu, aku dan kakakku habis cuma untuk biaya operasi ayah. Dengan sengaja, ibuku mencoba untuk menjodohkanku dengan Sasuke yang berasal dari keluarga kaya raya. Dengan menikahi Sasuke, biaya operasi dan rawat inap ayahku bisa tertolong dengan bantuan keluarga Uchiha…" ucap Sakura. "Sejak saat itu aku sudah benar-benar mencintainya sejak pandangan pertama. Selain itu dia juga mencintaiku. Lalu dengan cepat kami menikah dan ekonomi keluarga kami kembali stabil"

Hinata terdiam. Dia berpikir, apabila dia terus memaksa Sasuke untuk putus dengan Sakura, mungkin ayah Sakura sudah tiada…

Hinata memaklumi keadaan Sakura yang berjuang untuk membuat keadaan ayahnya membaik. Sekarang, dia memutuskan untuk tidak membenci Sakura lagi. Tidak mencintai Sasuke lagi karena dia telah mempunyai istri.

"Aku sengaja tidak memberi tahu seorang pun tentang masalah ini terkecuali kamu. Jika seluruh sekolah tahu bahwa aku telah menikah dengan Sasuke… kau tahu 'kan?" lanjut Sakura.

"Ya…" ucap Hinata. "Kau bisa terbunuh oleh fans-fans Sasuke itu"

Sakura mengangguk.

Yah… apa boleh buat. Jaga istrimu baik-baik ya, Sasuke…

"Sakura…" ucap Hinata

"Ya?"

"Bolehkah aku menjadi temanmu?"

Sakura terkejut melihat Hinata yang dulu sangat membencinya sekarang ingin menjadi teman dengannya. Ada apa ini?

"Hinata… kau…"

"Ti-tidak apa-apa kok! Aku sudah memaklumi hubunganmu dengan Sasuke… aku benar-benar ingin menjadi sahabatmu…" ucap Hinata dengan muka blushing.

Sakura tersenyum. Dia menyadari bahwa akan ada teman yang mau bersamanya sebagai Sahabat.

oOo

Hari pengumuman kelulusan pun tiba. Semua murid berdesakan karena ingin melihat name-nya. Termasuk juga Hinata. Karena dia tomboy dan ditakutin oleh wanita-wanita di sekolah, akhirnya ketika Hinata datang dan berteriak "Hooiii! Minggir dong! Mau lihat nih!" semua langsung terdiam dan memberikan tempat untuk berjalan menuju papan pengumuman itu. Hinata berjalan dengan pandangan angkuh seperti Ratu. Diikuti Sakura yang tertawa kecil melihat tingkah laku sahabat barunya itu.

"Yes! Omigosh! Aku LULUS!" teriak Hinata sambil melompat riang dan tersenyum lebar.

"Haha! Aku juga Hinata!" teriak Sakura

"Yay! Kita berdua lulus!" teriak Hinata sambil memeluk Sakura erat-erat.

"H-hhh… Hina-ta… aku gak bisa bernafas…" ucap Sakura

"Oh, ok!" ucap Hinata sambil melepaskan pelukannya.

Semua orang hanya melihatnya dengan tatapan what-the…

Hari ini, seluruh anak-anak kelas XII 100% lulus. Ini merupakan sebuah kebanggaan sekolah karena telah berhasil meluluskan seluruh murid-murid kelas XII 100%. Seluruh murid pun melepas topi sekolahnya dan melemparkannya ke udara sambil tertawa riang. Tentu saja Naruto yang penuh kejutan itu tidak ketinggalan hebohnya. Rupanya Naruto sudah menyiapkan petasan dan DUAR! Petasan warna-warni memenuhi lapangan sekolah yang sedang seramai-ramainya ini. Anak laki-laki menyemprotkan spray berwarna ke setiap baju anak-anak. Naruto juga sudah menyiapkan balon air dan tepung untuk ditaburi ke seluruh murid yang lulus. Dan pesta yang sangat-tersangat meriah pun dimulai.

"Duar! Duar!"

"Kyaaa!"

Pokoknya sekolah sudah seperti lapangan yang dirancang untuk pesta yang amat teramat besar.

Duk!

"Haah… haa…" ucap Sakura dan Hinata sambil duduk di kursi sebelah lapangan. Mereka kelelahan dengan pesta besar-besaran itu. Bajunya benar-benar dipenuhi oleh tepung, air dan corak warna-warni karena spray. Begitu pula muka, tangan, seluruh anggota badan.

"Kau haus? Ini, aku punya minuman dingin untukkmu" ucap Hinata sambil memberikan minuman dingin kepada Sakura

"Terima kasih, Hinata" ucap Sakura sambil tersenyum dan meminum minuman itu.

"Oh ya, Sasuke mana?" ucap Hinata.

"Umm… kayaknya masih di lapangan…" ucap Sakura.

"Haah… senangnya… aku tidak pernah melihat pesta yang sangat besar seperti ini seumur hidup" ucap Hinata.

"Hah? Benarkah?" ucap Sakura.

"Entahlah…" ucap Hinata sambil melihat lapangan dan tersenyum.

I love this day…

oOo

Sudah berminggu-minggu ini aku terus berusaha mencari universitas yang bagus untukku yang seorang penyanyi. Hm… aku tahu kalau universitas kesenian adalah yang terbaik untukku. Terapalagi jika universitas itu adalah Art and Culture University yang berada di Aizuwakamatsu itu. Tetapi… jarak kota itu dengan kota tempatku tinggal sangat jauh… sedangkan di Konoha hanya ada Universitas Hukum. Dan itu pun cuma satu! Apakah aku harus pindah tempat tinggal di sana? Haruskah aku…? Ah… aku tidak terlalu mahir dalam hal hukum dan rasanya tidak mungkin masuk ke Universitas Hukum itu dengan nilai seperti ini. Haah…

oOo

-Di Kafe Konoha-

"Uuh… benar-benar membingungkan!" ucap Hinata sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Yah… kalau begitu dengan terpaksa kau harus pindah ke kota Wakamatsu, Hinata" ucap Sakura dan menyeruput kopinya.

"Ta-tapi… jangankan aku berani tinggal di kota Wakamatsu, di rumah nenekku pun aku tidak mau!" bentak Hinata

Sakura menghela nafas panjang untuk menghadapi kelakuan sahabatnya ini. "Hinata, ini adalah tes untuk menguji kemandirianmu. Kau harus bisa mandiri mulai dari sekarang. Kau kan sudah 18 Hinata… kau harus bisa mandiri. Lihat saja aku, aku hidup mandiri sebagai istri Sasuke. Tiap hari aku bangun pagi-pagi dan membuatkannya sarapan. Ketika di rumah aku langsung melaksanakan pekerjaanku sebagai ibu rumah tangga. Mencuci baju, memasak, menyetrika… itu adalah bukti bahwa aku sudah bukan anak kecil yang hidupnya tergantung dengan orang lain!"

Hinata terdiam. Perkataan Sakura benar. Dia bukan anak kecil lagi. Dia adalah Hinata. Hyuuga Hinata yang tak kenal dengan kata 'menyerah'.

"Tapi… kalau aku tidak diterima?" ucap Hinata dengan perasaan sedih sedikit.

"Tenanglah… nilai seni budaya-mu kan bagus. Malahan yang tertinggi di kelas XII-B kan?" ucap Sakura sambil tersenyum.

Hinata terdiam lagi.

"Aku juga akan pindah bersamamu. Lagipula tujuan kita sama, menuntut ilmu di universitas seni" ucap Sakura sambil tersenyum lagi.

Kau memang benar-benar sahabat sejati, Sakura…

"Be-benarkah? Aku terharu nih…" ucap Hinata. "Ngomong-ngomong, kau akan mangambil jurusan mana?"

"Aku akan mengambil jurusan seni musik" ucap Sakura.

Hinata terbelalak mendengarnya. "Benarkah? Bearti kita sama dong!"

"Hmm… ya" ucap Sakura sambil tersenyum… lagi.

"Aku senang jika ada seorang teman yang benar-benar searah dan sependapat denganku… teman seperti itu jarang sekali. Walaupun aku juga mempunyai seorang teman dekat, tapi kamu-lah yang paling nge-pas denganku" ucap Hinata sambil tersenyum.

"Yah… aku juga sama. Terapalagi aku tidak mempunyai teman sekalipun kecuali kamu…" ucap Sakura sambil menyeruput lagi kopinya.

"Wah… kau benar-benar… super pas untuk menjadi sahabatku!" ucap Hinata.

Dan sekali lagi Sakura tersenyum.

"Aku sudah memutuskan, aku akan pindah dan tinggal di kota Aizuwakamatsu!" ucap Hinata sambil mengeluarkan senyumnya yang paling lebar.

"Baik! Kapan kita akan berangkat?" ucap Sakura.

"Paling tidak 1 minggu lagi. Ok?" ucap Hinata sambil mengacungkan jempol.

Sakura tersenyum dan mengangguk pelan.

"Yahooooo! Aku akan mencoba untuk mandiri!" teriak Hinata. Tapi seketika ekspresi Hinata yang luar biasa itu hilang. "Ta-tapi… jika kamu akan pindah dan tinggal bersamaku, Sasuke-nya gimana?"

"Tenang… Sasuke akan mengijinkanku… tenanglah…" ucap Sakura sambil berkedip.

Gluk! Hinata tersedak dengan kedipan Sakura. Sakura begitu cantik… berbeda dengannya… Oh my…

oOo

Aku memang senang jika ada seseorang yang searah denganku… yah… walaupun aku memang membencinya… tapi itu dulu! Aku sudah benar-benar memaklumi hubungan Sasuke dan Sakura sekarang.

Sakura… apa kau tahu? Sebenarnya aku mengagumimu karena kecantikanmu dan kepintaranmu. Serta kesabaranmu. Aku ingin seperti kau, Sakura… tapi aku lebih baik menjadi diriku yang sekarang… ya, kan?

oOo

"A-apa? Kenapa kau tidak mengijinkanku, Sasuke?" teriak Sakura ketika di rumah.

"Kenapa? KENAPA? Jelas-jelas jika kau pindah ke kota lain saja sudah bearti kita berpisah! Nanti orang tua kita akan curiga, Sakura… lalu, bagaimana dengan kebutuhan seksualku? Apa harus kupenuhi dengan wanita lain? Menikah dengan wanita lain dan menceraikan dirimu?" bentak Sasuke.

Hinata yang berada di belakang Sakura menegukkan ludahnya. Sasuke benar-benar galak seperti singa…

"Aku sudah bilang ke orang tuaku dan orang tuamu. Mereka semua setuju. Lagipula kita masih 18, Sasuke… jika kita mau membuat anak, lain kali sajalah! Lagipula, jika aku pindah nanti, orang tuamu akan mengirimkan kakakmu untuk tinggal bersamamu" ucap Sakura tanpa rasa takut walau Hinata yang di belakangnya sudah keringat dingin.

Sasuke menghela nafas panjang… sebagai suami, dia harus menerima keadaan Sakura kapan pun dan dimana pun. Sakura memang benar. Mereka masih 18 tahun. Mereka masih punya sesuatu yang penting selain kerumah tanggaan mereka. Yaitu sekolah. Menimba ilmu dan meraih mimpi. Itulah kewajiban mereka.

"Baiklah, aku merelakanmu pergi. Tapi ingat, jangan lupa untuk selalu mengabari keadaanmu. Kau mengerti?" ucap Sasuke.

Sakura menatap Hinata dan tersenyum lebar. Lalu Sakura menatap Sasuke lagi dan…

"Arigatou, Sasuke, my love" ucap Sakura setelah memberikan ciuman singkat di bibir Sasuke.

"Hn"

oOo

-1 minggu kemudian-

Setelah mendapat persetujuan dari seluruh pihak keluarga Sakura dan Hinata, mereka pun berangkat. Naik pesawat tentunya.

"Daah, Sasuke, ibu, ayah, kakak!" teriak Sakura sambil melambaikan tangannya kepada anggota keluarganya yang beberapa meter di belakang Sakura.

"Semoga berhasil ya, Sakura!" ucap ibu Sakura.

"Dadah, ayah, Hanabi!" ucap Hinata sambil tersenyum lebar dan melambaikan tangannya.

"Hati-hati ya, kak Hinata!" teriak Hanabi.

"Ya!" teriak Hinata.

Mereka pun berangkat.

Tetapi, diam-diam ada sepasang mata yang mengintai mereka. Siapakah dia?

oOo

Aku harap, aku diterima di universitas itu… tapi… rasanya ada yang aneh… kenapa ya?

oOo

To Be Continued

oOo

Yosh! Ini fic pertama saya…!

Yup! Chapter depan akan saya tulis secepatnya jika sempat.

Saya rasa ini akan menjadi fic terpanjang saya…

Kalau alurnya kecepatan, dimaafin ya… maklum, saya memang begitu…

Kalau ada yang typo juga tolong dimaafin.

Anda ingin tahu kenapa Hinata sifatnya menjadi agresif dan tomboy? Saya memang sengaja membuat Hinata seperti itu karena hal itu akan bersangkutan dengan chapter kedepan.

Yah… mungkin saya juga membuat chapter ini lumayan pendek juga karena akan bersangkutan dengan chapter nanti.

Review?