Hei. Kau ingat hari itu? Hari di mana kita berpisah.
.
...:::...
Hetalia Axis Powers / Hetalia World Series © Hidekaz Himaruya
Kala Itu Langit Menangis © reiriichi
...:::..
.
Kau ingat? Jauh dalam ingatan, jauh dalam kenangan, jauh ke dalam. Semua itu yang kau pendam, yang kau kenang, selama kau masih memiliki ingatan, dalam suatu kenangan. Yang menyenangkan, yang menyedihkan. Semua itu, hei, kau ingat?
.
Kau ingat? Kala itu langit menangis. Seperti sekarang. Dan penguasa malam tak mau bersinar terang. Penguasa malam bersembunyi, menutup diri, di atas gelap, tapi ia tak sendiri. Ia hanya tertutupi.
Kau ingat, 'kan? Hari itu. Semuanya berakhir. Semua. Yang kau mulai dan kau sendiri yang mengakhiri. Semua berakhir begitu saja. Begitu saja. Kau datang, lalu kau pergi. Dan sampai sekarang tak pernah kembali lagi. Sampai sekarang.
.
.
.
Kala itu langit menangis. Setiap tahun langit menangis, pada hari itu, pada tanggal itu, pada bulan itu. Setiap tahun, langit menangis bersamanya.
.
.
Aku benci pada birumu. Aku benci pada suaramu. Aku benci pada rengkuhmu. Dan aku sangat benci pada cium manismu. Yang semua selalu kudapatkan pada satu waktu. Aku benci semua itu. Hei, aku benci padamu.
.
"Arthur, tatap aku."
Aku benci pada birumu. Aku benci pada tatapan hangatmu. Aku benci cara kau memandangku. Aku benci karena kau membuatku tak bisa mengallihkan pandanganku dari matamu.
"Hei, Artie, jangan seperti itu dong. Artie, jangan mengacuhkanku. Artie, aku mau main."
Aku benci pada suaramu. Aku benci pada intonasi itu. Aku benci pada suaramu yang seperti anak kecil itu. Aku benci kau mengganggu konsentrasiku. Aku benci karena aku tidak bisa berhenti mendengar suaramu.
"Tenanglah, Arthur." Dan kau memelukku.
Aku benci pada rengkuhmu. Aku benci pada tanganmu yang melingkari pinggangku. Aku benci tanganmu yang mengusap punggungku. Aku benci karena kau membuatku tenang dengan pelukanmu.
"Diam, Arthur." Dan kau mendiamkanku dengan bibirmu.
Aku benci pada cium manismu. Aku benci pada kecupmu. Aku benci saat kau membungkamku. Aku benci saat kau menjarah rongga mulutku. Aku benci karena kau membuatku menginginkan ciumanmu.
Aku benci padamu, Alfred. Kau membuatku merasakan semua itu. Lalu, lalu, lalu... kau meninggalkanku.
.
.
.
Hei, kau ingat hari itu? Hari di mana kita berpisah. Kala itu langit menangis, kali ini pun langit masih menangis. Dan aku membencimu Alfred. Kau membuatku mencintaimu. Kau membuatku tidak bisa mencintai orang lain.
.
.
Tangan itu meraih kopi dari tatakan.
.
Karena kopi mengingatkannya pada Alfred. Membuatnya terus mengenang.
Aw, ini rencananya mau dipublish sebelum UN, tapi saya gak pede. Dan ini pun udah saya rombak habis-habisan. Kan aslinya ini tugas Bahasa Indonesia. Review?
