Hallo senpai~
Perkenalkan saya newbie di sini~
Ini fic rate M pertama saya lho~
Tapi… semua itu bohong~ #plak XD *lagi kurang waras
*sekalian bayar utang karena waktu jadi newbie dulu belum sempat ngomong kyak gitu bwahahaahah #plak
Mohon maaf klo baru tobat sekarang *nunduk-nunduk
.
o
O
o
.
"Rukiaaa~" aku mengerang manja pada gadis cantik yang sudah berganti marga menjadi Kurosaki ini, oh ayolah, aku sudah tidak sabar! Menahan diri selama empat hari untuk menyentuhnya itu adalah siksaan paling mengerikan yang pernah kudapatkan dari siapapun, bahkan bertarung dengan kakaknya sungguh tak ada artinya sama sekali.
"Tidak! Aku tidak mau kalau tidak ada Chappy!" dia masih menggeleng tanda penolakan terhadap malam pertama kami, ck…sial! Di sini siapa yang menikah sih? Kenapa kelinci sialan itu harus di bawa-bawa?
"Ruki-"
"Tidak! Jangan harap aku mau tidur denganmu di kamar yang sama sekali tidak ada Chappy-nya Ichigo! Ini sungguh mengerikan! Aku tidak mau! Dan jangan harap aku akan tidur denganmu selama tak ada Chappy dalam jarak pandangku! Kau mendengarku Kurosaki Ichigo!" aku tak bisa membayangkan seberapa pucat wajahku setelah mendengar penolakan sekaligus ancaman yang dilayangkan dengan wajah super tidak berdosanya, oh sial!
"Tapi Rukia…"
"Tidak ada tapi Ichigo, kalau perlu aku tidak mau tidur denganmu selamanya!"
"Apa!"
.
.
Chappy? OMG! (Owwie Owl)
.
Bleach © Tite Kubo
.
.
Kupandangi dengan bosan kamar bercat ungu cerah milik kekasihku ini, Chappy ada di mana-mana, mulai dari wallpaper Happy Chappy Space, dengan latar belakang luar angkasa dengan planet bernama Utopia tempat tinggal babi-babi berwarna hijau yang mencuri telur-telur milik Chappy –yang menurutku sangat konyol-, laptop Chappy, bed cover Chappy, guling Chappy, bantal Chappy, kursi Chappy, meja Chappy, jam dinding Chappy, boneka Chappy –dengan berbagai ukuran-, bahkan pigura yang membingkai fotoku dan Rukia ini berbentuk Chappy, astaga… aku tak percaya bisa jatuh cinta dengan maniak Chappy seperti Rukia, aku tak bisa membayangkan bagaimana masa depanku dan anak-anakku kelak?
"Ichigo?" kualihkan pandanganku ke arah pintu kamar yang terbuka, aku tersenyum melihat kekasih mungilku sedang memandang gugup kearahku yang sedang duduk di tepi ranjangnya, andai ini rumahku, kamarku, dan ranjangku, mungkin sudah kuterkam dia dan kuseret ke ranjang empuk ini –yang sayangnya adalah salah satu benda yang memiliki unsur Chappy kesayangan Rukia- untuk …yah kau pasti tahu apa.
"Hmm… ada apa?" kulihat ia ragu-ragu untuk mendekat kearahku, heran saja dengan Rukia yang sedikit malu-malu denganku, sedangkan biasanya kami bahkan tak segan-segan mengumbar kemesraan di depan mata empat dan kekasihnya yang tidak ingin kuingat namanya itu, oh… atau mungkin karena Rukia gugup sebentar lagi harus membuang jauh-jauh nama Kuchiki untuk di gantikan dengan marga baru yang -menurutku- lebih baik? Tanpa sadar seringai mulai menghiasi wajahku, oh ya gadis ini akan menjadi milikku.
"I-Ichi, ada apa denganmu? Kau menakutkan!" oh astaga aku membuat gadisku ini ketakutan dengan fantasiku mengenai dirinya –walaupun ia memang harus waspada dengan apa yang baru saja aku pikirkan- uh… aku benar-benar menyesal sayangku.
"Eh… tidak Rukia, ayo kemarilah, pasti ada yang ingin kau katakan padaku'kan?" kurentangkan kedua tanganku untuk memeluknya yang mulai berjalan kearahku, harus kuakui aku kecanduan memeluknya, entahlah, rasanya begitu nyaman, bukan masalah ukuran tubuhnya yang mungil, dia tetap segalanya untukku, walau kadang aku harus menahan diri untuk memukuli orang yang mengatakan bahwa bidadari mungilku ini kurang seksi, dan bahkan membanding-bandingkan Rukiaku ini dengan kekasih Ishida yang sangat berlebihan! Lihat saja, tubuh yang –menurut orang lain- sintal, tapi menurutku dia itu gendut! Walau mempunyai perut yang rata, tapi tetap saja harus memakai pakaian seukuran dengan wanita gendut lainnya, beda dengan Rukiaku yang mungil ini, dia akan sangat pas memakai apa saja, dan aku akan mempertimbangkan untuk membiarkannya memakai pakaian ibu hamil dalam waktu dekat ini, yah masih kupertimbangkan sih, sebenarnya sekarangpun bukan masalah bagiku dan –tentu saja- keluargaku, apalagi ayahku, dia pasti akan sangat senang, tetapi beda halnya dengan Rukia –lebih tepatnya Byakuya- yang belum menginginkan momongan, dan alasan yang paling membuat Rukia takut memiliki bayi dalam waktu dekat adalah, menyinggung Byakuya yang -menurutnya- masih terlalu muda, dan terlalu tampan untuk menjadi seorang paman –atau di panggil paman oleh anak kami- apalagi ia masih betah melajang, dan Rukia sangat menghormati nii-sama-nya untuk menyinggung hal sensitive seperti usia, dan status –bilang saja kalau dia memang tidak laku- setidaknya pada akhirnya ia membiarkanku untuk menikahi Rukia dalam waktu dekat, katakanlah kami masih belum menentukan tanggal.
"Kata nii-sama kita tidak boleh tinggal jauh-jauh dari sini, jadi kita harus mencari rumah di sekitar sini Ichigo, dan kata nii-sama pemilik rumah yang ada di depan sana akan menjual rumahnya pada kita, katanya ia akan pindah besok, jadi lusa kita bisa menaruh barang-barang kalau kau tidak sibuk," rahangku hampir saja jatuh ke lantai yang tertutup karpet dengan gambar Chappy and friends milik Rukia setelah mendengar penjelasan tidak berdosanya barusan, bagaimana mungkin ia mengatakan itu dengan sangat tidak berdosa? Aku tahu ini bukan karena Rukia yang menginginkannya, tapi kakaknya yang bodoh itu yang memang sangat menyebalkan, pasti ia yang merencanakan ini semua, menyuruh pemilik rumah di seberang rumah ini untuk pindah bukanlah hal yang sulit untuk orang sekelas Byakuya, hanya tinggal menuliskan nominal uang yang di inginkan, dan jadilah orang itu enyah dari rumah yang -mungkin- sudah bertahun-tahun ia tempati bersama keluarganya, ck… sampai kapan orang bodoh itu akan memasung gadisku ini bersamanya? Harusnya aku tahu, sejak awal Byakuya memang tidak akan pernah memberikan adiknya padaku! Oh tunggu dulu, ini tidak akan seburuk itu. Ok, jika memang itu maunya maka aku akan mengikuti permainan bodohnya itu. Tapi jangan salahkan aku kalau si bodoh itu akan mendengar desahan Rukia setiap malam, atau erangannya di pagi hari!
"Oh, Ichi… aku punya sebuah permintaan…" kulihat si mungil ini mulai gelisah dalam pangkuanku, tubuhnya mulai bergerak-gerak tak tenang, dan ada sedikit keringat yang mulai menuruni pelipisnya. Karena tak tahan melihat kekasihku ini terus merasa tak nyaman dengan sesuatu –apapun itu- aku sedikit menyamankan posisi duduknya di pangkuanku, punggungku kusandarkan pada bantal raksasa yang sangat nyaman milik Rukia yang –harus kusayangkan- bertemakan Chappy in love, kemudian kurebahkan kepalanya yang berhiaskan mahkota sekelam malam ini di dadaku, oh tuhan, ini benar-benar indah, kau memberikannya padaku, dan kurasakan Rukia mulai tenang.
"Apapun yang kau inginkan Rukia…"
.
o
O
o
.
Ini seharusnya menjadi hari yang bahagia untukku, yah, seharusnya memang begitu, tapi kenapa harus seperti ini, Rukia tak meminta rumah mewah dengan segala fasilitasnya, pulau pribadi dengan panorama dan nilai infestasi tinggi, ataupun perhiasan mahal untuk di pamerkan kepada teman-temannya , bukan, bukan itu, aku tak akan pernah keberatan bila Rukia memang menginginkan semua itu, toh aku bekerja memang untuk Rukia bukan? Menghambur-hamburkan uang untuk Rukia bukanlah hal yang sulit bagiku, tapi kenyataanya ia tak meminta semua itu, yang ia minta hanyalah hal sepele yang nyaris membuatku terkena serangan jantung, menikah di Chappy land? Tak ada yang lebih buruk dari ini bukan? Dan sayangnya aku sudah terlanjur berjanji padanya.
"Woaahh… aku tahu kau sangat mencintai si pendek itu, tapi tak kusangka kau akan menurutinya seperti ini, menikah di Chappy land? Kau membuatku malu sebagai seorang pria, jeruk!"
"Diamlah Grimmjow! Dia tidak mau menikah kalau bukan di sini! Aku sebenarnya juga tak mau menginjakkan kaki di tempat mengerikan seperti ini!" aku harus ingat bahwa kami masih di antara kerumunan tamu, jadi tak mungkin membuat suasana memalukan bagi keluargaku maupun keluarga gadis yang -kurang dari dua puluh lima menit yang lalu- telah resmi menjadi istriku.
Mataku masih mengawasi Rukia yang masih sibuk mengobrol dengan teman-teman wanitanya –tentu saja, kalau dia sibuk dengan pria di sana mungkin sudah kucabik-cabik bedebah yang berani mendekati Rukiaku- senyum tak pernah meninggalkan wajah cantiknya, setidaknya aku tak akan pernah menyesal sudah melakukan hal memalukan dan kekanak-kanakan ini, menikah di tempat mengerikan ini? Itu butuh perjuangan! Menyewa Chappy land itu bukan hal yang mudah, di sini adalah surganya anak-anak, dan orang-orang seperti Rukia, untung saja sang pemilik adalah kenalan ayahku dan Byakuya bodoh itu yang langsung setuju dengan permintaan Rukia –sebenarnya ayah Ishida dan beberapa kenalan Grimmjow dan Kokuto juga ikut membantu, mau bagaimana lagi, bernegosiasi dengan Urahara Kisuke bukan sesuatu yang mudah- dan teman-teman SMA kami dulu langsung mengiyakan undangan yang bahkan belum kami cetak, jangan heran kalau berita seperti ini akan menyebar dengan sangat cepat, tanyakan saja pada biang gosip milik Gin, dan Grimmjow, aku yakin berita kalau kau jatuh dari sepeda saja dalam waktu kurang dari satu jam seluruh sekolah akan tahu.
"Aku tidak percaya, aku benar-benar melakukan ini…" gumamku sambil menghela nafas panjang.
"Tapi kau tetap melakukannya juga, bukan begitu Kurosaki?"
"Jangan ikut campur mata empat!" gertakku sedikit sebal karena si mata empat ini terus saja mengingatkanku pada kenyataan bahwa aku tak berdaya jika sudah berhadapan dengan Rukia.
"Kyaaaa…. Rukia-chan! Sekarang giliranmu!" kembali kuarahkan pandanganku pada kerumunan gadis-gadis yang masih sibuk dengan replica Chappyclaus yang sedari tadi menjadi objek berfoto mereka, setidaknya tidak ada benda-benda potensi bahaya di sini, karena secara keseluruhan tempat ini di rancan sebagai tempat wisata anak, jadi aku tak perlu kuatir dengan keselamatan bidadari mungilku itu, tapi tetap tak mengurangi kewaspadaanku pada si mungil yang sedang berusaha menaiki punggung Chappy itu, eh… Apa!
"Rukia!" kulangkahkan kakiku setengah berlari ke kerumunan teman-teman SMA kami itu, Senna dan Nell yang menghalangi jalanku langsung kudorong ke sisi balon-balon berbentuk kepala Chappy.
"Hei! Hati-hati jeruk!" hah abaikan saja Grimmjow, yang penting sekarang adalah menurunkan Rukia, itu terlalu berbahaya, apalagi dia sedang memakai gaun yang super merepotkan.
"Rukia, ayo turun! Jangan membuatku kuatir!"
"Sebentar saja Ich-Kyaaa…"
.
o
O
o
.
"Sudah kubilang itu berbahaya'kan? Lihat sekarang kau malah terluka, lain kali kau tak boleh melakukan itu lagi Rukia!" berusaha marah seperti apapun padanya tak akan berhasil, setiap aku ingin marah atau membentaknya pasti tak akan pernah berhasil, mana mungkin aku tega melakukannya? Yah… sebenarnya aku memang tak akan pernah bisa marah pada Rukiaku, karena aku memang tidak sedang marah, aku hanya kuatir dengannya.
"Hiks… hiks… m-maaf…" lihat perbuatanmu Ichigo, dia jadi menangis, uh… maafkan aku sayang.
"Ssts… sudah, yang penting kau baik-baik saja." Rukia masih saja menangis di pelukanku, kami di kelilingi para tamu yang sudah beberapa lama kuabaikan, yang penting sekarang hanya Rukia, dan setelah ini kupastikan replica Chappy yang membuat Rukiaku ini cedera akan mendapatkan balasannya.
.
o
O
o
.
Yah ini dia saat-saat yang kunantikan sedari tadi, puncak dari penantianku selama bertahun-tahun, apalagi kalau bukan malam pertamaku bersama nyonya Kurosaki, tak sabar rasanya untuk membuka pintu putih di ujung lorong, menemukan bidadari mungilku, memeluknya, menciumnya, lalu apapun yang kau pikirkan akan aku lakukan di dalam sana. Tidak akan ada Byakuya, tidak akan ada oyaji, tidak akan ada kelinci bodoh bernama Chappy, yah… tidak akan ada Chappy! Yang ada hanya aku, Rukia, dan malam pertama kami. Seringaiku mulai muncul, tak kusangka lorong yang Urahara buat untuk penginapan di sebelah Chappy land tak ada apa-apanya, baru sebentar saja aku sudah sampai di depan pintu kamarku dan Rukia, sebentar lagi Ichigo, sebentar lag-
"Ichigo!" belum saja kusentuh knob pintu ini, tiba-tiba saja terbuka dari dalam dan Rukia langsung berhambur kedalam pelukanku, ah… apa dia sudah tidak sabar, sampai-sampai langsung menyergapku seperti ini.
"Iya… iya Rukia, aku tahu kau pasti ti-"
"Ichigo, Ichigo! Ayo kita pergi dari sini! Tempat ini sungguh mengerikan! A-aku tidak mau di sini! Aku mau pulang!" teriak Rukia histeris, untung saja kamar kami jauh dari kamar penghuni lain, kalau tidak, pastinya kami akan kedatangan manager hotel ini karena mengganggu ketenangan penghuni yang lain.
"Ada apa Rukia? Kenapa kau panik seperti ini?" entah mengapa aku jadi ikut panik dengan kondisi Rukia yang sangat ketakutan, apa di dalam ada hantu atau semacamnya?
"K-kau lihat saja sendiri Ichigo!" tanpa basa-basi ia langsung menyeretku kedalam kamar.
Kukerutkan keningku, tidak ada apa-apa, seperti kamar hotel pada umumnya, hanya saja ruangan ini di sulap dengan dominasi warna putih khas kamar pengantin, yang menjadi tambahan hanya beberapa rangkaian bungan mawar putih di sudut-sudut ruangan, di meja dekat ranjang, dan di sebelah TV, selain itu tak ada yang aneh.
"Emh… tidak ada apa-apa, atau mungkin kau tak suka bunga mawarnya sayang?"
"Justru itu masalahnya Ichigo! Ini mengerikan! Di sini tidak ada Chappy!" tubuhnya bergetar seperti mau menangis, bahkan suhu tubuhnya sedikit memanas.
"Rukia sayang, ini hal yang wajar, ini kamar hotel, terang saja tidak ada Chappy di sini, sudah ya, kurasa kau kelelahan, bukankah dari pagi tadi kau sudah bermain-main dengan ribuan Chappy?" kuusap punggunya yang tak hentinya bergetar menahan tangis, rasanya ini bukan waktu yang tepat untuk meminta malam pertama darinya.
"Tapi Ichi, aku tidak mau di sini! Aku mau pulang! Aku tak mau kalau tak ada Chappy! Aku mau pulang!" dan pecah sudah tangis yang membuatku tak berdaya.
.
o
O
o
.
Badanku rasanya sakit semua, tidur di sofa memang sangat menyiksa, kemana sofa empuk milik keluarga Kuchiki? Ini pasti ulah Byakuya yang mengganti seluruh sofa empuk kesayangan Rukia menjadi sofa baja yang mampu meremukan tulang-tulangku, ugh… benar-benar sial! Dia pasti tahu kalau tadi malam kami akan pulang, ranjang kamar Rukia yang biasanya king size, sudah berubah menjadi single bed, sofa putih yang ada di ruang tamu, maupun di ruang keluargapun sudah tak ada bekasnya sama sekali, kelihatannya memang dia merencanakan ini semua, pasti karena sudah tahu Rukia akan menolak tidur di hotel yang tak ada Chappy kesayangannya, dan akhirnya kami memutuskan kembali kerumah, ia sudah mengganti ranjang milik Rukia untuk memisahkan kami berdua, dan mengganti sofa untuk menyiksaku yang tak ada tempat lain untuk tidur, kenapa tidak tidur di kamar tamu? Jawabannya sangat mudah, tiga kamar tamu yang biasanya baik-baik saja, kemarin tiba-tiba saja di renovasi dengan alasan disain kamar yang sudah harus di rubah, ck… yang benar saja! Tahu begini kudobrak saja pintu rumah oyaji, paling tidak kamarku masih bisa untuk dua orang, dan sofa di sana masih empuk tak seperti sofa baru milik Byakuya.
"Ichi, kau sudah bangun?" kulihat Rukia yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan hanya berbalutkan handuk Chappy seasons seri Piglantis yang jatuh hanya sampai setengah paha berwarna biru laut, bergambar babi hijau dengan ekor duyung di kepalanya sedang membawa trisula ala neptunus. Rambut hitamnya masih basah, dan tercium seperti anggur, harum dan memabukan, berpikir cepat Ichigo! Byakuya masih sibuk dengan pohon bonsainya di halaman belakang, pelayan masih sibuk di dapur, dan belum ada tanda-tanda untuk membereskan ruangan ini, Rukia ada dalam jangkauanmu, ada tiga pintu dan dua lorong sepi, satu-satunya pintu yang terbuka hanya pintu kamar mandi, lorong ke dua mengarah ke kamar Rukia, tapi kau harus melewati kamar milik si bodoh itu, tidak ada waktu, kemungkinan kamar Byakuya sedang di bereskan sangat besar, di kamar mandi? Tidak ada salahnya untuk dicoba, ok, kesimpulannya, kesempatan emas ini tidak boleh disia-siakan, seret Rukia kembali masuk ke kamar mandi, kunci pintu dan lakukan apapun yang ada di dalam kepalamu, sempurna!
Tanpa membuang-buang waktu lagi kulangkahkan kedua kakiku dengan tergesa-gesa, kesempatan seperti ini tidak datang dua kali, biar saja aku kena kutuk oleh Rukia karena melakukan yang pertama di kamar mandi, cepat atau lambat kami akan melakukannya di tempat itu juga'kan? Langsung saja kupeluk tubuh mungil yang masih sedikit lembab sehabis mandi, handuk yang sedang melilit tubunya sangat lembut, jangan heran karena yang seperti ini memang dibuat untuk anak-anak, bicara tentang anak-anak, aku jadi tak sabar untuk memiliki anak, berapa yang harus Rukia lahirkan untuk menyempurnakan hari-hari indah kami? anak kembar? Tiga anak laki-laki? Lima? Atau sebelas agar kami dapat membentuk tim sepak bola sendiri, aku jadi pelatihnya, dan Rukia akan menjadi managernya? Oh tidak-tidak, aku tak akan pernah tega membiarkan Rukia melahirkan sampai sebelas anak, Rukia mungilku pasti akan kesakitan, dan aku tak mau menyakiti bidadari mungilku ini.
Kuciumi wajahnya dari kening hingga bibirnya, kulahap dengan rakus bibir tipis dan lembut ini, Rukia terus menggeliat dalam pelukanku, menambah percikan api gairah diantar kami berdua, tangan mungilnya begitu kuat mencengkeram piyama hijau tua yang sedang kupakai, aku yakin dua kancing atasnya sudah terbuka karena sekarang dadaku tertusuk-tusuk kuku Rukia yang cukup panjang, sakit memang tapi mau bagaimana lagi, ini satu-satunya cara untuk mengalihkan rasa sakit di bibir mungilnya yang mulai berdarah, kurasa aku terlalu keras sampai cairan beraroma besi itu mengalir di antara bibir kami, tanganku terus mengelus pinggang dan punggungnya, hampir saja handuk yang tak seberapa besar ini lepas, tiba-tiba pintu yang menghubungkan ruang tengah dan halaman belakang terbuka, dan sudah bisa di tebak siapa yang membuka pintu itu bukan?
"Kurosaki!" Salahkan kecerobohanku yang melewatkan bagian menyeret Rukia kembali ke kamar mandi.
.
o
O
o
.
"Apa kita perlu membawa semua barang-barang ini Rukia?" belum pulih dari pegal karena tidur di sofa baru Byakuya, sekarang aku harus membawa barang-barang berlabel Chappy milik Rukia, hanya berjalan ke seberang rumah ini saja, bukan masalah sebenarnya, tapi kenapa rumah baru kami yang harusnya berisikan barang-barang yang memang kami butuhkan harus tercemar dengan Chappy? Seharusnya barang-barang ini di tinggal saja di rumah si bodoh Byakuya.
"Tentu saja Ichi, aku tak mau meninggalkan Chappy, lagi pula rumah ini terlalu luas untuk ditinggali dua orang, kau sendiri yang ingin kita tinggal berdua tanpa pelayan bukan?" memang aku menginginkan hanya tinggal berdua bersama Rukia, tapi kenapa Chappy juga di bawa-bawa?
Ada beberapa orang di jalan ini, tapi kelihatannya mereka tidak heran melihat kami membawa barang-barang aneh ini, sepertinya mereka memang sudah terbiasa melihat Rukia ataupun Byakuya membawa Chappy, lagi pula akulah penghuni baru di sini.
Setelah pintu putih ini dibuka aku langsung berhambur ke sofa terdekat, ingin mengistirahatkan tubuhku yang sangat pegal ini, belum saja memulai malam pertamaku dengan Rukia, sudah harus tidur di sofa baja, melalui sarapan penuh penyiksaan dari Byakuya, sekarang harus tinggal serumah dengan kelinci bodoh kesayangan Rukia, baru saja pintu mau di tutup, Byakuya langsung muncul di ambang pintu sambil membawa sebuah kotak yang lumayan besar dengan kain putih yang menutup bagian depan kotak, Rukia yang melihat nii-sama-nya tentu saja langsung senang, padahal belum lima menit kami pergi dari rumah bodoh Byakuya, tapi ia langsung menyusul adiknya kemari, hah… acuhkan saja, biasanya kalau Rukia dan Byakuya sudah bersama, ujung-ujungnya pasti minum teh di halaman belakang.
"Kyaaa~ nii-sama, apakah ini untukku?" baru saja menemukan posisi yang cukup nyaman untuk tidur, tiba-tiba saja Rukia menjerit kesenangan dengan sesuatu –apapun itu- yang dibawa oleh Byakuya, mau tak mau aku harus melihatnya, jangan sampai ini adalah barang-barang Chappy atau semacamnya.
"Hwaaa! Singkirkan benda itu!" ini mimpi buruk!
"Ichi, ini bukan benda! Ini kelinci yang lucu! Nii-sama sangat baik karena mau memberikanku kelinci putih ini! Sudah lama aku memang menginginkan kelinci ini!" licik! Kenapa baru sekarang Rukia mendapatkan benda berbulu menjijikan yang bisa melompat-lompat itu? Kenapa justru setelah menikah denganku? Dia pasti ingin meberikan pengalih perhatian pada Rukia, supaya bidadari mungilku itu mengacuhkanku, sialan Byakuya!
.
o
O
o
.
Sudah dua hari aku harus bersabar menghadapi Rukia yang mulai sibuk dengan kekasih barunya, kalau kau menyebutkan semua nama pria yang ada di dalam kepalamu, maka semua yang kau pikirkan adalah salah, Rukia tidak tertarik dengan sederet nama pria tampan yang sedang kau pikirkan, bahkan namaku yang sedang menduduki peringkat nomer satu di daftar pria paling keren saja ia acuhkan, ia lebih memilih menghabiskan waktu dengan peliharaan barunya, ini semua gara-gara bujang sial yang menghuni rumah di depan rumah kami, bahkan untuk mengetahui apa saja yang kami berdua lakukan, si bodoh itu memindahkan kamarnya ke kamar Rukia yang menghadap langsung pada kamar kami di lantai dua, mau sampai kapan aku harus berpuasa seperti ini?
Kurasa Byakuya dan Chappy adalah kolaborasi yang cocok untuk menerima ribuan kata kotor yang siap meluncur dari mulutku.
.
o
O
o
.
Tbc
Iya-iya sya tau sya salah karena udah bikin tunggakan fic gaje sya nambah banyak, habis mau ngelanjutin yang lama juga buntu habis kena semprot guru yang udah sepuh, nggak tau knapa klo kena marah orang tua itu rasanya nggak ngilang" di ati, serius deh, ampe sekarang sya msih kepikiran sama itu guru *galau
Soal fic ini tenang aja, selama liburan semester ini sya tuntasin deh (insyaallah), lagian ini Cuma 2 ato 3 chap (dan usaha sya buat bikin oneshoot ternyata gatot –mungkin lain kali-), Cuma selingan buat fic sya yang baru yang belum sempat sya update gegara masalah tadi *curcol
Tapi sya usahain deh bakal update di liburan ini juga, yah kalo ada yang nugguin sih, liat kewarasan sya juga kapan baliknya *depresi
Udah pada tau'kan yang sya maksud Happy Chappy Space, sama Piglantis? Yups! Itu Angry Birds Space sama, Angry Birds Seasons XD *3 bulan ini lagi demen sama Angry Birds, sayang yang masih waras Cuma yang Seasons, sedangkan yang Classic, Space, sama Rio udah enyah dari lappy sya gegara bikin emosi #plak *pke password sih, jadi geregetan deh. *curcol part 2
Itu sebenernya slenehan otak yang lagi gak waras punya saya yang ngrubah 'ANGRY jadi HAPPY' maksudnya byar sya nggak keinget guru yang bikin sya dalam mode 'kurang waras' nggak marah-marah terus sma sya *kepikiran terus
Jadi reader plis bantu sya buat balik ke mode normal lagi dengan memberikan repiu ato bingkisan sebelum lebaran(?) #plak XD
Biasanya klo liat repiu sya jadi ktawa" sendiri (dasar gila), paling gak bisa nenangin pikiran sya yang error selama beberapa hari ini -2 minggu ini-
Setelah saya baca ulang ternyata tema yang saya angkat koq mirip fic punya Hiru ya? Apa karna saya emang udah kangen banget sama itu author yg doyan selingkuh sama game-nya, daripada ngurus fic"nya? Adakah yang setuju dengan saya, silahkan protes di kotak repiu, ntar biar orang yg saya maksud bisa baca di sana *bukan maksud plagiat lho ya, emang di sini hampir mirip, tapi serius deh, ini ide saya soal penderitaan ichigo karena harus tersaingi sama bola berbulu bernama chappy, tpi kalo masih ada yang mau nge flame juga gak apa-apa sih, itung-itung nambah repiu ahahaha *licik XP
So, repiu plis!
