Seorang pria dengan payungnya berjalan santai menelusuri jalanan itu. Hujan yang turun membuat siapa saja akan memilih pulang cepat atau mencari tempat untuk menghangatkan diri. Pria itu akhirnya menyerah ketika angin kencang membuat pakaiannya mulai basah.

"Humm? Semenjak kapan cafe ini berdiri disini? Ah.. Tapi siapa yang peduli." Ucap pria itu memasuki cafe minimalis itu. Tepat saat akan membuka pintu, ia menerima telfone dari seseorang membuatnya tersenyum kecut.

"Ah.. Selamat datang.." pelayan cafe itu segera menyapa pelanggannya, meninggalkan gitar yang tadi sibuk ia mainkan.

"Kau dimana?"

"Hoo? Bukankah kita baru bertemu tadi sebelum pulang dan kau sudah merindukanku." Ucap pria itu iseng, sambil melihat menu yang berada di meja pemesanan.

"Jangan bercanda. Aku serius."

"Hargh.. Aku berada di sebuah cafe didekat apartementku. Ah.. Aku pesan satu gelas hot cappuccino latte dan special sandwich."

"Baik.. Totalnya 400 yen. Pesanan anda akan segera saya antar." Ucap pelayan itu menerima uang yang diberikan pria itu.

"Apartementmu?"

"Ya.. tidak jauh dari kantor bodoh. Jadi kau butuh apa?" ucap pria itu berjalan menuju meja untuk 2 orang didekat jendela, berusaha memposisikan dirinya senyaman mungkin dikursi vintage itu.

"Hei.. Ini semua gara-gara tunangan bodohmu itu! Dia hampir membuat bangkrut usaha selingan ini. Cepat kirimkan alamatnya. Aku akan segera kesana membawa buktinya."

"Teme... Suka tidak suka dia tunanganku dan dia tentu akan ambil andil juga nantinya. Hah.. Cepatlah." Ucap pria itu menutup telfone kesal.

"Maaf.. Pesanan anda." Ucap pelayan itu meletakkan pesanan pria itu dimeja.

"A..."

"Anda baik-baik saja tuan?" tanya pelayan itu menyadari pria itu mematung menatapnya.

"A.. Ya.. Ya.. aku baik-baik saja." Ucap pria itu segera tersadar.

"Ba.. Baiklah." Ucap pelayan itu bersiap pergi.

"Oh.. Ya.. Tunggu.." pria itu segera menatap sekelilingnya menyadari cafe itu tidak begitu ramai tetapi sangat nyaman.

"Apa ada yang salah tuan?" tanya pelayan itu ikut menatap sekeliling.

"Umm.. Kau sendiri?" tanya pria itu tiba-tiba.

"Umm.. Ya.. Seperti yang anda lihat.. Cafe ini tidak begitu ramai jadi saya rasa mempekerjakan seseorang disini akan menyiksa mereka." ucap pelayan itu tersenyum.

"Amm.. Aku rasa kita seumuran.. Jadi.. Bagaimana kalau tidak memanggilku tuan?"

"Tapi.. Bukankah itu menjadi tidak sopan?"

"Tapi ini permintaankukan. Jadi aku rasa itu tidak masalah.. Sakura-chan." Ucap pria itu menatap papan nama pelayan itu yang terpasang didepan apron baristanya.

"Baiklah.. Aaa.."

"Namikaze.. Namikaze Naruto."

"Haruno Sakura."

"Nama yang indah.. Sepertinya namamu menjelaskan tentang warna rambutmu itu." Ucap Naruto yang menatap rambut pink panjang Sakura.

"Ti.. Tidak juga." Ucap Sakura tersenyum canggung.

"Aku sudah lama tinggal ditempat ini tetapi aku tidak begitu menyadari cafe ini." Ucap Naruto yang memang tinggal tidak jauh dan sama sekali tidak menyadari keberasaan cafe itu.

"Aa.. Saya memang belum lama membuka toko ini.. Mungkin baru 8 bulan yang lalu." Ucap Sakura cepat.

"Aa.. Benarkah?" ucap Naruto masih bingung. Ia sering melewati daerah ini dan memang tidak ernah melihat keberadaan toko ini.

"Hoi.. Dobe."

"O.. Teme.."

"Ka.. Kalau begitu saya permisi dulu." Ucap Sakura undur diri begitu menyadari seorang pria bermata onix berdiri dibelakangnya.

"Kau tidak akan memesan dulu?" tanya Naruto menatap pria itu.

"Urgh.. Baca ini. Setelah aku selesai memesan aku ingin penjelasanmu!" ucap pria itu membanting sebuah dokumen dimeja dan berlalu pergi menuju counter untuk memesan.

"Teme sialan. Kau tidak perlu membantingnya dan mengenai sandwich-ku." Gerutu Naruto mengambil berkas itu dan mulai membacanya.

"Huff.."

"Aa.. Huff.. Aku tidak akan melakukan pembelaan.. Ini memang kacau. Aku akan coba katakan padanya."

"Mengatakan apa? Jalan satu-satunya. Pecat dia. Jauhkan dari bisnis ini. Walaupun ini bukan bisnis utama kita. Tapi aku sudah meluangkan banyak waktu disini. Aku tidak mau ini hancur begitu saja ditangan orang asing."

"Teme.. Aku tau itu. Tapi dia masih baru. Aku rasa ini wajar dilakukan."

"Wajar? Dia hampir membuat kita rugi ratusan milyar kau sadar?"

"Hah.. Aku akan lakukan sesuatu untuk memperbakinya, Sasuke."

"Ini bukan masalah bisa atau tidaknya diperbaiki. Kau tidak mau hal ini terjadi lagi. Ini sudah 3 kali dalam 1 minggu."

"Maaf.. Pesanannya.." ucap Sakura kembali membawakan pesanan Sakura.

"Ah.. Ya.. Terima kasih banyak." Ucap Sasuke terkesan cukup ramah untuk ukuran seorang Uchiha.

"Adaapa Sakura-chan?" tanya Naruto menyadari Sakura tidak langsung pergi.

"Umm.. Bukannya aku lancang.. Tapi kalau kalian tidak keberatan.. Kalian bisa menyelamatkan kerugian itu dengan menjual produk ini lebih awal." Ucap Sakura kemudian segera pergi saat melihat seseorang memasuki cafe itu.

"Kau berteman dengannya?"

"Tidak.. Aku berkenalan dengannya tadi saat ia mengantarkan pesananku. Hei.. Apa kau tau tentang cafe ini."

"Huh apa maksudmu?" tanya Sasuke bingung.

"Maksudku.. Aku tidak tau cafe ini ada disini."

"Kau benar-benar tidak peka. Apa kau lupa pegawai kita selalu memesan kopi ditempat ini. Cafe ini memang tidak begitu ramai. Tapi rasanya sangat enak. Walau jadwal buka dan tutupnya tidak jelas." Ucap Sasuke menyeruput black coffee-nya.

"Aa.."

"Ah.. Shizune-san. Kau datang. Bukankah hari ini kau sibuk?" Sakura terlihat sangat senang saat wanita berambut hitam pekat itu memasuki cafe-nya.

"Jadwal operasi hari ini tidak banyak jadi aku kesini. Aku pikir kau akan kerepotan kalau sendirian." Ucap wanita bernama Shizune itu.

"Cafe inikan tidak pernah seramai itu." Ucap Sakura pelan.

"Tenang saja.. Pasti akan ramai lagi. Bagaimana kalau kau menghibur para tamu saja. Biar aku yang mengurus pesanan."

"Tapi.."

"Sudahlah.. Akukan dulu juga bekerja disini sebelum dirumah sakit." Ucap Shizune mendorong Sakura.

"Aku rasa tidak hari ini Shizune-san.." elak Sakura.

"Baiklah.. Tapi kau tau banyak yang menunggu. Terutama pelanggan setia tokomu."

"Kau memang pandai membujukku, Shizune-san." Sakura yang menyerah akhirnya naik kepanggung dan mulai memetik gitarnya.

"Jadi bagaimana?"

"Apa yang diucapkan gadis berambut pink yang kau panggil Sakura itu benar. Cara satu-satunya menyelamatkan perusahaan ini dengan cara menjual produk ini lebih awal." Ucap Sasuke santai.

"Kalau kau sudah tau apa yang harus dilakukan kenapa kau repot-repot datang kesini untuk membicarakan hal ini?" tanya Naruto bingung.

"Aku hanya ingin kau yang memikirkannya. Tetapi dia malah membantumu. Memberikan saran paling baik." Ucap Sasuke.

"Kau tidak menyembunyikan apapun darikukan?" ucap Naruto yang mulai curiga.

"Kau pikir aku apa." Ucap Sasuke kesal.

"Demon." Ucap Naruto santai, mengambil sandwichnya.

"Sialan." Ucap Sasuke yang mulai kesal.

"Uhuk.. Teme.." Sasuke yang dengan sengaja menguncang meja mereka menyebabkan cappuccino milik Naruto tumpah mengenai kemejanya.

"Anda baik-baik saja, Namikaze-san?"

"Ah.. Aku baik-baik saja.. Terima kasih banyak Sakura-chan." Ucap Naruto menatap Sakura yang buru-buru menghampiri dirinya dengan beberapa lembar tissue dan membantu mengelap tumpahan cappuccino yang mengotori kemeja putih kantor Naruto.

"Ah.. jangan lakukan itu.. Biar nanti aku saja yang membereskannya." Ucap Sakura kaget saat Naruto membungkuk mengambil gelas kopinya yang pecah berserakan dilantai.

"Tenang saja. Ini juga kesalahanku. Teme kau sebaiknya segera membantu." Ucap Naruto kesal.

"Aku tau." Ucap Sasuke juga ikut membungkuk membantu.

"Tu.. Tunggu biar aku saja."

"Sakura-chan jangan terburu-bu.. Hah.." Naruto hanya bisa menghela nafas pelan saat Sakura yang buru-buru membereskan pecahan kaca itu malah melukai telapak tangannya saat menggenggam pecahan gelas terburu-buru.

"Ungh.."

"Sakura? Kau baik-baik saja?" tanya Shizune yang mendekat saat mendengar ribut-ribut ringan itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke menatap Sakura yang menahan sakit.

"Aku baik-baik saja Uchiha-san." Ucap Sakura cepat.

"Aku akan bereskan ini. Sebaiknya kau bersihkan lukamu." Ucap Shizune memberikan kotak P3K pada Sakura.

"Terima kasih Shizune-san." Ucap Sakura tersenyum ringan.

"Coba aku lihat.." ucap Naruto memegang pelan pergelangan tangan Sakura, menariknya mendekat dan segera membantu mengobati tangan Sakura.

"Naruto-kun.." mendengar suara seorang wanita, spontan Naruto menatap wanita itu. Sedangkan Sakura hanya diam membatu, ketakutan saat mendengar suara itu.

TBC