Konnichiwa, Minna-san.

Gimana kabar kalian hari ini? Semoga baik ya.

Maaf semua, kali ini Rin dateng dengan membawakan fic baru bukan malah melanjutkan fic Samurai Heart Chapter selanjutnya. Aslinya itu fic udah kelar tinggal dibaca ulang, diedit, dan publish. Cuma karena sudah janji gak boleh buka sampe sidang skripsi selesai, jadi belum berani buka lagi. Gomenasai.

Fic ini aslinya mau dibikin one shot, eh tapi kok malah kepanjangan dan jadi 2 chapter. Muuaf banget. Tapi Rin kasi yang satu chapter dulu ya. Hehehe.

Dan lagi-lagi jika ditanyakan ini pairing nya apa? Sudah jelas GinKagu. Eh nande? Ini cerita dari mimpi aslinya. Dan saya tuangin deh buat ngisi waktu. Teheee

Asli gak nyangka ternyata banyak juga yg suka itu pairing. Padahal saya mikir 'Alah pasti gak bakal ada yg baca.' Tapi makasih banget ya. Review dari fic Samurai Heart, nanti dibales di fic itu aja ya.

Yo.. daripada kelamaan, lebih baik langsung Check it out

.

.

.

Bahkan melihat mu yang merajuk seperti ini pun, aku suka. Selamat datang kembali, sayang.

.

.

.

Signal

Akira Ringo

Gintama © Sorachi Hideaki

.

.

.

Typo's (Everywhere),

AU,

Don't Like, Don't Read

.

.

.

Seorang gadis cantik termenung menatap beberapa orang yang lalu lalang di hadapannya. Tangannya yang bebas, terus menerus mengetuk bangku kosong disebelahnya. Walaupun pandangannya hanya menatap apa yang dihadapannya saja, tetapi kenyataannya pikirannya gelisah dengan apa yang dicarinya. Tampaknya ada seseorang yang tengah di nanti oleh gadis cantik berambut panjang ini.

"Orang bodoh itu. Jika bertemu lagi nanti, maka akan kuhajar habis-habisan dia. Seenaknya menggantungkan perasaan seorang gadis. Cihh." Gerutu gadis itu yang tidak kunjung mendapati kemunculan orang yang ia nanti.

Gadis itu beranjak dari kursinya. Penerbangan menuju planet yang ia tuju akan segera berangkat 5 menit lagi dan manusia satu itu tidak kunjung terlihat batang hidungnya. Demi manusia bodoh itu, Ia bahkan tidak mengabaikan pengumuman tentang kapal yang di naikinya akan segera berangkat.

"Kau menunggu manusia tidak berguna itu? Percuma saja. Ia hanya makhluk bodoh yang tidak mengerti temannya akan pergi." Seorang pria berkacamata menepuk pundak gadis itu.

"Itu benar. cepatlah naik ke kepal mu. Biar nanti kubantu dengan menghajarnya ketika aku bertemu dengannya." Temannya yang berambit ponytail disampingnya juga ikut berkomentar.

"Kalian.. terima kasih, teman-teman. Kalau begitu aku pergi."

"Jaga dirimu baik-baik. Pastikan kau akan mengunjungi kami jika ada waktu."

"Ehm. Itu pasti."

Gadis itu menggeret koper merah miliknya dan berjalan menuju kapal yang akan membawanya ke tempat yang ia tuju. Ia merasa kecewa. Padahal ia tadi berharap laki-laki tidak berguna itu akan mengantarkan keberangkatannya dengan sebuah senyuman atau bahkan pelukan. Kenapa laki-laki itu jahat sekali.

"Oi, nona berbaju cheong sam warna merah yang disana. bisakah kau hentikan langkahmu dan berbalik kesini?!"

Gadis itu menghentikan langkahnya.

Tanpa membalikkan badan pun, ia tahu siapa yang berani berteriak seperti itu di terminal keberangkatan dengan banyaknya orang yang memandang dia aneh. Bahkan gadis itu pun tersenyum mendengar teriakan itu. Laki-laki mana lagi yang berani melakukan hal bodoh itu dan tidak tahu malu selain dia.

Gadis itu membalikkan badannya. Dapat ia lihat laki-laki itu berdiri berjarak 50 meter darinya dengan terengah-engah. Oh dia berada disini pasti dengan memaksa masuk dan tanpa tiket. Dan pastinya dia juga menghajar petugas yang menghalanginya masuk ke tempat keberangkatan ini.

"Kau membuat kekacuan lagi?"

"Bukan diriku namanya jika aku tidak membuat kekacuan dimana tempatku berada. Dan kau.. mau meninggalkanku begitu saja tanpa berpamitan?" Laki-laki itu berbicara seraya berjalan menghampiri gadis itu.

"Sadarlah diri karena siapa aku meninggalkanmu? Bukankah tanpa berpamit juga salah satu hal yang kau suka?"

"Siapa yang bilang seperti itu? Apa si idol otaku itu?"

"Oh sudahlah. Kapalku akan berangkat sebentar lagi. Begini saja, aku berangkat dan sampai jumpa. Bye."

Gadis itu membalikkan badannya dan kembali berjalan menuju tempat kapal itu berada. Namun langkahnya terhenti saat laki-laki berbadan tinggi itu berdiri dihadapannya. Mata pria itu bahkan menatap serius ke arah gadis itu sekarang.

"Bukankah ayahmu mengajarkan agar jangan pergi sebelum mendengarkan perkataan orang lain hingga selesai?"

"Lalu?"

"Kau marah?"

"Melihat saja kau sudah tahu kan? Sekarang menyingkirlah dan kembali ke sana sebelum petugas yang tadi kau hajar mengejarmu. Kapalku juga akan segera berangkat 4 menit lagi."

Laki-laki itu bahkan tidak bergeming dari tempatnya. Melihat tatapan pria itupun, ia tahu jika menunggunya berbicara pun percuma. Lebih baik ia pergi. Dan dari jauh pun ia bisa melihat segerombolan petugas sudah meneriaki laki-laki ini dengan wajah kesal mereka. Dan memang lebih baik, ia menyingkir sekarang.

"Aku mencintaimu."

Satu kalimat itu membuat langkah nya kembali terhenti dan kembali berbalik menatap pria itu. Mata ruby pria itu bahkan tidak gentar menatap matanya. Ia benar-benar mengenal baik pria dihadapannya ini. Pria ini jika berbohong bola matanya akan terlihat bergerak ketika dipandangi. Tetapi mata ruby itu justru memandangnya serius. Tapi… apa telinganya ini tidak salah dengar?

"Kau pasti tidak mendengarkanku. Biar kukatakan sekali lagi padamu dan dengarkan baik-baik."

Pria itu mendekati gadis dihadapannya dan kembali menatap gadis bermata ocean blue itu.

"Aku mencintaimu, Kagura. aku akan menunggu kepulanganmu di Yorozuya. Maka dari itu, nikmati perjalanan mu."

Mendengar kata itu, bahkan gadis itu tidak sanggup berkata apa-apa dan hanya tertawa kecil. Melihat respon yang diberikan gadis itu, bahkan membuat kepercayaan diri pria ini goyah. Apa ada yang salah dari ucapannya?

"Apa… aku salah?"

Gadis berambut panjang vermillion itu menghentikan tawa nya. kepalanya menggeleng pelan.

"Tidak. bahkan aku berpikir, apa dengan aku yang akan pergi jauh kau baru akan mengatakan hal itu? kau cukup jahat, Gin-chan."

"Maaf. Aku memang bukan pria yang bisa berbicara jujur dihadapan wanita."

"Oh benarkah? Memang kau pikir aku tidak tahu jika selama ini kau asyik merayu gadis-gadis cantik dengan segala rayuan murahanmu?"

"Ka-Kapan aku pernah melakukan itu?! Itu bohong."

"Lagi? Kau mau menyangkalnya. Laki-laki pembohong memang kau ini, tuan Shiroyasha. Baiklah begini saja, aku tidak akan menjawab perasaanmu sampai kau mengobati penyakit kebohonganmu dan rayuan murahanmu itu."

"T-tunggu.. kenapa?"

"Kuberi waktu untukmu mengobati kedua penyakit parahmu itu selama aku tidak ada."

"O-Oi"

"Aku pergi dulu, Gin-chan. Tapi sebelumnya…"

Kagura berjinjit sedikit dan mengecup pipi kanan pria bermata ruby itu. Gadis itu memberikan senyum simpulnya dan berjalan menuju kapal nya.

"Sampai jumpa, Gin-chan."

Gintoki bahkan hanya terdiam mematung memegang pipi kanannya yang dikecup oleh gadis cantik berambut vermillion itu. Sampai Kagura sudah hilang dihadapannya pun, Gintoki masih terdiam dan hanya terus memegang pipinya.

"Oi kau yang berambut keriting silver disana, ikut kami ke pusat pengamanan."

"Beraninya kau masuk kesini tanpa tiket dan menghajar kami."

Bahkan saat dirinya sudah dikerumuni petugas keamanan dan diseret pun, ia masih memandangi kemana arah Kagura pergi.

"Aku… dicium olehnya."

.

.

.

Signal

Akira Ringo

.

.

.

Rabu 25 Desember, Musim Salju.

Hari ini adalah hari natal. Hari dimana semua orang akan merayakannya malam suka cita damainya natal. Tidak kalah dengan tempat lain, Kabukichou pun juga ikut merayakan hari penuh kegembiraan ini. Bahkan suasana natal sangat terasa, dengan berbagai ornament khas natal tertempel di setiap pintu rumah. Malam natal, pasti akan banyak orang yang keluar untuk merayakan entah bersama teman, sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Tapi bagaimana dengan the last samurai Kabukichou a.k.a pemimpin Yorozuya untuk merayakan malam menyenangkan ini?

Tuan Shiroyasha sudah siap duduk di depan pintu masih dengan baju hijau khas rumahnya. 2 jam sudah pria bersurai silver itu duduk manis menanti sesuatu yang sudah ia tunggu hampir 1 bulan ini. Ia yang merupakan tipe laki-laki yang tidak tertarik dengan acara konyol yang diadakan setiap natal seperti pergi keluar, sekedar berkumpul bersama teman, atau bahkan menunggu kehadiran santa claus pun, sekarang terlihat tertarik. Yah walaupun tertarik disini bukan berarti dia benar-benar menikmati acara itu.

Natal pertama setelah Kagura memutuskan mewujudkan impiannya dengan pergi mengikuti ayahnya ke luar angkasa, Gintoki mendapat teguran dari gadis manis itu agar natal pergi berkumpul bersama orang lain dan menikmati malam suka cita itu. Nyatanya? Oh pasti ia turuti perkataan gadis yato itu. Malam harinya Gintoki pergi ke rumah Shinpachi dan merayakan natal bersama-sama yang lainnya juga. Hal seperti itu ia laporkan ke Kagura dengan menuliskan surat padanya.

Natal kedua, Gintoki juga pergi ke tempat pesta natal sekaligus perkumpulan kawan Jouishishi nya seperti Katsura, Takasugi, dan Sakamoto. Pesta minum bir mereka lakukan hingga menjelang pagi. Ia bahkan menuliskan tentang kegiatannya seperti apa ke dalam surat lagi kepada Kagura

Dan ini adalah natal ketiga dimana nanti malam Gintoki juga akan menikmati malam suka cita ini di Smile club atas undangan pemilik host club yang mengatakan ia akan mengadakan pesta malam natal. Tapi sebelum ia menikmati pesta itu, seperti tadi yang sudah dijelaskan 'Shiroyasha' satu ini sedang menunggu sesuatu yang sangat ia nantikan kehadirannya. Ini bahkan lebih dari ia menunggu kehadiran santa claus ataupun keajaiban natal yang mungkin mustahil untuknya hadir, ia menunggu kedatangan pengantar surat yang selalu datang di hari rabu setiap bulannya.

"Cihh. Kenapa pengantar surat itu belum datang juga? Ini bahkan sudah 2 jam setengah aku menunggunya."

Pria yang masih setia menunggu kedatangan pengantar surat itu mulai menggerutu. Kagura hanya mengirim surat di hari rabu setiap bulannya. Dan Gintoki juga tidak tau pasti rabu tanggal berapa Kagura mengirimkan surat. Ini karena dia hanya sempat mengirim surat di hari itu saja. Selain hari rabu, ia sibuk dengan berkeliling antar planet bersama papinya. Dan bahkan bagi seorang Gintoki yang menunggu surat balasan di hari rabu pun, ia menantikannya.

Di hari itu, ia akan menolak pekerjaan yorozuya dan lebih memilih menunggu surat yang diharapkannya saja selama seharian. Jika sampai sore hari pengantar surat tidak juga datang, ia akan melakukan mogok kerja di hari kamis nya. Shinpachi yang melihat kelakuan pemimpinnya pun bahkan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

'Ting Tong'

"Tuan Sakata, ada surat untuk anda."

Mendengar suara bel dan suara pengantar surat, sudah membuat Gintoki lekas berdiri dan membuka pintu dengan kasar. Bahkan si pengantar surat pun hampir terjatuh karena ulah Gintoki.

"Oi tukang pengantar surat, aku sudah menunggu selama 2 setengah jam di depan pintu. Lain kali bisakah cepat? Cihh."

Gintoki meraih surat tersebut dan segera membawanya masuk. Pengantar surat itu bahkan masih terpaku di tempatnya berada.

Entah kenapa kebiasaan buruk Gintoki yang baru dengan memaki orang hanya karena keterlambatan sebuah surat saja, membuatnya bisa bersikap seperti itu. Hampir setiap ia mendapat kiriman surat, ia akan melakukan hal seperti itu jika si pengantar surat mengalami keterlambatan.

Begitu ia menyamankan posisi duduknya di sofa, Gintoki segera membuka surat tersebut. bahkan entah kenapa setiap surat yang ia terima, pasti memiliki aroma wangi yang menggelitik hidungnya.

'Untuk Gin-chan

Hai Gin-chan. Bagaimana kabarmu hari ini? Oh sepertinya surat ini kau terima saat hari natal pastinya. Selamat Natal untukmu. Kali ini aku ingin tahu acara apa yang akan kau datangi di malam natal ini. Apa ini acara bersama para wanita kali ini? Pasti menyenangkan untuk seorang pria lajang sepertimu.'

"Oi, Oi, kenapa dia bisa tahu aku akan pergi ke Smile club malam ini? Dan juga, aku tidak lajang. Gintoki milik si gadis Yato sekarang."

'Sesuatu yang menyenangkan bisa membaca segala macam kegiatanmu selama aku tidak ada disana. tapi sayangnya, selama beberapa bulan ini aku tidak akan bisa membalas surat-suratmu. Ini karena aku harus pergi ke sebuah planet yang sangat amat jauh bersama papi dan butuh beberapa bulan untuk menulis surat lagi. Aku harap kau mengerti.'

"Oi, Oi, apa lagi ini?! Apa yang dilakukan si Hage itu membawa milikku pergi jauh entah ke planet mana? Sudah gila ya si Hage itu? Apa dia belum pernah merasakan rasanya dihajar dengan maneuver 3D milikku?"

'Ingat untuk selalu jaga kesehatanmu dan selalu makan teratur. Jangan lupa untuk selalu giatlah dalam bekerja walaupun hanya ada Shinpachi disana. sampaikan salam ku untuk Anego dan yang lainnya.

Salam manis

Kagura'

"Tu-tunggu dulu. Sudah selesai? Begini saja? Dan hanya ingin mengatakan jika tidak bisa menulis surat lagi? SELAMA BEBERAPA BULAN?"

Perempatan siku muncul di dahi pria bertubuh tinggi itu. Gintoki berdiri dengan kesal dan menggenggam surat itu kuat-kuat.

"Akan kubunuh si Hage itu jika bertemu. Berani-beraninya membawa milikku seenak hati ke planet yang jauh. Dia pikir dia siapa, hah?!" Gerutu Gintoki dengan menghentakkan kakinya keras.

Tuan Shiroyasha ini sepertinya tidak sadar bahwa si Hage itu memiliki hak penuh atas gadis kesayangannya itu. Tapi Gintoki memang tidak pernah akur dengan Umibozu. Bertemu pun mereka akan selalu bertengkar dan selalu mencari keributan. Umibozu yang tidak suka jika putri kesayangannya di dekati oleh pria manapun terutama Gintoki. Dan Gintoki yang selalu risih dengan omongan konyol ditujukan untuk dirinya tentang 'Aku tidak mengijinkan putriku dekat dengan lelaki manapun terutama kau'.

Dulu memang Gintoki tidak begitu mempedulikan tentang kata-kata itu. Ia cenderung mengatakan bahwa gadis itu tidak memiliki daya tarik yang bisa membuatnya jatuh cinta. Tapi setelah tumbuh perasaan terhadap gadis cantik berambut vermillion itu, sekarang sudah berbeda lagi urusannya. Jika memang harus terjadi pertarungan antara ras yato terkuat tersebut dengan dirinya 'si Shiroyasha' demi mendapatkan putri kesayangannya, Gintoki selalu siap.

"Akan kutulis sebuah surat tantangan untuk si Botak tua itu. Mau melawanku rupanya orang tidak tahu diri itu."

Inilah sifat kekanak-kanakan miliknya. Tidak terima dengan segala perilaku ayah Kagura yang protektif terhadap putrinya. Tapi paham atau tidaknya, seorang ayah dalam memberikan perhatian kepada putrinya harus dengan cara seperti itu bukan? Dan sepertinya tantangan untuk meminang putri kesayangan si pemburu alien terhebat 'Umibozu' sudah dirasakan oleh si Shiroyasha ini. Entah bagaimana nanti ketika mereka bertemu nantinya.

.

.

.

Signal

Akira Ringo

.

.

.

Christmas Eve, Kabukichou

Gintoki berjalan santai menuju ke club dimana tempat dia diundang di malam pesta natal. Matanya bahkan menatap sinis setiap pasangan yang terlihat bahagia walau hanya dengan berpegangan tangan atau hanya sekedar bercanda saja. Pria tampan ini iri sebenarnya melihat pasangan lainnya bisa bermesraan di malam indah ini.

Jika di tanya dirinya bagaimana, ia bahkan hanya bisa mendecih sebal. Ia pasti hanya bisa menjawab 'Dia menjawab pertanyaanku saja belum, bagaimana mau dikatakan sudah memiliki status? Jangan bercanda.' Seperti itu kira-kira. Apalagi dengan dirinya yang ditinggal ke planet yang lebih jauh lagi. Butuh beberapa tahun lagi ia bisa bertemu gadis cantik itu?

Sampailah dia ke tempat yang dituju. Telinganya bisa mendengar berbagai suara tawa yang –mungkin- begitu menyenangkan dari dalam. Apa memang pestanya sudah dimulai?

"Yo, Gin-san. Kau juga baru sampai rupanya."

"Oh kau rupanya, Hasegawa-san. Kau juga diundang?"

"Eh. Begitulah."

"Sepertinya ini juga pesta bagi para kaum terpinggir juga."

"Hahaha… tidak perlu berbicara begitu kan. Ayo masuk."

Begitu pintu club tersebut dibuka, mata ruby nya dapat melihat banyaknya pengunjung yang datang. Dan pengunjung itupun juga berasal dari teman-teman kenalannya saja. Ada Shinsengumi, Yagyuu clan, Yoshiwara Hyakka, Doromizu clan, para okama dari klub milik Saigou, Sarutobi, Zenzou, Otae, dan Shinpachi. Jika ditambah dirinya dan Hasegawa, para makhluk penghuni Kabukichou dan sekitarnya sudah berkumpul disini.

"Kenapa tempat ini seperti pesta bagi para berandalan Kabukichou? Terlebih lagi, ini bukan pesta bagi para banci kan?"

"Oh Gin-san, kemarilah. Ayo berkumpul bersama kami."

Gintoki berjalan menuju kursi yang di tempati oleh Shinpachi dan yang lainnya. hanya saja kursi itu dipenuhi oleh para ketua dari berandalan itu dan juga orang yang lebih mengerikan dari para berandalan itu pastinya. Kenapa ini seperti pesta bagi para preman di beberapa wilayah?

"Ah Gin-san, aku sudah menunggumu. Selamat natal, darling. Aku sudah menyiapkan hadiah yang spesial untukmu."

"Diam kau, babi betina. Dan lagi, apa-apaan kursi disini? Kenapa yang menempati para orang berbahaya seperti kalian? Bukankah kalian harusnya bergabung dengan kelompok kalian?"

"Kami disini bukan hanya sekedar berkumpul, kami disini membicarakan sesuatu yang penting." Tsukuyo, pemimpin dari para Hyakka di Yoshiwara berbicara dengan gelas bir yang tersisa setengah. Sepertinya gadis itu sudah mabuk.

"Pembicaraan apa yang membuat para hiu seperti kalian berkumpul dengan membuat grup sendiri seperti ini? Apa bumi akan dihancurkan lagi?"

"Jangan menuduh hal sembarangan, Pako. Kami disini membicarakan seseorang yang akan dibawa oleh Sakamoto kesini untuk dipekerjakan di klub ini sebagai salah satu pegawai disini." Saigou Tokumori, pemimpin dari Kamakko club dan juga salah satu empat jenderal terkuat di Kabukichou menyerahkan segelas sake pada Gintoki dan menyuruhnya duduk.

"Itu benar. kudengar dia adalah ras terkuat. Dan katanya dia adalah kenalan Mutsu-san." Otae, orang yang menjuluki dirinya sendiri sebagai ratu Kabukichou dan juga manajer pengganti di Smile club ini mengomentari pernyataan Saigou.

"Mutsu? Rekan Tatsuma itu? Jangan-jangan yang kau maksud adalah orang itu dari klan.."

"Benar. klan Yato. Kabarnya orang ini dikenal sebagai Ratu dari klan yato." Yagyuu Kyubei calon pewaris klan Yagyuu juga ikut berkomentar menanggapi Gintoki.

"T-Tunggu. R-R-Ratu?! Itu berarti…"

Shinpachi menganggukkan kepalanya "Ah! Dia akan segera kemari didampaingi Sakamoto-san dan juga Mutsu-san."

Bagai tersambar petir, Gintoki memaku di tempat ia duduk. Ratu yato bukankah ini berarti orang tersebut merupakan orang terkuat di klan tersebut? lalu.. urusan orang hebat itu kemari apa untuk menaklukkan bumi? Tapi kenapa ini mendadak sekali?

Pintu klub tersebut terbuka lebar dan membuat semua yang ada di dalam terperanjat dan melihat siapa yang datang. Dan dari arah pintu tersebut juga, masuklah Sakamoto dan Mutsu yang dikawal oleh beberapa orang dari kelompok orang berpayung. Semua yang ada klub tersebut, bahkan dibuat terkejut oleh kemunculan mereka.

"Hay semua. Aku datang ingin menemui Ory- Buaghh"

"Kami datang kesini ingin bertemu manajer klub. Apa dia ada?" Mutsu mewakili pemimpin bodohnya dan berbicara pada salah satu pelayan club itu.

"Oh Mutsu-san. Selamat datang di Smile club. Hari ini manajer tidak sedang di tempat karena menikmati malam natal di tempat lain. aku yang menggantikan." Otae sebagai perwakilan manajer menghampiri Mutsu dan rombongannya.

"Begitu rupanya. kalau begitu aku akan mengenalkanmu pada kenalanku sesuai janjiku kemarin. Kaori, kemarilah."

Para pengawal dari klan yato membuka jalan bagi orang itu untuk lewat, dan dari belakang muncul seorang gadis cantik berpakaian baju dress cheongsam berwarna biru dan dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai. Gadis itu tersenyum manis pada Otae.

"Selamat malam. Namaku Kaori. Mohon bantuannya."

Para pengunjung yang melihat kemunculan gadis itu, berdecak kagum dengan kecantikan gadis bertubuh seksi itu. Belahan dress cheongsam yang mencapai hampir sepinggulnya pun, memperlihatkan kulit putih pucat khas yato, ditambah dengan sepatu high heels hitamnya yang elegan, dan juga rambut hitamnya yang ia biarkan tergerai dengan sebuah jepit rambut khas yang menambah kesan cantik untuknya, membuat semua orang terus memandanginya dengan kagum.

Gadis itu memandangi satu orang yang sedari tadi terpaku menatapnya tanpa berkedip. Laki-laki berambut perak itu bahkan berdiri dan matanya terlihat membelalak kaget melihat kemunculannya. Merasa lucu dengan ekspresi pria itu, Ia melambaikan tangannya dan memberikan senyum untuk laki-laki itu.

"E-eh Kaori-san, seperti kabar yang kudengar. Kau memang seorang ratu Yato yang cantik. Selamat datang di Smile club. Namaku Shimura Tae. Aku juga seorang ratu sepertimu, Ratu Kabukichou. Salam kenal."

"Oh~ kau seorang ratu juga rupanya. luar biasa! Aku dapat bertemu dengan Ratu Kabukichou disini. ah bolehkah aku memanggilmu Tae-chan? Kau juga boleh memanggilku Kaori-chan."

"Tentu saja Kaori-chan. Kuucapkan selamat datang lagi padamu. silahkan kalian para teman-teman Kaientai dan teman-teman klan yato untuk menikmati pesta malam natal ini."

"Maafkan kami. Kami klan yato harus segera kembali ke kapal kami. Kami hanya bertugas mengantarkan Kaori-sama saja."

Kaori menatap para pengawalnya.

"Kalian tidak mau ikut berpesta?"

"Maafkan kami, Kaori-sama. Komandan sudah menunggu kami. Kami permisi dulu."

"Baiklah kalau begitu. Sampaikan salamku padanya. Katakan padanya jika ia kemari, aku akan memasakkan banyak makanan untuknya sebagai hadiah."

"Baik. Kami harap Kaori-sama sehat selalu."

"Terima kasih. Kalian juga. Hati-hati ya."

Kaori melambaikan tangannya pada para pengawalnya itu. Melihat reaksi dari seorang ratu kepada pengawalnya, justru membuat Otae mengernyitkan dahi. Sebenarnya karena alasan apa gadis ini ingin bekerja di tempat seperti ini?

"Tae-chan? Kenapa kau melamun?"

"A-ah tidak kok. Silahkan ke meja disana. mereka semua adalah teman-temanku."

Mengikuti Otae yang berjalan menuju kursi yang dia tunjukkan, Kaori sibuk tersenyum menanggapi panggilan yang diteriakaan oleh para pria berseragam hitam disetiap jalannya. Mutsu yang mengikuti gadis itu dari belakang hanya bisa menghela nafas saja melihat tingkah gadis itu.

"Oi Mutsu, bukankah sifat aslinya bukan seperti itu?" Sakamoto berbisik pada gadis di sampingnya.

"Aku hanya memintanya untuk tidak menunjukkan sifat aslinya dan selalu tunjukkan keramahan pada orang lain saja. Aku tidak menyangka ia akan seperti ini." Mutsu menggelengkan kepalanya.

"Tapi rencananya ini bisa dibilang cukup gila."

"Kita hanya bisa mengikuti apa maunya kan. Kau mau orang itu memporak-porandakan kapal mu dengan seluruh pasukannya? Walaupun aku juga klan yato, tapi kekuatanku tidak bisa menandingi mereka. Lagipula kita juga sudah mendapat banyak bantuan darinya soal dagangan kita. Setidaknya, ini yang bisa kita lakukan."

"Y-ya kau benar."

"Nah Kaori-chan biar kuperkenalkan kau dengan teman-temanku. Pertama adalah Gi.."

Dengan setengah teriakannya, Gintoki berjalan mendekati teman bodohnya dan memakinya.

"Tatsuma teme! Kemari kau."

Gintoki dengan kasar menarik kerah belakang Sakamoto dan menjauhi kumpulan mereka. Kaori bahkan hanya mengedipkan matanya dan melhat dengan tatapan aneh laki-laki berambut silver itu. Tapi… apa memang benar ada yang salah?

"Apa.. ada yang salah denganku?"

"J-Jangan kau pikirkan, Kaori-chan. Mereka memang suka begitu jika bertemu."

Merasa sudah jauh dari kelompok itu, Gintoki melepaskan kerah baju Sakamoto dan memojokkannya.

"Teme, apa yang coba kau lakukan dengan membawa ratu yato itu kemari?! Kau mau membuat planet bumi hancur sekali lagi, hah?!"

"T-Tunggu dulu Kintoki. Ada alasan yang jelas kenapa gadis itu meminta bekerja disini."

"Jelaskan padaku dalam 30 kata."

"Kau tahu kan jika aku seorang saudagar antar planet. Aku bertemu dengannya di salah satu planet yang ku kunjungi. dan yaa kau tahu aku melakukan balas budi padanya karena sesuatu."

"Balas budi? Apa lagi yang kau berikan sebagai balas budi? apa bumi ini?"

"Tidak, tidak, tidak, ini bukan lagi seperti saat Renho dulu. Aku mendapat banyak bantuan di planet itu karena ras nya. Dan tentu saja aku harus membalas budi kan? Gadis itu hanya meminta agar dirinya diperbolehkan bekerja disini dan mengenal lebih dalam lagi tentang bumi. Ia benar-benar tertarik dengan bumi."

"Jadi itu berarti…"

"Berarti?"

"ITU SAMA SAJA KAU MENJUAL BUMI DEMI KEPENTINGANMU SENDIRI, AHO!"

Gintoki menggoncang-goncangkan kerah Tatsuma dengan kesal. Ia bahkan tidak habis pikir dengan pria pemimpin Kaientai ini. Setelah kejadian Renho yang dengan teganya pria ini mengiyakan kesepakatan dengan para makhluk Renho dengan menggadaikan keselamatan bumi, sekarang dia ingin menggadaikan keselamatan bumi lagi dengan membawa ras terkuat diseluruh planet ini? Apa tidak ada bahan lelucon yang lain lagi untuk dilakukan pria berambut keriting ini?

Kaori melihat 2 pria itu seksama. Ia bingung, kenapa 2 pria itu terlihat ribut sendiri disana? gadis cantik itu memutuskan untuk menghampiri dua pria itu. Nampaknya ia berjalan pun, pria-pria itu tidak menyadarinya.

"Permisi. Apa ada yang salah disini?"

Gintoki menengok kearah asal suara tersebut dan terbelalak kaget melihat gadis bertubuh tinggi itu menghampirinya. Bahkan genggamannya tadi yang kuat mencengkram kerah Tatsuma, mengendur dan terlepas sekarang.

Kaori tersenyum melihat ekspresi lucu pria berambut silver dihadapannya. Pria itu tampak kaget melihat keberadaannya disini.

"A-Ano, t-tidak ada apa-apa disini. Aku hanya ingin menagih hutang dengan sahabat ku ini. Sudah 2 tahun dia tidak membayarnya. Iya kan, Tatsuma?"

"Eh? Benarkah?"

"Bodoh. Jawab saja 'iya'. Kau mau bumi ini hancur mendengar alasan bodoh kenapa aku ingin menghajarmu?"

"Ah benar."

Walaupun kedua laki-laki itu mencoba berbisik agar tidak didengar, naun kenyataannya gadis itu masih bisa mendengar celotehan mereka dan membuatnya tertawa.

"Kalian benar-benar lucu. Ternyata makhluk di bumi memang menyenangkan. Bagaimana jika kita berkenalan?"

"Hah?"

Dari kejauhan, Mutsu yang ikut penasaran dengan pembicaraan mereka akhirnya memutuskan untuk mendekati ketiga orang itu. Sebenarnya ia tidak tertarik dengan pembicaraan dua pria berambut keriting disana. yang membuatnya kesana adalah ia takut gadis itu berbicara hal yang tidak perlu mengenai dirinya. Ia tipe gadis yang selalu lepas kontrol jika tidak diawasi oleh dirinya.

"Aku sudah mengenal teman-teman Tae-chan disana. Tentu saja dengan Sakamoto-san aku sudah mengenalnya. Dan hanya kau yang belum."

"Oh. Namaku Sakata Gintoki."

"Wahh.. kau pasti orang yang banyak Mutsu-chan ceritakan padaku. Si pemimpin sebuah jasa bernama Yorozuya dan dijuluki yang terkuat di Kabukichou."

"T-Tunggu? Apa? Na-Namaku terkenal di planet mu?"

"Bagaimana mungkin orang yang memiliki kekuatan setara dengan kelompok ku tidak terkenal? Komandan Kamui bahkan mengakui kehebatanmu."

Mendengar nama Kamui disebut, sudah membuat dirinya berjalan cepat menuju ke tempat ketiga orang itu. Apa gadis ini kehilangan akal?

"K-Kamui? Apa kau mengenal Kamui"

"Ehm. Tentu saja. Kamui adalah salah satu komandan terhebat. Dia juga merupakan orang yang bisa dikatakan terkuat. bukankah kau-"

"K-Kaori, bukankah waktunya kau melaporkan tentang dirimu yang sudah tiba di bumi pada ayahmu? Ayahmu pasti menunggu." Mutsu menepuk pundak Kaori dan menghentikan pembicaraannya. Ceroboh sekali gadis ini memberikan info tentang 'kaum' nya sendiri.

"Oh Mutsu-chan. Aku hampir lupa. Baiklah kalau begitu aku pergi dulu. Besok aku akan mulai bekerja disini. Kuharap kau mau main kesini besok sebagai pelanggan ku."

"H-Ha."

"Sampai jumpa, Sakata-san."

"Ayo kita pergi, Sakamoto."

"O-Ouh. Sampai jumpa, Kintoki."

Sakamoto, Mutsu, dan Kaori berpamitan kepada Otae dan yang lainnya lalu pergi meninggalkan club. Dan bagi Gintoki, jelas hal itu meninggalkan tanda tanya.

'Sebenarnya siapa gadis itu?'

.

.

.

.

Pukul 1 malam

Gintoki terus menerus berguling-guling di futonnya. Pria ini tidak bisa tidur dikarenakan terlalu banyak pikiran yang menggelayutinya. Pikiran yang muncul karena kemunculan 'Ratu Yato' itu juga. Tentu saja hal itu mengganggu tidurnya bukan? Tetapi ada pikiran terbesar yang ia pikirkan sebenarnya.

"Bagaimana caranya aku mengirim surat pada Kagura? Aku merindukannya."

Oh tuan Shiroyasha ini. Merindukan gadis berambut vermillion itu juga menjadi pikiran terberatnya sekarang. Apalagi dengan dirinya yang tidak bisa mengirimkan surat kembali pada gadis cantik itu karena dia sudah berpesan jika surat yang ia terima tadi siang adalah surat terakhir yang bisa ia tuliskan. Gadis itu pergi ke planet yang jauh bersama ayahnya karena berbagai alasan dan hal itu yang membuat gadis itu tidak bisa menulis surat seperti biasa kepada Gintoki. Kasihan juga bagi Gintoki sebenarnya.

"Lalu bagaimana caranya aku memberitahukan kedatangan ratu Yato itu padanya? Bukankah itu salah satu klan nya juga? Aku juga harus memberitahuakannya kan? Tapi bagaimana?"

Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Gintoki. Dia sendiri sepertinya terlalu ambil pusing dalam memberitahukan info kepada gadis cina itu.

Yahh.. sepertinya ini malam yang panjang bagi Shiroyasha untuk sekedar menemukan solusi dan jawaban bagi berbagai pertanyaannya itu.

.

.

.

Signal

Akira Ringo

To be Continued

.

.

.

Gimana? Menyesal bacanya? Atau ceritanya kok gitu? Atau kok Kagura Cuma sedikit tampilnya?

Yaaaa… begitulah jadinya.

Saya bener-bener suka klan Yato. Entah kenapa, mereka punya sense tersendiri yang bekas di hati saya #asekkk

Chapter selanjutnya tinggal meng-ending kan saja, tapi masih ada yang diperbaiki. Maaf ya kalo ceritanya biasa. Hehehe.

Tapi ada sesuatu yang pengen saya Tanya ke yang baca ini (entah kenapa saya mewajibkan ini untuk tolong dijawab. Entah di review atau lewat PM #maksaamat) pertanyaannya, 'Karena alasan apa kalian suka pair ini?'. Saya kepengen tahu aja jawabannya. Hehehe.

Eh kok kesannya maksa kalian nge review ya? Enggak kok. Boleh dijawab di PM saya juga. Hehehe.

Okee.. tunggu update nya di chapter selanjutnya.

Arigatou.