I Only Had a Heart
Author : NiniSoo1288
Main Pair : Kai x Kyungsoo (KaiSoo)
Warning : GS (Genderswitch)
Note : Ini ff GS (Genderswitch) Kyungsoo nya jadi perempuan. Jadi kalau kalian tidak menyukainya tolong jangan membacanya.
.
IF YOU DON'T LIKE DON'T READ. Thank You
Sorry for Typos
Happy Reading~~
oOo-oOo-oOo
.
"Masih wajarkah jika aku bertahan? Bertahan atas hubungan ini. Sementara kau sudah pergi meninggalkan ku. Pergi kepelukan orang lain" –Kyungsoo-
.
oOo-oOo-oOo
.
Lagi dan lagi gadis ini menangis dengan sangat menyedihkan di apartemennya. Bukan hal yang tidak biasa dia menangis. Mungkin ini sudah kesekian kali nya dia menangis, menangis karena seorang pria yang jelas-jelas sudah tidak mencintainya.
Katakan saja dia bodoh. Bodoh karena masih mempertahankan hubungan gila seperti ini. Hanya saja, satu yang tidak dia inginkan didunia ini. Dia tidak ingin kehilangan pria itu, hanya itu. Ya! Dia tidak akan meminta banyak. Dia hanya tidak ingin kehilangan orang yang dia sayangi lagi. Setelah dia pergi meninggalkan keluarganya, dia tidak akan membiarkan pria itu juga pergi meninggalkannya.
Tapi apa masih wajar jika dia masih bertahan disisi pria itu? Setelah apa yang di lakukan pria itu dibelakangnya? Dia sudah bertekad tidak akan meninggalkan pria itu sebelum pria itu yang mengatakan nya sendiri untuk mengakhiri hubungan ini.
Lalu bagaimana jika nanti pria itu mengatakan untuk mengakhiri hubungan mereka? Apa dia mampu menerimanya? Atau mungkin dia akan mengakhiri hidupnya hanya karena hal konyol seperti itu?
"Apa yang membuatmu berpaling dariku Jongin-ah?" ujar gadis ini pelan sambil memandang sebuah foto yang didalamnya terdapat sepasang kekasih yang sedang tertawa senang. Ya! Siapa lagi kalau bukan foto dirinya bersama prianya.
Flash Back
Gadis malang bernama Do Kyungsoo sedang menonton sebuah drama yang sangat romantis tapi menyakitkan untuknya. Drama yang diperankan oleh kekasihnya sendiri, bukan! Bukan karena kekasihnya seorang aktor. Drama ini berbeda, mungkin jika drama yang sering di tayangkan di televisi hanya sebuah fiktif belaka. Tapi ini adalah kenyataan, ini drama nyata yang di perankan kekasihnya dengan gadis lain yang sudah pasti bukan dirinya.
Lagi dan lagi dia harus menyaksikan pemandangan menyakitkan ini. Menyaksikan bagaimana mesranya prianya bersama selingkuhannya. Tertawa bersama, saling memandang penuh kekaguman dan tak lupa tangan mereka yang saling bertaut.
Setetes air mata jatuh ke pipinya yang putih.
Dua tetes.
Tiga tetes
Ini sudah kesekian kalinya dia melihat adegan ini tapi kenapa masih sangat menyakitkan sama seperti pertama dia mengetahuinya. Dia tidak akan bisa tegar jika ini menyangkut orang-orang yang dia sayangi.
Dia mengusap wajahnya kasar dan segera pergi meninggalkan tempat itu sebelum pria itu menyadari keberadaannya. Tapi, kenapa dia harus takut? Bukankah dia tidak bersalah? Jelas-jelas yang bersalah pria itu? Lalu kenapa dia harus takut? Ya! Dia hanya takut kehilangan prianya.
Flash Back End
.
oOo-oOo-oOo
.
Jongin menekan beberapa digit angka, setelah berhasil dia segera masuk kedalam sebuah apartemen. Ini adalah apartemennya yang di tempati kekasihnya Do Kyungsoo. Tapi masih pantaskah dia menganggap Kyungsoo sebagai kekasihnya setelah apa yang dia lakukan dibelakang gadis itu?
"Kyungsoo-ya?" panggil Jongin. Dia pergi ke dapur dan tak melihat Kyungsoo disana. Dia berjalan ke ruangan kerja Kyungsoo. "Do Kyungsoo?" tetapi tidak juga mendapatkan keberadaan gadis itu.
Satu-satunya tempat yang pasti adalah kamar Kyungsoo, Jongin segera berlari menaiki tangga untuk segera sampai di kamar kekasihnya. Setelah sampai di depan kamar Kyungsoo, dia segera membuka pintu yang menghalanginya. "Soo-ya?"
Sekarang dia dapat melihat Kyungsoo yang sedang tertidur membelakanginya. Tubuhnya yang semakin hari semakin mengurus membuat Jongin merasa bersalah karena tidak memperhatikan gadis itu lagi. Berbeda dengan yang dulu, yang setiap menit selalu mengingatkan gadis itu untuk makan. Tapi tidak untuk sekarang, setelah gadis lain masuk kedalam hatinya.
Jongin berjalan menghampiri Kyungsoo dan duduk di tepi ranjang. Dia memegang bahu Kyungsoo, dan seketika dia terlonjak kaget. Badan gadis ini sangatlah panas walau sudah terlapisi baju yang di pakainya, tetapi Jongin masih dapat merasakan rasa panas itu. Jongin segera memegang kening Kyungsoo. Dia semakin merasa bersalah, tubuh Kyungsoo benar-benar panas.
Jongin berjalan keluar kamar ingin membuatkan makanan untuk Kyungsoo. Tak butuh waktu lama dia kembali dengan sebuah nampan yang diatasnya berisi bubur, segelas air dan yang pastinya obat.
Jongin duduk di tepi ranjang dan meletakan nampan itu di nakas yang berada tepat di samping ranjang gadis ini. Jongin sedikit mengguncangkan tubuh Kyungsoo. "Kyungsoo-ya"
Gadis ini bergeming dan sedikit demi sedikit membuka matanya yang terasa sangat berat. Dia sangat senang melihat siapa yang datang menjenguknya. Orang yang sudah seminggu ini tidak menemuinya. Karena ada seseorang yang lebih penting dibandingkan dirinya. "Jongin-ah?"
"Gwenchana?"
Kyungsoo menganggukan kepalanya lemah sambil tersenyum yang terlihat sangat menyedihkan.
"Bangunlah, kau harus makan. Aku sudah membuatkan bubur untukmu" ujar Jongin sambil membantu Kyungsoo untuk sedikit bangun dari tidurnya.
Walaupun pusing di kepalanya semakin terasa tapi dia harus berusaha bangun untuk pria yang ada di depannya.
"Tidak perlu duduk terlalu tegak, itu akan semakin membuatmu pusing. Bersandarlah" Jongin menyandarkan tubuh Kyungsoo pada bantal yang disusun menumpuk.
Jongin mengambil mangkuk yang berisi bubur dan menyuapkannya kepada Kyungsoo, Sedikit demi sedikit. Tentu saja Kyungsoo menerimanya dengan senang hati. Dia sangat senang di perlakukan seperti ini oleh Jongin. Pandangannya tak lepas dari wajah Jongin yang duduk tepat di depannya. Sesekali Kyungsoo tersenyum melihat wajah itu. Kalau boleh jujur dia sangat merindukannya, sangat-sangat merindukannya.
"Kenapa kau sampai jatuh sakit? Apa kau mangabaikan pola makanmu huh? Asal kau tahu Kyungsoo tubuhmu seperti bara api dan itu sangat panas" Jongin terus saja berbicara lebih tepatnya memarahi Kyungsoo.
"Kau mengkhawatirkanku?" tanya Kyungsoo sambil menatap Jongin intens.
"Masih sempat kau berbicara seperti itu? Kau membuatku sangat khawatir mengetahui tubuhmu yang sangat panas"
Kyungsoo tersenyum "Aku tidak apa-apa"
"Tidak apa-apa? Apa ini yang kau maksud tidak apa-apa"
"Memang seperti itu"
Setelah menghabiskan buburnya, Kyungsoo langsung di berikan obat dan segelas air oleh Jongin. "Minumlah, agar panasmu menurun"
Kyungsoo hanya menuruti perintah Jongin, meminum obat itu dengan segelas air.
Jongin memandang jam di tangannya. "Sayang maaf aku harus pergi. Ada urusan perusahaan yang harus ku tangani"
Kyungsoo tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
Jongin tersenyum sambil mengacak rambut Kyungsoo pelan. "Makanlah yang teratur. Aku akan kesini lagi setelah menyelesaikan pekerjaan. Aku pergi"
"Ya"
Jongin pergi dari kamarnya, dan saat itu juga air matanya terjatuh. Tentu saja pria itu berbohong jika ada urusan perusahaan. Ini adalah jam dimana dia harus menjemput Krystal. Ya! Krystal Jung selingkuhannya. Krystal adalah seorang guru disalah satu sekolah dasar, dan di setiap jam ini lah Krystal pulang mengajar. Jadi Jongin harus menjemputnya, menjemput gadis itu.
Tetapi tak bisakah Jongin memihak kepadanya sekali ini saja? Bahkan keadaannya saat ini tidak memungkin kan untuk melakukan aktivitasnya sendiri. Kepalanya masih terasa berat dan pusing. Berjalan saja dia harus berpegangan pada dinding agar tidak terjatuh. Dan masih sempat-sempat nya Jongin memihak kepada gadis lain sementara disini ada dirinya yang sangat menderita.
Tetapi Kyungsoo tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Dia tidak ingin menyalahkan Jongin, dia juga tidak bisa menyalahkan Krystal. Dia hanya mampu menyalahkan dirinya sendiri, Jongin tidak mungkin meninggalkan nya jika tidak ada sebab bukan?
Jongin melakukan ini pasti ada sebuah alasan tersendiri. Mungkin dia mendapatkan dari Krystal apa yang tidak dia dapatkan dari Kyungsoo. Jongin bukanlah seorang pria dengan usia dini yang hanya diam jika keinginannya sudah terpenuhi. Tetapi Jongin adalah seorang pria dewasa yang butuh kenyamanan, tidak hanya keinginannya saja yang terpenuhi tapi dia juga butuh sebuah kenyamanan. Mungkin dia tidak mendapatkannya dari Kyungsoo sehingga dia berpaling ke Krystal.
Kyungsoo cukup sadar akan hal itu, selama ini dia memang tidak memberi kenyaman kepada Jongin. Hanya dirinya yang merasa nyaman berada di sisi pria itu tapi tidak untuk pria itu. Jongin tidak sama sekali nyaman berada di sisinya sehingga dia memutuskan mencari gadis lain.
Kyungsoo adalah tipe gadis yang lebih banyak diam daripada berbicara. Jika tidak ditanya dia tidak akan menjawab. Dan jika bukan Jongin yang memancing pembicaraan, dia tidak akan berbicara lebih dulu. Begitupun dengan komunikasi, jika bukan Jongin yang menelpon atau mengirim pesan lebih dulu, dia tidak akan melakukannya.
Bukankah seorang pria paling senang jika di perhatikan? Tetapi selama ini Kyungsoo tidak sama sekali berbuat seperti itu kepada Jongin. Bahkan Jongin lah yang lebih sering memberikan perhatian kepadanya. Jadi bukankah itu hal yang wajar jika Jongin berselingkuh? Dia hanya ingin mendapatkan perhatian khusus dari orang yang dia cintai. Sementara dia tidak mendapatkannya dari Kyungsoo.
.
oOo-oOo-oOo
.
Sudah dua hari Jongin tidak menemuinya, dan kedatangannya waktu itu adalah pertemuan terakhir mereka. Dia berjanji jika urusan perusahaannya selesai dia akan datang lagi kesini. Tapi ini sudah dua hari berlalu, apa urusan itu masih belum selesai juga? Apa sebegitu rumitkah urusannya? Atau urusan itu sangat menyenangkan sehingga dia tidak mampu meninggalkannya. Kyungsoo hanya tersenyum miris.
Keadaan Kyungsoo sudah cukup membaik dua hari belakangan ini. Dia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Kuliah dan meneruskan pembuatan novelnya yang tertunda. Dia adalah seorang penulis novel yang akhir-akhir ini karyanya banyak digemari masyarakat. Tidak hanya anak remaja, bahkan seorang ibu rumah tangga dan yang lainnya.
Hari ini dia sedang berdiri di balkon, menyaksikan pemandangan orang-orang yang sedang tertawa di taman yang berada di depan gedung apertemennya. Apartemennya memang berdiri tepat di depan taman pusat kota Seoul. Maka dari itu dia nyaman jika berlama-lama berdiri dibalkon. Karena dia bisa melihat banyak orang yang tersenyum dan tertawa bahagia, tidak seperti dirinya. Entah kenapa melihat orang lain tersenyum sudah menjadi kegemarannya untuk sekarang ini. Melihat mereka tersenyum mampu membuat hatinya tenang dan ikut merasakan kebahagiaan itu. Walaupun tidak mengurangi rasa sakit yang masih memenuhi hatinya. Setidaknya dia bisa menyegarkan pikirannya dengan senyuman mereka.
Tiba-tiba handphonenya berdering yang memang sengaja dia letakan di meja yang berada di balkon apartemennya. Gadis ini hanya meliriknya sebentar tanpa berniat untuk mengangkatnya. Lalu pandangannya kembali lurus kedepan melihat orang-orang yang berada di taman tersenyum dan tertawa. Cukup lama handphone nya berdering akhirnya benda tersebut mati juga pertanda tidak ada jawaban dari pemiliknya. Tapi tak lama handphone nya berdering lagi, sepertinya sang penelpon tidak hanya sekedar basa-basi. Tapi niat Kyungsoo masih sama, tidak ingin mengangkatnya walaupun itu hal yang sangat penting. Dia hanya sedang malas berbicara.
Sudah kesekian kalinya handphone itu berdering, tetapi Kyungsoo masih tetap pada pendiriannya tidak berniat untuk mengangkatnya. Dia masih memandang orang-orang ditaman itu. Lebih tepatnya kini pandangannya sedang tetuju pada sepasang suami istri yang sedang mengajak main anak perempuannya yang baru belajar berjalan.
Tiba-tiba saja dia teringat kepada orang tuanya, dahulu dia juga melakukan seperti itu dengan kedua orang tuanya. Tertawa dan tersenyum sepanjang hari, hingga sebuah keputusan gila yang diambilnya mampu membuat hidupnya berantakan seperti sekarang.
Kyungsoo memang menetap di Paris bersama kedua orang tuanya setelah dia berumur 10 tahun, dan menjual rumah yang di Korea. Karena mereka memang memutuskan untuk tidak kembali ke Korea. Dan disaat Kyungsoo berumur 17 tahun, dia bertemu dengan Jongin yang saat itu adalah tetangganya. Lebih tepatnya Jongin sedang berlibur ke rumah sepupunya yang berada di Paris.
Dari sanalah awal mereka bertemu, berawal Jongin yang ingin mengenal Kyungsoo dan Kyungsoo yang selalu menghindar. Tapi, pria itu tidak berhenti sampai disitu, Jongin terus saja menemui Kyungsoo dan mengganggu gadis itu. Sehingga Kyungsoo merasa kalau Jongin memang serius dengannya.
Mereka memulai persahabatan mereka, namun tak lama persahabatan itu berubah menjadi sebuah benih cinta yang tumbuh di hati mereka masing-masing. Mereka memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan sebagai sepasang kekasih disaat umur Kyungsoo 20 tahun. Dan disaat itulah Jongin memutuskan untuk kembali ke Korea karena bagaimanapun dia adalah penerus perusahaan ayahnya. Tak hanya itu, Jongin juga meminta Kyungsoo untuk ikut dengannya ke Korea dengan alasan jika dia ingin terus melihat wajah Kyungsoo setiap hari.
Awalnya Kyungsoo ragu, tapi Jongin menjanjikan segalanya sehingga Kyungsoo tidak dapat menolaknya lagi. Kyungsoo meminta izin kepada kedua orang tuanya, dan dengan keras kedua orang tuanya menentang keinginan Kyungsoo. Karena mereka tidak bisa membiarkan anak satu-satunya jauh dari arah pandang mereka. Mereka hanya tidak ingin terjadi apa-apa kepada anaknya.
Tapi Kyungsoo berkeras dengan mengatakan kata-kata yang meyakinkan kedua orang tuanya kalau dia akan baik-baik saja di Korea. Tetap saja kedua orang tua Kyungsoo menolak permintaan anaknya. Hingga malam itu, malam dimana Jongin membawanya pergi dari rumah sekaligus pergi dari negara tempatnya tinggal. Tentu saja mereka pergi tanpa sepengetahuan orang tua Kyungsoo. Hingga sekarang dia tidak tahu bagaimana keadaan kedua orang tuanya. Dia hanya takut menemui kedua orang tuanya lagi setelah apa yang dia perbuat.
Dia sudah sangat mengecewakan kedua orang tuanya. Bahkan dia pernah mengatakan kalau dia akan bahagia dan hidup dengan baik di Korea. Tapi nyatanya? Semua berbanding terbalik dari apa yang berada di pikirannya waktu itu. Janji Jongin yang akan menikahinya secepatnya hanya sebuah angin yang berlalu dengan cepat. Nyatanya sekarang dia main-main dengan hubungan mereka.
Dia menyesal, sangat menyesal. Coba saja, waktu itu dia mendengarkan apa yang di katakan kedua orang tuanya. Dan menolak ajakan Jongin yang membawanya pergi dari rumah. Mungkin sekarang dia tidak akan semenderita ini. Dia teringat dengan ucapan ayahnya "Cinta seorang kekasih tidak mampu membuatmu terus tersenyum. Tapi cinta dari kedua orang tuamu lah yang mampu membuatmu terus tersenyum dan bertahan hidup"
Tak terasa air matanya sudah mengalir dengan deras mengingat keputusan terbodohnya. Sudah tiga tahun lamanya dia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya. Dan dia sama sekali tidak mengetahui keadaan orang tuanya. Apa dia masih pantas dianggap anak? Mungkin tidak. Sekarang dia sangat merindukan orang tuanya.
"Eomma, appa aku merindukanmu" gumam Kyungsoo kecil.
Tiba-tiba saja pintu pembatas kamarnya dengan balkon terbuka, menampilkan Jongin yang sedang berdiri dengan penampilan kantornya. Kyungsoo menghapus air matanya sebelum menoleh kebelakang dan memandang Jongin datar.
Sedangkan Jongin sudah frustasi saat telponnya tak diangkat oleh gadis di depannya. Dengan terpaksa dia tidak jadi menjemput Krystal, hanya karena ingin memastikan keadaan gadis ini. Ada rasa lega di hatinya mengetahui kalau gadisnya baik-baik saja.
"Kau sedang apa disana?" tanya Jongin sambil berjalan mendekat kearah Kyungsoo.
"Aku hanya ingin menikmati angin sore"
"Sebegitu nyamankah kau dengan angin sore sehingga mengabaikan panggilanku?" tak ada nada marah dari ucapan Jongin. Pria ini memang selalu berkata lembut kepada Kyungsoo, itu yang membuat Kyungsoo jatuh cinta kepadanya. Kecuali jika dia sedang khawatir seperti saat Kyungsoo sakit, dia akan marah itu juga marah karena untuk kebaikan Kyungsoo.
"Mianhae" ujar Kyungsoo sambil menundukan kepalanya.
Jongin menarik tangan Kyungsoo dan memeluk gadis itu erat. Menyembunyikan wajahnya di leher Kyungsoo. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Kyungsoo yang sangat dia sukai. Sedangkan gadis itu hanya diam dengan kedua tangan yang berada di sisi tubuhnya. Tanpa berniat membalas pelukan Jongin.
"Do Kyungsoo aku sangat mencintaimu" gumam Jongin pelan tapi Kyungsoo dapat mendengarnya.
"Jongin-ah"
"Hmm?"
"Tidakah ini sudah sangat lama?"
Jongin melepaskan pelukannya dan menatap Kyungsoo bingung. "Maksudmu?"
"Kau ingat dengan janji mu saat itu?"
"Janji apa?"
"Janji kalau kau akan menikahiku jika aku ikut bersamamu ke Korea. Tapi hingga sekarang, kau tidak ada niatan untuk menepati janji itu?"
Jongin membelalakan matanya, dia mengira Kyungsoo sudah melupakan ucapannya waktu itu. Karena itu sudah sangat lama. Tapi ternyata gadis ini masih mengingatnya. "Bukan begitu sayang. Tapi masih banyak urusan kantor yang membebaniku, aku takut setelah kita menikah aku tidak dapat memperhatikanmu"
"Bohong! Jelas-jelas kau sulit untuk melepaskan Krystal" batin Kyungsoo berteriak. Tapi dia tidak mampu menyuarakannya. Sehingga dia hanya bisa tersenyum miris mendengar penolakan itu. Sakit? Tentu saja ini lebih sakit dibandingkan melihat prianya bersama Krystal.
"Kau tidak apa-apa? Apa kepalamu masih pusing?"
Kyungsoo tersenyum "Aku tidak apa-apa, aku selalu makan teratur dan minum obat teratur jadi ku rasa aku sudah membaik. Tidak perlu cemas, aku juga sudah menjalankan aktivitas seperti biasanya dua hari belakangan ini"
Jongin tersenyum senang dan mengecup bibir Kyungsoo sekilas "Syukurlah, aku mengkhwatirkan mu"
Kyungsoo hanya tersenyum.
.
oOo-oOo-oOo
.
Sudah 2 minggu Jongin tidak menemuinya dengan terakhir kali saat dia berada di balkon. Tiba-tiba saja Jongin datang dengan wajah frustasi dan pakaian yang berantakan. Sungguh ini bukan seperti Jongin yang dia kenal yang selalu tampil menawan dimanapun dia berada.
Jongin berjalan mendekati Kyungsoo yang sedari tadi diam ditempat, melihat kedatangannya yang seperti ini. Jongin memegang bahu Kyungsoo dan setelahnya membawa gadis itu kedalam pelukan hangatnya. Kyungsoo dapat merasakan kalau Jongin menangis, karena bahunya merasakan sebuah tetesan air. Dari mana air itu berasal jika bukan dari mata Jongin.
Jongin mengusap air matanya kasar dan melepaskan pelukannya menatap lekat mata Kyungsoo yang sayu karena sudah terlalu sering disakiti. "Kyungsoo-ya maafkan aku" gumam Jongin lemah.
Seketika air mata Kyungsoo meluncur bebas ke pipinya. Dia tahu arah pembicaraan Jongin saat ini. Setelah sekian lama, pada akhirnya dia akan mendengar kalimat ini. Tapi, tidakkah ini terlalu cepat? Dia masih tidak bisa kehilangan Jongin.
"Maafkan aku, sungguh maafkan aku. Selama ini aku berhubungan dengan gadis yang bernama Krystal Jung. Aku menjalin hubungan dengannya dibelakangmu"
"Aku sudah tahu" gumam Kyungsoo lemah.
Seketika mata Jongin membelalak mendengar jawaban Kyungsoo. Gadis ini sudah tahu, tapi dia sama sekali tidak marah. "Kau sudah tahu?"
Kyungsoo menganggukan kepalanya.
"Dan kau tidak marah kepadaku? Bahkan kau seolah-olah tidak mengetahuinya. Kenapa kau tidak menamparku seperti ini?" ujar Jongin sambil memegang tangan Kyungsoo dan membawa tangan itu untuk menampar pipinya. "Huh? Kenapa kau tidak menampar ku seperti itu? Kenapa kau hanya diam?"
"Aku bisa apa, jika memang kau nyaman dengan gadis itu? Aku tidak punya hak untuk marah. Mungkin kau mendapatkannya dari Krystal apa yang tidak kau dapat dari ku" air matanya semakin deras keluar melalui pipinya.
"Kau mencintaiku?"
"Apa masih pantas bertanya seperti itu, setelah apa yang aku lakukan? Aku selalu bertahan disisimu walaupun kau menyakitiku, karena apa? Karena aku mencintaimu Jongin-ah. Aku tekan semua rasa sakit ini, hanya karena ingin selalu berada di sisimu"
Seketika air mata Jongin mengalir mendengar jawaban Kyungsoo. Dia adalah pria yang paling jahat didunia ini. Setelah memisahkan Kyungsoo dengan kedua orang tuanya dan sekarang dia menghancurkan hidup gadis ini. "Tapi Kyungsoo-ya"
"Ya, aku tahu. Cepat atau lambat aku harus menerima ungkapan ini. Cepat atau lambat aku harus menerima segala keputusanmu"
"Krystal hamil. Dan anak yang berada di dalam perutnya adalah anakku, aku tidak bisa meninggalkan dia begitu saja setelah apa yang aku perbuat. Maka dari itu aku kesini ingin mengatakan untuk mengakhiri hubungan kita, karena aku harus menikahinya"
Semakin deras air mata Kyungsoo berjatuhan, tidak perlu berbicara karena sebuah tangisannya mampu menjawab semuanya.
"Maafkan aku Kyungsoo-ya. Aku tidak masalah kau membenciku, mungkin itu memang pantas untuk ku dapat. Benci aku sepuasmu, dan jangan maafkan aku bila perlu. Maaf tidak menepati janjiku"
Kyungsoo mencoba tersenyum walau hatinya berteriak jangan. "Tidak apa-apa, pergilah. Nikahilah dia, kau memang harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan. Dan aku tidak akan pernah membencimu"
Jongin semakin terperangah mendengar jawaban Kyungsoo. "Kau tidak membenciku?"
"Tidak, aku tidak pernah membencimu. Bagaimanapun ini bukan kesalahanmu, jadi tidak perlu meminta maaf. Setelah ini, mari kita melupakan satu sama lain. Seolah kita tidak saling mengenal seperti saat kita pertama kali bertemu, hapus semua kenangan kita. Dan mari kita hidup dengan baik setelah ini, kau bersama orang pilihanmu begitupun dengan aku. Jika suatu saat kita bertemu, anggaplah kalau kita tidak pernah saling kenal sebelumnya"
Air mata Jongin menetes mendengar penuturan gadis ini. Balasan ini memang pantas dia dapatkan. Dia harus bersyukur karena gadis ini tidak sama sekali membencinya.
.
oOo-oOo-oOo
.
Esokan harinya Kyungsoo pergi meninggalkan apartemen Jongin yang selama ini dia tempati. Meninggalkan seluruh barang-barang di apartemen itu, dan hanya membawa pakaiannya sama seperti pertama kali dia menginjakan kakinya di apartemen ini.
Dia memutuskan untuk kembali ke keluarganya, walaupun dia merasa sangat mustahil jika orang tuanya tidak membencinya. Tapi dia akan berusaha meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Dia akan melupakan semua kejadian selama dia bersama Jongin, dia akan melupakannya seperti orang yang amnesia.
Jongin berkunjung keapartemen ini lagi, dan dia di kejutkan oleh kenyataan kalau Kyungsoo sudah pergi dari apartemen miliknya hanya membawa pakaiannya. Gadis itu pergi tanpa berniat untuk berpamitan kepadanya. Tapi untuk apa? Apa dia masih pantas? Setelah apa yang dilakukannya kepada gadis itu.
Jongin menemukan sebuah novel yang berada di nakas dengan berjudul 'I Only Had a Heart' yang sudah pasti Kyungsoo lah yang menulisnya. Novel ini sangat tipis, berbeda dengan novel-novel biasanya yang dibuat gadis itu.
Dia memutuskan untuk membacanya, mungkin tidak akan memakan waktu lama.
Dari saat membaca novel ini hingga akhir, air mata Jongin tak bisa berhenti untuk tidak keluar. Jelas sekali novel ini menceritakan hidup seorang Kyungsoo yang sangat menyedihkan. Ini sudah sangat jelas kalau ini adalah sebuah perjalanan hidup Kyungsoo hanya saja nama sang tokoh dalam novel itu yang diganti. Bagaimana dia dibawa ke Korea oleh Jongin hingga dia menyaksikan perselingkuhan kekasihnya dengan gadis lain. Bukankah itu sangat menyakitkan?
Hingga ada sebuah kata yang berada di halaman terakhir.
"Masih wajarkah jika aku bertahan? Bertahan atas hubungan ini. Sementara kau sudah pergi meninggalkan ku. Pergi kepelukan orang lain"
"Aku hanya punya hati untuk mencintaimu"
Air mata Jongin semakin deras membaca kata itu. Merasa bersalah? Tentu saja. Dia sangat-sangat menyesal. Seandainya dia tidak melakukan ini semua, mungkin Kyungsoo masih berada di sisinya saat ini. Mencintai Kyungsoo? Ya! Dia sangat mencintai gadis itu.
.
oOo-oOo-oOo
.
Five Years Later
Sekarang Kyungsoo adalah seorang CEO muda di perusahaan ayahnya. Dialah yang harus meneruskan perusahaan orang tuanya, mengingat hanya dia anak satu-satunya yang di punya orang tuanya.
Awal Kyungsoo menginjakan kaki ke rumah ini lagi memang ayahnya sangat membencinya, tapi tidak dengaan ibunya. Ibunya menangis bahagia anaknya kembali, berbeda dengan ayahnya yang memandang Kyungsoo dengan tatapan tajam.
Tapi seiring berjalan waktu ayahnya bisa menerima kehadirannya lagi. Orang tua mana yang bisa berlama-lama membenci anaknya? Seburuk-buruknya seorang anak, orang tua tidak akan bisa membenci anaknya dengan waktu lama.
Sekali lagi Kyungsoo memandang penampilannya di depan cermin. Dia tersenyum "Sempurna"
"Soo-ya cepatlah! Kau akan terlambat nak" teriak ibunya dari luar kamarnya.
"Ne, eomma" jawab Kyungsoo sambil menuruni anak tangga. Tidak lupa dia mencium pipi ibu dan ayahnya lalu mengambil sepotong roti yang sudah diberi selai.
"Yak! kau ingin kemana?" teriak ibunya sambil membawa segelas susu untuk Kyungsoo.
Kyungsoo yang awalnya sudah berjalan untuk segera pergi seketika berbalik memandang ibunya. "Aku tidak mungkin duduk lebih lama eomma. Waktunya sudah sangat sempit"
"Itu salahmu, kenapa kau bangun siang hari ini"
"Arraseo appa. Mianhae"
"Jika investor kali ini lepas lagi, kau benar-benar ku pecat dari jabatanmu"
"Aku mengerti, aku akan bekerja keras" ujar Kyungsoo sambil memberi hormat.
Ibu dan ayahnya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Minum dulu susumu"
"Iya" Kyungsoo menghampiri ibunya dan mengambil gelas berisi susu yang berada di genggaman ibunya lalu meneguk habis susu itu. Dan meletakan gelas kosong di meja makan "Aku pergi. Annyeong appa eomma. Saranghae!" teriak Kyungsoo sambil berlari keluar rumah.
Ibu dan ayah Kyungsoo seperti kembali hidup setelah Kyungsoo kembali. Awalnya gadis itu memang sering menangis sepulang dari Korea, tapi seiring berjalannya waktu itu tidak lagi terjadi.
.
oOo-oOo-oOo
.
"Cassandra lihatlah penampilanku? Apa sudah sempurna?" tanya Kyungsoo kepada sekretaris pribadinya sekaligus teman dekatnya menggunakan bahasa prancis.
"Kau terlihat keren! Kau sangat sempurna dengan kecantikanmu itu" ujar Cassandra sambil tersenyum menyemangati sahabatnya.
"Apa masih lama dia datang?"
"Tidak, dia sedang dalam perjalanan. Tenanglah"
"Apa kau yakin dia investor dari perusahaan terbesar di Korea?"
"Ya, memang begitu informasinya"
"Baiklah"
"Kau tidak lupa dengan bahasa Negara kelahiranmu itu kan?"
"Apa? Tidak! Mana mungkin aku lupa"
"Bisa saja. Ahh itu dia" Cassandra dan Kyungsoo berdiri menyambut orang yang akan bekerja sama dengan perusahaannya.
Senyum merekah di bibir mereka masing-masing, menyambut kedatangan sang investor. Tapi seketika senyum Kyungsoo musnah melihat siapa orang itu. Tubuhnya menegang, dan matanya memandang lurus kedepan kearah orang tersebut.
Lima tahun dia mencoba melupakan pria itu, mati-matian dia menghilangkan pria itu dari pikiran dan hatinya. Dan sekarang pria itu berdiri lagi di depannya, bahkan sebagai CEO perusahaan yang akan menanamkan modalnya di perusahaan Kyungsoo. Dan mungkin mereka akan sering bertemu setelahnya. Haruskan dia membatalkan kerja sama ini? Dan mengecewakan ayahnya lagi. Kyungsoo menggeleng, dia harus menghadapinya bukan menghindarinya.
Tidak ada bedanya dengan Jongin, dia juga tidak habis pikir dengan takdir yang seakan mempermainkan hidupnya. Dia menatap gadis di depannya dengan tatapan rindu, menyesal, sedih menjadi satu.
Ternyata lima tahun bukan waktu yang cukup untuk keduanya melupakan kenangan mereka. Nyatanya mereka lagi-lagi mengingat kenangan menyakitkan dan membahagikan yang mereka lewati bersama dahulu.
Cassandra merasa kalau ada sebuah yang tidak beres di antara keduanya. Dia segera menggenggam tangan Kyungsoo seperti memberi kekuatan. Seketika Kyungsoo tersadar dari lamunan yang menyakitkan.
Kyungsoo mencoba untuk bersikap profesional, lagi juga mereka sudah berjanji untuk tidak saling kenal setelah bertemu di kemudian hari. Kyungsoo tersenyum dan membungkukan badannya. "Annyeong Haseyo Tuan? Perkenalkan saya Do Kyungsoo, CEO dari Do Corps" Kyungsoo mengulurkan tangannya kearah Jongin sambil terus tersenyum.
Jongin sangat merindukan senyuman itu, sudah sangat lama rasanya dia tidak melihat senyuman itu. Tetapi saat ini senyuman itu berbeda dari terakhir kali dia melihatnya, disaat terakhir dia melihat senyum menyakitkan dari gadis ini. Tapi sekarang, itu adalah senyuman bahagia. Dia tidak berbohong kalau rasa cintanya kepada gadis itu masih ada sampai sekarang. Jongin balik tersenyum dan menjabat tangan Kyungsoo "Annyeong Haseyo, saya Kim Jongin dari Kim Corps. Senang bisa bekerja sama dengan anda Nona Do Kyungsoo"
"Ya Tuan Kim Jongin" ujar Kyungsoo sambil tersenyum.
.
The End...
.
.
Hai hai!
Ini ff yang aku bilang itu, karena ada beberapa yang suka GS jadi aku post deh. Maaf ya kalau gak bagus. Ini ff lama banget di laptop, ff jadoel wkwkwk. Jujur ini aku ngedit ajah seharian gegara kata-kata yang dulu aku gunain itu super super alay sampe sampe aku ngakak sendiri bacanya.
Ini ff belom pernah aku post dimanapun koq, jadi baru disini doang. Dan ending nya emang kaya gitu. Jadi jangan hukum aku yaa karena ngebuat ami tersakiti disini, dulu tuh aku paling suka nulis ff yang sad sad gitu. Tapi ini endingnya gak sedih kan? Ini happy ending koq
Ini ff oneshoot jadi gak ada terusannya, emang udah cukup sampe disini. Sekian dan terimakasih wkwkwkwk.
Maaf untuk typo yang bertebaran. Karena typo adalah pemanis dalam sebuah cerita wkwkwkwk. Annyeong, tunggu ff ku selanjutnya, dan tunggu ff ku yang berchapter, doain ajah biar bisa update cepet.
Terima Kasih
NiniSoo1288
