Sebuah kasus pembunuhan ya, ini menarik sekali bukan?. Miki Furukawa sibuk bergulat dengan ponsel. Tugas sebagai pembawa berita sekolah tidak lepas dari asumsinya untuk menjadi penguntit.
Ini pekerjaan yang tidak sopan, gadis berambut orange terang itu mulai menutup ponselnya.
''Kiyoteru hiyama, guru bimbingan konseling itu mati dengan mengenaskan'', ujar gadis berambut blonde yang diikat ke samping dengan takut.
''Apakah anda melihat kejadiannya secara langsung?'', Miki berusaha memelankan nadanya selembut mungkin mengetahui gadis disampinya tipe anak yang mudah menangis.
''Ya, aku tidak bohong!, saat itu sensei sedang berjalan melewati lorong, dan.. dan'', Neru Akita mulai mengeluarkan air mata lagi. Oh ayolah ini sudah kelima kalinya ia menangis boleh kutekankan lagi LIMA KALI.
Miki menyentuh leher korban, dengan serbet. Sudah diduga korban mati ditembak tiga menit yang lalu. Mungkin saatnya untuk menelpon polisi.
Neru Akita, saksi yang mengaku melihat kejadian langsung, segera melirik jam tangannya. Kedua mata gold miliknya menatap Miki khawatir.
''Emm ano etto'', ucapnya tertahan.
''Aku tahu, aku tidak mencurigaimu sekarang pergilah'', kata Miki dengan tatapan tajam.
Setelah saksi mata pergi, membuat pelacakan menjadi semakin sulit. 'Miki kenapa kau begitu bodoh', batinnya dengan menghina diri sendiri.
SMP Sakura Yowane dihebohkan dengan berita yang menggemparkan. Guru Kiyoteru Hiyama mati mengenaskan, dan mayatnya tergeletak di lantai. Korban diperkirakan mati tiga menit yang lalu dengan bukti tanda peluru di lehernya.
Miki menghentikan kegiatan menulisnya, berita ini sudah cukup dari kata berita biasa, ini bahkan sungguh menakjubkan. Miki menatap sekeliling dan menatap seonggok mayat itu dengan iba.
kematian selalu ada waktunya..
Neru berjalan melewati lorong dengan sedikit tertawa. Pistol kecil miliknya dimasukkan kembali kedalam saku. Ya dia pembunuhnya, dan tidak ada yang tahu.
''Miki Furukawa, kau adalah orang bodoh yang pernah aku temui''
