Melepasmu
—
Masashi Kishimoto
—
Inspired by Drive - Melepasmu
—
Warning! AU, OOC, and a lot of Typo.
.
Tak mungkin menyalahkan waktu.
Naruto terlalu banyak mengambil keputusan. Ia bahkan tidak segan-segan mengambil beberapa janji dalam waktu bersamaan. Janji dengan Hinata untuk acara kencan pertama mereka, janji dengan Kiba untuk mengantar pemuda maniak anjing itu ke toko hewan, janji dengan Sasuke untuk bermain video game. Oh ayolah, disini Naruto tidak bisa membuat jutsu Kage Bunshin. Karena dalam cerita ini, ia hanyalah seorang siswa biasa.
Panggilan handphone nya beberapa kali berbunyi, dan Naruto tetap duduk di atas kasur sambil membaca komik dewasa tanpa memperdulikan suara keras itu.
Hinata call. (24)
Sasuke call.
Kiba call.
Tidak ada orang yang seperti Naruto, kan?
Ketika waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Naruto tiba-tiba beranjak dari posisi membacanya. Mengambil sebuah handuk berwarna biru langit yang di gantung dibelakang pintu kamar tidurnya. Ia berjalan gontai sambil sesekali tersenyum gaje. Komik dewasa memang terasa berbeda. Kayak ada manis-manisnya gitu.
Ketika Naruto sudah selesai dalam acara mandinya yang hanya memakan waktu 5 menit, pemuda itu langsung mengenakan pakaian santai —celana lepis rocker dan kaos polos berwarna hitam.
Sedikit tersenyum untuk yang kesekian kalinya, Naruto berjalan mengambil komik dewasanya untuk disembunyikan. Jangan biarkan Mama Kushina melihat hal yang memaluka— Ah iya, sekarang ia akan kencan dengan Hinata.
Ia tinggal menghubungi Hinata, beres kan?
"Eh?" Naruto menatap handphone nya, hati-hati. Menatap pesan dari beberapa temannya dan— Hinata.
Kalimat sampah serampah dari Kiba dan Sasuke, serta kalimat… putus?
Naruto menatap handphone nya tidak percaya. Ia buru-buru menelepon Hinata untuk meminta penjelasan.
"Halo, Hinata?" Naruto menyapa dengan cepat.
"H-Halo." Suara mencicit terdengar dari ujung sana.
Naruto kembali menatap layar handphone nya, memastikan telah menghubungi orang yang benar, "Hinata?"
"Iya?"
Naruto menggelengkan kepalanya cepat, "Aku baca pesanmu."
Hening.
"Apa maksudmu Hinata?" Suara Naruto berubah parau. Ia mencoba mengendalikan suasana agar Hinata bisa menghilangkan kalimat putus itu dengan cepat, "Susah sekali minta izin dari Neji."
Hinata masih diam.
"Padahal aku sudah menyiapkan bucket bunga yang sengaja aku beli pulang sekolah tadi dan niatnya aku akan memberikan itu padamu."
Naruto tetap berbicara panjang lebar. Menghabiskan waktu beberapa menit untuk membicarakan hubungan mereka yang kelewat suram. Dan beberapa menit itu mungkin sangat berharga bagi Hinata.
"Ayo kencan!" Ajak Naruto berantusias, "Ayo kencan, Hinat—"
"Jangan bercanda, Naruto." Hinata mulai membuka suara. "Kita putus."
.
.:Melepasmu:.
.
Tak mungkin menyalahkan keadaan.
Naruto menatap handphone nya tiap detik. Membawa handphone keluaran jadul itu kemana-mana. Ke kamar mandi, sekolah, ruuang guru, ruang BP— berharap Hinata akan kembali padanya.
"Oy Narto!" Suara baritone menyadarkan Naruto dari lamunannya. "NARTO!"
Ah! Kiba. "Berisik!" desis Naruto sambil kembali menatap layar handphone nya.
Kiba hanya tersenyum lebar, mengamati detail manik sapphire sahabatnya yang agak redup itu.
"Oy Naruto, aku dengar Hinata sedang dekat dengan Gaara," ujar Kiba sambil meminum cola milik Naruto. "Kau tau Gaara, kan?"
Diam.
"Orangnya ganteng ga?" Tanya Kiba sambil menoleh ke arah Naruto yang masih belum bereaksi. Kemudian ia berevil smirk ria.
"Ganteng sih," Kiba mengangguk-anggukan kepala untuk jawabannya sendiri, "Tapi ya, masih gantengan gue."
Harusnya waktu itu Naruto tidak baca komik dewasa.
.
.:Melepasmu:.
.
Kau datang disaat aku membutuhkanmu.
Hinata selalu ada untuk Naruto. Membantu laki-laki itu mengerjakan PR, membantunya belajar, membantunya mengerjakan tugas piket. Semuanya.
Mama Kushina juga sudah sangat mengenal Hinata. Setiap hari gadis itu selalu berkunjung ke kediaman besar Naruto.
Hinata sudah tidak sungkan. Pasalnya, ayah Hinata sibuk kerja di luar negeri, mamanya yang sudah lama meninggal, Neji yang jarang pulang kerumah, dan Hanabi yang tinggal di asrama putri. Hinata adalah sosok yang selalu kesepian.
Menjadi orang yang pendiam, tidak bisa mengekspresikan diri, kaku dan itu semua membuat hidupnya terasa monoton.
Hingga Naruto menemukan hatinya, "Mau jatuh cinta padaku?"
Setelah tau adik sepupunya dekat dengan seorang laki-laki, Neji jadi lebih sering pulang ke rumah. Tentunya Neji tidak akan menyerahkan Hinata dengan cepat. Apalagi pada si idiot Naruto.
"Hinata. Neji jahat sekali yah," Suara Naruto terdengar gemetaran dan ia terlihat merengek seperti seorang anak kecil.
"Memangnya kenapa?" Hinata mencoba bertanya.
Naruto mendesah kasar, "Tadi aku dibanting di klub judo," Pemuda itu sesekali menunjukkan memar yang ada di kepalanya, dengan nada manja yang terlontar.
Hinata menatap Naruto sedih. Menggigit bibir bawahnya pelan, kemudian melakukan sesuatu dengan smartphone lavender kesayangannya.
"Halo, Neji-nii?"
Naruto menatap gadis bersurai indigo itu, horor.
"Besok, aku tunggu nii-san di klub karate."
Hinata memang selalu bisa diandalkan.
.
.:Melepasmu:.
.
Semakin ku mengenalmu.
Karena Hinata, hubungan mereka jadi baik-baik saja. Orang-orang mulai membicarakan kedekatan hubungan mereka berdua. Tentang Naruto yang dibanting Neji di klub judo dan tentang Hinata yang menghajar Neji untuk meminta restu.
Naruto sama sekali tidak keberatan tentang statusnya yang teraniaya. Ia malah senang bisa mempertahankan hubungan dengan Hinata si Most Hyuuga.
Most Hyuuga yang seorang hikikomori. Pendiam. Pemalu. Dan kuat.
.
.:Melepasmu:.
.
Semakin ku harus, melepasmu dari hidupku.
Naruto kembali menatap handphone bututnya. Hinata Hyuuga yang ramah tidak lagi menyapanya di sekolah. Tidak lagi berkunjung ke rumahnya. Tidak lagi menanyakan kabarnya.
Mama Kushina yang tiap hari mencak-mencak karena ingin bertemu Hinata, hanya ia dengar sebagai angin lalu. Dan juga Papa Minato sepertinya kelewat bahagia karena melihat Naruto terus menerus mengurung diri di dalam kamar.
Padahal baru seminggu Naruto mengenal gadis bersurai indigo itu lebih dekat.
Karena Naruto yang terlalu kebanyakan gaya, ia jadi serugi ini.
.
.:Melepasmu:.
.
Tak ingin lukai hatimu, lebih dari ini.
Jadi yang bisa Naruto lakukan hanyalah mengamati gadis itu dari kejauhan. Memperhatikan tingkah lakunya yang anggun, dan menatap gerak-gerik Gaara saat mendekati Hinata.
Naruto bisa saja menyatakan kecemburuannya pada Hinata secara terang-terangan. Meninju laki-laki itu, ataupun mencekiknya hingga sepasang manik jade itu melotot. Apalagi, Naruto dikenal siswa lain dengan sikapnya yang suka ceplas-ceplos, kasar dan bodoh. Tapi yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah mengepalkan kedua tangannya hingga jari-jari bukunya memutih.
Secara tidak sadar, ia tidak ingin melukai hati gadis itu.
.
.:Melepasmu:.
.
Kita tak mungkin terus bersama.
Ketika liburan sekolah akan segera tiba, Naruto harus tetap sabar karena tak bisa bertemu Hinata dalam waktu yang cukup lama. Naruto tidak bisa lagi berkunjung atau dikunjungi Hinata. Karena kelihatannya, Hinata memang sudah cukup nyaman dengan Gaara.
Laki-laki pendiam dengan manik jade yang aneh.
Jadi saat liburan tiba, Naruto hanya akan mengurung diri didalam kamar sambil memikirkan —ehem, mantan— pacarnya itu.
.
.:FIN:.
.
P.s : Terimakasih sudah berkunjung:)
