A Naruto & High School DxD Fiction
Summary: Saat pemilik mata biru itu tersadar di sebuah padang rumput yang basah dan bermandikan cahaya bulan, saat itu pulalah dia sadar, bahwa dia telah kehilangan segalanya. Namun nampaknya tak semuanya, karena seorang gadis dengan rambut merah datang padanya, dibawah siraman cahaya bulan yang sama dan di padang rumput yang sama, gadis itu memberinya alasan untuk tetap eksis, hidup, walaupun semuanya telah tiada.
Monochrome © Yahiko namikaze
Backsound; Faint ( Piano Instrumen versi ) by Linkin Park
Kosong by Astrid
Genre: Crime/Horror/Drama/Romance/Mystery/Tragedy/Friendship/
Warning; Mature/Ghotic/Supernatural/Suspense/SoftGore/killing Character/Alternative Universe/DeJavu moment/
Book 1: Reason And Hope.
.
.
.
.
.
oOo
Tarikan nafas itu pelan, tak begitupun dengan hembusan nafasnya yang terkadang tersendat. Irama yang tak seimbang itu kian kentara saat pemilik tubuh jangkung yang tengah terkapar di padang rumput itu terbatuk pelan, lalu ritmenya terus bertambah untuk beberapa saat.
Perih dirasa diberbagai bagian tubuh, darah menggenang, mata meredup, bibir mengatup. Tak banyak yang bisa dia lakukan dimalam musim gugur yang dingin dihamparan padang rumput itu. Kepala yang penuh dengan helaian warna kuning itu mendongak pelan saat siluet putih melesat cepat di angkasa sana; Bintang jatuh.
Bibir itu merekah pelan, diikuti oleh aliran darah yang mengalir kedagu, menggantikan darah yang mengering. Dia ingat beberapa hal tentang bintang jatuh; Harapan. Entah itu sungguh akan terkabul atau tidak, seseorang di ujung dunia sana mungkin akan terus berharap tanpa henti, mungkin.
Ironisnya, beberapa harapan itu terkabul atau kalau tidak ingin dibilang tidak sengaja terjadi.
Namanya Naruto; entah sekarang namanya begitu penting atau tidak disaat dia sedang sekarat seperti sekarang ini; Jangankan sekarang, disaat dia sekarat, dulu disaat semua ini belum terjadipun namanya paling cuma sekedar melintas saja dipendengaran orang-orang; Dulu, dia sering sekali menunggu bintang jatuh, tengah malam buta dibawah langit yang sama dengan harapan yang sama; Kebahagiaan. Yah setidaknya bukan harapan yang terlalu muluk mengingat dia sedari kecil tak mengenali siapa-siapa.
Lupakan, dia kenal dengan beberapa orang yang syukurnya juga mengenalnya, contohnya saja paman penjual Ramen yang kedainya berada tak jauh dari rumah usangnya atau seorang pengangguran yang selalu terlihat malas bernama Shikamaru. Sialnya, belakangan diketahui kalau si Shikamaru ini anak konglomerat, jadi mau dia pengangguran juga suka-suka dia.
Ah, dia juga punya teman wanita, namanya Karin, tak banyak yang dia ketahui tentang Karin tapi dia memang mengenal gadis berkacamata yang katanya mengagumi vokalis band Hebi yang lagi famous itu; Sasuke Uchiha.
See?
Dia kenal dengan beberapa manusia yang untung-untungnya juga mengenal dia.
Naruto menarik napas pelan saat lelah datang kian gencar, matanya kembali mendapat gambaran fokus kelangit sana sebentar sebelum kembali buram dan fokus lagi, begitu untuk beberapa saat sampai dia mendecak pelan seraya menutupi luka yang masih menganga lebar di pinggang kanan dengan tangan kiri, lalu dia sadar, tangan kanannya juga mengalami luka yang sama mengenaskannya dengan pinggangnya.
Buntung, bukan lagi robek seperti di pinggang tapi putus. Naruto pikir sakitnya akan sampai sekarang, dua jam setelah say goodbye dengan pergelangan tangannya, ternyata tidak. Buktinya, tubuhnya mati rasa, dingin malam ini mungkin dirasa terlalu dingin baginya. Saat itu dia sadar, alasan kenapa matanya tak terlalu fokus, dia juga mengalami luka fatal pada mata bagian kiri.
Tak bisa dia bayangkan seperti apa rupanya saat ini, membuatnya enggan untuk sekedar bertegur sapa dengan Shikamaru dan mencoret nama Karin berikutnya, mungkin paman pemilik kedai itu akan semakin mengasihani betapa malangnya dia sekarang. Itupun kalau dia bisa beranjak dari posisinya sekarang dan mampir ke kedai si paman yang baik hati itu.
Ohya dia sedikit lupa, hampir saja. Kalau tidak salah, kepala yang ada di ujung pandangannya itu adalah kepala dengan gaya rambut kuncir satu milik si Shikamaru; tidak salah lagi, atau tenda yang berantakan itu juga kalau tidak salah adalah milik si paman yang baik hati itu. Oh, sekarang Naruto mengerti kenapa dia melihat Kepala Karin tertancap disebuah tombak sedangkan tubuhnya tersalib dan terbakar di api unggun.
Tamu.
Naruto terbatuk pelan sebelum dia teringat dengan momen beberapa jam yang lalu, saat mereka baru saja selesai menggelar tenda, saat Shikamaru selesai menyalakan api unggun, beberapa orang datang dengan semacam sayap burung di punggung. Tubuh mereka terbalut jubah namun Naruto masih bisa melihat dagu serta seperempat pergelangan tangan mereka.
Si paman pemilik kedai ramen yang selalu ramah menghampiri mereka, berusaha untuk tidak menoleh kebelakang dan menegur Shikamaru juga dia, saat tau mereka bertiga menenggak bir dengan santainya.
Tak berapa lama, beginilah keadaannya, kejadiannya terlalu cepat, saat sadar dia sudah telentang dengan santai di padang rumput yang basah karena embun dengan tubuh yang tak utuh.
Perayaan berakhirnya musim gugur diikuti bersamaan dengan berakhirnya nyawanya.
Menyedihkan, naruto ingin meludah mengingat itu, tadinya, tapi tak jadi karena tubuhnya sekarang benar-benar mati rasa jadi tak bisa banyak bergerak. Oke bohong, faktanya, kaki kiri dan kanannya terus saja bergetar pelan sedari tadi, itu artinya tak sepenuhnya tubuhnya mati rasa.
Tuhan.
Naruto tak mengerti setelah hari demi hari dia lalui dengan sulit, sekarang matipun sulit.
Mungkin malaikat maut sedang ingin bermain tarik tambang dengan jiwanya, entahlah, dia bingung. Bahkan bingung itu kian bertambah saat sadar ada air yang keluar dari sisi matanya, membuat pandangannya kian memburam, membuyarkannya tentang fantasy nirwana dilangit sana.
Dia, menangis?
Kidding me?
Oh, come on.
Terbatuk lagi, lalu nafas nya sulit mengambil oksigen, dia tersedak darahnya sendiri di tenggorokan sana. Darah yang mengering digantikan oleh darah segar yang dengan bahagianya meloncat keluar dari mulut dan mengotori dagu sampai lehernya.
"Apa kau masih ingin hidup?"
Naruto takut hantu, percayalah, dari semua hal yang pantas untuk ditakuti, laki-laki bermarga Namikaze itu justru takut pada mahluk astral yang tak jelas simpang-siurnya. Tapi kalau mau dibilang hantu, gadis dengan rambut merah yang kini tengah berdiri di hadapannya itu terlalu nyata untuk dianggap sebagai hantu, apalagi pekikan rasa ngeri bercampur dengan rasa takut dari gadis berambut kuning yang berdiri tak jauh dari si gadis berambut merah itu.
His cannot believe that
Hey...
... Mereka tak menelpon polisi?
Crap!
"Semuanya tewas."
"Tubuh dari kepala si pemuda yang rambutnya dikuncir ini tak ada disini!"
"...a ka... Bisa...ti nya?"
Naruto mendongak, menatap langit malam di akhir musim gugur dengan tersenyum, lupa pada air matanya yang masih mengalir, lupa pada fakta bahwa hidupnya juga hampir berakhir, dia lupa semuanya. Bahkan untuk mendengar percakapan orang asing yang ada disekitarnyapun tak lagi terdengar.
Apa ini yang disebut fase kematian, momen dimana malaikat kematian sudah bosan menunggu dan akan mengakhiri hidupnya dengan sekali tarikan dan satu hentakan?
"Jika kau masih ingin hidup, aku, atas nama keluarga Gremory; bersedia menghidupkanmu kembali, dan kau akan membayar mahal atas apa yang kau minta ini."
Sebelum kepalanya merasakan sakit yang luar biasa, sebelum dia mendapati bahwa semuanya semakin menggelap, dia sudah mendapati bahwa ada cahaya aneh yang menyinari tubuhnya dari dasar permukaan tanah dan segerombolan orang asing itu mengelilinginya.
Dan semuanya gelap, dia tak lagi bisa melihat langit malam musim gugur, tak lagi bisa melihat kepala Shikamaru atau meraskan aroma anyir darahnya atau bau tubuh Karin yang terbakar, tak banyak. Ya tak banyak, sama seperti Do'a yang dia berikan kepada tuhan setiap malamnya, setiap harinya, setiap paginya atau kalau mau di tambah juga setiap senjanya.
Kebahagiaan
Juga alasan kenapa yatim piatu sepertinya masih hidup di kerasnya dunia nyata ini?
Tak mengerti, lagi pula siapalah dia sampai berani sok bijak pada diri sendiri dan meyakini bahwa Tuhan sedang mengujinya. Faktanya, dia sering menyalahkan Tuhan atas segalanya. Walaupun sakit, disela waktu dia menyempatkan diri untuk memohon maaf atas pikiran, persaan, dan kesal yang selalu dia lampiaskan pada Tuhan.
Dia hanya bingung, dia bosan, dia tak bisa terus-terusan bersikap sok tegar seperti tokoh protagonis disebuah anime bertema ninja yang lagi famous akhir-akhir ini, tak bisa. Karena dia adalah Naruto, pemuda delapan belas tahun yang selalu menghabiskan waktunya dalam sebuah kesendirian dan terapung dalam lautan kesepian.
Shit.
Membosankan, anehnya, dia masih hidup. Padahal kalau menurut hukum alam, anak domba yang tersesat kedalam hutan seharusnya sudah lama melambaikan sapu tangan putih pada kerasnya hidup.
Anehnya lagi, dia punya rekening, yatim piatu mana coba yang sedari kecil tak mengenal siapapun dan tak pernah berkerja jadi apapun punya rekening, satu fakta baru, si pengirim uang pun tak jelas, daddy? Momy?
Hell, abu-abu everywhere.
Dan dia tambah bingung, percayalah, bingung itu suatu gejala paling menakutkan sepanjang masa; mengingat dia juga sudah di ambang masa.
Dia cuma ingin bahagia, alasan untuk tetap hidup, semuanya butuh alasan, tak bisa hidup begitu saja tanpa sebuah alasan.
Itu sama seperti anda makan ketika lapar.
Simpel, tapi bisa membunuh.
Seperti sekarang contohnya, dia, Naruto Namikaze, sebentar lagi akan mati tanpa alasan yang jelas, juga mati bersama pertanyaan dan D'oa yang selalu dia percayai sedari dulu.
Tunggu dulu, dia dimana sekarang?
"Aku,... Dimana?"
Pertanyaan yang bagus teman!
Naruto mengedarkan pandangannya, semuanya gelap, dia tak bisa melihat tangannya bahkan beberapa bagian tubuhnya yang seharusnya masih bisa dijangkau oleh pandangannya. Benar, semuanya gelap gulita.
Apakah seperti ini yang namanya kematian?
Inikah Dimensi dimana orang yang sudah mati dikumpulkan?
Apa itu berarti dia sudah bisa bertemu dengan ibu dan ayahnya?
"Bu?" Suaranya bergetar, mata birunya bergerak waspada dalam gelap. Selain gelap, dia juga merasa dingin, apa benar ini alam dimana semua manusia yang pernah eksis di dunia dikumpulkan? "Ayah?" Dia bahkan tak peduli pada suaranya yang bergetar dan bergema, seperti ada disebuah tempat yang tinggi.
Nafasnya memburu cepat, dadanya terasa sesak, tak percaya bahwa ketika sesudah matipun dia tidak dipertemukan dengan seseorang yang sudah melahirkannya.
Apa-apaan ini, ini curang, ini tidak adil. Tunggu, apa ini juga terjadi pada yatim piatu diseluruh dunia atau hanya terjadi pada dirinya?
Damn!
Naruto tersungkur, terjerembab dalam gelap. Entah apa yang membuatnya jatuh dia tidak peduli, rasa sakit di lutut bahkan tidak ada apa-apanya dibanding rasa perih di dadanya. Sesuatu yang aneh terjadi, dadanya terasa perih, nafasnya tak beraturan dan air matanya mengalir deras.
Dia menangis, setidaknya kali ini dia menangis dengan alasan yang jelas. Dia tidak bisa menahan gejolak itu, sakitnya memaksa dirinya untuk tidak menahan tangisnya.
Tapi kenapa? Kenapa ini terjadi padanya? Haruskah seperti ini? Haruskah?
Naruto tertunduk dalam, tangan kanannya tak lagi meremas dadanya saat sakit itu tak lagi terasa. Dinginnya gelap membuatnya menggigil, entah kenapa setelah rasa sakit itu hilang, malah rasa perih yang menyertainya tak kunjung hilang, semakin terasa, semakin merasuk.
"Ibu, cinta itu apa?"
Sayup, tak terlalu jelas tapi terdengar di pendengarannya. Suara kecil yang identik dengan suara bocah kisaran lima tahun, membuat Naruto mendongak perlahan. Dia ingat suara kecil itu, sangat-sangat ingat. Karena pada dasarnya suara itu adalah suaranya saat dia berusia dibawah tujuh tahun.
"Eh, kenapa Naru menanyakannya?"
Mata biru itu bergerak kian liar, intens, tak banyak yang bisa dijangkau oleh penglihatannya selain gelap. Nafasnya sesak lagi, dia ingat suara wanita dewasa itu, walau dia tidak pernah ingat seperti apa rupa sipemilik suara, tapi dia ingat suara itu. Dia ingat!
Suara itu, suara itu selalu menghantui setiap malam tidurnya. Dia berusaha untuk mengingat wajah sipemilik suara, selalu, tapi semakin dia berusaha untuk mengingat momen sekecil apapun dengan si pemilik suara itu, yang ada malah sakit itu semakin gencar menyerangnya, menusuk ke hati yang terdalam.
Dan jantungnya berdegup cepat.
"Itu karena ayah sering mengatakannya pada ibu," berikutnya terdengar dengusan lucu yang bergema dan suara kekehan lembut ala wanita dewasa menyertainya. "Naru jadi penasaran."
Kekehan itu semakin menjadi.
Kini Naruto sudah berdiri tegap, tak peduli pada kurangnya oksigen yang dirasakan, matanya menatap menyeluruh, keseluruh direksi gelap berharap akan ada cahaya yang fokus ke kedua orang yang tadi terdengar mengobrol seperti drama yang sering di putar di Tv. Tapi semuanya tetap gelap, tak ada cahaya barang seberkas sekalipun.
"Kenapa tidak Naruto tanyakan saja pada ayah?"
Arahnya datang dari arah kiri, tapi disana gelap. Tak peduli pada kerutan di dahinya yang semakin mendalam, dia berusaha fokus, setengah berharap bisa melihat walau hanya siluet sekalipun.
Tapi tetap gelap.
"Tapi,... Apa ayah tidak marah?"
Naruto dengan cepat menoleh kebelakang, "Oi,... Kalian mendengarku?!"
"Tentu saja tidak sayang."
Suara lembut itu bergema tak tentu arah, membuat laki-laki delapan belas tahun itu menoleh kekanan dan belakang dengan gerakan yang agak berputar. Dia tidak peduli lagi, bahkan pada gelap sekalipun. Dia akan mendatangi arah suara mereka.
"Sungguh?"
"Oi,... Kalian mendengarku!"
Langkah lebarnya yang awalnya bergerak agak sedikit gusar semakin cepat bergerak.
"Uhm, tentu saja."
Kali ini bukan lagi berjalan dengan langkah lebar dan gerakan yang cepat, tapi berlari. Jika ada satu hal yang tak Naruto mengerti mengenai situasinya sekarang ini, maka itu datang dari suara dua pasang langkah yang bergerak dengan beda ritme, kentara sekali bahwa suara tapak yang keras itu milik si suara wanita dewasa tadi dan suara langkah yang kecil pastilah milik si kecil yang diketahui namanya sebagai Naruto.
Dan dia yakin nama itu bukanlah kebetulan.
Anehnya lagi, seberapa cepatpun dia mengusahakan kemampuan berlarinya untuk mengejar kedua sosok pemilik suara langkah kaki itu, dia tetap saja belum melihat mereka walau yakin datangnya arah suara langkah kaki itu ada dan tepat di depannya.
Untuk itu, dia semakin gila-gilaan memforsir tenaganya hanya untuk mengejar mereka dalam gelap. Dalam gelap yang pekat, dia tak sempat berpikir apapun, yang ada dibenaknya hanya terlintas bagaimana caranya agar dia bisa menyusul mereka lalu memastikan apakah pemilik suara wanita dewasa tadi mengenalinya atau tidak.
Namun ironisnya, jangankan menjangkau mereka, lari dalam waktu yang lama sekaipun tak membuat matanya menangkap siluat dua orang pemilik suara langkah kaki itu.
"Oi,... Tunggu!" Teriakannya bergema keras, menyaingi derap langkah kaki yang sedari tadi dikejar walau tak pasti. "Kumohon,... Tunggu sebentar!"
Naruto tak pernah memohon, dalam seumur hidup Naruto, dia hanya pernah menggunakan kata itu disaat dia berada di gereja dan mengatupkan tangannya. Dia tidak pernah memohon, bahkan ketika dia dikeroyok sekumpulan pemabuk sekalipun.
Dia tidak pernah memohon, kecuali pada momen ini.
Satu gerakan fatal dan dia tersungkur.
"Kau,... APAKAH KAU,... Kau Ibuku?!" teriakannya menggila tapi tak bisa bangkit, dia bahkan tak peduli pada persendian kakinya yang terasa sangat sakit atau pada suaranya yang bergetar. "Kenapa,... Kenapa aku selalu sendirian, Kenapa harus aku?!"
oOo
"Dia hanya perlu istirahat, Ketua."
Seseorang dengan rambut berwarna merah mengangguk pelan. Dibelakangnya, sekumpulan orang berdiri santai seraya memperhatikan sosok laki-laki yang terlelap damai di atas kasur empuk dalam ruangan yang cukup besar.
Matanya mengerjap perlahan saat mendapati segaris kecil air yang menetes keluar dari sela-sela kelopak mata yang terkatup. Bibirnya merekah pelan.
"Kita ketemu lagi, Namikaze-sama."
To Be Continued
Tepat, apapun yang kalian pikirkan itu benar, Yahiko datang dengan fanfic baru; setelah sekian lama berkelana kesana-kemari, akhirnya Yahiko pulang kembali ke situs keluarga besar kita FFN.
Kalian apa kabar? Baik? Tentunya dong ya( ',')/
Nah, jadi ini adalah fanfic Crossover pertama Yahiko, sebagai Info, Fanfic Vampire milik Yahiko akan Yahiko hapus dan remake menjadi Novel, bukan! Bukan untuk dijadikan skript **S season kedua atau season keberapa sekalipun. Tapi murni Novel, itu bakal bergenre Western, retro dan absolutely Mystery.
Dan buat yang nunggu Konoha no Kiiroi Senkou II, sabar ya, Yahiko lagi muter otak, gimana caranya supaya kalian tertarik lagi untuk membacanya, tentunya akan ada updet chapternya yang baru.
So next time we will meet again, don't forget for review, cauze your review that only im waiting.
See ya ( ',')/
