Aku mencintaimu. Sangat dan sangat mencintaimu hingga seluruh tubuhku terasa sakit jika menyadari kenyataan yang ada. Bahkan saat mata ku terbuka dan kau yang pertama ku lihat, tahu kah kau aku tidak menyesal sedikit pun.
Aku bahagia, sangat bahagia. Bahkan sejak tadi aku terus tersenyum karena tidak bisa membendung perasaanku.
Kau cinta pertamaku dan kau orang pertamaku. Walaupun kelak aku sadar tidak akan bisa menjadi orang pertama dan terakhir yang akan menempati hatimu selamanya, aku tidak menyesal sedikit pun.
Bahkan aku beryukur karena setidaknya kelak saat aku tiba-tiba merindukanmu aku bisa mengenang masa ini. Sentuhanmu, desahanmu dan hasratmu yang ditujukan hanya untukku seorang.
Ya, aku tidak akan melupakan saat ini.
Mengecup bibirmu untuk terakhir kali. Aku bersyukur kau tidak terganggu dengan itu. Melepas pelukan hangatmu. Pelan-pelan aku turun dari tempat tidur dan memakai pakaianku yang sudah berhamburan kemana-mana.
Selesai memakai dan membereskan semuanya. Untuk sesaat aku terdiam menatapmu yang sedang tertidur pulas, membiarkan otakku menyimpan memory ini dengan baik dan saat ku rasa itu cukup perlahan aku melangkah keluar, menguatkan hati untuk cerita baru tanpa hadirnya kau disana.
[Dua Tahun kemudian]
"Selesai... Selesai... Akhirnya selesai juga..." Teriakku membaringkan tubuhku di karpet berbulu kesayanganku.
Menutup mataku. Kurasakan jari-jariku seakan berkedut tidak karuan karena terlalu lelah mengetik sejak tadi pagi demi tugas kuliah yang tidak pernah ada hentinya diberikan oleh dosen. Mempertahankan beasiswa ternyata sungguh sulit.
"Lelah?"
Ku rasakan jari-jariku sedang dipijat seseorang. Tanpa perlu membuka mata, bahkan tanpa mendengar suaranya pun aku bisa tahu siapa orang itu. Dari bau dan sentuhannya saja jelas-jelas dia Sehun.
"Hm, sangat dan sangat lelah." gumamku masih malas untuk membuka mata.
"Mau ketempat biasanya? kita sudah lama tidak pergi kesana bersama karena kau terlalu sibuk pada reputasi 'mahasiswa baik'mu itu."
Aku terkekeh mendengar sindirannya. Ya, sungguh ironis sekali anak urakan sepertiku bisa bertobat dan serius akan pendidikan.
"Hanya kita berdua?"
"Tidak, dengan Baekhyun juga. Dia sudah menunggu kita disana dan katanya dia sedang bersama dengan kenalannya."
Aku terdiam, mempertimbangkan ucapan Sehun barusan karena untuk di beberapa kondisi aku malas jika harus bergabung dengan orang baru dan saat ini aku sedang dalam kondisi itu.
"Oke, kita tidak akan bergabung dengan mereka."
"Sehun, kau memang terbaik." sontak aku bangun dan mengecup pipi Sehun sekilas. "Aku akan bersiap-siap. Tidak lama. Aku janji." aku berlari menuju tangga.
"Aku sudah mempersiapkan diri jika harus menunggu lama." Gumam Sehun. Aku hanya memberikan cengiran terbaikku sebelum berlalu menaiki tangga.
Ya mau bagaimana lagi, wanita dilahirkan sebagai manusia yang rumit dalam segala hal, termasuk berdandan. Jadi, sudah menjadi takdirnya untuk banyak bersabar menghadapi kita.
Tidak sampai lima belas menit aku sudah turun dan mendapatkan Sehun juga sudah siap dengan setelan dan rambut blondenya yang tertata. Menyadari kehadiranku. Dia bangkit dari duduknya dan kita berjalan keluar dari apartemen.
Kita sudah sampai. Terlihat hari ini sedikit ramai dari biasanya atau itu hanya perasaanku saja karena sudah lama tidak kesini. Entahlah.
Menyadari banyak mata yang sedang mengincar Sehunku. Sontak aku merapatkan tubuhku dan menggandeng lengannya.
Malam ini Sehun milikku. Lirikku pada gadis-gadis itu dan beberapa diantaranya balas menatapku dengan kesal.
Sehun terkekeh melihat kelakuanku.
"Aku janji tidak akan meninggalkanmu malam ini." ucapnya tepat ditelingaku.
"Awas saja kalau sampai kau melanggarnya." aku mencubit bokongnya.
"Ya! itu sakit kau tahu." Ringisnya. "Apa perlu kita mencari Baekhyun dulu?"
"Tidak, kita langsung mencari tempat saja."
"Oke."
Tetap menggandeng lengan Sehun. Kita berjalan melewati kerumunan orang yang beberapa diantara mereka sedang menatap ke arah kami.
Tidak heran,karena orang yang aku gandeng saat ini si Oh Famous Sehun salah satu pemuda incaran para wanita, tidak termasuk aku dan Baekhyun pastinya. Lol.
Kami akhirnya mendapatkan tempat dan itu semua berkat Baekhyun. Saat berkeliling tanpa disengaja aku dan Sehun bertemu dengannya bersama seorang pria.
Dengan setengah hati tentunya. Aku duduk bersama mereka. Memasang tampang palsu, aku tersenyum saat Baekhyun mengenalkan calon kekasihnya itu.
Namanya Park Chanyeol, seorang pengusaha di salah satu perusahaan besar. Hmmm. Bisa dikatakan umurnya terpaut sepuluh tahun jika dibandingkan dengan Baekhyun dan sebelas tahun jika dibandingkan dengan umurku dan Sehun.
Tidak heran. Selama ini Baekhyun memang sudah menunjukkan ketertarikannya pada orang yang usianya terpaut jauh dengannya.
Jarak sepuluh tahun untuknya sudah menjadi hal biasa karena dia pernah beberapa kali berkencan dengan pria yang bahkan bisa dikatakan terpaut hampir dua puluh tahun dengannya. Gila.
Tapi setidaknya hal itu bisa langsung termaafkan melihat pilihannya selama ini tidak pernah salah. Pria dewasa yang tampan, hot dan kaya raya. Tiga syarat untuk menjadi kekasih Byun Baekhyun.
Awalnya ku kira akan membosankan, terlebih aku sedang dalam kondisi malas. Tapi Chanyeol pria yang pintar. Dia tidak kaku, membosankan dan menyebalkan seperti mantan-mantan Baekhyun sebelumnya. Dia orang yang ramah dan asik untuk diajak berbicara. Membuatku menyesal karna telah bersikap palsu padanya.
"Tidak biasanya kau memesan ini?" Baekhyun melihat minumanku.
"Aku harus tetap sadar dengan baik sampai besok."
"Ingin bertemu dengan dosen?" Tanya Chanyeol.
"Yeah. Tuntutan mahasiswa teladan." aku meringis.
Sejujurnya aku kesal saat kesini tidak meminum sesuatu berbau alkohol. Tapi demi oh demi beasiswaku tercinta, aku harus bisa menjadi mahasiswa yang tetap sadar dengan baik besok di kampus. Sial.
"Kau akan merindukannya kelak." Senyum Chanyeol tampan.
"Tapi kurasa sedikit alkohol tidak masalah." Sehun mencampurkan minumannya pada minumanku.
"Ya!"
"Tidak apa-apa." Senyumnya menjengkelkan.
"Tapi rasanya akan aneh bodoh."
"Coba saja. Kata teman-temanku rasanya tidak buruk."
"Kalau begitu kau dulu yang minum."
"Tidak mau."
"Sialan."
"Hm, sepertinya aku mengenal siapa yang disana." ucap Sehun tiba-tiba menatap serius belakangku atau lebih tepatnya di lantau bawah.
Penasaran aku melupakan rasa kesalku dan ikut memandang ke arah pandang Sehun. "DJ?"
"Hmm,"
Tepat saat itu, objek pandangan kami pun menatap keatas, kearah kami. Cukup lama dia memandang ke arah kami sebelum akhirnya dia tersenyum dan kembali fokus pada alat-alat DJ yang entah apa itu namanya karena aku tidak tahu akan itu.
"Ayo," Sehun menarikku.
"Kemana?"
"Tentu saja melepas rasa stressmu. Kalian juga ikut?" tanya Sehun pada Chanyeol.
Memang anak ini tidak punya sopan santun, padahal baru pertama kali bertemu sudah berani berbicara santai pada orang yang lebih tua darinya. Tapi Chanyeol sepertinya tidak masalah dengan sikap Sehun. Hmm, satu lagi poin Chanyeol. Pria baik.
"Tentu saja. Untuk apa kesini kalau hanya berdiam diri." Senyum Chanyeol mengajak Baekhyun.
"Ohooo... ku rasa kita bisa berteman baik. Ayo~" Sehun menggandeng pundakku.
Ditengah-tengah kerumunan orang kami berempat begoyang mengikuti irama. Sesekali menertawakan beberapa orang yang bergoyang dengan konyol dan selebihnya kami bersenang-senang dengan cara kami sendiri.
Ku lirik Baekhyun dan Chanyeol. Tanpa sadar aku tersenyum melihat mereka. Chanyeol memang pandai membuat orang lain cepat menyukainya. Belum sampai sehari aku sudah menyukainya.
Sama seperti yang Sehun lakukan padaku, dia juga menjaga Baekhyun dari lawan jenis yang bisa tanpa sengaja atau dengan segaja suka memanfaatkan kesempatan untuk melecehkan kaum kami.
"Ku rasa kali ini Baekhyun akan susah lepas darinya." Sehun tiba-tiba menarik pingulku mendekat padanya dan berbisik padaku.
"Ya, kurasa seperti itu." Aku mengalungkan kedua lenganku di lehernya. "Sekarang saja aku sudah menyukai Chanyeol."
Sehun langsung menatapku intens.
"Yak! bukan hal yang seperti itu." Aku menjitak jidatnya.
"Ku kira kau akan tega pada Baekhyun. Yang benar saja lebih baik kau denganku."
"Kan aku sudah denganmu tuan Oh."
Sehun menaikan sebelah alisnya. "Bagus..."
Kami tertawa. Entah untuk apa karena tidak ada sesuatu yang lucu. Tapi itulah kami. Jika ingin, lakukan saja, tidak perlu memiliki alasan yang logis untuk melakukannya.
Memencet angka enam, aku kembali fokus pada ponselku yang penuh dengan notifikasi pesan masuk. Mengabaikan yang lainnya aku hanya membuka pesan grup yang isinya hanya ada aku, Sehun dan Baekhyun.
Intinya, mereka saat ini memintaku untuk membelikan makan siang saat pulang nanti. Tapi mereka bingung harus membeli apa dan terjadilah perdebatan.
Pintu lift terbuka, aku melangkah menuju ruangan yang sudah sangat aku hafal. Mengetuk pintu, aku masuk kedalam ruangan dan menoleh melihat dosenku sedang berbincang-bincang dengan seseorang. Tidak jelas bagaimana wajah orang itu karena dia sedang membelakangiku yang pasti dia seorang pria.
"Sudah datang. Tunggu sebentar, kau bisa duduk di kursi sana." Saat menyadari kehadiranku.
Aku mengangguk dan berjalan ke sofa yang ada di depan pintu masuk. Aku tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan karena tempatku sedikit jauh dari mereka dan disana terdapat ruangan lagi, tapi melihat gesture mereka sepertinya tamu dosenku sudah ingin pergi. Apa karena kehadiranku? Apa peduliku.
Aku kembali mengecek ponselku, melihat Sehun dan Baekhyun masih berdebat untuk menu makan siang kita hari ini. Terserah mereka sajalah.
"Zi...tao?"
Reflek aku menyahut dan menatap kearah suara itu, "Iya p-"
Aku terdiam.
Kenapa?
Aku sudah berusaha untuk menjauh. Tapi kenapa harus bertemu lagi.
"K-kris..." gumamku lemah.
Untuk beberapa saat kita terdiam saling memandang, sampai suara dosenku mengagetkan kita.
"Jadi anda mengenal mahasiswa saya?"
"Iya pak," jawab Kris. Sedangkan aku mencoba untuk tersenyum. "Dia anak kakak saya."
"Victoria?"
"Iya, pak."
"Oh! Pantas saja saat pertama kali melihatmu aku tidak asing dengan wajahmu. Ternyata aku mengenal orangtuamu."
Aku masih terus tersenyum atau lebih tepatnya berusaha keras mempertahankan senyum ini.
Kris melirikku sekilas, "Kalau begitu pak saya permisi." Bersalaman dengan dosenku. Melirikku lagi, "Sampai jumpa lagi."
Aku mengangguk dengan senyuman yang masih terpampang. Menatapnya dalam diam hingga dia hilang saat berbelok di persimpangan.
Beruntung diskusi kali ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Tidak sampai sepuluh menit. Pikiranku sangat kacau dan aku tidak bisa fokus sejak awal.
Melangkah dengan lesu, sepertinya kali ini aku yang akan menentukan menu makan siangnya. Tidak peduli dengan dua makhluk di apartemen itu, aku harus makan daging yang banyak hari ini.
Keluar dari gedung. Langkahku sontak terhenti, saat melihat Kris ternyata belum pulang. Dia masih berada di parkiran khusus bersandar di mobilnya.
Entah kenapa secara reflek aku kembali masuk kedalam gedung saat dia mengarahkan pandangannya kearahku.
Menatapnya dibalik kaca, apa dia sedang menunggu seseorang?
Aku mengerut saat tiba-tiba pikiran konyol terlintas, tapi bisa saja benar.
Dia tidak sedang menungguku kan?
Balik arah, aku mengambil jalur lain menuju parkiran mahasiswa. Melewati pintu belakang gedung.
Setidaknya berjaga-jaga lebih baik. Aku masih belum siap untuk bertemu lagi dengannya.
Malamnya, setelah tadi siang berpesta daging sekarang waktunya untuk berpesta alkohol.
Besok dan lusa adalah hari libur kuliahku jadi aku akan mabuk hari ini. Harus. Aku harus melupakan kejadian tadi siang.
"Kau ada masalah?" Tanya Sehun menatapku heran.
"Tidak."
"Lalu, apa maksudnya ini?" liriknya pada beberapa botol beralkohol dimeja.
Meliriknya sekilas, "Aku hanya ingin balas dendam. Kemarin aku tidak bisa meminum mereka karena harus bertemu dengan dosen. Salah?"
Sehun hanya terdiam menatapku.
Cukup lama dia terus menatapku, sampai akhirnya dia mengajakku untuk ke lantai bawah. "Mau bersenang-senang?"
Aku membalasnya dengan senyuman dan langsung menggandengnya.
"'Mau kemana?" Tanya Baekhyun, dari toilet.
"Bersenang-senang. Ayo." Ajakku.
"Kalian duluan saja, akan ku susul kalau Chanyeol sudah datang. Dia sedang dalam perjalanan kesini."
"Sepertinya ada yang sedang jatuh cinta. Kemana-mana selalu bersama." Ledekku.
"Tenang saja, nanti kalian ku traktir di restoran mahal kalau kami sudah resmi. Oke."
"Oke. Akan ku desak Chanyeol untuk segera menembakmu." Ucap Sehun semangat.
"Kalian sudah dekat?" tanyaku.
"Tentu saja,"
"Yang benar?" Aku masih tidak mempercayainya.
"Iya sayang. Tidak percaya?"
Aku hanya diam menatapnya.
"Mau tanya apa? Ukuran kejantanannya? Aku bahkan sudah tahu. Kau belum tahu kan?" Sehun tersenyum miring meledek Baekhyun.
"Yak, Oh Sehun. Kenapa kau jadi mendahuluiku." Teriak Baekhyun tidak terima.
Aku memutar mataku malas.
"Ayo," aku menarik Sehun untuk segera menuju lantai bawah.
"Santai sayang. Jangan agresif seperti itu, kita pasti akan bersenang-senang." Sehun meraih pinggangku.
Kami sudah berada di lantai satu dan berada ditengah-tengah kerumunan banyak orang. Tanpa basa basi lagi aku menggoyangkan badanku terlebih musik kali ini sangat merangsang tubuh untuk bergoyang.
Lama, aku terus bergoyang hingga menyadari Sehun sudah hilang dari dekatku. Entah Sehun yang hilang atau aku yang terlalu tenggelam dengan suasana dan pengaruh alkohol yang mulai terasa hingga terpisah darinya.
Melihat sekitar, mencari Sehun, tiba-tiba kurasakan sebuah tangan menggenggam pergelangan tanganku dan menarikku untuk keluar dari kerumunan ini.
Awalnya ku kira itu Sehun, jadi aku hanya diam mengikutinya. Tapi saat ku perhatikan lagi ternyata dia orang asing. Rambut Sehun tidak berwarna blonde. Sontak aku memberontak berusaha untuk bisa lepas dari genggamannya.
Bagaimana kalau dia pemuda kurang ajar yang suka melecehkan perempuan?
"Ya! Lepaskan aku." Teriakku masih berusaha untuk lepas darinya.
Sesaat aku bisa lepas dari genggaman itu, tapi tidak lama dia sudah menarikku kembali dengan keras hingga tubuhku membentur tubuhnya.
Aku yang sudah pusing akibat alkohol semakin merasa pusing saat mencium aroma orang ini.
Aroma ini membuatku kembali teringat pada orang itu. Kesalahan terbesarku.
Tubuhku menegang saat dia menggengam pinggulku dengan erat dan berbisik padaku.
"Aku mendapatkanmu."
TBC
Hi, salam kenal
Terimakasih sudah menyediakan waktu kalian untuk membaca FF abal-abal ini.
Kalau suka jangan lupa klik tanda bintang di pojok kiri bawah dan mau kasih saran juga bisa langsung komen. Tapi, tolong pakai bahasa yang sopan ya.
Sampai jumpa di Chapter selanjutnya^^
Oh iya, kalau punya wattpad bisa mampir juga di wattpadku Khye48
Ceritanya bakalan lebih cepat update disana^^
