RAIN

~Part 1~

By Hana Jaeri

Paring :: Yunjae

Cast :: DBSK member

Length :: 1/3

Warning :: ini cerita YAOI, yang nggak suka nggak usah baca ! Ini fict hasil dari author aba-abal, cerita ngebosenin dan nggak jelas

.

.

Douzo ^^

.

.

Untuk kesekian kalinya, dia menghela nafasnya. Tubuhnya bergerak-gerak resah. Matanya sesekali menengok ke luar, berharap hujan yang sedang mengguyur kota Seoul itu akan segera berhenti. Dan untuk kesekian kalinya pula namja itu melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya.

Sudah 30 menit dia duduk di sana, menunggu hujan itu reda, tapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda bahwa hujan itu akan berhenti. Akhirnya namja itu mengeluarkan handphonenya dari saku celananya.

To : Junsu-ie

From : Jaejoong

Junsu-yah, aku tidak bisa datang ke rumahmu sekarang, aku tidak bawa payung, jadi aku masih di kampusku. Mianhe Junsu-yah…

Usai mengirim pesan itu, Jaejoong memasukkan handphone nya dan menumpukan tangannya ke meja kantin. Raut kesal tergambar jelas di wajahnya. Dia tidak suka hujan. Hujan selalu membuat aktifitasnya terhambat. Bukan hanya aktifitasnya saja, tapi juga orang lain. Saat ini saja satu kegiatannya sudah terhalang oleh hujan. Sebenarnya dia sudah berjanji dengan sahabatnya, Junsu, untuk pergi ke rumah Junsu. Sudah lama mereka tidak bertemu. Ini karena mereka sekarang kuliah di universitas yang berbeda.

Jaejoong bergidik merasakan angin yang menerpa kulitnya. Dia lalu mengusapkan tangannya ke lengannya. Satu lagi yang ia tidak suka dengan hujan, saat hujan pasti cuacanya akan dingin. Jaejoong tidak suka itu, karena pada dasarnya, Jaejoong tidak suka dan tidak kuat dingin. Apalagi sekarang dia hanya mengenakan sebuah kaos. Dia jadi merasa kedinginan.

Jaejoong memperhatikan sekitarnya. Ternyata dia tidak sendirian di kantin kampus ini. Jaejoong melihat sekelompok kecil yoeja-yeoja yang sedang bergosip ria di sdut kantin, Jaejoong menoleh kanan dan melihat seorang namja duduk dengan tenang sembari membaca buku yang dia bawa. Namja itu juga hanya memakai kaos, tapi sepertinya ia tidak terganggu dengan cuaca yang dingin saat ini.

Jaejoong mengalihkan pandangannya lagi ke depan. Sudah 3 hari ini Jaejoong selalu terjebak di kantin kampus. Setiap dia akan pulang atau akan pergi ke mana, hujan selalu turun, membuatnya terjebak di sini.

"Haah.." Jaejoong menghela nafas lagi.

Sepertinya Tuhan mulai berpihak pada Jaejoong, 15 menit kemudian hujan berhenti membasahi bumi. Tanpa basa-basi, Jaejoong langsung saja berdiri dan keluar dari kantin. Moodnya sudah jelek hari ini, dia ingin langsung pulang dan merebahkan dirinya di kasurnya yang empuk. Dia terus saja berjalan keluar tanpa menyadari sepasang mata yang memperhatikannya hingga ia tidak terlihat lagi.

"Byuurr.."

Sebuah mobil melaju kencang sehingga mencipratkan genangan air ke arah Jaejoong yang sedang berjalan di trotoar menuju halte.

"ARGGHH!" Jaejoong menatap kesal ke bajunya yang sudah basah dan kotor. Satu lagi alasan dia tidak menyukai hujan.

.

.

.

Yunho menutup buku yang ia baca dari tadi, atau lebih tepatnya, yang pura-pura ia baca. Memang sedari tadi yang Yunho lakukan di kantin kampus bukanlah membaca buku, tapi memperhatikan seseorang. Seseorang itu pula yang membuat Yunho selalu ada di kantin kampus selama 3 hari ini. Seseorang yang Yunho tau bernama Jaejoong. Dia mengetahuinya dari temannya yang ternyata 1 fakultas dengan Jaejoong. Temannya mengatakan bahwa Jaejoong adalah orang yang dingin dan tidak suka bergaul.

Pertama kali Yunho melihat Jaejoong yaitu saat 3 hari yang lalu saat Yunho sedang menunggu hujan reda. Awalnya Yunho hanya memandang Jaejoong yang saat itu duduk tidak jauh darinya dengan tatapan biasa. Tapi setelah itu matanya tidak bisa lepas dari Jaejoong. Seolah ada yang menariknya untuk terus memperhatikan namja itu. 2 hari berturut-turut setelahnya, Yunho tetap datang ke kantin. Yunho duduk di kursi yang sama dan dia selalu memperhatikan Jaejoong. Setiap hari rasa tertarik Yunho menjadi lebih besar. Yunho merasa ingin mengenal Jaejoong lebih dekat, bukan hanya memperhatikannya seperti ini.

Yunho memasukkan buku yang ia baca tadi ke dalam tas dan beranjak pergi. Ia sudah memutuskan untuk menyapa Jaejoong besok. Mungkin mereka bisa menjadi teman

.

.

.

Titik-titik air yang berjatuhan dari langit, perlahan-lahan menjadi hujan yang deras, membuat Jaejoong mengumpat kecil dan berlari menghindari Jaejoong.

Dan di sinilah Jaejoong, di tempat yang sama seperti kemarin. Ia heran, kenapa hujan sering turun akhir-akhir ini. Jaejoong tidak jadi pulang dan mendudukan dirinya di kursi yang biasa ia duduki.

Dari sudut matanya, Jaejoong bisa melihat seorang namja masuk ke kantin sambil sedikit mengibaskan bajunya yang agak basah. Namja itu adalah namja yang juga selalu ada di kantin dan menunggu hujan reda, sama seperti Jaejoong.

Jaejoong termenung lagi menunggu hujan reda.

"Hai," Jaejoong menoleh dan mendapati namja yang ia lihat tadi kini sudah duduk di sampingnya.

Tapi bukannya membalas sapaan namja itu, Jaejoong malah mengalihkan pandangannya lagi ke depan.

"Sepertinya kita selalu menunggu hujan reda di sini," namja itu berkata dengan ramah. Tapi sayangnya, ucapannya tidak ditanggapi lagi oleh Jaejoong.

"Aku Yunho," ramah namja itu lagi.

"Aku sudah tau," meski singkat, jawaban Jaejoong membuat Yunho senang dan tersenyum. Yunho tidak mengira kalau suara Jaejoong bisa terdengar indah di telinganya.

"Kau tau aku?"

Bagaimana Jaejoong tidak tahu, Yunho adalah namja yang cukup terkenal di universitasnya karena keramahan dan ketampanannya. Tidak jarang pula siswi-siswi di fakultas Jaejoong membicarakan Yunho dengan heboh, jadi tidak heran jika Jaejoong mengetahui Yunho.

"Aku selalu melihatmu ada di sini setiap hujan turun," tidak mendapat jawaban dari Jaejoong, tidak membuat Yunho menyerah rupanya.

"Senang berkenalan denganmu Jaejoong-sshi," kali ini usaha Yunho sepertinya membuahkan hasil, Jaejoong menoleh ke Yunho.

"Bagaimana kau tau namaku?" kata Jaejoong dingin.

"Tidak penting aku tau dari mana," Yunho tersenyum hangat pada Jaejoong. Tapi lagi-lagi Jaejoong membuang mukanya ke depan.

.

.

.

Walaupun tidak Yunho mendapat perlakuan dingin dari Jaejoong,itu tidak membuatnya menyerah. Setelah hari itu, jika hujan turun, Yunho selalu menghampiri Jaejoong dan berusaha mendekatinya. Semakin hari, ia semakin gencar mendekati Jaejoong. Dan selama itu pula, Yunho semakin tertarik pada Jaejoong.

"Annyeong, Jaejoong-ah," seperti hari-hari sebelumnya, Yunho datang menghampiri Jaejoong yang duduk di kursi kantin menunggu hujan reda.

Sama seperti sebelumnya, Yunho tidak mendapat tanggapan dari Jaejoong.

"Ini," Yunho meletakkan segelas coklat hangat di hadapan Jaejoong. Yunho sendiri duduk di samping Jaejoong sembari membawa satu gelas coklat hangat miliknya.

"Minumlah, biar kau tidak merasa dingin," Saking tertariknya, Yunho bahkan mengetahui bahwa Jaejoong tidak tahan dingin. Ia mengetahuinya dari kegiatannya dulu yang suka memperhatikan Jaejoong . Yunho sering melihat Jaejoong flu dan sering menggosokkan tangannya saat hujan.

"Dari mana kau dapat ini?" Jaejoong bertanya singkat. Setahu Jaejoong, tidak ada yang jualan di universitas ini selain di kantin ini. Tapi pada jam begini, sudah tidak ada penjual lagi di kantin ini.

"Sudah, minum saja," Yunho menyesap sedikit-demi sedikit coklat miliknya.

Dengan perlahan, Jaejoong meraih gelas itu dan meminumnya. Rasa hangat langsung mengaliri tubuhnya saat coklat itu ia minum. Ia memang merasa kedinginan dari tadi, mungkin itu karena hujan yang turun lebih deras dari biasanya.

Yunho tersenyum saat melihat Jaejoong meminum coklatnya.

Keadaan berubah menjadi hening. Meskipun begitu, Yunho menikmati saat seperti ini. Duduk di samping Jaejoong sembari memperhatikan hujan yang tidak bosan membasahi bumi.

"Jaejoong-ah," suara Yunho memecahkan keheningan.

"Kenapa kau tidak membawa payung? Padahal kau tahu sekarang musim hujan," Ya, Yunho selalu bingung dengan hal itu. Mengapa Jaejoong tidak pernah membawa payung padahal Jaejoong tahu selama beberapa hari ini selalu turun hujan. Tapi kemudian Yunho menganggapnya sebagai suatu keberuntungan. Dewi fortuna sepertinya berpihak pada Yunho dengan selalu menurunkan hujan,dan jika Jaejoong tidak membawa payung, itu akan menjadi kesempatan untuk Yunho mendekati Jaejoong.

"Tidak apa, aku hanya sedang tidak ingin pulang ke rumah,"

Untuk pertama kalinya, Jaejoong mau menjawab pertanyaan tentang dirinya. Tentu saja hal itu membuat Yunho lebih bersemangat.

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa," Jaejoong menatap gelas yang saat ini sudah kosong dengan pandangan kecewa. YUnho yang menyadari pandangan Jaejoong, langsung mengambil gelas di tangan Jaejoong dan menukarnya dengan gelasnya.

"Ini, punyaku masih ada,"

Jaejoong hanya menatap Yunho dengan pandangan bingung.

"Aku tau kau masih ingin minum. Minum saja," ujar Yunho dengan senyuman hangat yang terukir di wajah tampannya.

Jaejoong teteap memandang Yunho sesaat, lalu mulai meminum coklat yang ada di gelas itu dengan perlahan.

Beberapa saat kemudian hujan telah berhenti. Hal ini membuat Yunho mendesah kecewa, karena pasti sebentar lagi sosok di sampingnya ini pasti akan langsung pergi.

Tepat setelah Yunho berpikir seperti itu, Jaejoong berdiri dan meletakkan gelas yang sedari tadi masih dia pegang ke atas meja.

"Jung Yunho," Yunho tersentak kaget saat mendengar suara Jaejoong yang memanggil namanya.

"Gomawo," usai berujar kemudian, Jaejoong langsung beranjak pergi dari situ tanpa menoleh sedikitpun pada Yunho.

Hati Yunho terasa melonjak-lonjak kegirangan. Walaupun singkat, tapi kata-kata yang diucapkan Jaejoong tadi seakan bisa membuat Yunho sangat senang. Suara Jaejoong tadi terdengar tulus. Apalagi tadi Yunho sempat melihat senyuman tipis di bibir Jaejoong. Sontak hal itu membuat Yunho kegirangan.

Dan hari itu, Yunho pulang dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya.

.

.

.

Setelah kejadian itu, Dewi fortuna sepertinya meninggalkan Yunho untuk sejenak. Pasalnya,setelah hari itu, hujan tak kunjung turun selama 2 hari ini.

Yunho yang duduk di kursi kantin yang biasa ia duduki saat dia sudah mengenal Jaejoong, mengedarkan pandangannya.

Yunho mendesah kecewa saat menyadari sosok yang ditunggunya tak kunjung tampak. Tentu saja Jaejoong tidak akan datang ke tempat ini jika tidak hujan. Yunho tau itu. Karena sebelumnya, Yunho tidak pernah melihat Jaejoong di kantin ini.

Dengan perasaan kecewa, Yunho memutuskan untuk pulang saja. Tapi ia akan mampir sebentar di supermarket dekat rumahnya. Ada sesuatu yang harus dia beli.

"Selamat datang," penjaga kasir supermarket itu menyapa Yunho dengan ramah. Yunho hanya membalasnya dengan sebuah senyuman yang bisa membuat orang yang melihatnya jadi panas dingin.

neon nareul wonhae neon naege ppajyeo neon naege michyeo
He eo nal su eobseo

I got you…under my skin

Yunho meraih handphone nya dan mengangkatnya.

"HYUNG! Kau sudah membelinya ?" terdengar seruan seseorang dari telepon Yunho.

"Changmin-ah! Kau berisik sekali. Ini aku baru akan membelinya. Kau puas?"

"Benarkah? Hyung! Beli yang rasa keju, ne? Juga yang ukuran besar!"

"Ya! Kau ini cerewet sekali," Yunho memutar bola matanya dan mengambil sebuah snack ukuran jumbo dengan rasa keju.

"Aku sudah mengambilnya, kenapa kau tidak membelinya sendiri saja, huh?"

"Kau tau kan, hyung. Di dekat rumah kita tidak ada yang menjualnya. Hehe,"

"Baiklah. Gomawo, Hyung," Changmin langsung mematikan ponselnya seusai berkata demikian. Untuk kedua kalinya Yunho memutar bola matanya dan memasukkan ponselnya.

Dongsaengnya, Changmin, memang penggila makanan. 'Mereka itu seperti istriku,' begitu yang selalu dikatakan Changmin.

Yunho menatap ke arah luar supermarket. Ternyata hujan. Awalnya hanya gerimis, tapi lama-kelamaan air itu turun semakin deras.

Dalam hati Yunho mengutuki hujan itu. Kenapa baru turun sekarang. Kenapa tidak dari siang tadi saja. Kan aku bisa bertemu dengan Jaejoong, pikirnya.

Tapi sesaat kemudian, Yunho tersentak kaget. Kenapa bisa-bisanya dia berpikir seperti itu. Kenapa rasanya dia selalu ingin melihat Jaejoong. Astaga… Yunho mengusap pelan wajahnya untuk menetralkan pikirannya.

"Haaahh.." Yunho menarik nafas dan beranjak untuk mengambil coklat hangat. Dia tidak membawa payung dan halte bus cukup jauh dari sini. Dan artinya dia tidak bisa pulang. Lebih baik ia menunggu di sini sambil meminum coklat hangat.

Setelah Yunho membayar belanjaannya, Yunho duduk di kursi yang ada di dalam supermarket itu. Kursi itu didampingi dengan meja panjang yang menghadap ke arah luar supermarket. Kaca supermarket tembus pandang, jadi Yunho bisa melihat keadaan di luar.

Yunho duduk sembari sekali-kali menyesap coklat panas di dalam gelas yang tengah ia pegang saat ini. Sembari meminumnya, Yunho memperhatikan orang yang lalu lalang di jalan di luar supermarket. Mereka semua berjalan dengan cepat sambil menggunakan payung atau jas hujan. Lalu tiba-tiba, mata Yunho terpaku pada sesorang yang ia kenal di luar sana.

"Jae.."

Yunho langsung berlari keluar dan menghampiri Jaejoong yang terguyur hujan di luar sana, tidak peduli akan tubuhnya yang basah terkena air hujan.

Jaejoong tidak membawa payung atau apapun yang bisa melindungi dirinya dari hujan, jadi tubuh Jaejoong sekarang basah kuyup. Ia berjalan pelan dengan pandangan kosong, sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa Yunho sekarang sudah berdiri di depannya.

"Ya, Kim Jaejoong! Apa yang kau lakukan?" seru Yunho ditengah deru hujan. Sejujurnya Yunho merasa khawatir dengan Jaejoong yang terlihat aneh saat ini.

Jaejoong tidak menjawab dan terus melihat ke depan dengan pandangan kosong.

"Haiishh," Yunho sontak menarik tangan Jaejoong ke dalam supermarket. Sedangkan yangditarik tidak member perlawanan sama sekali.

"Kau ini, apa yang kau pikirkan? Kenapa berjalan ditengah hujan seperti itu?" seru Yunho saat mereka sudah berada didalam supermarket. Yunho merasa sangat khawatir dengan Jaejoong. Walaupun Jaejoong memang tidak banyak bicara seperti biasanya, tapi dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan Jaejoong.

Jaejoong tidak menyahut dan tetap menunduk. Yunho kemudian beranjak untuk membeli handuk untuk mereka berdua. Kondisi mereka yang ada di dalam supermarket memudahkan Yunho untuk membeli apa yang mereka butuhkan. Apalagi Yunho tahu jika Jaejoong tidak tahan dingin, ia membeli handuk untuk mengeringkan tubuh Jaejoong supaya namja itu tidak sakit.

Jaejoong tersentak kaget saat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh rambutnya. Ia mendongak dan mendapati Yunho yang sedang menggosok-gosokan handuk di rambut Jaejoong.

Jaejoong tidak menolak dan hanya diam menerima perlakuan Yunho. Rasanya ia sudah kehilangan tenaganya.

"Kau ini, kenapa kau bisa ada diluar sana?" Yunho terus bertanya. Sekarang Yunho sudah selesai mengeringkan rambut Yunho kemudian turun untuk membersihkan muka Jaejoong.

Handuk yang dipegang Yunho mulai menyentuh pipi Jaejoong yang halus. Jaejoong tetap diam sambil menatap Yunho. Agak lama Jaejoong menatap namja di depannya ini,sampai ia tidak sadar jika saat ini matanya mulai memanas.

Dan tanpa Jaejoong inginkan, setetes air mata jatuh dari matanya. Sungguh, dia tidak ingin menangis. Tapi Jaejoong tidak tahu lagi bagaimana menghilangkan kepenatan yang memenuhi pikirannya selama ini.

"Eh?" Yunho kaget dengan tingkah Jaejoong yang menangis tiba-tiba. Yunho dengan sigap menghapus air mata itu, namun air mata itu tak kunjung berhenti, tapi malah semakin deras.

"Jae? Kenapa?"

Jaejoong mulai terisak pelan. Dia sendiri juga tidak tahu mengapa ia bisa selemah ini.

Yunho semakin merasa ada yang tidak beres dengan Jaejoong. Begitu pula dengan dirinya. Entah kenapa hatinya terasa sakit saat melihat namja di depannya ini menangis. Rasanya Yunho ingin menghapus semua air mata Jaejoong. Yunho lebih memilih melihat Jaejoong yang dingin seperti biasanya daripada melihat namja itu menangis.

Dengan perlahan, Yunho menarik tubuh Jaejoong mendekat ke arahnya dan memeluknya hangat. Yunho kemudian meletakkan kepala Jaejoong ke dadanya. Tidak ada rasa menuntut di pelukan itu. Hanya pelukan hangat yang diberikan Yunho pada Jaejoong supaya namja itu merasa tenang.

Dan untuk beberapa saat, Jaejoong melepaskan tangisannya dalam pelukan Yunho.

.

.

.

Jaejoong merasakan rasa sakit yang bertubi-tubi di kepalanya saat ia mencoba membuka kedua matanya. Ia mencoba melawan rasa sakit itu dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

Ia melihat langit-langit kamar yang berwarna putih. Jaejoong kini sedang berbaring di atas sebuah kasur. Jaejoong melirik ke kiri dan melihat barang-barang yang tidak pernah dia lihat. Ini bukan kamarnya,batin Jaejoong. Dengan perlahan Jaejoong menolehkan kepalanya ke kiri, dan itu membuat rasa sakit dikepalanya semakin menjadi-jadi. Jaejoong meringis pelan kemudian ia merasakan ada sesuatu yang basah dan hangat di dahinya.

Jaejoong ingin menggerakkan tangannya ke dahinya untuk mengetahui apa yang ada di dahinya itu. Tapi rasanya dia tidak punya tenaga sama sekali. Apalagi kepalanya masih berdenyut-denyut hebat.

CEKLEKK

"Jaejoong-ah.. Kau sudah sadar?"

'Yunho? Apa yang dia lakukan di sini?' batin Jaejoong saat melihat Yunho memasuki kamar itu sambil membawa sebuah baskomyang berisi air.

Yunho lalu meletakkan baskom air yang ia bawa tadi ke atas meja di samping kasur. Yunho kemudian menarik sebuah kursi ke samping tempat tidur dan menghadam Jaejoong yang memandanginya dengan tatapan bingung.

"Ini kamarku," Yunho berujar sembari tersenyum hangat.

"Kau tidak ingat kejadian tadi sore?" Yunho bertanya dengan lembut saat melihat kerutan di kening Jaejoong.

Tadi sore? Jaejoong mencoba memutar kenapa ia bisa ada di sini. Tadi dia pergi dari rumah dengan perasaan kacau, ia berjalan tanpa arah. Lalu tiba-tiba hujan turun. Tapi dia tidak peduli dan terus saja berjalan sampai ia melihat Yunho berdiri di depannya. Namja itu menariknya ke suatu tempat. Lalu Jaejoong menangis dalam pelukan Yunho. Lama dia menangis sampai ia merasa lelah dan pusing, dan setelah itu, Jaejoong tidak mengingat apa-apa lagi.

"Tadi kau pingsan, lalu badanmu panas," Aah, jadi begitu kenapa ia bisa ada di sini. Jaejoong kemudian bangun untuk mengubah posisinya menjadi duduk dengan di bantu Yunho. Setelah Jaejoong duduk, Jaejoong merasakan ada sesuatu yang jatuh dari kepalanya. Terlihat seperti handuk atau semacamnya. Yunho segera mengambil barang itu dan memasukannya ke dalam baskom air tadi.

O, rupanya ia sedang dikompres tadi.

"Kemudian aku membawamu ke sini, karena aku tidak tau rumahmu di mana," lanjut Yunho.

Namun, begitu mendengar kata 'rumah' , Jaejoong langsung menegang.

"Jangan.. pulang ke rumah," gumam Jaejoong pelan namun masih bisa terdengar oleh Yunho.

"Eh? Apa?" Yunho merasa salah mendengar. Jaejoong tidak mau pulang ke rumah?

"Jangan bawa aku pulang ke rumahku," Jaejoong bergumam lagi.

Tidak, Yunho tidak salah dengar. Yunho kemudian mengerutkan keningnya dan menatap Jaejoong lekat.

"Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat aneh, Jaejoong-ah?" Jaejoong tidak menjawab. Pandangan matanya berubah jadi kosong. Yunho jadi merasa bersalah, ia menyesal telah menanyakan masalah yang dialami Jaejoong sekarang. Mungkin Jaejoong masih butuh waktu.

Perlahan tangan Yunho menyentuh kening Jaejoong.

Masih Panas.

"Lebih baik kau istirahat dulu, Jaejoong-ah," ujar Yunho pelan. Tangannya tanpa ia sadari mulai turun dan menyentuh pipi Jaejoong lalu mengelusnya lembut. Sungguh ini di luar kehendaknya. Tangannya terasa bergerak secara otomatis saat menyentuh kulit Jaejoong.

Halus. Batin Yunho.

Jaejoong yang sedang melamun jadi tersadar saat sesuatu mengelus pipinya. Jaejoong tersentak dan memundurkan wajahnya sehingga tangan Yunho terlepas dari wajahnya.

Yunho juga tidak kalah kagetnya, terbukti dari sikapnya yang terlihat salah tingkah.

"Ehmm, lebih baik kau tidur lagi, badanmu masih panas," Jaejoong hanya mengangguk pelan dan membaringnkan tubuhnya perlahan.

Yunho segera mencelupkan haduk kecil tadi ke dalam baskom, memerasnya dan menaruhnya di dahi Jaejoong. Setelah itu, Yunho langsung pergi dari sana tanpa berkata sedikitpun.

BLAMM.

Jaejoong memejamkan matanya sesaat setelah Yunho menutup pintu kamar itu. Ia masih merasa pusing dan badannya terasa tidak bertenaga. Lalu tiba-tiba Jaejoong teringat dengan perlakuan Yunho tadi. Tangan Yunho terasa hangat saat menyentuhnya. Hangat dan nyaman. Jaejoong merasa perasaannya menjadi tenang untuk sesaat tadi.

"Aisshh, apa yang kau pikirkan Kim Jaejoong?" bisik Jaejoong sambil menggelengkan kepalanya pelan saat ia tersadar dari pikiran anehnya.

Lebih baik aku tidur saja, batin Jaejoong. Dan tidak butuh waktu lama baginya untuk masuk ke alam mimpi.

Sedangkan di balik pintu kamar, Yunho sedang berdiri sambil merutuki sikapnya.

" Jung Yunho? Apa yang kau lakukan?"

.

.

.

-To Be Continued-

Annyeong chigudeul. Saya balik lagi sama ff baru, hehe :p FF yang Our Fortune masih belum sempet ngelanjutin. Trus tba-tiba ada ide bikin ff ini..

This ff is made special for Jae's and Yun's birthday ^^ Awalnya aku mau bikin 2shoots aja, eh tapi kok malah jadinya kayaknya kepanjangan. Yaudah, aku jadiin 3shoots.

Rencananya, yg part 2 mau aku publish wktu ultahnya Jae, trus yg part 3 wktu ultahnya Yun. Mudah"an aja bisa xD

That's it..

Gomawo for reading. I hope you enjoy this story ^^

Don't forget to Review too ^^