"….Marmut peliharaaan kelas mati, sepertinya dia keracunan makanan" Ujar seorang guru pada murid – muridnya.

Seorang anak lelaki menuduhku dan teman – temanku. "Pasti kalian!. Kemarin aku lihat tiga orang cewek di kandang marmut!".

"I-tu Lucy," Ungkap salah satu gadis yang berada di sebelahku.

"Eh….?"

"Kemarin dia bilang, marmut dapat memakan apa saja. Makanya kami beri makan!"

"Kami sudah bilang tidak mau, tetapi dia tetap memaksa!"

"…Bukan aku, aku…tidak melakukan itu,"

Disclaimer © Hiro Mashima.

Warning : Sengaja aku OOC-kan, Typho, Gaje,dll.

Natsu X Lucy.

Say I love You.

By.

KarinNalu4ever.

(Lucy Pov)

Aku terbangun dari tidurku akibat mimpi burukku tentang masa lalu, ku kerjap – kerjapkan mataku sejenak agar rasa kantukku hilang.

Aku mengelus bulu halus kucingku yang sedang tidur di sebelahku. "Ohayo, Charle!"Sapaku pada kucing kesayanganku yang bernama Charle.

"Lucy. Bangun, sarapan sudah siap!"Panggil mamaku yang bernama Layla.

Aku bangun dari tempat tidurku dan berjalan menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dari kasurku. Air hangat dari shower mengalir dari ubun – ubun kepalaku, aku menatap kosong keramik yang ada di depanku. Aku kembali mengingat mimpiku yang terus mendatangi tidurku di malam hari, aku menggigit kuat – kuat bibir bawahku agar menghilangkan rasa sesak yang memenuhi setiap rongga dadaku.

"Lucy. Cepatlah, sarapan sudah siap dari lima belas menit yang lalu!" Panggil mamaku untuk yang kedua kalinya di pagi hari ini.

Krieet…

~0o0o~

Klinting – Klinting…

Begitulah bunyi genta angin yang terkena angin di pagi hari, di ruang makan hanya aku, mama, dan charle. Papaku kecelakaan yang sudah merenggut nyawanya, pesawat yang di tumpangi papaku dan karyawannya meledak di udara tanpa ada alasan yang jelas. Kejadian itu terjadi satu tahun yang lalu, kini perusahaan diambil alih oleh mama.

"Mama, memasang genta angin. Jadi terasa seperti musim panas," Ucap Mama di sela makannya.

"Hm, tetapi bukankah sudah terlambat?".

"Tidak ada kata terlambat! Semua hal baru akan di mulai kalau kau sudah siap!".

"Apa maksudnya?".

"Itu adalah syair lagu yang di buat papamu untuk mama,"Jawab mama di selingi senyuman yang hangat.

"…..."(aku tak berniat membalas jawaban mama).

"Bagaimana sekolahmu?"Tanya mama ketika sudah selesai makan.

"Tidak buruk,"

"Mama akan pulang terlambat,"

"Hm,"

"Nana. Tolong kau bereskan semua ini ya! Saya terburu – buru karena ada meeting!"Perintah mama pada salah satu pelayannya.

"Baik, Nyonya!"Jawab Nana.

"Lucy, apakah kau mau berangkat bersama mama?"

"Tidak. Terima kasih, aku bisa naik kereta,"

"Baiklah. Mama, berangkat!" Ucap mama setelah itu ia sudah tidak ada di ruang makan ini.

"Nana. Aku berangkat!" Aku pamit pada Nana yang sedang mencuci piring.

"Hati – hati, nona!" Ujar Nana.

~0o0o~

Tap…tap..tap…

Hanya terdengar suara langkah kakiku di jalan komplek yang lengang ini, aku tidak terlalu memperdulikannya karena walau ramai juga. Jalan ini hanya di tempati oleh anak muda yang seumuran denganku yang selalu membicarakanku.

Ku pasang headset di telingaku, musik slow mulai terdengar di daun telingaku. Aku menikmati suara merdu dari penyanyi wanita terkenal, sesekali aku memetikkan jariku mengikuti alunan musik yang lembut. Semilir angin menerpa wajahku, dan menerbangkan beberapa helaian rambutku. Aku sisipkan helaian rambutku di telinga agar tidak terlalu terlihat berantakan.

"Hey, lihat. Si Heartfillia sedang berjalan seorang diri, kasihan sekali dia!" Sindir salah seorang gadis yang memakai seragam senada denganku.

"Kau tahu mengapa dia sendirian?" Tanya gadis di sebelahnya.

"Kenapa?" Jawab gadis yang telah menyindirku.

"Karena dia selalu suka pilih-pilih teman! Dia hanya mau bergaul dengan orang yang sederajatnya. Buruk sekali kepribadian gadis itu, dia memang seorang putri. Tetapi seorang putri yang tak pantas di lahirkan di dunia ini! aku harap dia menghilang dari dunia ini!" Ejek gadis itu dengan suara sengaja di keraskan agar aku bisa mendengarnya.

Aku tidak menghiraukan perkataan busuk mereka padaku, perkataan itu sudah menjadi sarapanku setiap hari dan setiap detik di hidupku. Aku hanya diam seribu bahasa saat mereka mengejekku seperti itu. Toh, yang di omong mereka-kan salah. Mengapa aku harus marah.

Mereka suka mengolok-olokku karena kepribadianku yang tertutup dan selalu sendiri, aku tidak membutuhkan olokan dan cacian yang kerap kali dilontarkan padaku. Aku yang selalu sendiri ini, tidak membutuhkan teman. Menurutku teman hanya akan membuatku sakit hati dan terluka, maka dari itu aku tidak mau berteman dengan seseorang.

Menit demi menit berlalu. Akhirnya aku telah sampai di stasiun kereta tujuanku, aku melangkah masuk ke dalam stasiun itu dan membeli tiket kereta. Aku melepas headset dari telingaku dan mematikan ipodku. Sekelompok gadis yang sering mengejekku melihatku dengan tatapan sinis dan menusuk, aku tidak menghiraukan mereka dan memilih untuk berdiri di belakang garis kuning daripada duduk di kursi yang sederet dengan mereka.

"Hey, lihat. SI AURA SURAM!" Ejek salah satu dari sekelompok gadis yang melihatku dengan sinis.

"Hahahahahha….." Mereka tertawa setelah mengejekku dengan julukan yang kasar.

Sekali lagi aku tidak menghiraukan ejekan dan perkataan itu. Kereta api datang dengan kecepatan yang sudah diturunkan, dan akhirnya kereta itu berhenti di hadapanku. Pintu kereta terbuka, mempersilahkan penumpang untuk masuk. Dengan segera aku masuk kedalam kereta dan tidak menghiraukan sekelompok gadis itu yang terus mengejekku dengan perkataan kasar.

~0o0o~

Kriiik..Kriiik..Kriiikk..

Suara serangga saling sahut menyahut memberi nuansa asri di Fairy Tail Academy tempatku bersekolah, semua murid dari berbagai kalangan bersekolah di situ. Aku berjalan dengan tenang memasuki gerbang sekolah, berbagai ejekan para gadis lemparkan padaku. Aku tidak menghiraukannya untuk yang ke tiga kalinya, kalau aku melawan atau marah. Mereka akan semakin menjadi – jadi mengejekku, tetapi ada segelintir orang yang mengajakku berteman. Tetapi aku menolaknya karena menurutku teman hanya akan membuatku sakit hati.

"Heartfillia…" Panggil seorang gadis di hadapanku bersama kedua orang temannya.

"Sudah beberapa lama kamu menjomblo?" Tanya gadis itu lagi di selingi tatapan menyindir.

Aku terus berjalan melewati mereka yang menatapku dengan tatapan menyindir. Makin hari mereka terus menjadi – jadi mengejekku, aku tidak pernah membuat salah pada mereka. Tetapi mereka yang selalu membuat masalah padaku, mereka yang menganggap dirinya paling hebat.

"Heh..aku dicuekin!"Ucap gadis itu dengan nada menyindir.

Gadis di sebelahnya melipat tangannya di depan dadanya dan tersenyum mengejek. "Seharusnya kau tidak usah bertanya seperti itu padanya. Yui!".

Gadis di sebelahnya menimpali. "Benar! Dia kan sudah tujuh belas tahun menjomblo!".

"Hhahhahaha….."

Aku tidak pernah memiliki pacar ataupun seorang teman dalam tujuh belas tahun ini, mungkin keadaan ini akan tetap sama seperti sebelumnya. Dulu ada beberapa orang yang aku sebut dengan nama teman, namun sekarang aku mengerti. Meski aku punya teman, aku akan terluka karena mereka. Karena itu aku tidak membutuhkan mereka.

Aku telah sampai di kelas yang setiap orangnya tidak ada yang menyapaku, mungkin ada segelintir orang yang menyapaku. Orang yang sama yang selalu mengajakku berteman, tetapi aku terus menolak kehadiran mereka.

(Lucy End Pov)

~0o0o~

"Yahhh. Kemarin itu benar-benar menyenangkan, kabarnya gadis Mermaid Heel Academy sangat imut - imut!" Ucap seorang pria bernama Loke.

"Pikiranmu itu hanya gadis yang imut-imut saja!" Timpal seorang pria berambut merah muda bernama Natsu.

Loke merenggut. "Tetapi, mereka semua hanya tertarik padamu, Jellal, Gajeel dan Gray!"

Natsu mengernyitkan alisnya dan menatap Loke dengan sinis. "Itu karena kau tidak menampakan dirimu pada mereka, baka!".

"Benar kata Natsu. Kau yang salah, bukan kami!" Timpal Jellal pada Loke.

Gajeel tersenyum mengejek. "Gihi. Kau iri pada kami ya?".

"Ck. Loke, bukankah kau sudah sering di kelilingi para gadis. Mengapa mesti iri?"

"Terserah!".

"Natsu, aku dengar ada yang ingin bertukar nomer handphone padamu!"

"Kau tahu darimana, Gray?"

"Kyaaaaaaaa…..Natsu-kun, Gray-kun,Jellal-kun,Gajeel-kun, Loke-kun…."

"Yo. Para gadis yang cantik!" Sapa Loke pada mereka.

"Kyaaaaaa….Loke-kun berkencanlah denganku!"

"Maaf, hime. Aku tidak bisa,"

"Jellal-kun jadilah pacarku!"

Jellal tersenyum."Maaf. Gadis – gadis, aku sudah punya pacar!"

"Kyaaaa…..Gray-kun jadikan aku pacarmu!"

"Maaf, Gray-sama sudah menjadi milikku!" Ucap seorang gadis bernama Juvia yang tengah merangkul lengan kekar Gray. "Iyakan, Gray-sama~".

"I-iya,"

Levy yang kebetulan lewat langsung dirangkul oleh Gajeel dengan erat. " Levy, kau adalah pacarku-kan?".

"Gajeel. Lepas!" Levy berontak dari dekapan Gajeel, mukanya sudah dipenuhi oleh warna merah karena malu.

"Diamlah atau kucium!" Bisik Gajeel.

Levy langsung diam seketika mendengar ancaman Gajeel yang membuat wajahnya merona merah. Para gadis melirik Natsu yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal, senyuman penuh keterpaksaan Natsu lontarkan pada para fansnya.

Bruk…

Natsu mundur selangkah dan tidak sengaja mendorong seseorang yang ada di belakangnya. Natsu menoleh dan menatap gadis itu dengan tatapan bersalah, gadis yang di tabraknya menoleh dan menatap Natsu dengan pandangan sinis dan menusuk.

"Maaf. Aku tidak sengaja,"

Tanpa sepatah katapun Lucy bangkit dan berjalan menjauhi mereka. Para gadis menatap punggung Lucy dengan tatapan sinis bin tidak suka pada gadis bermarga Heartfillia itu, Natsu melihat Lucy dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ternyata dia memang aneh!" Komentar salah satu dari para gadis.

"Siapa dia?"Tanya Natsu.

"Kau tidak mengenalnya?" Tanya Levy kepada Natsu.

"Tidak,"Jawab Natsu singkat.

"Padahal aku, Juvia, dan kau sekelas dengannya," Ungkap Levy.

"Siapa namanya?" Tanya Natsu lagi.

"Lucy Heartfillia," Jawab Juvia.

"Aku tidak pernah dengar suaranya dan mungkin semua orang belum pernah mendengar suaranya. Setiap kali aku, Juvia, dan Erza mendekat. Tetapi dia malah menjauh, memang dia agak pendiam," Ucap Levy.

"sepertinya dia menarik!"Batin Natsu, di selingi senyuman penuh arti.

~0o0o~

Teng…Teng…Teng….

"Kenapa kita harus kumpul pagi – pagi gini sih?" Keluh Natsu, ia berjalan dengan ogah – ogahan.

"Hey. Flamehead, kenapa kau mesti mengeluh sih?" Tanya Gray dengan tatapan sinis.

"Ngajak berantem?!"

Loke yang kebetulan melihat para gadis yang menaiki tangga sambil menutupi roknya agar tidak terlihat. Langsung menghampiri mereka dengan senyuman mesum.

"Hey, lihat. Kalian seksi banget…!" Ucap Loke dengan senyuman mesumnya.

"Loke-kun, hentai!"

"Makanya jangan pakai rok pendek kalau tidak mau diintip!"

"Oi, Loke jangan mengganggu mereka!" Ucap Jellal.

"Baiklah,"

"Natsu, Gray. Sudah jangan bertengkar!" Jellal memberi deathglare pada Natsu dan Gray yang terus bertengkar.

"A-aye!"

Natsu dan Gray menyusul Jellal, Loke, dan Gajeel yang sudah berada di tangga. Muka mereka telah babak belur karena saling memukul satu sama lain, tetapi menurut para gadis yang ada di sekitar mereka itu sangat jantan.

"Justru lebih seksi kalau disembunyikan karena laki-laki jadi tambah penasaran dengan apa yang di balik rok kalian!" Nasihat Loke pada para gadis di selingi cengiran mesumnya.

Puk.

"Kau memberi nasihat atau apasih?" Tanya Natsu sambil menepuk pelan pundak Loke.

"Ya. Memberi Nasihatlah!" Jawab Loke.

"Dasar singa aneh!" Ejek Gajeel yang sedari tadi diam tak ada minat untuk bicara.

"Oh ya, Natsu-kun. Aku dengar kau makan malam dengan para gadis Fiore Academy, apakah itu kencan buta?" Tanya seorang gadis di sebelah Natsu.

"Bukan, kami hanya makan bersama. Tidak lebih!" Jawab Natsu seadanya.

Para gadis yang mengelilingi Jellal, Gajeel, Gray dan Loke langsung menghampiri Natsu. Dan memberi pertanyaan yang luar biasa banyaknya pada Natsu.

"Curang! Seharusnya Natsu-kun mengajak kami juga!" Ujar salah seorang gadis dengan muka di buat – buat cemberut.

"Baiklah, lain kali!"

"Asyik! Janji ya?"

"Ya,"

"Oh, rok panjang selutut! Menggoda sekali…" Ucap Loke dengan mengukir senyum mesumnya.

Tap..tap..tap..

Natsu menoleh ke arah Loke dan keluar dari kerumunan para gadis, ia hendak mencegah Loke untuk memegang rok gadis itu. Tetapi terlambat.

"Jadi siapa yang memakai rok panjang selutut ini?"

"Loke, jangan!"

Tap…

"Ah?!"

"Are? Oh, ternyata Heartfillia,"

"Loke sudah kubilang jangan!"

Lucy terdiam, tanpa mengeluarkan sepatah katapun. ia memutar tubuhnya dan…..

Buakh..!

Dengan telak Lucy menendang seseorang yang ternyata Natsu, Natsu terlempar dari tangga dan terjatuh di keramik dengan keras. Para gadis berteriak dan menghampiri Natsu, termasuk Gray, Jellal, Loke, dan Gajeel. Jellal menatap Lucy dengan tidak percaya, kekuatannya lebih dari Erza. Natsu menatap Lucy dengan pandangan sulit diartikan.

"Natsu-kun, apa kau baik – baik saja?"

"Natsu-kun, apakah tidak ada yang terluka?"

Lucy memejamkan matanya untuk menenangkan gejolak di hatinya. Kata – kata yang ia ingin lontarkan sudah siap meluncur kapan saja, orang yang berani memegang roknya harus di beri pelajaran.

"Selalu. Selalu saja, bilang tidak sengaja. Sebenarnya apa mau kalian?! Jangan ganggu aku! Bodoh! MATI SAJA SANA!" Bentak Lucy pada Natsu.

Lucy menghentakkan kakinya dan berjalan pergi dari tangga itu. Natsu tercengang, ya ia tercengang dengan yang barusan terjadi. Tidak hanya Natsu saja yang di buat kaget oleh Lucy, tetapi Loke, Gray, Jellal, dan Gajeel.

"Kasar sekali, padahal itukan Loke-kun!"

"Hey. Flamehead, apakah kau baik-baik saja?"

"Oi, salamander. Apakah kepalamu sampai terbentur?"

"Hey. Natsu, sadarlah!"

"Hmpt. HAHAHAHAHAHA…. Aduh sakit, hahahahaha!" Natsu tertawa terbahak – bahak dengan apa yang terjadi.

"Maafkan, aku Natsu. Gara-gara aku, kepalamu jadi terbentur!"

"Lucy…Heartfillia. Kau sungguh menarik!" Batin Natsu.

~0o0o~

Teng…Teng…Teng…..

Bel pulang telah berbunyi, Lucy membereskan buku dari mejanya. Para gadis yang tadi bersama Natsu, Jellal, Loke, Gajeel, dan Gray menatapnya dengan pandangan sinis. Berbagai cacian mereka lontarkan pada Lucy, tetapi ia tidak menghiraukannya. Ia terus berjalan menuju pintu kelas.

"Dia pikir dia itu siapa? Mentang-mentang seorang putri dari keluarga terpandang di Fiore, membuat sikapnya seperti seorang penguasa!" Ucap salah satu gadis dari mereka.

Lucy berjalan dengan langkah tenang di koridor, tetapi suasana di koridor saat ini sangatlah tidak tenang. Kebanyakan dari mereka memandangnya dengan tatapan tidak suka bin sinis, pandangan itu Lucy anggap hanya angin lalu. Lucy sampai di lokernya, ia membukanya. Seperti yang ia duga, banyak paku di lokernya dan sekarang jatuh berceceran di lantai. Dan satu lagi sebuah surat, surat yang berasal dari pembencinya

Hanya orang hina dan keji!.

Begitulah isi dari surat tersebut. Tidak ada perasaaan kesal ataupun marah yang terselip di hatinya, semua itu sudah biasa menghiasi harinya. Ia sudah kebal.

"Lucy Heartfillia!" Panggil seseorang di sebelah Lucy.

Lucy menoleh ke arah orang yang sedang melambai ke arahnya, ia memamerkan grinsnya pada Lucy. Iris caramel Lucy sedikit melebar saat melihat warna biru di tangan pria yang bernama Natsu, Lucy kembali mengingat kejadian tadi pagi. Ia menggigit bibir bawahnya kuat – kuat menahan gejolak di hatinya.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Lucy.

"Aku ingin meminta maaf tentang yang tadi pagi!"

"Kau tidak perlu meminta maaf!"

"Orang yang menarik rokmu adalah sahabatku, Loke namanya!"

"Sudah lupakanlah tentang yang tadi pagi, aku harus pulang!"

"Tunggu! Loke memang sedikit keterlaluan, tetapi ia tidak bermaksud buruk!"

"…."(Lucy tidak berniat membalas perkataan Natsu, ia tetap sibuk memakai sepatu)

Tap.

"Heartfillia-san, maaf!"

"Ah?! T-tidak, aku…eng…. Maaf telah menendangmu!" Ucap Lucy, ia meremas surat yang digenggamannya dengan kuat.

"Hahaha. Tendangan berputar itu, kau sepertinya mengikuti klub Judo ya?"

"Eng… aku tidak mengikuti klub apapun!" Rona merah di pipi Lucy menjalar sampai telinganya, ia memalingkan mukanya dari Natsu.

"Maaf,"

"T-tidak apa-apa,"

"Menurutku kau sangat menarik, Luce!"

"Me–narik? Menarik karena untuk dipermainkan olehmu, Dragneel?"

"Bukan seperti itu. Aku menyukai gadis yang menarik sepertimu, Luce."

"Aku tidak mengerti!"

"Menarik. Bagaimana menjelaskannya ya?" Natsu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tidak perlu dijelaskan, Dragneel!"

~0o0o~

Lucy melangkahkan kaki jenjangnya di jalan yang sangat lengang dan sepi. Ia ingin cepat-cepat sampai ke toko buku yang ia dirikan atas izin mamanya, dengan terpaksa ia melewati jalan pintas yang di kenal menyeramkan oleh penduduk sekitar. Lucy menambah kewaspadaannya pada dirinya, dan ternyata preman yang biasa di gang ini sedang tidak ada.

Tap….tap..Tap…

"Hey, Luce!" Sapa Natsu pada Lucy.

"Ah?!"

"Tidak perlu setakut itu padaku, aku bukan hantu ataupun preman!"

"Sekarang apa yang kau inginkan? Menggangguku?"

"Tidak. Aku ingin berteman denganmu, teman?" Natsu mengulurkan tangannya pada Lucy dan memberi grins andalannya.

"Teman? Aku tidak membutuhkan teman, selamat tinggal!" Lucy berjalan melewati Natsu dengan langkah cepat.

" Tunggu!"

Tap..

"Apa lagi?!"

"Ayo kita bertukar nome handphone!"

"Tidak mau! Siapa kau berani sekali minta seperti itu!"

"Baiklah. Ini nomer handphoneku, kau bisa menelfonku jika membutuhkan sesuatu!"

Lucy menerima kertas yang di berikan Natsu padanya, ternyata nomer handphone Natsu. Lucy memandangnya dengan tatapan kosong, lalu kertas itu di kantonginya. Lucy menatap Natsu sebentar dan pergi tanpa sepatah katapun.

Lucy berhenti sejenak dan membalikkan badannya, ia mengambil sesuatu di kantongnya. Ia memberikan sebuah plester luka pada Natsu, Natsu menerimanya dengan suka hati.

"Lukaku tidak akan sembuh dengan plester sekecil ini!"

"Ini jika kurang!" Lucy memberikan serenteng plester luka pada Natsu dan berjalan pergi tanpa sepatah katapun.

"Terima kasih,"

Tanpa mengeluarkan suara lagi, Lucy meninggalkan Natsu sendirian di gang itu. Natsu hanya tersenyum menatap kepergian Lucy.

~0o0o~

"Hime-sama, hati – hati. Berikan salamku pada nyonya!" Ucap bibi Mei pada Lucy.

Lucy mengangguk pelan. "Ya. Aku pulang dulu, bibi Mei!"

Lucy melangkahkan kaki jenjangnya di jalan setapak, instingnya merasakan kalau ada yang mengikutinya dari belakang. Ia menoleh kebelakang, tidak ada siapapun. Dia mempercepat langkahnya dan saat ia menoleh tetap tidak ada siapapun.

"Hay, Luce!" Sapa Natsu saat Lucy berbalik kearahnya.

"Kyaaaa. Siapa kau!?" Jerit Lucy.

Natsu menutup telinganya. "Sssst. Bisa tidak kau jangan berisik?"

"Dragneel. Mau apa kau mengikutiku?"

"Aku tidak mengikutimu, aku tadi melihatmu berjalan seorang diri makanya aku menghampirimu!"

Lucy menghela nafas lega. "Ternyata hanya perasaanku,"

"Apa mungkin pria yang disana?" Tanya Natsu sambil menunjuk pria yang tidak jauh dari mereka berdiri.

Pria itu terus mendekat dan mendekat, kakinya berjalan mendekati Lucy dan Natsu. Pria itu menatap lekat – lekat wajah Lucy yang ketakutan, lalu pria itu mengernyit heran.

"Siapa pria yang bersamamu?" Tanya pria itu kepada Lucy.

"Eng– " Perkataan Lucy terpotong oleh Natsu.

"Dia pacarku, jadi aku harap kau tidak mengganggunya!" Ancam Natsu dengan muka serius ala keluarga Dragneel.

"Pacar?!" Lucy terperangah dengan perkataan Natsu barusan.

"Jadi begitu", Pria itu membalikan badannya dan berjalan menjauh di tengah gelapnya malam.

"Dragneel, apa maksudmu?!"Bentak Lucy.

"Luce, aku hanya melindungimu!"Ucap Natsu.

"Kau tidak perlu melindungiku, baka. Aku bisa melindungi diriku sendiri dan ingat satu hal, jangan menggangguku la–" Belum sempat Lucy menyelesaikan kalimatnya, Natsu sudah mengunci bibir Lucy menggunakannya bibirnya.

( Lucy Pov)

Perasaan apa ini?, mengapa dadaku terasa hangat. Ciuman pertamaku diambil oleh Natsu dengan lancang, mengapa aku hanya diam. Apa yang terjadi denganku? Kami – sama, perasaan apa ini. Ada sesuatu yang seakan ingin terbang melayang di udara, perasaan hangat apa ini?.

(Lucy End Pov)

Natsu melepas ciumannya, lalu ia tersenyum kepada Lucy. Mata Lucy tetap terbelalak dan mukanya merona merah, setelah sadar dengan apa yang terjadi. Alis Lucy berkerut, menahan marah dan….

Plak..!

.

.

.

.

.

.

To Be Continued.

Minna – san, bagaimana bagus tidak?.

Reviews ya….! Karena reviews kalian membuatku senang…!