Disclaimer : J.K. Rowling

Pairing : Drarry

Rated : M

Genre : Angst and Tragedi

Warning : OOC, BL/Boys Love, Phedofilia Draco, Miss Typos, dll

1/... chapter

.

Prolog

.

Draco Malfoy, pemuda tampan nan mapan yang sedang terdiam di ruang kerjanya, merenungkan sesuatu hal yang sangat penting dalam hatinya. Draco mendesah karena akhirnya apa yang dia pikirkan tidak pernah mendapatkan jalan keluar. Mengusap rambut platinanya yang terlihat sangat halus dan terawat. Untuk laki-laki berumur 27 tahun, Draco terlihat lebih muda beberapa tahun dari usianya. Badannya semakin terbentuk, wajahnya yang menegas tanpa kerutan sedikitpun, mata abu-abunya yang menajam—membuat semua wanita yang melihatnya semakin bertekuk lutut, apalagi jika mereka tau apa yang dimiliki seorang Malfoy muda ini.

Tapi sayang, sepertinya harapan wanita-wanita itu untuk menjadi salah satu pemilik hati Draco adalah sia-sia semata. Karena hati seorang Draco malfoy telah termiliki oleh seseorang, seorang bocah laki-laki berumur 11 tahun. Malaikat kecil bermata emerald.

What the—! Jangan pernah salahkan Draco, tapi salahkan pada hormon laki-lakinya yang terus bekerja jika melihat bocah itu.

Mata bundar berwarna emerald, rambut acak-acakan berwarna hitam legam, kulit wajah yang masih terlihat jauh dari berbagai barang, pipi chubbynya menggemaskan karena sisa lemak bayi, tubuhnya yang munggil, baunya yang terasa memanjakan semua indra penciuman Draco dan perangainya yang terlihat sangat ceria. Oh, shit, hormonnya bereaksi kembali hanya karena memikirkannya saja!

Draco mendesah kesal, kenapa harus anak itu!? Kenapa harus bocah berumur 11 tahun!?

Jika seperti ini, dia bisa di bilang phedofil tidak tau diri!, pikir Draco menggeram sambil mengacak-acak rambut platinanya.

Eh, tunggu! Bukankah phedofil adalah kelainan seksual pada anak dibawah 10 tahun, dan sekarang anak itu jelas lebih dari 10 tahun. Oh~ Draco, sekarang semakin pusing dengan otaknya yang terus menerus mencari cara agar terbebas dari pikiran dewasanya akan anak itu. Anak yang di temuinya beberapa bulan lalu di sebuah taman.

.

-Flashback-

Hari yang sangat suram, semua urusannya di kantor bahkan sedang menumpuk, seakan ingin memperparah semua itu, rumahnya di timpa sebuah peristiwa yang sangat menyebalkan. Ups, mungkin bukan rumahnya, tapi dia mendapatkan masalah ini dirumahnya. Ayahnya—Lucius Malfoy, ingin menjodohkannya dengan seorang gadis, dengan alasan bahwa keluarga Malfoy membutuhkan seorang penerus.

Shit! Ayahnya sungguh menyebalkan, pikir Draco geram sambil mengacak-acak surainya menjadi berantakan. Menggeram terus menerus, mengundang perhatian banyak orang yang berada di taman itu juga.

"Paman, tidak apa-apa?" tanya seseorang dengan suara yang err.. cempreng.

Merasa jika pertanyaan itu di tujukan padanya, Draco mengalihkan perhatiannya pada orang yang bertanya itu. Matanya seketika itu terpaku pada bola mata emerald bundar besar.

Merasa pertanyaannya tidak kunjung di jawab orang itu mencoba sekali lagi untuk bertanya. "Paman... paman baik-baik saja?" tanyanya lagi. Merasa kesal, akhirnya orang itu semakin mendekat, menarik lengan kemeja Draco. Draco tersentak dengan adanya tarikan dari arah lengannya. Melihat bajunya yang sedang di tarik oleh tangan yang terlihat masih munggil berwarna putih—lembut.

"Kenapa paman tidak menjawab?" tanya suara itu lagi.

"Ah... aku baik-baik saja." Jawab Draco cepat.

Hening...

Draco masih memperhatikan sosok yang berada di depannya itu. sesosok anak kecil yang memakai seragam SD Hogwats, 'Sepertinya masih kelas 2.' Pikir Draco melihat ukuran tubuh anak itu.

"Paman kenapa diam?" tanya anak itu.

"Aku tidak tau ingin berkata apa." Jawab Draco sekedarnya.

"Oh~ tapi biasanya orang dewasa banyak sekali bicara." Ucap anak itu sambil memiringkan kepalanya, melihat Draco dengan pandangan polos.

Draco merasakan wajahnya memanas, melihat wajah yang sangat manis di depannya. Biasanya Draco sangat tidak suka anak kecil, menurutnya anak kecil itu merepotkan dan menyusahkan. Tapi dengan anak ini, Draco sama sekali tidak merasakannya. Justru Draco sangat tertarik dengan anak ini. 'Anak yang sangat manis,' Ucap Draco dalam batinya.

Menetralisir rasa panas di wajahnya akhirnya Draco angkat bicara, "Kurasa tidak semua orang dewasa itu banyak bicara." Jawab Draco.

"He-em, mungkin." Jawab anak itu. Dengan perlahan anak itu duduk di kursi yang sedang Draco duduki. "Um, paman sedang ada masalah?" tanya anak itu.

Draco melihat anak itu, menerawang sambil melihat ke arah langit, "Ya, masalah yang banyak." Jawab Draco.

"Emm.. mommy selalu bilang padaku, jika aku mempunyai masalah lebih baik di ceritakan daripada di pendam." Ucap anak itu. Draco terkejut mendengarnya, seorang anak yang masih sangat kecil ini bisa berbicara dengan logat yang terlihat telah dewasa, 'Anak yang pintar.' Pikir Draco.

"Hmm, aku akan menceritakannya. Tapi sebelumnya, bukankah tidak sopan berbicara dengan orang belum kau kenal tanpa tau anak orang itu." sindir Draco sambil tersenyum ramah. WHT..! Seorang Draco Malfoy tersenyum dengan ramah?! Seramah-ramahnya senyum seorang Malfoy, setidaknya itu hanya akan di lakukan dalam sebuah acara bisnis. Dalam kata lain tidak tulus sama sekali!

"Oh ya, hehe. Namaku Harry Potter," Jawab anak itu yang ternyata bernama Harry Potter, sambil tersenyum lebar. "Dan siapa nama paman? Aku sudah memberitahu namaku dan sekarang giliran paman." Ucap Harry.

"Draco Malfoy. Ku kira kau tidak akan dengan gampangnya memperkenalkan diri pada orang asing."

"Uncle Drake!" panggil Harry dengan nada yang tegas sambil tertawa. Menghentikan tawanya sambil melihat ke arah Draco, "Uncle Drake, pasti orang yang baik, jadi aku tidak takut untuk bicara pada paman." Jawab Harry dengan pasti.

Draco tertegun sebenatar dengan apa yang dikatakan Harry—dia jelas brengsek, tapi dengan gamblangnya anak yang berada di depannya ini bilang bahwa dia orang yang baik. Draco ingin tertawa keras karena kepolosan bocah ini, bagaimana jika kepolosannya itu hilang? Oh~ mungkin anak ini akan semakin manis, pikir Draco sinting. Jelas sinting, entah apa yang di pikirkannya sampai ingin mengambil kepolosan bocah di depannya.

'Aku sudah gila,' Barin Draco saat dirinya menyadari ingin membuat anak ini hancur karena dirinya.

"Err.. uncle Drake tidak bicara lagi." Ucap Harry sambil memiringkan kepalanya. Membuatnya seperti boneka beruang yang luar biasa lucu. Seketika Draco merasakan tubuhnya memanas dengan keinginannya untuk memeluk Harry dengan eat—dan tentu hanya untuk dirinya sendiri.

"Haha, paman bingung ingin bicara apa pada anak kecil sepertimu, Harry." Ucap Draco sambil membelai rambut hitam acak-acakan Harry. Tangannya serasa telah memegang bulu angsa yang kelewat lembut—sangat lembut.

"Harry sudah besar uncle Drake, sekarang Harry sudah kelas 4 sd." Ucap Harry mengengut kesal.

Draco tertegun, tubuh Harry sama sekali tidak menunjukan bahwa dia sudah kelas 4 sd yang artinya kurang lebih berumur 11 tahun. Untuk anak seumur itu jelas, tubuh Harry terlihat sangat kecil, bukan kurang gizi mungkin karena pertumbuhannya yang lambat.

"Kau sama tidak terlihat anak berumur 11 tahun," kata Draco.

"Iya, aku juga sering di ledek teman-temanku karena tubuhku yang kecil." Ucap Harry sambil menundukkan kepalanya. Draco merasa dirinya sangat brengsek, membuat anak semanis Harry harus sedih, jadia dia bermaksud untuk menghiburnya.

"Oh~ tubuhmu memang kecil, tapi menurutku kau anak yang sangat pintar, Harry." Kata Draco sambil tersenyum—lagi. Membelai rambut Harry dan memeluk tubuh yang jelas sangat kecil dibanding tubuhnya.

"Haha, aku tau itu kok. Mommy selalu bilang bahwa aku anak yang pintar." Ucap Harry sambil tertawa. Melepaskan diri dari pelukkan Draco yang kecewa tapi mencoba tetap tersenyum. "-Dan aku senang, uncle Drake juga bilang seperti itu padaku." Ucap Harry tersenyum.

'Ukh, anak ini benar-benar manis.' Batin Draco berteriak. Ingin sekali dia memeluknya, mencium bibir yang terus tersenyum itu, membuat wajah manisnya menjadi memerah karena gairah yang terlarang, tubuh mnunggilnya menggeliat di bawah badannya. Sangat! Pikiran yang sangat terlarang untuknya.

"Ya, dan itulah kenyataannya, Harry." Ucap Draco mengelus rambut Harry dengan sangat lembut.

Hari yang sangat menyenangkan untuk Harry dan Draco, mereka mengobrol bersama, memakan es cream yang di belikan Draco karena cuaca yang panas. Harry terlihat sangat bahagia sampai akhirnya Harry harus pulang karena di jemput oleh ibunya. Lily berterima kasih karena Draco telah menjaga anaknya dengan baik. Draco tersenyum dengan senyum bisnisnya, jelas dia tidak suka Harry-nya harus pulang dan meninggalkannya lagi sendirian. Meninggalkannya dengan hasrat ingin memliki yang sangat kuat.

Dan saat itu juga Draco tau bahwa dia telah terobsesi pada bocah 11 tahun itu.

Dia seorang phedofil!

-Flashback end-

.

Draco menyeringai mengetahui apa yang harus di lakukannya untuk memeliki malaikat kecil munggil itu untuk menjadi miliknya. Ya, dia tau.

'Harry, kau akan menjadi milikku.' Batinnya terus mengulang kata-kata itu.

Sungguh malang nasib Harry, jika saja dia tau menghibur orang yang tidak di kenalnya akan membuat hidupnya berubah 180 derajat, dia pasti tidak akan memulai permainan ini. dia akan tetap membiarkan orang itu terus meratapi hidupnya. Dalam kekosongan dan tetap dalam hal yang 'wajar' tidak menjadi sekarang yang menjadi orang ambisius—akan dirinya.

.

.

.

Tbc

A/N: hallo, Loshi bawa cerita baru untuk meramaikan fanfom Harpot hehe.. ini real buatan dan ideku hehe.. mungkin yang pernah baca ficku di Naruto tau aku orangnya gimana, lebih suka menyiksa seme daripada menyiksa uke, kecuali kalau sang uke akan menyukai siksaanku hhaha #dihajar...

Ne, ada yang mau review?

Kritik dan saran di tunggu..^^