Minna-san! Ini adalah fanfiction yang sebagian kisahnya diambil dari garis besar pengalamanku, namun jelas berbeda. So, mungkin feelnya tidak akan terlalu terasa. Gomenasai~


Summary : Namaku Hyuuga Hinata. Aku hanyalah gadis biasa saja yang tidak begitu mengerti masalah sosial. Suatu hari, aku terjebak dalam sebuah jaring-jaring cinta. Kiba. Ya, Kiba adalah cinta pertamaku. Ia membuatku merasakan perasaan indah ini, namun suatu hari ia menjauh dan pergi. Aku sangat kecewa, tak ingin merasakan hal itu lagi. Hingga akhirnya datanglah seseorang. Gaara?


Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Friendship & Romance

Pair : Hinata x Kiba

Rated : T

"Must I?"

Chapter 1

Hari pertama kembali masuk ke akademi adalah hari yang kutunggu-tunggu. Naik ke tingkatan baru membuatku merasa sangat senang. Kubangun dari tidurku dan bersiap-siap menyambut hari pertama masuk akademi. Aku berpakaian seperti biasa dengan jaket berwarna ungu dan ikat kepala yang menggantung di leher. Hanya saja, sekarang aku tak membiarkan rambutku tergerai begitu saja. Kuikat rambutku bergaya ponytail dengan sisa rambut di kiri dan kanan. Ya, sekolah baru maka penampilan pun baru.

"Hinata-chan, ayo cepat! Neji-kun sudah menunggu." teriak seseorang memanggilku. Saat aku melihat jam dinding, astaga! Lima belas menit lagi kelas akan dimulai. Aku mengambil tasku dan berlari ke bawah menyusuri setiap anak tangga dengan tergesa-gesa. Aku pergi ke akademi bersama Neji-san, sepupuku.

"Terlihat ada yang berbeda, Hinata-chan. Tampak menawan." ucapnya padaku. Aku hanya tersenyum.

Tak lama, kami tiba. Aku melihat papan pengumuman dan kulihat namaku ada di deretan kelas D. Aku bergegas ke sana. Saat aku masuk, kelas sudah penuh. Kulihat ada 1 kursi kosong di samping wanita bersurai merah muda. Aku duduk di sana.

"Ohayou, a-" sapa wanita itu yang terlihat kebingungan memanggilku.

"Watashi wa Hyuuga Hinata desu. O namae wa?"

"Namae wa Haruno Sakura desu." jawabnya sambil melemparkan senyuman kepadaku.

Seorang sensei pun masuk kelasku.

"Ohayou gozaimasu. Watashi wa Yuhi Kurenai desu. Sekarang aku ingin kalian memperkenalkan diri kalian masing-masing di hadapanku." perintah Kurenai-sensei yang lalu menunjukku karena aku berada di bangku paling depan.

"A- Hajimemashite. Watashi wa Hyuuga Hinata desu. Douzo yoroshiku onegaishimasu." ucapku lalu menunduk hormat.

"Oh, klan Hyuuga. Menarik sekali." ucap Kurenai-sensei.

Semua murid melakukan hal yang sama sepertiku dan kami tidak mendapat pelajaran apapun karena ini hari pertama masuk akademi. Tak terasa, hari pertama di akademi telah selesai. Aku keluar kelas bersama Sakura. Saat aku menoleh ke sabelah kiri dari kelasku, kulihat Kiba, teman saat masih di akademi dasar. Ia tersenyum padaku. Aku hanya bisa membalas senyumannya yang diiringi celotehan teman Kiba yang beranggapan sesuatu terhadap kami.

"Hey, kau kekasih Kiba? Wah, cintamu masih bertemu di akademi baru ini." ucap seseorang dengan kacamata hitam.

"Jangan dengarkan Shino, Hinata." Kiba memukul bahu Shino. Aku hanya bisa tertawa. Tunggu, aku merasa sesuatu memanas. Oh tidak, wajahku memerah. Aku berlari meninggalkan Sakura di belakang karena aku tak ingin ada yang melihat wajahku yang matang itu.


..

..

Aku pulang ke rumah dan langsung memeriksa Let's Talk! miliku. Ya, Let's Talk! adalah sebuah alat komunikasi yang dibuat oleh para ninja teknik untuk bercakap-cakap jarak jauh. Itu adalah alat yang paling modern di sini dan sangat membantu. Design alatnya sangat menarik, penuh warna dan berbagai motif. Ibuku membelikanku yang berwarna pink dengan motif kupu-kupu. Saat aku lihat, ada sebuah notification.

You have new message (1)

Kulihat pesan itu dan ternyata Kiba mengirim pesan kepadaku. Aku merasa senang ia menghubungiku. Tapi mengapa aku senang? Apa aku menyukainya? Ah, tidak. Kubalas pesannya.

..ooOOoo..

Let's Talk! Chat Room

Inuzuka Kiba

June, 03

Kiba : Hey, Hinata-chan. O genki desu ka? Genki de ne? Bagaimana hari pertama di akademi baru?

Hinata : Genki desu. Menyenangkan. Bagaimana menurutmu?

Kiba : Sangat menyenangkan. Ada hal yang tak kusangka.

Hinata : Apa itu?

Kiba : Ah, tidak. Maafkan temanku tadi.

Hinata : Tak apa.

Read by Kiba

..ooOOoo..

Kiba tak menyangka suatu hal? Apa itu? Ah, sudahlah. Kuhubungi teman lamaku, Tenten.

..ooOOoo..

Let's Talk! Chat Room

Tenten

June, 03

Hinata : Tenten-chan. O genki desu ka? Kau tahu, Kiba berada di akademi yang sama denganku.

Tenten : Genki desu. Anata wa? Benarkah? Menarik sekali.

Hinata : Genki desu. Ya, aku tidak tahu mengapa tetapi aku merasakan sesuatu.

Tenten : Katakan saja kau menyukai Kiba.

Hinata : A-no.. Tidak.

Tenten : Mengaku saja.

Read by Hinata

Tenten : Hinata-chan? Kau marah padaku?

Read by Hinata

Tenten : Ya sudah, apa boleh buat.

Hinata : Aku ingin bertemu denganmu. Temui aku dua hari lagi di kedai Konohagakure's Sweet.

Tenten : Kupikir kau marah padaku. Baiklah.

Read by Hinata

..ooOOoo..


..

..

Hari pun terus berlanjut. Tak henti-hentinya aku mendapat celotehan dari teman-teman Kiba terutama Shino bahwa aku adalah kekasih Kiba. Bahkan aku saja tidak tahu apakah Kiba menyukaiku atau tidak. Aku hanya bisa berharap. Tunggu, jika aku berharap, maka apakah aku menyukainya? Sepertinya kali ini aku sungguh menyukainya. Setiap berada di dekatnya, jantungku berdegup kencang dan wajahku memanas. Hingga pada saat di kelas ...

"Hinata! Kiba mengajakmu berkencan saat pulang nanti!" teriak seseorang dari luar kelasku.

Kurenai-sensei mendengar dan ia tersenyum, oh, betapa malunya aku. Teman-teman sekelasku yang mendengar pun ikut tertawa.

"Wah, Hinata sudah dewasa." ucap seseorang berambut kuning berantakan dengan noda di pipinya seperti kumis kucing dari bangku sebelahku, ya, namanya Naruto.

"Tidak. Aku bahkan tidak tahu apa itu dewasa." ucapku yang kurasa wajahku mulai memerah.

"Haha! Lihat saja nanti saat jam pulang." ucap Choji, teman sebangku Naruto.

KRIIIIIING!

Bel istirahat berbunyi. Semua berlari ke kedai dengan terburu-buru bahkan belum sempat Kurenai-sensei berpamitan keluar kelas.

Aku dan Sakura pergi ke kedai bersama-sama. Kedai sederhana sekitar akademi yang dibuat khusus untuk para murid.

"Kau mau membeli apa, Hinata? Aku ingin okonomiyaki di sana." ucap Sakura menunjuk kedai berwarna merah yang cukup ramai. Aku memilih kedai yang sedikit lebih kosong.

"Aku ingin sushi saja. Bagaimana kau ..." belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Sakura sudah berada di antrean kedai okonomiyaki itu. Ah, sudahlah, aku pergi saja sendiri.

Aku pergi ke kedai sushi yang kulihat hanya ada dua orang yang sedang makan di sana. Ya, dengan begitu maka aku akan cepat dilayani.

"Silakan, mau pesan apa?" tanya penjaga kedai itu.

"Aku ingin kani maki." jawabku.

"Baiklah, 3 yen."

Kuberikan uangku dan aku duduk di meja bar sebelah seorang pria. Pria itu bersama temannya, mereka sedang asyik berbincang-bincang. Aku medengarkan pembicaraan mereka dan mereka menyebut namaku dalam percakapan mereka. Seketika aku tersedak. Sebelah pria di sampingku menoleh padaku.

"Oh, Hinata? Kau di sini? Ah, Kiba, tidakkah kau menyadarinya? Ia duduk di sebelahmu. Baiklah, aku akan pergi. Penjaga kedai, Kiba akan membayar makananku. Sampai nanti." ucap Shino yang lalu pergi meninggalkan kami berdua. Oh, aku tak menyadari di sebelahku adalah Kiba.

"Hey! Shino! Bayarlah sendiri! Ah, merepotkan!" ucap Kiba kesal. "Ah, Hinata. Hai." lanjutnya.

"H-hai."

"Sejak kapan kau di sini?"

"Baru saja."

"Nanti sore kau sibuk?"

"Tidak."

"Aktifkan Let's Talk!mu, ya?"

"Baik."

KRIIIIING!

Bel masuk berbunyi, makananku sudah habis lalu aku pergi. Belum sempat aku melangkah keluar kedai, Kiba menarik tanganku.

"Kita masuk bersama, ya?" ajaknya.

Aku hanya bisa tersenyum malu dan mengangguk. Aku berjalan menyusuri lorong bersama Kiba. Aku merasa ia terus menatapku. Aku tak tahu mengapa tetapi aku merasa aneh dari Kiba. Kulihat wajahnya yang pucat dan langkahnya terhenti.

"Kiba? Kau baik-baik saja?" tanyaku.

"Ya." jawabnya.

Tak lama, tangannya mulai menyentuh dinding di sekitar kami. Kuantar ia ke ruang kesehatan dan kubantu ia berbaring di sana. Aku baru ingat, sekarang Asuma-sensei akan mengajar di kelasku. Asuma adalah guru yang cukup tegas, bagaimana jika aku terlambat? Ingin rasanya aku menunggu Kiba di sini, tetapi bagaimana ini?

"Kiba, aku harus ..." saat kulihat, ia sudah tertidur. Cepat sekali, mungkin ia lelah. "Oyasuminasai, Kiba-kun." bisikku tepat di telinganya.

Saat aku keluar ruang kesehatan, kulihat Shino dan teman-temannya. Aku memberanikan diri memberi tahu mereka meskipin mereka akan mengejekku.

"Shino!" panggilku.

"Hai, Nona Kiba." sapa seseorang di belakang Shino yang tak kuketahui namanya. Tapi kuabaikan.

"Shino, Kiba ada di ruang kesehatan. Sepertinya ia kelelahan. Tadi aku antar. Terimakasih." ucapku dengan satu tarikan napas lalu berlari meninggalkan mereka.


..

..

Aku mengendap-ngendap melihat ke dalam lewat jendela. Ternyata Asuma-sensei belum masuk kelas. Aku bernapas lega. Lalu aku masuk ke kelas.

"Hinata! Darimana saja kau?" tanya Sakura terlihat cemas.

"Aku ..."

"Hinata baru selesai berkencan!" seru Naruto.

Semua murid bersorak dan tertawa.

"Tidak! Aku sudah menolong seseorang! Keterlaluan kau, Naruto!" aku sedikit marah pada Naruto, aku tak biasa marah sehingga semua murid tercengang melihat kemarahanku. Tiba-tiba Asuma-sensei masuk kelas.


..

..

KRIIIIING!

Bel pulang berbunyi. Aku bergegas keluar kelas. Sakura dan Naruto mengejarku.

"Hinata!" panggil Sakura. Langkahku terhenti.

"Hinata, kau marah padaku? Gomenasai, gomenasai." Naruto membungkuk hormat padaku.

"Tidak, aku tidak marah. Sebaiknya kalian jangan mengikutiku." aku pergi meninggalkan mereka dan berlari menuju ruang kesehatan.

Sesampainya di sana, Kiba sudah tidak ada. Mungkin Shino sudah membawanya pulang. Aku sangat cemas.

"Hinata? Untuk apa kau kemari?" tanya seseorang dari belakangku.

"Ah! Sakura! Aku terkejut. Sudah kukatakan jangan ikuti aku."

"Kau mencari Kiba?"

'Hah? Bagaimana Sakura tahu aku mencari Kiba?' batinku.

"Ti-tid-tidak." aku sangat gugup.

"Tadi Asuma-sensei menyuruhku untuk mengambil dokumennya, bukan? Ruangannya berada di sebelah ruang kesehatan ini. Aku sempat melihat Kiba tertidur di sini. Dan kau tadi berkata bahwa kau menolong seseorang, apakah itu Kiba?" ucap Sakura.

"Hm, aku harus pulang. Ibuku sudah menunggu. Sayonara, Sakura-chan!" aku berlari ke luar sekolah meninggalkan Sakura dan ...

DUG!

Aku menabrak seseorang. Ia menahan tubuhku yang hampir terjatuh. Belum sempat kubuka lebar mataku, aku melihat senyum seringai seseorang dengan taring yang khas. Kiba!

"A-arigatou, Kiba-kun."

"Kau baik-baik saja?"

Oh, tidak, wajahku memerah. Aku bisa merasakannya.

"Aku harus pulang." aku berlari keluar gerbang sekolah dan berlari menuju rumahku.


..

..

Sesampainya di rumah, tiba-tiba Let's Talk!ku bergetar.

You have new message (4)

Kulihat siapa saja yang mengirim pesan padaku.

Inuzuka Kiba (2)

Haruno Sakura (1)

Tenten (1)

Kubuka pesan Tenten terlebih dahulu.

..ooOOoo..

Let's Talk! Chat Room

Tenten

July, 01

Tenten : Pukul berapa besok kita bertemu?

Hinata : Pukul 2 siang.

Tenten : Baiklah, kita bertemu di sana.

Hinata : Mata ashita~

Read by Tenten

..ooOOoo..

Lalu, kubuka pesan Sakura.

..ooOOoo..

Let's Talk! Chat Room

Haruno Sakura

July, 01

Sakura : Hinata? Kau baik-baik saja?

Read by Hnata

..ooOOoo..

Aku bingung harus menjawab pesan Sakura. Ia pasti akan bertanya tentang Kiba. Lalu, kubuka pesan Kiba. Dengan jantung yang berdegup kencang aku membuka pesannya.

..ooOOoo..

Let's Talk! Chat Room

Inuzuka Kiba

Kiba : Hinata, mengapa terburu-buru sekali?

Kiba : Terimakasih telah mengantarku beristirahat tadi.

Hinata : Dou itashimashite, Kiba-kun. Aku terburu-buru karena aku tak ingin terlambat pulang.

Kiba : Wah, kau anak yang sangat patuh. Kau tidak sedang sibuk?

Hinata : Tidak.

Kiba : Ada sesuatu yang ingin kusampaikan.

Hinata : Apa itu?

Kiba : Kau tahu mengapa teman-temanku selalu bilang bahwa kau kekasihku?

Hinata : Tidak. Mengapa?

Kiba : Karena ...

Hinata : Apa?

Kiba : Aku ingin bertanya, siapa orang yang kau sukai?

Hinata : Kau mengalihkan pembicaraan.

Kiba : Tidak, ini masih ada hubungannya.

Hinata : Aku tidak tahu.

Kiba : Jangan berbohong.

Hinata : Sebaiknya kau lanjutkan perkataanmu tadi, Kiba-kun.

Kiba : Karena aku ...

Kiba : Menyukaimu, Hinata-chan.

Hinata : Benarkah?

Kiba : Tentu saja. Sejak dulu masih di akademi dasar, aku sudah mengagumi kepintaranmu. Aku tak menyangka kita akan terus bersama di akademi baru ini. Sekarang, siapa orang yang kau sukai? Kau tak perlu menjawab bahwa itu adalah aku pun tak apa.

Read by Hinata

Kiba : Hinata?

Hinata : Aku juga menyukaimu, Kiba-kun. Aku tak tahu bagaimana ini bisa terjadi

Kiba : Sungguh? Sebenarnya sejak awal aku sudah sangat tertarik denganmu, bahkan saat kita masih di akademi dasar.

Hinata : Ya. Bagaimana teman-temanmu tahu bahwa kau menyukaiku?

Kiba : Aku sering menceritakan tentang dirimu. Tampaknya Shino kagum kepadamu, tapi tak kubiarkan ia menyukaimu bahkan menyentuhmu.

Hinata : Tak kusangka. Maaf, Kiba, ibuku memanggilku untuk makan malam. Mata ashita.

Kiba : Baiklah, Hinata.

Read by Hinata

..ooOOoo..

Jantungku seperti akan meledak. Kiba ternyata menyukaiku. Ah, aku sungguh bahagia. Aku berharap ini akan berlangsung selamanya. Aku segera mengganti pakaianku dengan jubah sederhana klan Hyuuga dan menggulung rambutku. Aku langsung berlari ke ruang makan. Kuambil mangkuk berisi nasi, sup bening, daging panggang, dan teh hijau. Selama aku memakan makananku, ternyata Neji-san memperhatikanku.

"Hinata, mengapa wajahmu memerah begitu? Aku melihatnya sejak tadi kau baru datang ke ruang makan ini." ucap Neji.

"Apa? Tidak, sup ini terlalu panas sehingga uapnya memanaskan wajahku." ucapku yang kulontarkan begitu saja yang tak sengaja terbesit dalam pikiranku.

"Kau bahkan sama sekali belum menyentuh supnya."

'Ya ampun, Neji-san, mengapa kau memperhatikanku begitu?' batinku.

"Mungkin udara di kamarku terlalu panas." ucapku pasrah akan pernyataan Neji.

"Oh, begitu, ya sudah, lanjutkan."


..

..

Keesokan harinya, aku berangkat ke akademi seperti biasa. Dengan gayaku yang biasa. Sesampainya di sekolah, aku berjalan seperti orang lugu menuju ke kelasku. Langkahku terhenti melihat Kiba, Shino, dan wanita berambut pirang bergaya ponytail sepertiku berada di depan kelasku sedang berbincang-bincang dengan Sakura, Naruto, dan Choji. Aku berjalan tanpa menoleh mereka masuk dan tanganku ditahan oleh wanita berambut pirang itu.

"Kau Hinata? Kenalkan, Watashi wa Yamanaka Ino desu." ucap wanita itu yang ternyata bernama Ino namun sebenarnya aku sudah mengetahuinya.

"Hinata, Ino ini adalah teman lamaku." ucap Sakura.

Aku hanya tersenyum. Kulihat Kiba sedang memperhatikanku. Aku hanya tersipu malu. Aku pun masuk kelas dan diikuti oleh Sakura, Naruto, dan Choji.

Choji dan Naruto tiba-tiba mengambil kursi dan duduk di bangku yang aku dan Sakura duduki.

"Kalian tahu, sepertinya aku menyukai Ino." ucap Choji tiba-tiba.

"Sungguh? Apakah Ino juga menyukaimu?" tanya Sakura.

"Aku sedang berusaha. Tapi aku bingung bagaimana caranya." ucap Choji.

"Aku ada ide! Sakura, apa hal yang Ino sukai?" tanya Naruto.

"Ino suka ... bunga! Ya, Ino suka bunga!" ucap Sakura.

"Aku tak mau memberinya bunga." ucap Choji.

"Siapa yang memberi usul kau harus memberi bunga? Aku berpendapat bahwa yang menyukai bunga adalah pecinta lingkungan. Maka kita buat organisasi pecinta lingkungan, kita ajak Ino. Bagaimana? Ya, kita konsultasikan kepada Kakashi-sensei." jelas Naruto.

Aku hanya terkekeh, ide konyol Naruto bagus juga.

"Sekarang tepat pelajaran Kakashi-sensei." ucapku.

KRIIING!

Bel masuk berbunyi. Kakashi-sensei masuk tepat waktu. Naruto dan Choji mengembalikan kursi yang mereka ambil. Mereka melihat Kakashi-sensei bersama seorang pria berkulit sangat putih.

"Kita punya murid baru. Ayo, kenalkan dirimu." ucap Kakashi-sensei.

"Hajimemashite. Watashi wa Sai desu. Douzo yoroshiku onegaishimasu." ucapnya.

"Murid baru ini bisa kita jadikan anggota." ucap Naruto dengan mengedipkan sebelah mata.

Saat Sai menuju bangku yang ditunjukkan Kakashi-sensei, Naruto langsung mengajaknya. "Sai, nanti aku akan bicara denganmu. Sebelumnya kenalkan, aku Naruto."

"Baiklah, Naruto." jawabnya.


..

..

Sebelum jam pelajaran berakhir. Naruto menghampiri Sai.

"Sai. Aku ingin mengajakmu sesuatu." ucap Naruto.

"Apa itu?" tanya Sai.

"Bagaimana jika kau bergabung bersama kami dalam organisasi pecinta lingkungan?" ajaknya.

"Wah, boleh saja. Aku senang dengan hal itu." Jawabnya.


..

..

Jam pelajaran pun berakhir, Naruto mendekati Kakashi-sensei.

"Sensei! Aku ingin bicara." ucap Naruto.

"Hn?"

"Bagaimana jika aku dan teman-temanku membentuk sebuah organisasi pecinta lingkungan? Sekitar akademi sangat kotor apabila sudah jam pulang. Tanaman-tanaman rusak. Aku sudah dapat anggota. Sakura, Sai, Choji, dan Hinata. Mungkin aku akan mengajak murid kelas E yang bernama Ino." jelas Naruto.

"Hn, terserah kau saja. Jika ada yang diperlukan, datanglah padaku." jawab Kakashi-sensei.

Naruto, Sakura, dan Choji berseru kegirangan. Melihat Ino melewati kelas kami, Sakura memanggilnya.

"Ino!"

"Ya?"

"Ino, kau adalah pecinta lingkungan bukan? Bergabunglah bersama kami dalam organisasi pecinta lingkungan ini dan kita bisa menanam bunga." jelas Sakura.

"Menanam? Wah, mengasyikan. Kapan kita mulai?"

"Hari ini, kita rumuskan terlebih dahulu kegiatan kita. Ayo!"

Lalu kami semua pergi ke taman belakang gedung akademi ini. Kami telah menetapkan bahwa Naruto adalah ketua, Sakura adalah wakilnya, Ino sekretarisnya, Sai dokumenter, dan Choji yang mengatur kegiatan. Sebenarnya aku kurang yakin jika Naruto akan menjadi ketua yang baik. Aku memilih untuk tak menjadi pengurus apa-apa, tetapi karena karya seniku cukup bagus maka mereka memintaku sebagai pembuat poster dan slogan-slogan lainnya. Shikamaru, Kiba, dan Shino berjalan melewati kami.

"Kiba! Shino! Kemari! Dan Shikamaru!" panggil Ino. Shikamaru adalah teman sekelasku, ia murid yang sangat pintar. Aku pernah melihat Ino menanyakan pelajaran kepada Shikamaru, maka ia sepertinya sudah terlihat akrab.

"Ada apa?" tanya Kiba.

"Bergabunglah bersama kami dalam organisasi ini. Akan sangat menyenangkan." jelas Ino. "Dan, ada Hinata di sini." lanjutnya.

"Apa?" tanyaku terkejut.

"Tidak, Hinata." Ino memperlihatkan seringai senyumnya.

"Baiklah." ucap Kiba dan Shino bersamaan.

To be continue..


Review? Fav? Follow?

Thanks for reading.

Sorry for my mistakes.

Just wait for the next chapter.

Sayonara.