nutzcry presented—
Inaudible
Masashi Kishimoto is the sole owner of Naruto. I'm only borrow the characters.
All standart warnings applied! For any mistakes, I were so sorry. SasuSaku alternate universe fanfiction, dldr!
This fanfiction is very far from the "perfect" word. I didn't take any advantage from maked this story.
Note: Italic words is sentence or speech written by Sakura.
.
[Chapter 1]
Dear, Uchiha-kun.
Namaku Haruno Sakura, kita berada dalam kelas yang sama. Kuharap kau mengenaliku karena aku bukanlah siswi yang aktif di kelas. Namun, bukan itu yang ingin ungkapkan. Yang utama adalah surat ini mungkin akan menyampaikan perasaanku terhadapmu.
Uchiha-kun, entah sejak kapan aku merasakan ini. Tetapi, dengan melihatmu saja aku sudah merasa senang. Seperti ada yang menekan hati dan aku menyukai sensasi yang ditimbulkannya. Setiap aku merasakan itu, aku tak mampu menahan senyum yang tiba-tiba terbentuk di bibirku.
Kau selalu menjadi sosok pertama yang aku cari saat tiba di sekolah. Dan, kau tahu? Saat dua bulan yang lalu kau kecelakaan, aku sangat khawatir padamu. Namun syukurlah, kau baik-baik saja.
Intinya adalah, aku menyukaimu, Uchiha-kun.
Haruno Sakura.
"Selamat datang. Meja untuk dua orang?" tanya si pelayan ramah.
Ino mengangguk, "aku ingin tempat yang nyaman dan jauh dari keramaian, Ami," dan mengedipkan sebelah matanya. Ami merotasi kedua manik kembar miliknya.
"Letakkan sebuah ranjang empuk di sebuah gang sempit dan kau akan mendapatkan tempat yang nyaman dan jauh dari keramaian," balas Ami.
"Beginikah caramu memperlakukan pelangganmu, nona pelayan? Bagaimana jika aku melaporkan pelayanan tak mengenakkan yang kau lakukan pada kami pada bos-mu? Ide yang bagus, bukan?" Ami menghela napas berat sebelum mengantarkan dua orang sahabat berbeda warna rambut itu ke meja yang diinginkan.
"Sudah puas? Kalau begitu, ini daftar menunya." Ami menyerahkan sebuah daftar menu pada Ino dan Sakura. Ino mengangguk dan tersenyum lucu pada Ami. Lalu, menoleh pada Sakura. Gadis itu menyodorkan daftar menunya dan menunjuk sebuah gambar Ploughman's Lunch dan Custard. Ino mengangguk.
"Baiklah, nona pelayan. Aku pesan Sunday Roast dan Yokshire Pudding. Ploughman's Lunch dan Custard untuk sahabatku. Oh, jangan lupakan dua Strawberry Milkshake untuk minumannya, mengerti?" Ami mengangguk.
"Kami akan mengantarnya dalam lima belas menit."
Sakura mengambil sebuah notes dan bolpen dari dalam saku roknya. Dan menulis; bagaimana pendapatmu, Ino? Ia memukul kecil meja untuk mendapatkan atensi dari sahabat pirangnya. Gadis dengan model rambut ponytail itu mengambil dan membaca tulisan yang terbentuk dari goresan tinta hitam dari bolpen.
Ino menggedikkan bahunya, "maksudmu pendapatku mengenai surat yang kau perlihatkan padaku pagi tadi?"
Sakura mengernyit dan kembali menulis; apa kau bisa sedikit memperbesar suaramu, Ino? Aku tak dapat mendengarmu. Ino terlihat terkejut saat membacanya. Ia lupa, ... bahwa Sakura punya gangguan dengan indra pendengarannya. Kasar menyebutnya, Sakura tuli. Itu terjadi akibat kecelakaan dua belas tahun yang lalu yang dialami Sakura. Saat mendengar bahwa kedua orang tuanya meninggal dan indra pendengarannya rusak, Sakura menangis kencang. Ia berusaha mengatakan sesuatu saat itu. Namun belum selesai satu katapun ia ucapkan, Sakura kembali menangis. Ino dan kakak Sakura, Yahiko, ada disana saat Sakura tidak siap menerima cacat pendengaran yang dideritanya.
"Ah, maafkan aku. Apa kau yakin akan memberikan surat itu pada Uchiha Sasuke?" ulang Ino, tentu saja dengan menaikkan beberapa oktaf nada suaranya. Untungnya, cafe masih sepi pagi itu. Jadi, tidak akan mengganggu siapapun.
Aku yakin, sepertinya. Waktu istirahat besok aku akan memberinya pada Uchiha-kun.
"Kalau kau sudah yakin, maka baiklah. Aku akan mendukungmu," Ino tersenyum.
Terima kasih. Lalu, tersenyum membalas.
"Ini pesanannya, silahkan dinikmati." Ami kembali dengan sebuah nampan berisi pesanan dan meletakkannya di atas meja. "Bagaimana kabarmu, Sakura?" tanyanya. Sakura tersenyum kecil, bingung sebenarnya. Melihat reaksi Sakura tak paham, ia menulis sesuatu di atas kertas pesanan.
Sakura mengangguk dan tersenyum. Aku baik. Bagaimana denganmu? Ami ikut mengangguk.
"Semoga harimu menyenangkan, Sakura," ujar Ami dengan oktaf yang sedikit tinggi.
"Bagaimana dengan hariku? Apa kau tidak ingin mengatakan hal yang sama padaku?" Ami tertawa kecil sembari berlalu pergi.
"Tidak akan, gendut!" Ino menggeram kesal. Dirinya dan Ami selalu saja tidak pernah akur. Ia sendiri tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi. Ah, ia tahu, Ami-lah yang memulai semuanya. Jadi, itu bukanlah kesalahannya. Ya, Ami yang lebih dulu mengibarkan berdera perperangan dengan dirinya—meskipun kenyataan berkata sebaliknya.
"Ami sialan, kali ini aku benar-benar akan melaporkanmu pada bosmu." Namun, ia tak mendapat tanggapan apapun dari Ami yang telah menjauh. Sakura tertawa kecil, meskipun dirinya masih belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi di antara Ami dan Ino. Intinya, mereka berdua bertengkar—lagi.
Andai saja ia mampu mendengar, mungkin akan lebih menyenangkan. Beriming-iming pun tak akan memperbaiki apapun. Takdir begitu kejam kepadanya.
Ino mendorong bahu Sakura lembut dan tersenyum. Ia memiringkan jari telunjuknya hingga bertemu di depan jari tengah, yang berarti 'semoga berhasil'. Sakura mengangguk dan segera berlalu. Ino memandang sendu punggung Sakura yang sedikit demi sekidit kian menjauh darinya. Apa yang akan terjadi nanti?
Ino tak akan menerima jika nanti Sakura diolok-olok oleh Sasuke dan teman-temannya. Dan iapun tak bisa mencengah Sakura untuk menyatakan perasaannya pada Uchiha Sasuke. Ia hanya tak ingin melukai hati Sakura dengan mengatakan apa yang ia pikirkan. Ino menyayangi Sakura, sangat. Semoga saja yang terjadi setelahnya, tidak akan seburuk yang ada dalam benaknya.
Sakura terhenti sebentar di depan pintu kantin. Apakah semuanya akan baik-baik saja? Di meja kantin, Uchiha Sasuke dan teman-temannya tengah berkumpul untuk makan siang. Sakura tersenyum dan meyakinkan dirinya. Setelah mengumpulkan keberaniannya, Sakura berjalan mendekati Sasuke dan teman-temannya. Sakura menoleh ke belakang, mendapati Ino yang mengangguk menyemangatinya. Sakura memantapkan langkahnya.
Saat ia tiba disana, tepat saat Uchiha Sasuke bangun dari tempatnya. Sakura membungkuk sembari menyerahkan amplop berisi surat tersebut. Uzumaki Naruto ikut beranjak di sebelah Uchiha bungsu itu.
"Apa ini?" Sakura tetap diam dan menunduk. Tak menerima respon, Uchiha Sasuke membuka amplop tersebut dan membacanya. Naruto mendekat, memiringkan kepalanya sedikit agar dapat membacanya juga.
Tak lama setelahnya, Uchiha Sasuke berdecih sinis. "Apa ini?" tanyanya dengan intonasi tinggi, sontak membuat seisi kantin menjadi terdiam. Sakura menegakkan tubuhnya. "Kutanya, apa ini? Apa kau mengerti apa yang ku katakan?" ulangnya.
Sakura diam, tak paham apa yang tengah ditanyakan oleh lelaki yang disukainya. Kemudian, Inuzuka Kiba membisikkan sesuatu di telinga Sasuke. Setelah itu, lelaki itu tertawa keras. "Kau menyukaiku? Gadis tuli sepertimu?" Masih dalam tawanya, "kau ingin jawaban apa dariku?" Inuzuka Kiba dan Akasuna Sasori tertawa kecil.
Sasuke meremas kertas tersebut membentuk sebuah gumpalan dan melemparnya ke tempat sampah. "Seharusnya kau bisa lebih melihat dirimu. Gadis tuli sepertimu? Aku bahkan tak ingin kau menyukaiku," Sakura diam, tak mengerti sama sekali. Yang ia bingungkan adalah, megapa Uchiha Sasuke membuang surat darinya?
Sudah cukup, Yamanaka Ino sudah tak tahan sahabatnya dipermalukan di depan umum oleh si bajingan Uchiha Sasuke. Ia berjalan cepat dan menarik erat tangan Sakura, yang cukup kaget dengan kehadirannya, untuk pergi. Sialan si Uchiha idiot itu.
"Apa kau sudah selesai, tuan? Sudah puas menghina kekurangan sahabatku? Kau pikir siapa dirimu itu? Kau tak lebih dari sampah masyarakat yang hobi menghambur-hamburkan uang. Kau tahu? Seberapa rendahnya dirimu itu? Jika kau ingin menolaknya, katakan dengan baik. Kau tak perlu menghinanya seperti itu di hadapan umum. Dasar kau bajingan brengsek!" maki Ino.
"Sampah masyarakat? Apa maksudmu dengan itu, buntut kuda? Apa kau tahu siapa aku? Kurasa, kau telah berurusan dengan orang yang salah," balas Sasuke tak ingin kalah.
"Tentu saja, aku tahu. Aku sedang berurusan dengan di rendahan Uchiha Sasuke." Lalu, Ino menarik Sakura pergi dari kerumunan kantin.
"Sakura, sudah pulang? Bagaimana sekolahmu tadi?" Yahiko menyambut adiknya di depan pintu utama sambil merangkulnya. Sakura mengangguk dan tersenyum. "Ino mengantarmu tadi? Dia tidak masuk?" Sakura menggeleng. "Ah, baiklah. Lekas ganti pakaianmu dan turun untuk makan malam," anggukan diberikan sebagai jawaban.
Sakura mengunci pintu kamarnya. Ia melempar tasnya asal dan merebahkan diri di atas ranjang. Langit-langit kamar tak begitu buruk untuk dipandang. Ruangan yang cukup luas untuk menjadi ruangan pribadinya.
Apa menjadi tuli seburuk itu? Bahkan lelaki yang ia sukai sampai menghinanya. Sebenarnya dimana salah Sakura? Menjadi tuli juga bukan keinginannya. Ia tidak ingin menjadi gadis cacat yang tak dapat mendengar. Sakura tidak ingin menjadi tuli. Ia juga ingin hidup normal seperti yang lainnya. Berteman dengan banyak orang. Namun, dengan keadaannya yang sekarang, semua orang mulai menjauhinya karena menganggapnya sebagai beban. Yang Sakura miliki sekarang hanya Yahiko, Ino, dan Ami. Tak ada lagi yang tersisa selain mereka.
Hidup dalam ketakutan juga bukan sesuatu yang menyenangkan. Sakura sangat takut jika suatu saat nanti tiga orang yang amat berarti itu meninggalkannya. Kenapa takdir membuat kehidupannya sangat buruk seperti sekarang?
Sakura bahkan tak sanggup membendung butiran-butiran bening itu dari pelupuk matanya itu. Mereka berjatuhan, sedikit demi sedikit, kemudian menjadi banyak. Sakura menghapusnya, namun mereka tak sedikitpun berniat untuk berhenti bunuh diri dengan terjun dari pelupuk matanya.
Sakit. Sakit. Sakit. Sakit sekali.
Hati Sakura terasa sangat sakit. Seperti ditikam oleh ribuan bahkan jutaan tombak runcing. Kenapa ia merasakan hal seperti ini? Apa hati ini juga mulai membencinya? Bukankah biasanya hatinya ini selalu memberikan sensasi menyenang sehingga selalu membuatnya tersenyum? Kenapa hatinya ini juga ikut membencinya? Kenapa mereka membencinya?
Sakura benar-benar menghapus air matanya saat terdengar ketukan pintu dari luar kamarnya. Ah, Yahiko sepertinya. Buru-buru ia membukakan pintu untuk kakaknya. Yahiko baru saja hendak bicara saat melihat kedua mata adiknya membengkak.
"Ada apa? Kau menangis?" Lagi, gelengan Sakura berikan. Yahiko tahu bahwa Sakura sedang berbohong. "Jangan berbohong padaku. Aku adalah orang yang paling mengenalmu, Sakura. Kau bukanlah orang yang ulung dalam berbohong. Sekarang, ceritakan padaku, ya?"
Anggukan lagi.
"Sialan si pirang buntut kuda itu, beraninya dia mempermalukanku di muka umum," Uchiha Sasuke terus mengupat selama dalam perjalanan. "Ini semua karena si tu—"
"Bisakah kau menghentikan acara mengupatmu itu, Sasuke?" Naruto menghela napas. "Itu semua juga kesalahanmu, kau tahu? Seharusnya kau juga tidak menghina Sakura-chan seperti itu. Dimana prikemanusiaanmu?"
"Apakah yang kau maksud itu adalah 'priketulian'? Dan apa-apaan itu? 'Sakura-chan'? Kau mengenal gadis tuli itu?" Naruto mengangguk. Hari ini Sasuke memang sudah keterlaluan, menurutnya. Tak seharusnya ia menghina Sakura seperti yang dia lakukan.
"Tentu saja. Kau tidak mengenalnya? Dia teman sekelas kita." Ah, pantas saja Sasuke merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat. "Bagaimana bisa kau tak mengenalnya, Sasuke?"
"Aku terlalu sibuk, jadi aku tak memiliki waktu untuk memperhatikan seorang gadis tuli," jawabnya asal.
"Sakura-chan adalah gadis baik, jika kau ingin tahu." Naruto mengambil dua kaleng soda dari dalam tasnya. Salah satunya ia sodorkan pada Sasuke dan lelaki itu menerimanya. Naruto membuka tutupnya dan meneguknya.
"Aku tak ingin tahu," Sasuke membuka kaleng sodanya. "Lagipula aku tidak ingin mendengar lagi apapun mengenai gadis itu. Dan kenapa sejak tadi kau membelanya? Hah, kau menyukainya? Konyol, sungguh," sindirnya.
"Tutup mulutmu. Sakura-chan itu tetanggaku dulu. Dia adalah gadis cantik yang banyak disukai orang disekitarnya, dan dia dulu bukanlah seorang gadis tuli," Naruto menendang kerikil yang berada di jalannya. Sasuke mulai mendengarkan.
"Tidak tuli?" Naruto mengangguk.
"Sebuah kecelakaan menimpanya. Kedua orangtuanya meninggal di tempat, sedangkan Sakura-chan kehilangan fungsi telinganya. Dua tahun setelahnya, ia pindah ke Las Vegas dan menetap disana bersama kakaknya. Aku baru bertemu dengannya kembali saat tahun pertama kita di SHS,' jelas Naruto.
"Dia memiliki kakak?"
"Um. Kakaknya tidak itu bersama mereka saat kecelakaan itu, jadi kak Yahiko baik-baik saja."
"Kau bahkan mengenal kakaknya?" Sasuke membuang kaleng sodanya yang telah kosong. Naruto kembali mengangguk.
"Kak Yahiko teman mainku sewaktu kecil," Naruto menjelaskan.
Dan tidak ada lagi yang berbicara setelah itu.
To Be Continue
a/n: hora! doumo, doumo ;;3 saya kembali lagi dengan fanfic baru yang luar binasa gaje -,,,-" ini sedikit terinspirasi dari anime Koe no Katachi. Waktu denger judulnya entah kenapa jadi kepikiran untuk buat fanfic ini. Dan saya tahu bahwa fanfic ini juga sangat, sangat jauh dari kata sempurna. Ada banyak kesalahan penulisan atau apalah yang terkandung dalam fanfic ini atau fanfic-fanfic saya yang lainnya. Saya harap tidak akan ada scene yang mirip karena saya sama sekali belum menonton film itu, haha /krik,krik x3 saya juga minta maaf karena banyak mempublikasikan fanfic baru padahal fanfic-fanfic lama belum di-update, hontou ni gomenasai /membungkuk. Semoga juga fanfic ini bisa saya update dengan cepat :D ah, beware 'cause typo(s) everywhere, hoho ;;)
bloom
