Pembukaan~

Hai semua, disini saya selaku Author akhirnya memutuskan untuk menambah daftar cerita saya dikarenakan cerita ini sudah menjamur di laptop saya dan minta di publish. Kali ini saya mampir ke fandomnya ONS, silahkan menikmati ceritanya.

.

OWARI NO SERAPH © KAGAMI TAYAKA

INTO THE WORLD OWARI NO SERAPH © SHERRYSAKURA99

.

WARNING: OC, OOC (mungkin), jika ada yang kurang mengerti jalan ceritanya atau banyak kesalahan Typo mohon di maklumi, cerita mengikuti timeline dari ONS dengan sedikit tambahan dari saya.

Genre: Friendship, Humor (mungkin, walau humornya agak garing), Hurt/Comfort, Romance

Rate:T

Pair: Hyakuya Yuuichirou X OC (Alexandra Alice)

Hyakuya Mikaela X OC (Miwa Hanabi)

.

Chapter 1: Permintaan.

.

Alice Pov~

"Hei-hei coba lihat tidakkah Akachan dan Kurochan terlihat serasi?."

"Hee aku lebih suka Kuroko dengan Kagami daripada dengan Akashi."

"Selain itu aku baru saja dapat doujinnya Karma dan Nagisa yang baru loh."

"Hountoni desuka?, aku mau lihat, aku mau lihat."

"Hee semangat sekali, aku juga punya doujinnya NarutoXSasuke juga MikaelaXYuuichiro."

"Kalau Naruto dan Sasuke aku juga mau lihat, tapi kalau Mika-sama dan Yuuichiro aku tidak mau."

"Kenapa?."

"Soalnya Mika-sama itu milikku, dan tidak boleh dimiliki siapapun termasuk Yuuichiro."

"Hahahaha kau ini fujoshi tapi seleramu pada pria untuk pasanganmu cukup tinggi juga ya."

"Iya benar-benar, mana ada cowok yang sekeren Mikaela di sekolah ini."

Ya kira-kira seperti itulah obrolan para gadis pengidap penyakit fujoshi yang aku dengar setiap harinya, kadang-kadang aku tidak habis pikir apa untungnya memasangkan laki-laki dengan laki-laki juga, 'jeruk kok makan jeruk' istilanya sih seperti itu. Untungnya di kelasku belum ada yang terkena virus 'homo'gen, tapi kalau virus fujoshi sudah banyak disini, bahkan salah satu sahabatku juga terkena virus itu gegara gak sengaja nonton anime yang berbau 'homo'gen ditambah para karakternya itu punya wajah cantik alias ikemen jadi klop dah, ibaratkan itu kayak makanan Sushi ditambah fruit cake plus ice cream coklat (memikirkan makanan jadi lapar), sejak saat itu yang dia omongin selalu BL, apalagi wajah-wajah yang imut kayak Kuroko, Akashi, Nagisa, Ciel, Naruto (walau aku rasa dia bukan cowok yang imut -.-) dan masih banyak lagi. Huh untung aku cewek yang sabar menghadapi kelakuan sahabatku satu itu kalau enggak udah ku getok kepalanya pakai pedang kayuku.

"Kau menggerutu lagi Alicechan." Tiba-tiba saja orang yang lagi aku bicarakan udah muncul begitu saja dihadapanku, huft untungnya aku masih bisa mengontrol diriku untuk gak mukul wajahnya pakek buku yang aku bawa, kalau gak image kudere yang sudah aku bagun akan runtuh seketikah.

"A-aku gak menggerutu kok." Jawabku mengalihkan pandanganku dari makhluk fujoshi satu ini, tapi sekarang aku malah melihat seringai muncul dari wajahnya.

"Kau menggerutu aku tau itu, pasti kau lagi mikirin aku kan?, dasar tsundere." Ukh selain fujoshi, jail, dia juga selalu bisa membaca pikiranku dengan sempurnah.

"Hah terserah kau sajalah." Jawabku kembali menekuni aktifitasku yang sempat diganggu, sedangkan dia menggembungkan pipinya tanda kalau dia sedang kesal, hah dasar selalu seperti itu kalau dia sedang ngambek atau aku tidak peduli dengannya. Gemas dengan sikapnya itu aku langsung mencubit pipi kirinya.

"E-ettae, lepaskan Elice."

"Hai, hai, mangkannya jangan pasang wajah seperti itu, kau gak imut tau."

"Huh Alicechan gak asyik ah." Ucapnya sambil meletakan kepalanya dimeja.

Miwa Hanabi namanya, umur 16th tinggi 160cm berat 45kg, surai berwarna kuning khas bule sedangkan irisnya berwarna abu-abu. Seorang fujoshi akut tapi masih menyukai laki-laki (maksudnya kalau untuk dirinya sendiri dia masih straig) lalu laki-laki yang disukainya itu adalah karakter 2D bernama Hyakuya Mikaela atau dia biasa memanggilnya Mika-sama, dia suka hal-hal yang berbau manis dan imut. Sifatnya dare-dare karena dia orang yang ceria malah kelewatan ceria, manja tapi kalau sama aku aja, tapi dia hebat dalam memanah karena sekali dia melepaskan anak panah dari busurnya maka anak panah itu selalu mengenai targetnya, ya walau diluar terlihat lemah sih, mungkin benar apa kata pepatah 'jangan menilai buku dari sampulnya' dan salah satu contohnya adalah sahabatku itu.

Kalau aku namaku Alexandra Alice, umur 16th, tinggi 165cm berat 47kg, surai berwarna hitam dengan iris biru velvet. Aku straig dan seorang otaku tapi sampai sekarang aku masih belum menemukan pemuda yang cocok buat dijadikan pacar aka high quality jomblo, sifat kudere menurutku, tapi menurut Hanabi aku tuh tsundere, memang aku Tsundere dari mananya coba?, lalu keahlianku sendiri aku ahli dalam kendo dan menjuari banyak turnamen dalam olahraga itu.

Aku dan Hanabi sudah bersahabat sejak kecil, walau derajat kami sangatlah berbeda, Hanabi itu orang kaya, perusahaan orang tuanya punya cabang dimana-mana, bahkan mungkin hampir disetiap daerah di Jepang ada perusahaan Miwa disana. Sedangkan aku sudah bersyukur untuk dapat hidup, bukan berarti aku miskin loh ya, aku ini orang yang serbah berkecukupan, cukup buat makan, cukup buat tidur, cukup lah pokoknya. Aku tinggal disebuah apartemen kecil sendirian tanpa orang tua karena mereka sudah meninggal saat aku masih SMP, dan untuk mencukupi biayaku sehari-hari aku mengambil kerja part time di restaurant ataupun toko-toko. Berbeda dengan Hanabi yang tinggal di rumah mewah yang berada di komplek orang-orang kaya, tapi walaupun begitu dia tidak sombong atau memamerkan kekayaannya pada orang lain, justru dia lebih sering berbaur dengan teman-teman sekelas ataupun denganku.

"Alicechan kali ini kau melamun." Ucap Hanabi menggerak-gerakkan tangannya didepan wajahku, ah sepertinya mengingat masa-masa saat aku bertemu dengan Hanabi membuatku jadi melamun.

"Eh maaf, ada apa?."

"Hari ini manga ONS bakalan terbit loh, ayo kita beli, soalnya aku ingin melihat wajah Mika-sama, kyaa." Ajaknya dengan semangat bahkan aku sempat melihat background love-love ditambah bunga-bunga berada di belakangnya. Tuh kan apa yang aku bilang, dia itu benar-benar menyukai, iie mencintai karakter dari Hyakuya Mikaela ini.

"Yah boleh saja, aku juga penasaran dengan kelanjutan ceritanya."

"Hee kau penasaran dengan kalanjutan ceritanya atau ingin melihat Hyakuya Yuuichiro?." Goda Hanabi menaik turunkan alisnya disertai cengiran lebar di wajahnya.

"Chi-chigauyo, a-aku tertarik dengan ceritanya kok." Jawabku mengalihkan wajahku darinya, ukh aku yakin kalau wajahku memerah.

"Hehehe kau tidak usah berbohong Alicechan, dasar tsundere."

"Tsundere janaio."

"Maa maa daijoubu daijoubu, selama itu bukan Mika-sama aku akan merestui hubungan kalian."

"Hah kau ini, itukan hanya karakter 2D lupakan saja, lagipula kau tidak akan bisa menikah dengan karakter itu."

"Hee jangan menghancurkan impian dari anak polos seperti aku, Alicechan hidoii." Ucapnya berpura-pura seperti akan menangis.

"Apanya yang polos, tampang fujoshi sepertimu gak ada polos-polosnya, aku yakin kau selalu membayangkan hal yang tidak-tidak antara para karakter 'homo'gen."

"Cara mengatakanmu benar-benar kejam Alice, kau melukai perasaanku." Ucapnya kali ini sambil duduk dilantai dan disinari cahaya di atasnya, hey dari mana cahaya misterius itu.

"Sudahlah hentikan acting itu, bahkan pemain opera pun tidak selebay itu." Komentarku tanpa menoleh kearah Hanabi, belum sempat dia menjawab komentarku sensei sudah masuk kedalam kelas, huft diselamatkan oleh sensei.

~Into The World Owari No Seraph~

Pulang sekolah (lebih tepatnya pulang dari latihan klub) sesuai janji kami membeli manga ONS di toko buku langganan kami, untungnya aku masih punya cukup uang untuk membeli manga itu soalnya akhir-akhir ini keuanaganku menipis. Hah sepertinya aku harus bertahan dengan memakan mie instan selama seminggu ini sampai gajiku turun.

"Ne ne habis ini kita makan di FF Burger yuk?." Ajak Hanabi memandang kearah bangunan FF Burger yang ada di depan kami, haduh nih anak gak tau ya kalau keuanganku sedang menipis gegara beli manga ini.

"Gomen Hanachan sepertinya aku tidak bi-."

"Daijoubu aku yang teraktir kok."

"Ta-tapi." Belum sempat aku memprotes dia sudah menyeretku masuk ke restaurant cepat saji itu dan meletakanku disalah satu bangku untuk dua orang di dekat jendela.

"Tunggu disini, aku akan belikan makanan ya." Dan dengan begitu dia melesat menuju konter pemesanan makanan. Hah dia selalu tau kalau aku sedang tidak punya uang atau sedang menipis, kadang aku merasa tidak enak karena dia lebih sering mentraktirku, tapi saat aku ingin mentraktirnya dia selalu menolak dan mengatakan.

"Aku mentraktir Alicechan karena kau satu-satunya sahabat yang paling mengerti diriku, iie aku sudah menganggap Alicechan seperti kakakku sendiri, kau berada disampingku saja sudah cukup untukku." Kalaupun aku memaksanya dia akan marah jadi aku membiarkannya saja.

"Satu-satunya sahabat yang mengerti dirinya ya, justru aku malah berpikir kalau dia yang paling mengerti diriku." Tanpa sadar aku menyunggingkan sebuah senyuman tulus ketikah mengingat perkataannya waktu itu.

"Ada apa ini?, tumben sekali Alicechan tersenyum seperti itu." Ucap Hanabi meletakan satu nampan berisi makanan didepanku lalu mengambil tempat duduk dihadapanku.

"Bukan apa-apa kok, oh ya kapan-kapan aku yang traktir ya?."

"Mou kau masih memikirkan soal itu, kan sudah aku bilang kalau-."

"Onegai, aku ingin membalas kebaikanmu, makan malam dirumahku juga boleh, aku bisa memasak makanan kesukaanmu, kau tau aku merasa tidak enak setiap kali kau mentraktirku makanan sedangkan aku tidak pernah memberimu apapun." Ucapku sambil menundukan kepalaku, Hanabi sempat terdiam lalu aku mendengar suara kekehan darinya.

"Hehehe bilang saja kalau kau ingin dinner berdua denganku Alicechan, aish kau manis sekali."

"Chi-chigau, sudah aku bilang kan kalau ini untuk balas budi saja."

"Hai hai, baiklah aku menerima ajakanmu, tapi masakan yang enak ya." Ucapnya tersenyum manis kearahku bukan sebuah senyuman poker face yang selalu dia tunjukan pada orang-orang.

"Tentu, akan aku masakan makanan yang bakal membuatmu ketagian."

"Wah aku sudah tidak sabar soalnya makananmu memang yang terbaik."

"Tentu saja."

"Hehehe, ne Alicechan sebelum pulang kita jalan-jalan sebentar ya, sudah lama loh kita gak jalan-jalan."

"Eh tapi ini sudah malam, nanti orang tuamu mencari-."

"Aku mohon ya." Pintanya menagkupkan kedua tangannya didepan wajah, aku menyergit heran melihat sikapnya itu, biasanya kalau dia memohon sampai seperti ini pasti ada masalah.

"Hah baiklah, kita akan jalan-jalan setelah ini."

"Yeey Alicechan baik deh, arigato." Ucapnya sambil memeluk leherku dengan wajah ceria membuatku tersenyum melihat tingkah childish dari Hanabi. Kami melanjutkan makan kami sambil mengobrol banyak hal, entah itu masalah di kelas, klub maupun anime atau manga, dia juga mengajakku mengobrol soal pair boyXboy yang aku tanggapi seadanya saja, sampai semua makanan habis dan kami memutuskan untuk jalan-jalan sebentar di kota. Hanabi juga sempat menarikku ke tokoh aksesoris dan membeli kalung dengan liontin panah dengan ukiran nama Miwa Hanabi untukku sedangkan Hanabi liontin dua pedang ganda membentuk huruf X dengan ukiran nama Alexandra Alice (ceritanya tukeran gitu). Setelah itu kami kembali berjalan di sekitar Harajuku yang tak pernah sepi pengunjung.

"Ne ne Alicechan kita beli ice cream yuk." Ajak Hanabi menunjuk kearah penjual ice cream yang berada tak jauh dari kami berdua, eh belum sempat aku menjawab dia sudah menarikku ke abang penjual ice cream itu. Hanabi membelikan ice cream coffee untukku dan ice cream coklat untuknya lalu memutuskan untuk duduk di bench yang terletak di pinggir jalanan dekat dengan toko bunga.

"Hei Alicechan, bagaimana ya jika kejadian di ONS juga terjadi ditempat ini, apa mereka para orang dewasa akan mati?." Tanya Hanabi menatap lurus kedepan.

"Hmm kau bicara apa?, yang akan selamat hanya anak-anak di bawah usia 13th, tentunya kita juga akan ikut mati baka." Jawabku memukul pelan kepala Hanabi dengan pedang kayu milikku membuatnya sempat meringis kesakitan.

"Ukh benar juga ya, tapi setidaknya aku tidak perlu melihat mereka lagi." Ucapnya sambil menundukan kepalanya, ternyata benar kalau dia sedang ada masalah.

"Orang tuamu lagi?, kali ini apa yang mereka lakukan?." Aku melihat tubuhnya sempat menegang sesaat, sudah aku duga kalau ini masalah orang tuanya lagi.

"Tadi mereka bertengkar hebat dan aku melihat mereka saling memukul satu sama lain, lalu otousan mengatakan.

"Aku sudah menggugat cerai dirimu yang tidak becus menjadi istri."

"Oh bagus, dengan begitu aku tak perlu berurusan dengan suami sepertimu lagi."

Saat aku ingin melerai mereka, mereka malah memukulku dan mengatakan ini bukan urusan anak kecil, a-aku sudah tidak tahan Alicechan, aku sudah tidak tahan berada dikeluarga itu." Jelasnya, airmatapun lolos dari pelupuk matanya serta suara isak tangis mulai terdengar. Memang walau Hanabi kaya dan dari keluarga bangsawan sekalipun itu tidaklah menjamin kebahagiaan dirinya, justru sebaliknya dia sebenarnya lebih menderita secara batin. Aku memeluknya membiarkan dia menangis dipelukanku untuk sementara waktu.

"A-aku tidak ingin pulang dulu kerumah, aku ti-tidak ingin bertemu dengan mereka."

"Wakatta, kau bisa tidur di apartemenku dulu dan mengobati bekas pukulan dari mereka ya."

"Ha-hai, arigato Alicechan."

"Kau tidak perlu berterima kasih, sudah sewajarnya sebagai sahabat kita saling membantu kan." Jawabku melepas pelukanku dan menghapus air mata yang mengalir di pipinya dengan sapu tanganku. Karena hari semakin malam, kami memutuskan untuk pulang ke apartemenku, tapi ditengah jalan aku melihat seorang nenek-nenek tua yang ingin menyebrang jalan, jadilah kami menolong nenek-nenek itu dulu.

"Terima kasih kalian baik sekali pada orang tua ini." Ucap nenek itu tersenyum kearah kami.

"Sama-sama nek." Jawab Hanabi dengan senyuman tulus diwajahnya.

"Sebagai gantinya nenek berikan ini pada kalian ya." Nenek itu mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan memberi kami sebuah teko tapi lebih mirip seperti lampu ajaibnya Aladin.

"Tidak usah nek, kami menolong dengan ikhlas kok." Tolakku halus.

"Tidak apa-apa ambilah, kalian pantas mendapatkannya." Nenek itu masih memaksa kami untuk mengambil teko itu, akhirnya dengan terpaksa dan karena aku kasihan dengan wajah memelas nenek itu aku menerima lampu pemberian nenek tersebut dan memasukannya kedalam tas, sedangkan nenek itu langsung pergi dari hadapan kami. Tak mau ambil pusing, kami kembali melanjutkan perjalan menuju apartemenku.

"Tadaima." Ucapku begitu masuk kedalam walau aku tau tidak akan ada yang menjawabnya. Aku melepas sepatuku dan meletakannya kedalam rak sepatu begitu juga dengan Hanabi.

"Kau mau mandi dulu?, biar aku siapkan kamar tamu-."

"Iie aku ingin tidur bersama Alicechan boleh."

"Hah baiklah kau boleh tidur di kamarku, bersikan dirimu dulu aku akan siapkan baju tidurmu."

"Hai roger." Jawabnya dan segera melesat kekamar mandi, aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku melihat sikapnya itu lalu pergi menuju kamar guna mencari piama untuk Hanabi. Baru setelah Hanabi selesai mandi, aku masuk kedalam kamar mandi lalu aku mengganti seragamku dengan pakaian santai, tapi aku memakai jaket dikarenakan aku mematikan penghangat udara, penghematan-penghematan, lagipula ini sudah memasuki musim gugur jadi terasa begitu dingin.

"Kau sedang apa Hanachan?." Tanyaku melihat kearah Hanabi yang saat ini sedang memandang kearah lampu pemberian nenek itu.

"Ini perasaanku saja atau lampu ini mirip seperti lampu ajaibnya Aladin?."

"Memang ini mirip kok." Jawabku mendekat kearah Hanabi dan duduk disampingnya.

"Ne ne ada tulisan di sampingnya, ini seperti tulisan yunani kuno, Alicechan kau bisa membacanya?." Tanya Hanabi menunjuk kearah sebuah tulisan yang terlihat mirip dengan tulisan Yunani kuno.

"Sebentar kayaknya aku punya buku bahasa Yunani kuno deh, dimana ya." Aku mencari buku bahasa Yunani kuno di rak buku dan akhirnya aku menemukannya terselip diantara buku sejarah dan manga Naruto.

"Ah ini dia, sebentar biar aku cari, hmm bunyinya 'gosoklah aku maka impianmu akan menjadi kenyataan' begitu."

"Masakah ini benar-benar lampu ajaib?."

"Aku tidak tau?, lagipula mana ada yang namanya magic di jaman teknologi seperti ini."

"Hee siapa tau kan, ne ne gosoklah dulu Alicechan?."

"Kenapa harus aku?." Tanyaku menatap sweetdrop pada Hanabi.

"Soalnya kau yang paling berani disini, ayolah please." Pintanya memasang puppy eyes andalannya, ukh terpaksa aku harus menuruti perintanya. Aku menggosok-gosok pelan lampu itu.

1 menit

.

2 menit

.

5 menit

.

8 menit

.

10 menit

.

Bahkan lampunya sampai kinclong loh gara-gara digosok terus menerus.

"Kan sudah aku bilang kalau gak akan terjadi apa-apa." Ucapku dengan wajah kesal, pasalnya tanganku capek dari tadi disuruh gosok tuh lampu.

"Hah sayang sekali, padahal aku pikir akan ada yang keluar dari situ."

"Lupakan sajalah." Ucapku berniat meletakan lampu itu di rak tapi terhenti begitu asap keluar dari ujung lubangnya dan asapnya cukup tebal.

"Uhuk uhuk asap apa ini."

"Uhuk cepat buka jendelanya." Kami berdua segera berlari menuju balkon dan membuka pintu balkon itu lebar-lebar. Aku langsung menghirup nafas segar sebanyak-banyaknya begitu juga dengan Hanabi lalu menoleh kearah lampu ajaibnya. Aku terkejut mendapati seseorang pria tengah duduk di atas meja tersenyum manis kearah kami.

"Kyaa ada om-om pedofil mirip Sebastian tapi pakek baju adat Jawa di ruang tamu."

"Hanachan cepat ambil busurmu, biar aku mengambil pedang kayuku."

"Hai."

"Wow wow tenang ladies, aku disini tidak akan menculik kalian, lagipula kalian kan yang sudah memanggilku." Ucap pria itu membuat kami berdua saling bepandangan.

"Kapan kita manggil om-om pedofil itu."

"Entah seingatku kita cuma berdua disini."

"Hey bisakah kalian berhenti memanggilku om-om pedofil dan juga tadi kalian kan yang menggosok lampu itu, aku ini jin dalam lampu itu tau." Jelasnya memandang kesal kearah kami, eh dia bilang dia itu jin lampu.

"HEEEE."

"Uso."

"Itu tidak mungkin."

"Imposible." Ucap kami bersamaan yang sempat membuat pria itu menutup kupingnya.

"Aku tidak bercanda, aku memang jin dalam lampu itu, nah karena kalian sudah memanggilku aku akan beri kalian satu permintaan, monggo." Ucapnya sembari menggerakan jempol tangan kanannya, tentunya membuat kami berdua sweetdrop.

'Tampang kayak Sebastian Michaelish tapi ngomongnya kok medok banget ya, belum lagi pakaian adat Jawa yang dia kenakan terlihat aneh.' Itulah yang ada dipikiran kami berdua saat ini. (Author: anda bayangkan saja pria itu mengenakan pakaian adat Jawa yang kayak di iklan rokok itu loh :D)

"Beneran kau akan mengabulkan permintaan kami?." Tanyaku memandang curiga pada jin itu.

"Tentu saja."

"Tapi kenapa hanya satu permintaan?, biasanya tiga?." Tanya Hanabi.

"Ah kalau itu, wani piro?." Jawab sang jin sambil menggesek-gesekkan jari telunjuk dengan jempol tangan kanannya, lagi-lagi aku hanya bisa sweetdrop melihat tingkah absurd dari jin paling absurd sepanjang masa.

"Aku rasa permintaan itu aku berikan saja padamu Hanachan."

"Eh cotto kenapa aku, kau tidak ingin menggunakannya Alicechan?." Tanya Hanabi yang aku jawab dengan gelengan kepala.

"Aku rasa kau lebih membutuhkannya daripada aku."

"Ta-tapi."

"Sudahlah cepat minta sana."

"Ba-baiklah, a-aku ingin pergi ke dunia Owari No Seraph bersama dengan Alicechan." Pintanya membuatku sempat terkejut dengan permintaannya.

"Cotto kenapa tiba-tiba?."

"Aku sudah muak berada didunia ini, lagipula aku ingin sekali bertemu dengan Mika-sama, tidak apa-apa kan Alicechan."

"Souka, baiklah jika kau memang menginginkannya." Jawabku tersenyum kearahnya yang dibalas senyuman olehnya.

"Baiklah aku akan mengabulkannya seka-."

"Tunggu kami ingin siap-siap dulu boleh?." Pintaku pada jin itu.

"Oh tentu silahkan jika kalian ingin bersiap-siap." Langsung saja aku berlari menuju kamarku dan memasukan beberapa barang yang aku butuhkan kedalam tas ransel ukuran kecil juga mengganti pakaianku dengan pakaian hangat dan jaket, sedangkan Hanabi mengganti pakaian tidurnya dengan dress selutut warna hitam ditambah dengan cardigan warna abu-abu.

"Baiklah kami sudah selesai." Ucapku mendekat kearah jin itu.

"Ah akhirnya, tapi aku harus peringatkan pada kalian bahwa akan ada sedikit perubahan dalam diri kalian, jadi jangan kaget ya."

"Hai hai kami mengerti, bisa kita percepat saja." Ucap Hanabi tidak sabaran.

"Aw kau sangat tidak sabaran ya, baiklah cring…cring…cring…pergilah kalian ke dunia Owari No Seraph." Ucap jin menjetikkan jarinya, are kenapa mataku terasa berat ya?, terakhir yang kulihat hanya seringai dari jin itu sebelum semuanya menjadi gelap.

~Into The World Owari No Seraph~

"…chan."

"Alicechan." Ukh siapa sih yang berani membangunkanku?, aku membuka mataku perlahan dan menoleh keseorang anak perempuan bersurai abu-abu dengan iris yang sama seperti surainya, siapa?.

"Kau siapa?." Tanyaku setelah mengubah posisiku menjadi duduk, sedangkan dia hanya memandangku dengan wajah kesal.

"Aku ini Hanabi Alicechan, masak kau gak ngenalin sahabatmu sendiri sih?." Jawabnya masih denga wajah kesal, tunggu sebentar Hanabi?, aku mempertajam pengelihatanku dan benar saja irisnya sama seperti iris Hanabi juga kalung yang ada dilehernya sama seperti milik Hanabi.

"Hanabi kah, tapi bukankah rambutmu warnanya kuning, kok sekarang jadi abu-abu?."

"Aku gak tau, warna rambutmu juga berumah jadi biru kayak warna rambutnya Yuki Makoto walau iris matamu masih berwarna sama."

"Eh benarkah?."

"Emm coba saja lihat di kaca." Aku mengambil kaca dari dalam tasku dan melihat tampilan wajahku. Wajah ini sama seperti wajah di anime dan benar kata Hanabi kalau warna rambutku berubah menjadi biru.

"Keren, tapi kenapa kita jadi anak kecil begini?."

"Iiihh kau gak ingat ya kalau virus itu akan membunuh manusia diatas usia 13th, pastinya jin itu berpikir sebaiknya kita dirubah menjadi anak kecil kan, hah Alicechan jangan bilang saat kau disini kau berubah menjadi bodoh."

"Itu tidak mungkin, aku hanya masih bingung saja." Jawabku berdiri dari posisi dudukku lalu membersikan rok yang aku kenakan. Tak lama hujanpun datang mengguyur kota ini.

"Ah gawat hujan."

"Ayo kita berteduh di tempat itu dulu." Aku menarik tangan Hanabi menuju kedepan kafe dan bertedu disana, ya walau bagian rambut dan pundak sempat basah setidaknya kami bisa berteduh sejenak.

"Di-dinginnya." Ucap Hanabi sambil menggosok-gosokan tangannya.

"Hah kau ini seharusnya tadi membawa jaket bukannya cardigan."

"Habis aku tidak tau kalau bakalan hu-." Ucapnya terputus begitu aku meletakan jaket yang tadi sempat aku pakai keatas kepalanya.

"Pakai itu dan jangan banyak protes."

"Tapi bagaimana denganmu?."

"Tenang saja, aku sudah terbiasa dengan keadaan dingin seperti ini." Jawabku berbohong padanya, sebenarnya aku cukup kedinginan loh tapi aku lebih tidak tega melihat Hanabi kedinginan seperti tadi.

"Hujannya tidak reda-reda ya."

"Kau benar."

"Ngomong-ngomong kita akan tidur dimana?, kita kan tidak punya rumah?."

"Hah benar juga, tidak mungkin kita tidur di taman karena pasti kondisinya saat ini sedang basah."

"Emm kalau begitu kita pergi ke panti asuhan Hyakuya saja?."

"Itu tidak mungkin, kita tidak tau panti asuhan itu dimana, lagipula aku tidak tau apa mereka mengijinkan kita untuk tinggal dan alasan apa yang akan kita pakai nantinya untuk meyakinkan mereka."

"Hee kalau untuk membuat alasan serahkan saja padaku, aku pandai loh dalam membuat alasan.'

"Baiklah, baiklah aku akan serahkan hal itu padamu nanti, sekarang kita hanya perlu tau dimana panti asuhan itu berada."

"Kita tanya saja pada warga sekitar."

"Ide yang bagus, kau disini dulu ya dan jangan kemana-mana aku akan segera kembali." Perintahku dan berlari menuju kearah seorang ibu-ibu yang berdiri di halte bus, untungnya ibu-ibu itu tau dimana letak panti asuhan Hyakuya dan mau menggambarkan denanya. Setelah itu aku kembali menghampiri Hanabi yang masih berdiri di depan kafe itu.

"Aku sudah mendapatkan lokasi panti asuhan Hyakuya."

"Kalau begitu tunggu apa lagi ayo kita kesana." Kamipun memutuskan untuk segera pergi ke panti asuhan Hyakuya walau harus hujan-hujanan, tapi akhirnya kami sampai ditempat tujuan. Ya sebuah bangunan dengan plank nama 'panti asuhan Hyakuya'.

"Kita sepertinya sudah sampai, uhuk, uhuk." Akh sial sepertinya penyakitku kambuh, aku tidak bisa menunjukannya pada Hanabi

"Alicechan kau baik-baik saja?." Tanya Hanabi dengan wajah khawatir.

"Iie daijoubu, ayo kita ma-."

"Adik-adik sedang apa kalian disini?." Tanya sebuah suara dibelakang kami, eh bukannya itu pengasuh dari panti ini ya, aku langsung mengerling kearah Hanabi yang juga melirik kearahku.

"A-ano ka-kami tidak punya tempat tinggal, orang tuaku membuangku sedangkan orang tua Alicechan sudah meninggal, ji-jika diperbolehkan kami ingin tinggal disini." Pinta Hanabi dengan mata berkaca-kaca. Okey aku akui aktingnya sungguh menakjubkan, lihat saja wanita itu langsung luluh melihat wajah memohon Hanabi.

"Tentu saja kalian boleh tinggal disini, ini rumah baru kalian." Jawab wanita itu tersenyum lembut kearah kami lalu membawa kami masuk kedalam, seketikah para penghuni panti asuhan yang didominasi oleh anak-anak mendekat kearah kami lebih tepatnya sih mendekat kearah wanita itu.

"Sensei kenapa lama sekali."

"Kami sempat khawatir kau tidak akan-eh, kakak-kakak ini siapa?." Tanya salah satu penghuni panti asuhan. Aku melihat sekeliling dan menemukan dua orang anak laki-laki yang merupakan main karakter dari Owari No Seraph, ya siapa lagi kalau bukan Hyakuya Yuuichiro dan Hyakuya Mikaela. Aku sebenarnya ingin memperingatkan Hanabi agar tidak terlalu over saat bertemu dengan Mika, tapi terlambat, dia sudah berlari kearahnya dan menjabat tangannya.

"Na-namaku Hanabi, mulai sekarang aku akan tinggal disini, yo-yoroshiku onegaisimasu." Ucapnya kelewat semangat dengan wajah bersemu merah, sedangkan Mika yang disana sempat terkejut tapi segera di gantikan dengan suara kekehan dari mulutnya.

"A-ah maafkan aku."

"Iie iie daijoubu, namaku Mikaela yoroshiku ne Hanabichan." Ucap Mika tersenyum manis kearah Hanabi.

"K-kawaii, kyaa kau benar-benar imut Mika-sama." Ucap Hanabi yang tiba-tiba saja memeluknya hingga mereka berdua jatuh, aku yang melihatnya hanya bisa sweetdrop begitu juga dengan Yuuichiro. Tuh kan sudah aku duga kalau dia akan terlalu over saat bertemu dengan Mika.

"Bagaimana denganmu?, siapa namamu gadis kecil?." Tanya Wanita yang masih berdiri disampingku tersenyum kearahku.

"Alice, namaku Alice yoroshiku uhuk uhuk." Jawab di selinggi dengan batuk yang menyerangku.

"Kau sepertinya sakit Alicechan, wajahmu memerah."

"A-aku baik-baik saja sensei sungguh uhuk." Ais batuk ini benar-benar mengangguku dan juga kenapa kepalaku berkunang-kunang.

Bruk…

"ALICECHAN."

.

To Be Continue

.

Yup sampai disini dulu ya ceritanya, terus ikuti cerita ini dan jangan lupa REVIEW PLEASE…!.

.

See You Next Chapter 2: Jadian