Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Bintang Timur

AU. OOC. Ficlet. Family.

.

1

.

"Semua ini gara-gara kamu sama Menma, kan?"

Naruto mendesah mendengar cercaan yang keluar dari mulut Sakura. Dia tahu, kakak perempuannya tidak akan berhenti sampai Naruto dan Menma mengaku, kalau mereka berdualah penyebab Morio minta putus dari Sakura. Padahal mereka baru seminggu jadian.

"Ah, lo Kak. Cowok pengecut gitu masih diurusin," kata Naruto malas sembari berjalan menuju ruang keluarga, sambil membawa sebotol air mineral yang baru saja dia ambil dari dalam kulkas."Lupain dia dan cari cowok lain yang pemberani," sarannya mantap.

Sakura mendengus gusar. Dia berdiri, berkacak pinggang di depan Naruto yang sudah menghenyakan diri di sofa dan mulai menonton televisi dengan santai.

"Percuma aja gue cari cowok lain, kalau ujung-ujungnya lo sama Menma bakal cari gara-gara sama cowok baru gue dan bikin dia minta putus."

Naruto nyengir masam mendengar perkataan Sakura. Apa yang dikatakan kakaknya mungkin benar. Sudah beberapa kali Sakura berpacaran, dan dalam waktu kurang dari seminggu semua cowok itu minta putus dari Sakura, gara-gara takut dengan ancaman dua adik kembarnya yang preman. Tapi Naruto dan Menma melakukan itu karena mereka berdua menyayangi Sakura dan tidak mau gadis itu jatuh ke pelukan cowok bajingan cap buaya rawa-rawa. Jika si kembar mendengar khabar bahwa Sakura berpacaran, mereka berdua akan langsung mencaritahu siapa, dan tentang bagaimana peringai pacar Sakura. Kalau dia cowok baik, mereka akan mendiamkannya, tapi kalau dia bajingan … keduanya akan langsung bertindak.

Postur tubuh si kembar yang tinggi besar dan juga rentang usia mereka yang hanya terpaut sekitar setahun lebih dengan kakak sulungnya, membuat pacar-pacar Sakura agak segan terhadap keduanya.

"Naru!" hardik Sakura memelototi Naruto yang terlihat santai menggonta-ganti chanel televisi. Tampak tak mempedulikan omelannya.

"Apaan si, Kak?" Naruto melirik malas.

"Kalian berdua ini kenapa sih? Berantem mulu kerjaannya." Mama mendadak muncul dari ruang tamu,"Kalian udah besar. Nggak malu suara kalian di dengar tetangga?!" tegurnya sembari beranjak menuju sofa, lalu menghenyakan diri di samping Naruto.

Sakura cemberut. Sementara Naruto mendesah pasrah, menyerahkan remote saat Mama menatapnya dengan sorot galak.

"Contoh tuh, Itachi dan Sasuke anaknya Tante Mikoto. Mereka berdua anak baik, dan nggak pernah sekalipun berantem."

Naruto dan Sakura saling pandang, lalu kompak mencibir Mamanya. Mereka tidak menyukai Tante Mikoto, tetangga sebelah, teman arisan sang Mama yang sombongnya naudzubillah. Si Tante menor itu selalu membandingkan kedua anak laki-lakinya (yang katanya) anak baik dan rajin itu, dengan Sakura, Naruto dan Menma (yang katanya) bodoh, malas, dan urakan. Mama dan Tante Mikoto tidak tahu saja bagaimana kelakuan Itachi dan Sasuke diluaran sana.

"Nggak perlu kayak Itachi dan Sasuke plek-plek deh. Bisa nggak, kalian nggak berantem sehari saja biar rumah ini tenang?"

Naruto mendengus, dia bangkit dari posisi duduknya dan memamerkan senyum lima jari pada Mama dan Sakura. "Ma. Yang namanya Kakak-adik itu kalau nggak berantem nggak seru. Dimana coba letak keindahan dunia persaudaraan kalau rumah ini tenang?"

Sebelah alis Mama terangkat tinggi mendengar jawaban ngaco Naruto. Dengan pandangan heran dia mengikuti Naruto, yang masuk ke dalam kamar Menma, yang letaknya bersebelahan dengan ruang keluarga dan ruang tamu. Setahu Mama dan Sakura, saat ini Menma sedang tidur siang.

Naruto mengedipkan mata jahil pada Mama dan Sakura, sebelum menutup pintu kamar Menma, lalu menguncinya dari dalam.

Semenit berselang ….

Breeet.

"Anjiiirrrrr. Setan lo!"

"Udah, jangan kabur. Di dalam sini ajaaa."

" bau bangke tahu! Lo makan apa sih?"

"Nikmatin aja Ma Twins."

"Hoeeek. Jorok lo!"

Tak lama kemudian suara gedebak-gedebuk adu otot terdengar. Mama mendengus marah, mulai meneriaki nama si kembar agar berhenti berkelahi. Sementara Sakura terkekeh geli.

.

.

FIN