Title: The Way to Die

Disclaimer: Ya tau lah… Kishimoto Masashi masa' Ajimoto Masashi!

Author: ShazaNamiKaze Mystica

Genre: Tragedy / horror

Korban : Hinata

!Selamat membaca!

©ShazaNamiKaze Mystica ©

Present

Senin, 13 April 2009

Aku berlari kecil menuju kelas 9 D. Kelas ku yang baru di renovasi. Padahal kami sekelas sudah betah di kelas dekat kantin. Menurutku, kelas itu sangat amat teramat strategis. Ke kantin, ke laboratorium biologi, ke ruang TU, ke wc, ke media centre, ke koperasi, ke aula terbuka, ke gerbang, semuanya dekat. Tapi, kami sedih karena harus kembali ke kelas yang paling ujung di wilayah sekolah. Walau kelas itu baru di renovasi, tetap saja kami capek ke kantin dan yang lainnya.

Saat di kelas cadangan itu, kami seperti hidup satu kelas! Senangnya… Tapi, mungkin karena kami mau berpisah dan melanjutkan ke SMA yang berbeda- beda.

'Akhirnya sampai di kelas!' pikirku.

Saat menginjakkan kaki di kelas, aku langsung bertatapan dengan musuh sekaligus rival yang kubenci. Inuzuka Kiba.

"Pelajaran bahasa kali ini, aku takkan kalah!" aku sambil memberi tatapan tajam padanya.

Tapi, apa yang dia lakukan! Hanya memandangku sekilas lalu kembali memperhatikan layar hp-nya. Aku hanya menggeram kesal. Siapa yang tidak kesal jika saat berbicara ternyata tidak di respon!

'Tapi biarlah anjing mengeong. Biarkan kucing menggonggong. Biarkan babi mandi. Dan biarlah kuda menari. Yang penting aku mau membalasnya!' pikirku.

Waktu berlalu, pulang sekolah akhirnya datang. Saat akan beranjak dari tempat dudukku, tangan ku ditarik seseorang. Teman sebangkuku, Haruno Sakura.

"Eh, ada apa Saku?" tanyaku.

"Kamu suka 'kan sama Kiba?" tanyanya langsung tanpa ba bi bu.

"Eh? Apa? Ga mungkin! Ga mungkin! Lagian kamu tahu 'kan kalau aku memusuhinya? Kok kamu bisa mikir gitu?" aku menjawab.

"Kamu suka curi- curi pandang ma dia. Tapi, kayaknya dia juga suka ma kamu." Kata Sakura sambil makan minumannya (?)

'Sakura… kenapa dia nanya gitu sama aku? Emang aneh ya kalau aku nganggep Kiba rival?' aku berpikir.

"Watdepak! Ya udah ah! Aku mau bimbel dulu… daaah!" Sakura melambaikan tangannya, masa' kakinya!

Tempat kursus, 3.30 p.m

"Sore all!" sapaku saat masuk ke kelas yang lesehan itu.

Di sana udah ada Temari, Shikamaru, Naruto, Shino, sama Sasuke.

'Tumben sedikit!' aku membatin.

Shikamaru sama Sasuke ada di kelas program, kelas A. Naruto sama Shino dari kelasku sendiri. Sedangkan Temari dari kelas sebelah, kelas C.

"Sore." Temari ngejawab dengan senyumnya.

"Hn." Sasuke ngejawab dengan dinginnya.

"SOREE!!" Naruto ngejawab dengan stereo-nya.

"Grook grook…" Shikamaru ngejawab dengan ngorok-nya.

"Buzz… buzz" Shino ngejawab pake bahasa serangga.

Aku Cuma garuk- garuk belakan kepalaku yang ditutupi rambutku yang sebahu berwarna biru indigo. Aku langsung duduk di sebelah Naruto. Yah, kami tergolong cukup dekat, Cuma berteman.

"Kamu ngerjain apa?" tanyaku pada Naruto.

"Matematika! Latihan soal ujian.. nanti Kurenai-sensei datang. Cepetan kerjain! Nanti aku nyontek!" jawab Naruto.

"Huh! Bisanya nyontek sih!" aku mendengus.

"K ayak ga pernah nyontek aja!" Naruto balik ke soal yang ada di deket tangannya.

"Wateper… eh,naruto! Emang si Kiba udah punya pacar ya?" aku bertanya tanpa sadar.

"Belum… emang ada apaan nanya kayak gitu?" Naruto nanya balik.

"Ga apa-apa." Aku hanya bergumam.

Pulang bimbel jam setengah 6. aku segera ke parkiran motor. Dan naik ke motor mio soul kesayanganku. Ah, aku ingin segera melaju di jalan luas dan mengendarainya dengan cepat. Yah, aku memang suka balapan liar di jalanan. Satu- satunya rahasia yang belum terbongkar.

"Daah…" aku melambaikan tanganku segera setelah aku di dekat sisi jalan.

Temari, seperti biasa pulang dengan Kurenai-sansei dan juga Shino. Sasuke, dan Naruto sama sepertiku, membawa motor. Yah, sesekali aku bertaruh dengan mereka. Shikamaru naik kendaraan umum. Katanya, paling merepotkan bawa motor.

"Hinata, mau balapan lagi ga? Bensin lagi penuh nih!" ajak naruto.

Aku melihat ke arah spidometer-ku, dan ternyata tinggal 2 liter lagi. Aku melirik Sasuke. Motor Kawasaki terbaru berwarna Hitam dan Biru. Kapan ya aku punya motor seperti itu? Ah, paling ayah tidak mengijinkanku. Sasuke hanya mengangguk kecil. Aku sweatdrop. Aku mengerti apa pasal pertama di UUD klan Uchiha. Aku juga mengangguk. Kami memulai dari jalan 1st Konoha street. Jalannya mulus, tapi juga berkelok agak tajam. Untungnya tidak ada polisi yang berjaga. Dan keadaannya cukup sepi berhubung hari ini hari senin.

Aku sama sekali tidak takut melihat 2 motor temanku yang memang motor balap, sedangkan aku hanya memakai motor mio. Sasuke menyeringai, pasti dia berpikir akan mengalahkanku hari ini karena motor Kawasaki barunya. Naruto Cuma nyengir. Kayaknya dia juga pede karena motor balap Yamaha-nya. Tapi, aku juga pede donk! Entah berapa kali aku mengalahkan mereka. Dan berkali- kali di traktir mereka. Bahan taruhan kali ini adalah yang kalah men-traktir si juara 1. Kalau aku menang, mungkin aku akan minta traktir makan atau minta di belikan komik atau kaset mp3 lagu-lagu yang kusuka. Yah, seperti Avenged Sevenfold, B4MV, Sum41 Alesana, MCR, The Red Jumpsuits Apparatus, 30 2nd 2 Mars, atau yang agak slow 2ndHand Serenade.

Menyenangkan.

Menyenangkan punya teman seperti mereka.

"Siap?" tanya Sasuke.

Aku dan Naruto mengangguk. Kami mulai berhitung.

"1…" Naruto mulai.

"2…" aku melanjutkan.

"3!" kami bertiga langsung menancap gas.

3 menit berlalu. Aku sampai di finish duluan. Finish-nya adalah KDS (konoha Department Store). Aku melajukan motorku ke arah parkiran di KDS. Beberapa detik kemudian mereka berdua sampai. Aku menyeringai penuh kemenangan (?). Naruto memasang wajah memelas. Sasuke, tetap dingin seperti biasa,

"Woy! Besok aja okeh?" tanyaku. Aku melihat jam digital di tangan kiriku.

Jam 6.13 p.m

"Bye all!" aku langsung pergi setelah menaiki motorku. Sasuke mengangguk (lagi), Naruto nyengir (lagi).

Selasa, 14 april 2009.

Hari- hariku seperti biasa. Tapi entah kenapa rasanya selalu ada seseorang di belakangku. Aku selalu berpikir itu adalah dewa kematian yang menunggu untuk mengambil nyawaku. Aku langsung bercerita pada Sakura tentang itu dan juga mimpiku. Aku melihat seseorang di mimpiku terbunuh saat memakai baju pengantin. Setelah aku perhatikan, aku melihat diriku sendiri yang menikah (entah dengan siapa) lalu aku terjatuh karena aku di tusuk pisau dari belakang yang membuat luka di perut kananku.

Sakura bilang aku akan dapat sesuatu yang menggembirakan. Tapi, Temari bilang aku akan mati jika aku bermimpi menikah dengan seseorang. Tapi bukannya di mimpi itu setelah aku menikah, aku langsung di tusuk pisau. Aku langsung bertanya pada Ino. Kalau bermimpi kita sendiri yang mati bagaimana, dia menjawab aku akan panjang umur. Itu berarti, aku akan setengah hidup setengah mati. Dengan kata lain, koma?

Semua pertanda yang muncul aku jadi berpikir bagaimana aku mati. Semua hal langsung terlupakan, kecuali makan dan minum yang memang hobi-ku.

Esoknya, hari Rabu.

Untung saja tadi malam aku tidak bermimpi seperti kemarin malam. Apa yang dikatakan Sakura tentang arti mimpiku ternyata benar. Kiba meminta aku jadi pacarnya. Setelah sesi curhat lewat sms dengan Sakura, tenyata dia benar- benar membantuku dan Kiba. Selama seminggu aku belajar dengan keras agar lulus, Kiba membantuku dengan soal- soal yang sulit. Sepertinya dia memang jauh lebih baik dariku dalam hal otak ataupun fisik. Berbeda jauh. Tapi ternyata itu membuatku makin dekat dengannya.

Waktu liburan kami pakai untuk berlibur di pantai Kiri, kota sebelah. Dengan anak- anak sekelas dan wali kelas tentunya. Tapi, ternyata hal buruk menimpaku. Aku memaksa ikut pergi berenang ke pantai padahal sudah tahu aku tidak bisa berenang. Aku hampir terseret ombak. Tapi untungnya Kiba menolongku. Aku langsung menangis di tempat itu, di pelukan Kiba.

Tapi ternyata kejadian buruk tidak sampai di situ. Tanganku terkena pecahan beling, dan berbagai hal yang membuatku terluka. Dan saat malam ke-5, Kiba ada sampingku tertidur karena menjagaku. Entah apa yang mendorongku untuk berjalan menuju ke jendela, padahal aku ada di lantai 10. Ternyata langit di pantai itu indah ya… Aku pikir tak ada banyak bintang yang bertabur. Aku melihat bintang jatuh, dan berharap bisa cepat- cepat menghilangkan penderitaanku. Setelah membuat permohonan, entah apa itu aku terpikir tanggal. 19 juni 2009, malam ini, dan waktu: 11.59 p.m tepat saat ini. dan kata 'Death'. Aku langsung membuka mataku.

Entah apa, sesuatu mendorongku sampai terjatuh.

BRUUGH!!

Aku merasakan nyeri dan mati rasa di seluruh tubuhku.

Ternyata aku sudah jatuh dari lantai 10. Sepertinya, aku sudah dalam posisi mengenaskan. Sedikit syaraf bekerja, aku mencoba mengetahui posisiku bagaimana. Kedua kakiku patah, kepalaku pecah, mataku keluar, tangan kanan ku patah dan tulang belakangku remuk, mungkin. Aku tidak tahu apa-apa. Tangan kiriku mencoba mengangkat tubuhku, tidak bisa beribu kali aku mencoba. Suaraku mencoba keluar ternyata tidak bisa. Tengkuk-ku juga retak dan mengganggu pita suara-ku. Sampai ada satu orang berjubah hitam wajahnya tak terlihat memanggil namaku lengkap. Aku mencoba berkedip, tapi mata kiriku keluar.

"Hyuuga Hinata, saatnya kau pergi." Kata makhluk itu.

Aku merasa semua tubuhku ringan. Jiwa-ku sudah lepas dari raga-ku mungkin.

"Tunggu, aku punya satu permintaan terakhir." Kataku dengan lancar.

Lalu aku memperhatikan tubuhku sendiri lalu tersenyum paksa. Tragis. Mengenaskan. Aku bergumam.

"Aku ingin menulis sesuatu untuk Kiba." Aku meneruskan permintaanku.

Makhluk itu diamsaja, tapi aku langsung terbang ke kamar no. 111. Kamar yang di lantai 10.

Sepertinya aku akan menulis itu saja.

Dear Kiba.

Kematian

Sesuatu yang akan dialami manusia di akhir hidupnya

Dan menjadikan sebagai gerbang awal menuju dunia lain

Tapi, bagaimana jika kita tahu dewa kematian

Selalu ada di belakang kita

Menunggu dan bersiap untuk mengambil jiwa di raga ini

Manusia suatu saat akan mati

Dan ini sudah waktuku

Maafkan aku, Kiba.

This is my time to go

Kita akan bertemu lagi, di dunia yang lain.

Adios

By: Hyuuga Hinata

End of Hinata's P.O.V

Kiba terbangun karena ada suara ambulance di lantai bawah. Dia langsung terkejut karena Hinata tak ada. Dan dia menemukan surat berwarna ungu pucat. Surat dari Hinata. Setelah ia membacanya, ia berlari ke lantai bawah.

"Tragis ya, yang mati itu Sepertinya bunuh diri…" bisik seseorang di hall lantai bawah.

'Hinata…' Kiba memanggil nama Hinata di dalam hatinya.

Lalu, dia melihat Sakura dan teman- teman wanita satu kelasnya menangis. Sakura diam. Kiba mendatangi.

"Sakura! Yang meninggal siapa! Jangan bilang kalau itu Hinata!" tanya Kiba ke Sakura.

"Benar. Yang meninggal Hinata. Karena sejak 2 minggu sebelum Ujian, dia merasa dewa kematian di belakangnya. Dan muncul pertanda lain." Sakura menjelaskan secara detail, walau Kiba tidak meminta.

Kiba diam termenung. Mencoba mencerna kata- kata Sakura walau akhirnya dia memang harus merelakan Hinata.


Nah! Gimana? Tegang kah? Boring kah? Gaje kah?

Kirim protes, kritik dan saran anda melalui review!

Ya, baiklah! Sebenarnya ini semua berdasarkan kisah nyata. Saia ngalamin hal itu. Tepat saat mau UN! WTF!!!

Alasannya jangan baca malem- malem karena mungkin aja kalian akan ngerasa gitu.

Mohon sarannya, tapi saia ga sampai sujud-sujud karena ini Cuma 'oneshot'! Mungkin…

Sebenernya cerita asli di flashdisk saia ini bukan oneshot. Masih ada cerita lainnya. Yah, saia post itu habis ujian aja.

So, review ya!! ^^

Caranya gampang! Cuma klik tombol di bawah!

Ja ne!

23 April , 2009.