Disclaimer: HM bukan punyaku
Rating: T
Warning: OOC (mungkin), membosankan kelihatannya, miss typo, dll.
Chapter 1: Back to Mineral Town
Jack melangkah masuk ke dalam sebuah lahan perkebunan. Lahan yang luas, namun berantakan dan terlantar. Terlihat ada rumah kecil dan beberapa kandang hewan ternak, sebuah kolam ikan, dan sebatang pohon apel. Biarpun tempatnya berantakan, lahan ini dulunya milik Almarhum kakeknya. Tapi, kini lahan ini diwarisi untuknya. Karena kakeknya sudah lama meninggal dan dirinya baru bisa datang sekarang, maka lahannya pun terlantar.
"Tidak terasa sudah 10 tahun berlalu, ya, Jack." Tedengar suara bapak-bapak di belakang.
Jack berbalik dan melihat ada seorang pria paruh baya yang bulat nan pendek dengan berkemeja merah bata dan mengenakan topi panjang berwarna sama, sedang berdiri sambil tersenyum ramah padanya.
"Kau sudah besar, ya," lanjut pria itu.
Jack ikut tersenyum. "Pak Walikota, lama tidak jumpa," sapanya. Dia ingat pria itu. Pria itu adalah Thomas, walikota di desa tempatnya berada sekarang, Mineral Town. "Yah, memang sudah lama sekali." Jack kembali memandang lahan perkebunan kakeknya.
"Kau masih ingat saat kau liburan di sini dulu?" tanya Thomas.
"Ya, sangat jelas," jawab Jack pelan tanpa melepas pandangannya dari lahan perkebunan.
Dia ingat dengan sangat jelas kenangan saat berlibur diperkebunan kakeknya ini. Itu merupakan kenangan yang tak pernah ia lupakan. Terlalu indah untuk dilupakan.
Waktu itu orangtua Jack tidak dapat menemaninya untuk liburan sehingga menyuruh Jack untuk datang ke perkebunan kakeknya. Sebab orangtuanya itu terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Kakeknya tentu saja menyambut dengan senang hati menyambut kedatangan dirinya.
Banyak hal yang Jack lakukan selama liburan di perkebunan kakeknya itu. Dia pernah mencoba menaiki salah satu sapi kakeknya. Sewaktu menaikinya memang berhasil, tapi begitu sapinya jalan, dia malah terjatuh dengan wajah menghantam tanah. Itu sangat menyakitkan.
Dia juga pernah usil pada seekor ayam dengan menggangunya menggunakan ranting kecil. Akibatnya teman-teman si ayam datang dan mengejarnya. Tentu saja dia langsung lari terbirit-birit. Apalagi jumlah ayam yang mengejarnya itu sangat banyak. Jack jadi tertawa sendiri bila mengingat hal yang satu itu.
Terkadang dia pun bermain dengan anjing milik kakeknya atau sekedar melempar batu ke sungai. Dia juga sangat ingat saat kakeknya mengajarinya meunggangi kuda. Itu sangat menyenangkan dan membuatnya jadi tahu bagaimana cara menunggangi kuda.
Tapi, ada satu hal yang tidak dapat Jack lupakan sama sekali. Yaitu saat dia bertemu dengan seorang gadis kecil di Mother's Hill yang juga merupakan teman pertamanya di Mineral Town.
Saat itu dirinya pergi ke Mother's Hill hanya untuk berbaring-baring dan menikmati suasana alam di sana. Lalu, terdengar suara gadis kecil bersenandung. Gadis kecil itu menghampirinya. Jack langsung terbangun begitu melihat gadis kecil itu sudah ada di dekatnya.
"Kau sendirian?" tanya gadis kecil itu.
"Ya," jawab Jack. "Aku belum punya teman di sini."
"Aku juga suka bermain sendirian di sini," kata si gadis kecil. "Oh, hei... kau ini anak yang berlibur di perkebunan kakeknya itu, 'kan?" tanyanya tiba-tiba.
"Y,ya...," jawab Jack agak terbata. Dia tidak tahu bagaimana gadis kecil itu tahu tentang hal itu. Mungkin karena dia terlihat asing, pikirnya.
"Kalau begitu bisakah kau menceritakan tentang tempat tinggalmu dan juga tentang dirimu?" pinta si gadis kecil.
Jack tersenyum. Dengan senang hati dia pun menceritakan tentang tempat tinggalnya dan juga dirinya. Saat itu pula dia jadi berteman dengan si gadis kecil dan menjadi teman pertamanya di Mineral Town. Mereka sangat cepat akrab. Mereka juga bersenandung bersama di puncak Mother's Hill di sore harinya setelah saling bertukar cerita cukup lama. Itu merupakan kenangan yang sangat indah bagi Jack.
Sampai akhirnya tibalah bagi Jack untuk pulang karena waktu liburan yang telah usai. Sebenarnya dia tidak mau pulang. Tapi, apa boleh buat. Dia 'kan harus sekolah. Sebelum dia melangkah pergi, si gadis kecil itu datang.
"Kau mau pulang?" tanya si gadis kecil.
"Ya," jawab Jack, "aku harus sekolah."
"Kau akan datang lagi, 'kan?"
"Ya, aku pasti akan datang lagi. Aku janji."
"Ingat, kau telah berjanji."
-x-x-
Janji dengan gadis kecil itu benar-benar tertanam di ingatan Jack sampai sekarang. Padahal itu sudah 10 tahun berlalu. Sayangnya dia sama sekali tidak ingat nama gadis kecil itu. Padahal dia sudah berjanji untuk kembali. Sekarang dia sudah datang, tapi lupa pada nama teman kecilnya itu. Bagaimana dia bisa menemui gadis itu yang sekarang sudah besar seperti dirinya? Wajahnya pasti sudah berubah juga. Selain itu, apakah gadis itu masih ingat padanya? Jangan sampai sudah lupa karena terlalu lama.
Sebenarnya sudah lama dia ingin kembali ke Mineral Town ini. Apalagi setelah mendengar kabar kalau kakeknya telah meninggal. Tapi, banyak hal yang menghambatnya untuk datang. Akhirnya dia pun baru bisa datang sekarang setelah 10 tahun berlalu sejak kedatangannya yang sebelumnya itu.
"Jack," panggil Thomas.
Jack tersadar dari lamunannya dan segera menyahut panggilan Thomas. "Ya?"
"Kau bisa lihat perkebunan ini sudah lagi tidak diurus sejak kakekmu meninggal dan kini perkebunan ini diwariskan padamu," kata Thomas, berjalan ke samping Jack, lalu menatap Jack yang lebih tinggi darinya itu. "Bagaimana kalau kau mencoba mengolah perkebunan ini?"
Jack agak terkejut. "Mengolah?"
"Ya, aku dan warga sepakat bila kau bisa mengolah perkebunan ini dan mengembalikannya seperti semula dalam waktu 3 tahun, dan juga dapat berinteraksi dengan baik dengan warga setempat, maka kau boleh tinggal di sini dan menjadi pemilik tetap."
Jack termenung sejenak. Tidak ada salahnya mencoba. Lagipula dia juga ingin mencari teman masa kecilnya itu untuk membuktikan dirinya sudah menepati janjinya.
"Tapi," wajah Thomas menjadi serius, "bila kau gagal, maka kau harus meninggalkan tempat ini dan jangan pernah kembali. Kami bukan bermaksud menguji, tapi seperti itulah kesepakatan kami sebelum lahan perkebunan ini diwariskan padamu."
Jack kembali termenung. Besar juga resikonya, batinnya. Tempat ini punya banyak sekali kenangan indah. Sayang kalau tidak bisa kembali lagi. Apalagi kalau sampai dirinya belum sempat bertemu dengan teman kecilnya. Bisa-bisa dirinya akan dianggap berbohong. Dia pun membuat keputusan.
"Baiklah, akan kulakukan. Akan kukembalikan perkebunan ini seperti dulu, bahkan lebih baik lagi," ucap Jack semangat.
Thomas cuma mengangguk-angguk sambil tersenyum melihatnya. Melihat Jack yang penuh semangat.
Tiba-tiba terdengar suara gonggongan anak anjing. Jack dan Thomas terkejut mendengarnya. Lalu, dari jauh terlihat seekor anak anjing berbulu coklat berlari menghampiri mereka berdua. Anjing itu kemudian berhenti tepat di depan mereka dan duduk sambil menatap keduanya dengan mata imutnya. Dia terlihat sagat jinak.
"Anjing?" Jack cuma menatap heran anak anjing itu.
"Anjing yang lucu," ucap Thomas sambil mengelus kepala anak anjing itu. "Jack, bagaimana kalau kau pelihara dia? Kurasa dia bisa membantumu dalam berkebun nanti."
Jack menatap si anjing. Anjing itu mengingatkannya pada anjing milik kakeknya. Hanya saja yang ini masih kecil. Dia menengok ke belakang di mana ada kandang anjing tepat di samping kandang ternak. Karena anjing kakeknya itu juga sudah lama mati, kandang itu otomatis juga tidak terpakai lagi.
Dia kembali menatap si anjing dan berjongkok di depannya. Sambil tersenyum, Jack mengelus lembut kepala si anjing. "Kau terlihat aktif sekali, ya. Kurasa kau memang akan sangat membantuku dalam berkebun," ucapnya seraya mengeluarkan sehelai sapu tangan merah dari kantong celananya dan mengikatkannya di leher si anjing. "Jadi, mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan nama Brown."
Si anjing menggonggong senang.
"Oh, ya, Jack. Kapan kau akan mulai tinggal di sini?" tanya Thomas.
Jack berdiri dan menatap Thomas. "Hari ini," jawabnya dengan sangat yakin.
"Hari ini?" ulang Thomas, agak terkejut.
"Ya, lagipula rumah milik Kakek masih kokoh dan masih layak untuk ditempati walaupun mungkin agak kotor karena sudah lama tidak ditempati. Aku cuma tinggal membersihkannya saja."
Thomas tersenyum maklum. "Kau memang penuh semangat, ya," ujarnya. "Terserah kau saja. Tapi kurasa kalau kau mulai tinggal hari ini, berarti seharian ini kau akan sibuk membereskan rumahmu dulu, ya."
Jack nyengir. "Begitulah. Tapi, itu tidak masalah bagiku," ucapnya yakin.
Thomas melihat jam tangannya sebentar. "Oh, aku harus segera pergi. Ada hal yang harus kukerjakan di rumahku. Kurasa aku tidak dapat membantumu membereskan rumahmu."
"Tidak apa, Pak Walikota. Aku bisa mengerjakannya sendiri," sahut Jack.
"Maaf, ya. Kalau begitu aku permisi dulu," pamit Thomas. "Sampai jumpa, Jack. Semoga berhasil." Dia pun melangkah pergi.
"Sampai jumpa, Pak Walikota. Terima kasih banyak." Jack melambai.
Brown pun menggonggong melihat kepergian Thomas.
Jack berbalik, memandang kembali lahan perkebunan kakeknya. Ah, bukan. Lahan perkebunan miliknya. "Baiklah, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan lahan ini seperti dulu. Dan juga... mencari teman kecilku itu untuk membuktikan kalau aku telah menepati janjiku. Lihat saja, tempat ini akan jauh lebih baik lagi," ucapnya. "Semangat!" serunya sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.
Brown kembali menggonggong melihat majikan barunya begitu semangat.
