Hanami(花見?, melihat bunga)atau ohanami adalah tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu, hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di bawah pohon sakura.
(dikutip dari wikipedia)
A Naruto fanfiction,
Hanami ©2015 Munya munya
Rated: T
Genre: Romance
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: Canon! Maybe Typos, maybe OOC, DLDR!
ENJOY!
Hari ini akhir Februari, besok Maret sudah menjelang. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Dua tahun setelah peristiwa runtuhnya bulan, yang artinya sudah dua tahun pula Naruto dan Hinata menjalin hubungan. Sepasang kekasih ini sedang dalam perjalanan pulang setelah kencan di hari libur mereka(kebetulan mereka mendapat libur di hari yang sama). Tepatnya Naruto yang mengantar Hinata ke kediaman Hyuuga.
Hubungan mereka makin baik dan tidak kaku lagi. Mereka sudah dewasa, Naruto sudah lebih peka dengan berbagai hal dan Hinata pun sudah tidak malu-malu seperti dulu saat masih remaja.
Keduanya berjalan santai berdampingan menapaki jalanan Konoha yang cukup ramai di sore hari. Perjalanan ke rumah Hinata cukup jauh dari pusat kota, akhirnya Naruto memutuskan membuka percakapan. Ya, ia 'kan tidak tahan diam saja.
"Ne, Hinata.." Naruto melirik ke arah kiri di mana Hinata berada.
Hinata balas menatap kekasihnya. "Iya?"
"Terimakasih untuk hari ini," ujar Naruto seraya tersenyum lima jari.
Hinata balas tersenyum, "Sama-sama Naruto-kun, aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama."
"Itu harus Hinata! Hng.. di buku yang aku baca, pasangan harus rutin bertemu agar hubungan tetap baik dan awet. Hehehe," Naruto tersenyum bangga memperlihatkan deretan gigi-giginya. Suatu kemajuan karena sejak berpacaran dengan Hinata, Naruto sedikit-banyak membaca buku tentang percintaan—sebenarnya berkat Sai yang mencekoki Naruto dengan koleksi bukunya—. Naruto sudah tidak mau lagi dibilang tidak peka atau apalah itu, yang jelas ia ingin membuat Hinata bahagia.
Hinata terkikik pelan mendengarnya. Lucu—tapi manis—sekali kekasihnya ini.
"Iya.. iya.."
Beberapa saat kemudian susasana kembali hening. Hanya terdengar suara langkah kaki mereka yang semakin jauh menempuh perjalanan. Namun tiba-tiba keheningan itu kembali terpecahkan oleh celetukan Naruto.
"Em.. kencan selanjutnya aku yang tentukan ya?"
Wajah Hinata sedikit memerah mendengarnya. Kekasih pirangnya ini, baru saja pulang kencan sudah membahas rencana kencan selanjutnya saja. Itu sama saja ajakan kencan dan Hinata selalu berdebar saat Naruto mengajaknya jalan-jalan berdua. Tentu saja ia senang! Artinya Naruto tidak tahan lama-lama menahan rindu dengannya.
"Baiklah, terserah Naruto-kun saja," jawabnya dengan senyuman yang membuat Naruto meleleh.
Pada dasarnya Hinata ini memang gadis yang penurut.
Hm, calon istri yang baik.
Diam-diam Naruto bersyukur akan hal itu.
Uzumaki Naruto tersenyum girang. Hinata sedikit heran melihat pemuda yang berjalan di sebelahnya hari ini kelihatan lebih ceria daripada biasanya.
Apa ada udang di balik batu?
Beberapa langkah kemudian, ia terkejut saat Naruto tiba-tiba menggaet tangannya dalam genggaman hangat pemuda itu.
"Bulan depan 'kan sudah saatnya bunga sakura mekar, bagaimana kalau kita Hanami?"
"Ha-hanami? Di mana Naruto-kun?" Hinata baru ingat kalau beberapa hari belakangan ini sudah masuk musim semi. Ia melirik pakaiannya yang terdiri dari kaus abu-abu lengan panjang dilapis atasan pink lengan pendek serta rok putih bergaris pink tujuh per delapan dan celana panjang abu-abu di dalamnya. Tanpa jaket karena musim dingin memang sudah pergi.
Hanami adalah salah satu kebiasaan memandang atau menikmati piknik di bawah bunga sakura yang sedang dalam masa puncak mekarnya. Waktunya pada akhir Maret atau awal April. Biasanya keluarga atau teman-teman akan berkumpul dan bercengkrama sambil duduk di tikar yang banyak dipasang di bawah pohon sakura yang rindang. Suasana sangat hangat, indah, dan damai. Semua warga Konoha suka hanami.
"Di mana ya? Kira-kira di mana tempat paling indah dan paling luas untuk hanami menurutmu?" Naruto menaruh tangannya di dagu memasang tampang berpikir.
"Eto.. tentu saja di taman sebelah timur Konoha, Naruto-kun."
Naruto langsung menengok ke arah Hinata dengan wajah berseri-seri. "Kau suka tempat itu? Baiklah! Kalau begitu kita booking tempatnya!"
Sebenarnya Hinata agak bingung dengan booking yang dimaksud Naruto namun ia tidak ambil pusing karena di dalam hatinya bunga sudah terlebih dahulu mekar saking senangnya membayangkan kencan hanami bersama Naruto.
Menghabiskan hanami bersama Naruto? Wow bisa dibilang ini salah satu hal yang paling diimpikannya sejak kecil dan dalam hitungan minggu hal itu akan jadi nyata! Bahkan Naruto yang mengajaknya, betapa Hinata merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia.
Memang mereka sudah sering berkencan dan menjalin hubungan selama dua tahun namun mereka belum pernah hanami bersama. Alasannya tentu saja waktu atau jadwal mereka yang bentrok.
Atau Naruto yang belum se-peka saat ini.
Hinata mengeratkan genggaman tangannya pada tangan tan Naruto dan tersenyum tipis. Sudah setengah perjalanan mereka lewati. Mereka pun berbelok ke persimpangan dan bertemu beberapa teman yang menyapa mereka bahkan kerap kali menggoda mereka yang sedang bergandengan mesra, sebut saja Kiba contohnya.
"Tapi, ajak Kakashi-sensei dan Iruka-sensei juga ya?"
Langkah Hinata melambat. Ia mencerna kalimat tiba-tiba Naruto dan mendadak bingung dengan arah pembicaraan kekasihnya.
"Maksudku ke hanami nanti, Hinata. Ohya, ajak Sakura-chan juga!" lanjut Naruto.
Hinata menghentikan langkahnya. Mau tidak mau kupingnya memanas. Apa katanya? Sakura?
"A-ajak mereka? Ke kencan ki-kita?"
Hinata melepaskan genggaman tangannya.
"Iya, apa salahnya? Lebih ramai lebih asyik 'kan? Kita pergi bersama-sama semua teman kita. Kita ajak juga Sai, tim 8, tim 10, tim Guy, dan oh! Berhubung di Suna tidak ada bunga sakura bagaimana kalau kita ajak Gaara dan kakaknya! Pasti mereka senang melihat indahnya hanami di Konoha. Dan.. jangan lupakan paman Bee!"
Mereka kembali berjalan saat Naruto terus berbicara panjang lebar. Hinata heran dengan kekasihnya ini. Tadi ia mengajaknya kencan kenapa sekarang mengajak semua warga begitu? Apa ini disebut kencan? Ada apa dengannya?
Hinata tidak marah memang mengingat ia bukan tipe temperamental. Ia adalah gadis lembut yang baik hati dan sabar. Namun tidak bisa dipungkiri ia sangat kecewa. Ia kira akan pergi kencan romantis berdua saja dengan Naruto, namun rentetan kalimat selanjutnya dari si pirang cepak malah menjadikan rencana kencan mereka seperti reuni sekolah—reuni ninja lebih tepatnya.
"Kalau Sasuke sudah pulang, ajak dia juga ya! Waah akan sangat lengkap sekali kalau ada dia ya, Hinata?"
Lagi, si cerewet Naruto terus menambah daftar orang yang akan menghadiri 'kencan' mereka. Mendengar itu Hinata mau tak mau dibuat bad mood.
Bagus, Naruto. Setelah kau lambungkan hati gadismu tinggi ke langit sekarang kau jatuhkan lagi ke tanah. Kebun bunga di hati Hinata kering kerontang seketika. Hinata berjalan cepat agak mendahului Naruto. Ia hanya bungkam. Wajahnya tidak terlihat marah namun datar seperti menahan beban berat saat misi penyelamatan Hanabi, tanpa rona malu-malu seperti biasanya. Tidak manis sama sekali, ibarat buah maka perumpamaanya seperti buah jeruk nipis. Masam.
Namun si bodoh Naruto kembali menjadi makhluk paling tidak peka sejagad raya. Ia terus saja mengoceh sampai pintu gerbang kediaman klan Hyuuga sudah terlihat.
"Ohya, ajak ayahmu juga ya! Adikmu, keluargamu.." Hinata mengernyitkan alisnya menatap heran pemuda di sampingnya yang masih berjalan pelan. Sudah mulai ngawur omongan pemuda pirang ini, sejak kapan kencan mengajak ayahnya? Hinata yang sudah terlanjur BT mengabaikan segala omongan Naruto selanjutnya. Laki-laki ini pasti tidak serius. Apa hari ini April mop?
"Jangan lupa ajak pendeta, Event Organaizer, para petinggi, dan bla bla bla..."
Sudahlah Hinata pusing dengan semua ini. Ia ingin segera masuk dan tidur saja. Gerbang kediaman klan Hyuuga hanya selangkah lagi dan Hinata dengan cepat meninggalkan Naruto di belakangnya. Dua langkah lagi ia hampir memasuki gerbang itu, Naruto berhenti tiga langkah di belakangnya dan berkata dengan suara beratnya, "Aku ikut masuk, ya? Mau bilang ayahmu soal yang tadi."
Hinata sudah tidak bisa memendam kekesalannya lagi, "Naruto-kun bercanda?!" Ia bersuara dengan nada lumayan keras sambil menengok ke arah Naruto dan menatapnya nanar.
Namun melihat Naruto hanya memasang tampang cengengesannya dan bermuka seakan tanpa dosa, Hinata makin kecewa dan secepat kilat membalikkan badan lagi hendak masuk ke dalam. Sayangnya langkah seribu si putri Hyuuga tidak berjalan lancar karena ada tangan yang menahannya dari belakang. Naruto menarik tangan Hinata dan membalikkan badan gadisnya hingga mereka berhadapan.
"Jangan memasang muka masam begitu dong, Hime." Naruto mengusap pipi kanan Hinata lembut dan mengangkat dagunya membuat mata lavender sang gadis menatap langsung ke iris biru safir pemuda di depannya.
"Kamu tidak bertanya kita merayakan hanami nanti sambil apa?"
"Apa?" Hinata menjawab ketus. Sudah tidak mau memikirkan kemungkinan acara apa yang hendak dibuat Naruto. Reuni kah? Arisan kah?
"Sambil menikah. Yuk?"
.
.
.
BLUSH
Wajah Hinata memerah dan panas seperti teko yang mendidih mengeluarkan asap. Pandangannya terasa berputar dan buram...
BRUK
"HINATA!"
End
A/N
Malah nulis ff oneshot mendadak disaat banyak utang multichap (emang siapa yang nungguin woy). Yah ff ini dadakan banget begitu muncul ide tadi siang langsung ketik malemnya jadi eh pas mau post ketiduran jadinya baru post pagi ini wehehehe.
Ide ini berawal dari author yang mupeng liat orang-orang hanami. Oke jangan curhat.
Pernah sih suatu hari ngebayangin lamaran naruto ke hinata kayak gimana eh tiba-tiba terlintas ide begini yasudah langsung tulis aja. Hehe. Semoga reader suka yaa ^^
Akhir kata, mohon kritik dan saran ya supaya munya bisa lebih baik lagi. Review please!
Ohiya ada bonus tuh di bawah. Silakan dilihat tapi jangan gebukin munya ya xixixi
Salam,
Munya
Omake
Silahkan lihat ending song The Last Naruto the Movie di bioskop April nanti yaa! Jangan lupa nonton!
