Suara musik yang keras bercampur dengan aroma alkohol dan suara-suara orang yang tengah terlena dalam dunianya masing-masing tak membuat Sasuke bergerak sedikit pun dari tempatnya. Guratan kekesalan dan tatapan matanya yang terasa dapat melubangi kepala seseorang menandakan bahwa ia sedang kesal, atau memang sedang sangat kesal. Ia mengeratkan pegangannya pada gelas yang setengahnya terisi oleh wine dan mendengus lagi untuk yang kesekian kalinya dalam semenit.
Lima menit lagi dia tidak datang, dia tidak akan punya alat reproduksi lagi untuk dibanggakan karena aku akan dengan senang hati memotongnya dan memajangnya di dinding.
Aura hitam dengan background tawa jahat rasanya dapat terlihat dalam radius beberapa meter di sekitarnya. Ia sedikit tersentak saat seorang gadis dengan pakaian yang kekurangan bahan—Sasuke jadi merasa kasihan—duduk di sampingnya dan tersenyum menggoda padanya sambil menyilangkan kedua kakinya yang hampir tidak tertutupi oleh rok yang sangat pendek itu dan mengedipkan mata padanya.
Sasuke mengernyit dan memasang ekspresi jijik.
"Sendirian, tampan?"
Apa yang membuat mereka menarik? Mereka hanya makhluk kelebihan daging di bagian dada dan suka memamerkannya pada semua orang. Ew.
"Hipokrit," Sasuke menjawab dengan datar.
Saat gadis di depannya hendak mendekatkan diri padanya, ia merasakan sebuah lengan melingkari pinggangnya dan kecupan di leher belakangnya. Sasuke hampir akan berbalik mengatakan sesuatu sebelum mendengar suara yang sangat familiar.
"Maaf, Nona. Sudah ada yang memiliki pria tampan ini."
Naruto © Masashi Kishimoto
too many warnings to mention
Addictive © Kei
.
Saat gadis itu melangkah menjauh dengan ekspresi kesal, Sasuke menggumam pelan merasakan kecupan itu semakin intens di leher dan rahangnya. Menundukkan kepalanya sedikit melihat tangan yang memeluk pinggangnya, ia meraih satu tangan itu dan membawanya ke mulutnya. Ia mendengar sosok di belakangnya membisikkan sesuatu di telinganya namun mengabaikannya, sebelum dengan brutalnya ia menggigit pergelangan tangan itu hingga sang pemilik mengerang kesakitan dan menarik dirinya menjauh.
"Damn. Kau menggigit tanganku!"
Sasuke memilih untuk tidak bereaksi dan mengambil gelas di depannya untuk menenggak isinya, sudah lupa berapa gelas yang ia minum malam ini dan kini tubuhnya terasa sedikit panas.
"Aku hanya terlambat—"
"Dua puluh tujuh menit."
Naruto merengutkan bibirnya dan duduk di sampingnya sambil menyalakan rokok yang ia selipkan di bibirnya dan memesan segelas vodka. Merasa bahwa Sasuke hanya akan tetap mendiamkannya, ia harus segera bertindak sebelum aura jahat itu menguasai tubuh Sasuke dan ia akan memaksa pulang padahal Naruto baru saja sampai di sini. Setelah menenggak setengah isi gelasnya, ia bergeser mendekat dan kembali memeluk pinggang Sasuke dan tersenyum.
"Aku mengajakmu ke sini untuk bersantai, bukan untuk membuatmu semakin kesal," tatapan dingin itu masih sama dan Naruto menghela napas.
"Aku akan melakukan apapun yang kau minta malam ini," Naruto menggigit daun telinga Sasuke dan meniupnya perlahan, ia memundurkan wajahnya saat merasakan tatapan Sasuke padanya.
"Apapun?" Naruto mengangguk pelan. Sasuke menyeringai.
"Termasuk… 'aku yang di atas dan melakukan penetrasi'?"
Naruto terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab. "Kalau itu maumu. Selama denganmu, aku tidak keberatan seks dalam posisi apapun. Lagipula aku tidak pernah mendeklarasikan siapa yang berhak di posisi mana," Naruto menggumam di kalimat terakhirnya sambil menghisap lagi rokoknya yang sempat terlupakan.
"Atau cross-dressing semalaman memakai kostum maid untuk menghiburku?"
Naruto terlihat membeku sejenak namun memaksakan untuk tersenyum. "Untuk tuan putriku tersayang, lautan api pun akan kuseberangi."
"Hmph. Tidak menarik. Aku akan mengatakan apa yang kuinginkan di akhir permainan ini."
"Permainan?" Naruto mengangkat satu alisnya—
"Dare?"
—sebelum menyeringai dan menjilat bibirnya. "So dare."
"Bagaimana kau ingin bermain?"
Kedua bola mata segelap malam itu menatapnya dan mengangkat satu alisnya, "apa aku mengenalmu?"
"Apa kita sudah mulai bermain?" Naruto menghabiskan isi gelasnya sebelum menjilat bibirnya dan tersenyum tipis. "Seseorang sedang kesal malam ini? Butuh bantuan untuk bersantai?"
Lirikan angkuh itu hanya membuatnya semakin bersemangat. "Sendirian, cantik?"
Sasuke menghadapkan tubuh padanya hingga lutut mereka bersentuhan dan mencodongkan tubuhnya hingga napasnya yang hangat tepat mengenai bibir Naruto dan berbisik pelan, "gunakan matamu. Apa aku sendirian?"
"Tidak juga. Aku bersamamu sekarang," tangannya yang hendak bergerak untuk menyentuh wajah di depannya terhenti saat tangan Sasuke menghentikannya, kedua bola mata hitam itu mengamati seluruh tubuhnya seolah siap untuk menelannya bulat-bulan dan ia hanya bisa kembali menatap wajah itu.
"Kurasa, tapi mungkin seseorang tidak akan senang melihatmu bersamaku," Naruto hanya mendesis pelan merasakan jilatan di telinganya namun tidak melakukan apapun.
"Oh? Apa kau sendiri karena kekasihmu baru saja membuangmu di tempat ini?" Naruto mengangkat satu tangannya dan menggerakkan jari-jari panjangnya di punggung Sasuke membuat sosok di depannya menggeliat perlahan.
"Dia tidak akan berani, aku terlalu sempurna untuk dibuang," bersamaan dengan kalimatnya ia memainkan jarinya di leher Naruto sambil tetap menggeliat sesekali karena tangan yang berada di punggungnya. Naruto tahu ia suka disentuh di bagian itu dan Naruto selalu saja curang dengan membuatnya lemah seperti ini. "Hanya ingin mencoba sesuatu yang baru dan berbeda, mmh… hanya penasaran apa aku bisa menemukan yang lebih besar dari miliknya."
"Ia sepertinya membosankan karena sekarang kau terlihat begitu bernafsu melihatku," Naruto meraba satu tangannya semakin ke bawah dan meremas pinggul Sasuke hingga sosok itu kembali mendesis pelan. Suara musik dan riuh puluhan manusia hanya terdengar samar di telinga saat mereka lebih memfokuskan diri pada sesuatu yang lebih menyenangkan untuk diperhatikan.
"Tidak juga, hanya sedikit penat. Ia tidak pernah mau melepaskanku meski hanya sebentar," Sasuke mengambil rokok yang sejak tadi terlupakan dari satu tangan Naruto dan menghisapnya di bibirnya.
"Posesif? Terdengar menantang," Naruto menggesekkan jari-jarinya di paha dan pinggang Sasuke . "Seperti apa dia?"
"Apa itu penting?" Sasuke menghisap rokok itu lagi dan menghembuskan asapnya tepat di wajah Naruto yang membuatnya mengernyit sekilas sebelum menjatuhkannya di lantai dan menginjaknya,
"Tidak juga, hanya penasaran orang seperti apa yang bisa memiliki makhluk seperti ini," Naruto melayangkan tatapannya ke tubuh bagian bawah Sasuke yang dibalut celana jins ketat berwarna hitam dan mendadak ia merasa tak sabar untuk segera menelanjangi makhluk di depannya.
"Mau mencoba seperti apa bersetubuh dengan 'makhluk' ini?" Sasuke memegang dagu Naruto dengan jarinya sambil menyeringai tipis dan menjilat bibirnya.
"Aku tidak akan senang jika aku kekasihmu. Apa kau menawarkan tubuhmu pada semua orang yang kau temui?" Naruto membawa satu tangannya yang menganggur ke belakang tubuh Sasuke dan meremas bokongnya dengan dua tangan, membuat Sasuke kembali menyeringai sambil mendesah pelan.
"Hanya pada orang tertentu. Lagipula…" Sasuke memundurkan tubuhnya dan membuka satu kancing atas kemejanya yang berwarna biru gelap bergaris hitam dengan satu tangan sambil menjilat jari telunjuk pada tangannya yang lain. "Dia tidak akan tahu," sambil melebarkan kerah kemejanya membuat kedua iris biru itu tertuju ke lehernya yang jenjang. Naruto tak pernah bosan berapa kali pun mereka mengulang game goda-aku-dan-kita-akan-bercinta-seperti-orang-asin g yang mereka mainkan setiap kali mereka memiliki waktu hanya untuk mereka berdua, tanpa teman-teman kuliah ataupun pengganggu lain yang ada di sekitar mereka. Sasukenya, yang dari luar terlihat begitu dingin dan tak peduli pada apapun, tapi Naruto melihat sebaliknya, begitu bersemangat, menggoda dan penuh gairah membuatnya begitu adiktif. Ada banyak hal yang tak pernah ia lakukan di depan orang lain tapi Sasuke lakukan di depan Naruto—tersenyum, tertawa, kesal, cemburu, bahkan ia bisa berubah menjadi makhluk paling menggoda yang pernah Naruto lihat—dan Naruto tak pernah merasa seistimewa itu seumur hidupnya.
"Ya, dan jangan sampai dia tahu," Naruto menempatkan satu tangannya di belakang leher Sasuke dan menarik tubuh itu mendekat sebelum mencium leher itu dengan mulutnya yang terbuka, sesekali menjilat tulang selangka Sasuke dan menggigit kembali leher itu. "Mmh kau sangat harum," disertai aroma yang memabukkan inderanya ini, Naruto yakin ia tak akan pernah bosan mencium dan mengendusnya.
Sasuke sedikit mendongakkan wajahnya sambil memejamkan mata menikmati kehangatan tubuh Naruto yang mulai menyalur padanya, merasakan setiap kecupan dan gigitan itu di kulitnya membuat sekujur tubuhnya terasa merinding dan ia tak dapat mencegah desahan pelan untuk keluar dari bibirnya. "Ada kata 'mandi' di kamus, apa kau pernah mencoba melakukannya, blondie? Karena baumu seperti sampah."
"Baumu seperti surga," ia kembali menatap kedua iris mata safir itu saat sang pemilik menjauhkan wajahnya dari lehernya. "Jadi, mau menemaniku selama kekasihmu belum datang mencarimu?" Kedua mata hitam itu mengikuti gerakan Naruto yang kini berdiri di depannya.
Sasuke memutar sedikit kursi yang ia duduki hingga menghadap Naruto dan menyilangkan kakinya sambil menatap dengan tatapan angkuhnya yang biasa. "Katakan apa yang kau punya dan mungkin aku akan mempertimbangkannya."
"Hmm… Apa ya," Sasuke tanpa sadar sedikit memundurkan tubuhnya saat Naruto menunduk ke arahnya dengan dua tangan bertumpu pada meja membuatnya terjepit antara meja di belakangnya dan tubuh Naruto. "Aku bisa menghilangkan aura suram itu dari wajahmu," Sasuke menggigit bibir bawahnya sejenak saat Naruto semakin menunduk membuat hidung mereka bersentuhan dan napas mereka saling beradu.
"Dan?" Sasuke memisahkan kedua kakinya dan menyelipkan satu di antaranya di sela kaki Naruto di depannya.
"Aku bisa membuatmu lupa kalau kau mempunyai kekasih yang menunggumu, karena aku punya yang kau cari," Sasuke mengangkat sedikit kakinya hingga menekan selangkangan Naruto dan ia menyeringai mendengar desisan dari bibir seksi itu.
"Oh? Ada yang sudah tidak sabar di bawah sana."
Saat Naruto meluruskan tubuhnya dan mengulurkan satu tangan padanya, ia berdiri dan menggenggam tangan itu, sebelum ia mengikuti Naruto yang mencari tempat yang sedikit lega di antara kerumunan manusia yang tengah terlena pada dunianya masing-masing. Aroma keringat, alkohol dan seks begitu terasa hingga membuat atmosfer di sekitar begitu panas.
"Sempit," Sasuke mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk leher Naruto dan menempelkan tubuhnya.
"Hm?" Ia menatap kedua iris biru itu saat merasakan kedua tangan memeluk pinggangnya, tinggi mereka yang hanya berbeda beberapa senti membuat wajah mereka hampir sejajar dan Sasuke dapat merasakan napas hangat itu di wajahnya.
"Tempat ini. Apa itu masalah kalau aku terlalu dekat?"
"Hmm jangan khawatir aku menyukai aromamu," Sasuke menggigit bibirnya merasakan jilatan dan gigitan di telinganya, saat Naruto memasukkan tangan ke dalam bajunya dan mengelus punggungnya ia mendesah dan menggeliat sambil memeluk tubuh itu semakin erat.
"Bukankan sedikit panas di sini?" Sasuke membuka matanya merasakan jilatan di bibir bawahnya, dan ia menyeringai sekilas sebelum ia menjulurkan lidahnya hingga mereka saling menjilat satu sama lain—tanpa menyentuhkan bibir mereka.
"Hmm…" Sasuke mengernyit sebentar saat Naruto menekan bokongnya hingga penis mereka yang terbalut celana saling bergesekan. "Ngh, sangat panas," ia menjilat bibir Naruto sebelum menggesekkan tubuhnya pada tubuh Naruto naik dan turun dan tersenyum tipis saat Naruto hanya terus menatapnya dengan lapar.
"Tease. Apa kau seorang ekshibisionis? Kalau iya mungkin kita bisa melakukannya di sini tanpa perlu repot-repot mencari kamar," Sasuke bergumam pelan mendengar bisikan itu di telinganya sebelum ia membalik tubuhnya dan menggesekkan bokongnya ke paha dan penis Naruto yang kini sudah jelas terasa jika telah ereksi sempurna.
"Uhm… Sayang sekali bukan, apa kau sudah tidak sabar? Ah sepertinya milikmu memang lebih besar dari yang kubayangkan."
Naruto menjilat bibirnya dan meraba-raba tubuh di depannya sambil menikmati setiap gerakan dan gesekan dari tubuh mereka yang rasanya mampu mengalirkan seluruh darah ke bagian bawah tubuhnya. "Kalau begitu sekarang bayangkan apa yang bisa dia lakukan untuk memuaskanmu, hm."
"Aku sedang melakukannya," Sasuke memeluk leher Naruto dengan satu tangan sambil satu tangannya memegang dan membawa tangan Naruto untuk menjelajahi tubuhnya yang kini sudah hampir basah oleh keringat, membuat kemeja yang ia pakai menempel pada tubuhnya.
"Kau belum memberitahu namamu," Naruto menjilat dan menghisap leher Sasuke dengan tangannya mengelus dan meraba perut Sasuke dari dalam kemejanya.
"Apa itu penting?" Sasuke menggenggam tangan Naruto dan membawa tangan itu ke selangkangannya sambil ia sedikit melebarkan kakinya dan terus bergerak dengan sensual.
"Tentu saja," Sasuke kembali mendesis saat jari Naruto melingkari dan menekan-nekan penisnya dari luar celananya yang kini rasanya terlalu sempit. "Hanya itu?" Naruto memiringkan kepalanya saat Sasuke berhenti menggerakkan tubuhnya dengan napas yang terengah.
"Hm…" Sasuke mebalikkan tubuhnya dan kembali memeluk leher Naruto sambil membawa bibirnya untuk menggigit dan menghisap tulang selangka Naruto. "Memangnya apa yang kau harapkan?"
"Ngh, sesuatu yang lebih," Sasuke mengerang pelan saat kedua tangan Naruto meremas bokongnya dan menekannya hingga penis mereka saling mendesak satu sama lain.
"Kalau begitu, seberapa banyak kau menginginkanku?" Sasuke melingkarkan satu kakinya di kaki Naruto dengan satu tangannya meraba dada Naruto dan sesekali ia mengecupnya dan menggerakkan tubuhnya pelan seolah ia menggeliat dalam pelukan pria di depannya.
"Terlalu banyak hingga aku ingin menyetubuhimu di sini sekarang juga," Naruto menahan kaki Sasuke yang melingkari kakinya dengan satu tangannya sambil menatap Sasuke yang tengah mengecupi lehernya sambil tetap menggeliat sesekali dalam pelukannya, rasanya ia rela menukar satu tahun hidupnya untuk lebih sering melihat pemandangan seindah ini.
"Aku bukan untuk pemandangan umum."
"Hanya untuk orang-orang tertentu?"
"Hanya untuk satu orang tertentu," Sasuke berbisik di telinganya.
"Kekasihmu?" Naruto menjambak rambut Sasuke dan menariknya ke belakang hingga terpaksa mendongak dan ia menjilati sekujur leher itu, ia bisa merasakan panas tubuh Sasuke yang kini tengah memejamkan matanya.
"Tentu saja, apa itu perlu ditanyakan," Sasuke mendorong kepala Naruto agar sedikit menjauh darinya sebelum ia kembali membalikkan tubuhnya dan memeluk leher Naruto dengan kedua tangannya. "Beritahu aku namamu, jadi aku bisa meneriakkannya saat kau memasukkan benda ini," Sasuke menekan penis Naruto dengan bokongnya, "ke dalam sini."
"Apa itu penting? Kau bisa memanggilku sesukamu," Naruto mengendus leher Sasuke.
"Jika itu maumu," Sasuke menggenggam tangan Naruto dan membawanya ke mulutnya, menjilat jari-jari itu sebelum menghisap tiga jari Naruto ke dalam mulutnya.
"Apa yang kau inginkan?" Naruto menatap Sasuke menghisap jari-jarinya sambil ia mengelus paha Sasuke dan mengecup bahunya.
Sasuke mengeluarkan jari Naruto dari mulutnya sebelum memiringkan kepalanya menatap Naruto dan bergumam pelan. "Aku ingin kau memasukkan penismu ke dalam sini," ia membawa satu tangan Naruto ke bagian belakang tubuhnya menuju ke pinggulnya.
"Kau tahu, rasanya aku bisa meledak sekarang," Naruto menarik dagu Sasuke dan mengecup bibir itu sambil mengelus pinggang Sasuke.
"Jangan sekarang, ada tempat yang lebih baik yang bisa menampung ledakanmu," Sasuke membalikkan tubuhnya dan bersandar pada Naruto. "Kau bilang kau akan melakukan apapun?"
"Hm, tentu saja," Naruto menyandarkan kepalanya ke kepala Sasuke dan memeluk tubuh yang terasa memancarkan panas itu.
Sasuke mengangkat kepalanya dan menatap Naruto sambil mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka hampir bersentuhan, sebelum membisikkan sesuatu ke telinga Naruto.
"Err apa kau serius?" Naruto menatap Sasuke dan Sasuke hanya mengangguk pelan, sejenak ia melihat ke sekitarnya dan menemukan bahwa tempat ini tidak seramai tadi, mungkin beberapa pasangan telah memutuskan untuk bercinta di tempat yang lebih pantas dibandingkan di sini.
"Kenapa? Tidak mau?" Sasuke merengutkan bibirnya saat Naruto tidak menjawab dan hanya tertawa aneh menatapnya. "Apa itu terlalu gay untukmu?"
Naruto menggeleng, ia tidak pernah memiliki pemikiran untuk melakukan hal itu meski ia suka bereksperimen tentang seks, tapi jika Sasuke yang meminta mungkin ia akan melakukannya.
"Baiklah."
"Hm?" Sasuke mengangkat alisnya dan memiringkan kepalanya.
"Bukankah sudah kukatakan kalau aku akan melakukan apa saja untuk tuan putriku tercinta? Tapi kita tidak akan melakukannya di sini, jadi ayo kita pulang, karena yang di bawah sana mulai terasa sakit."
Sasuke mengangguk dengan cepat dan mengecup bibirnya sebelum menarik tangannya melewati kerumunan manusia menuju pintu keluar.
.
.
.
[TBC?]
Terima kasih kepada Nyonya(?) Muth yang memerankan Sasuke di RP. :*
Maaf ya kalau bahasanya agak aneh, sudah lama tidak menulis smut bahasa Indonesia. Semoga tidak se-awkward yang saya bayangkan. =w=;;
Banyak yang minta jeruk(?) di fict NS terakhir kemarin jadi saya usahakan buatin. Mau saya lanjutkan ke hidangan utama (?) sekalian tapi nanti jadi terlalu panjang, doakan saya semoga mood-nya belum hilang dan bisa lanjutin ke smut aslinya, ini baru foreplayyy.
Review? Jika ada kesalahan mohon diberitahu.
.
p.s: Ada yang bisa tebak apa yang diminta Sasuke? Yang benar saya kasih cium. /plak
