"Anak kecil?"

Aku hendak mendongak. Namun setiap inci tubuhku lemas. Aku tetap meringkuk, menenggelamkan kepala ku diantara lututku yang bergetar.

"Pulanglah bersamaku. Aku akan menjadi rumahmu." Aku rasakan belaian halus dipucuk kepalaku. Memberikanku sedikit energi sekedar untuk melihat siapa gerangan yang sudah berbaik hati menawariku tempat untuk berlindung.

"Rumah?" bisikku parau. Pria. Pria yang menawariku ini mengangguk serambi tersenyum tulus. Menyihirku untuk ikut tersenyum.

"Terimakasih." bisikku lagi. Lalu, suhu berubah semakin dingin dan yang kuingat selanjutnya adalah gelap.