HallooOooOoo…Saya kembali lg dan membawa serta sebuah fic baru…seperti biasa…readers semua pasti dah bisa nebak siapa main Chara disini…Ok, langsung saja…
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Romance/Hurt/Comfort/Angst/Crime/Mistery*Saya borong semua*
Rate : M/T*Author masih bingung*
Happy reading, Minna-san…^_^
##Psycho##
Sakura…atau lebih lengkapnya Sakura Haruno. Seorang siswi SMA di Konoha. Duduk di bangku kelas 3. Seorang gadis yang cantik dan juga ramah. Berkepribadian baik dan sopan. Dikagumi banyak orang di sekolahnya. Dia juga merangkap sebagai seorang model. Dalam beberapa bulan namanya sudah melejit dan terkenal di mana-mana.
Sosok seorang gadis yang sangat sempurna dimata orang-orang. Kulit putih bersih dan lembut. Hidung mungil dan bibir yang tipis. Rambut merah muda sepunggung. Dan tak lupa sepasang mata emerald yang sangat indah. Yang siapa saja melihatnya akan jatuh hati pada kedua mata itu, dan juga termasuk kepada sang pemiliknya.
Sakura kini sedang bersiap-siap di dalam kamarnya yang luas untuk pergi kesekolah. Dirapikannya seragamnya yang agak kusut. Setelah itu dia turun kebawah-letak kamarnya dilantai 3- untuk sarapan pagi. Di meja makan itu tidak ada seorang pun. Yang ada hanya seorang pelayan keluarga Haruno yang sudah lama mengabdi di keluarga itu. Sakura tersenyum manis pada pelayan itu. Baginya pelayan itu adalah pengganti ketidak hadiran Ibunya pada saat-saat tertentu. Seperti pada saat sarapan pagi ini.
"Pagi…" Sapa Sakura ceria dan langsung duduk di kursinya yang biasa. Mengecap sedikit teh yang baru saja dihidangkan oleh pelayan lain dirumah itu. Setelah itu dia mengambil beberapa lembar roti tawar. Mengolesinya dengan selai strawberry kesukaannya.
"Apa sekarang aku sarapan sendirian lagi?"tanya Sakura ketika hendak memakan roti itu dan memandang wajah pelayan yang sekarang tengah terseyum padanya.
"Betul, Nona…Ibu Anda sudah pergi karena ada urusan dengan butiknya. Lalu Ayah Anda sudah berangkat pagi-pagi sekali kekantor. Sedangkan Kakak Anda masih belum bangun,"jawab pelayan itu.
"Kakak belum bangun? Lalu, kenapa tidak coba dibangunkan saja?"tanya Sakura balik dan mengangkat sebelah alisnya tanda bingung.
"Hal itu sudah dilakukan…tapi, sekarang pintu kamarnya malah dikunci,"ucap pelayan itu lagi.
"Biar kucoba!!!"ucap Sakura beranjak berdiri dan menaruh roti yang baru saja akan dilahapnya diatas piring.
Sakura kemudian naik kelantai 3- kamar kakaknya. Langkah demi langkah anak tangga yang dilapisi karpet merah itu dia injak, mengantarkan dirinya menuju anak tangga yang paling atas. Selama dalam langkah kakinya yang pendek itu dia bersenandung kecil. Sampai dia berada tepat didepan pintu kamar kakakanya baru dia berhenti bersenandung ria. Kemudian, dia mengetuk pintu yang berplitur coklat tua itu, berharap sang pemilik kamar mau membukakan pintunya. Namun, setelah ketukan yang ketiga pun pintu itu tetap tak bergeming, tertutup rapat. Sakura mengerucutkan bibirnya kesal. Kedua kakinya dia hentakan beberapa kali di karpet yang melapisi lantai rumahnya itu. Sedetik kemudian tangan kanannya meraih gagang pintu dan…
Ceklek…
"Eh, tidak dikunci…tapi tadi pelayan bilang pintu kamarnya dikunci. Bagaimana sich,"umpat Sakura sedikit kesal. Lalu dia mulai melangkahkan kakinya yang terbalut stocking hitam kedalam kamar kakaknya yang gelap gulita;karena tadi dia mentup pintunya. Kemudian tangan kecilnya meraba-raba dinding untuk mencari tombol lampu kamar itu. Namun, sepasang tangan dari arah belakang berhasil melingkarkan tangan kekarnya dipinggang ramping Sakura dan membuatnya sangat terkejut bukan main.
"Aduh…lepaskan!!!"pinta Sakura sambil melepaskan tangan kekar yang berada dipinggangnya.
"Tidak mau…"ucap sang pemilik tangan yang memeluk Sakura dan malah semakin mengencangkan pelukannya. Dan sekarang sang pemilik tangan itu mulai mencium tengkuk Sakura. Dan tentu saja Sakura tidak diam saja dan langsung menginjak sebalah kaki dari sang pemilik tangan itu dengan keras. Dan…berhasil. Pelukan dipinggangnya terlepas dan pemiliknya mengaduh kesakitan.
"Makanya jangan suka bercanda keterlaluan, Kak!!!"ucap Sakura kesal dan menekan tombol untuk menyalakan lampu dikamar itu. "Lihat sendiri 'kan akibatnya??".
"Tapi adikku tersayang ini menginjak kaki kakaknya sendiri terlalu keras. Bagaimana kalau kaki kakakmu ini tidak bisa dipakai jalan kembali, Sakura?"tanya kakak Sakura sambil berjalan tertatih-tatih ketempat tidurnya. Sakura yang melihatnya merasa kasihan juga, dan langsung memapah kakaknya.
"Maaf 'kan aku, Kak…lagi pula ini kan akibat kesalahan yang kakak perbuat sendiri,"ucap Sakura kesal sambil mengerucutkan bibirnya dan juga menggembungkan kedua pipinya.
"Wajahmu jelek sekali jika seperti itu…tapi banyak yang naksir. Ini aneh,"ucap Kakak Sakura dengan seringai jahilnya. Dan Sakura yang mendengarnya langsung membanting tubuh kakaknya sendiri ketempat tidur. Bisa terdengar suara kesakitan dari sosok yang Sakura banting tadi.
"Huh…biar saja,"ucap Sakura tambah kesal dan hendak pergi keluar dari kamar itu. Namun, baru saja Sakura ingin melangkahkan kakinya. Ada sepasang tangan hangat yang memegang pergelangan tangannya. Memintanya untuk tetap tinggal.
"Maaf…". Kata itu meluncur saja dari bibir tipis kakaknya, ditambah dengan senyuman yang sangat lebar. Sepasang mata berwarna safir itu menatap Sakura lembut. Dan berhasil…sekarang pemilik sepasang mata emerald itu luluh dan ikut tersenyum. Memaafkan kakaknya.
"Jangan ulangi lagi!!"ucap Sakura dan duduk disamping kakaknya diatas tempat tidur. "Dan sebaiknya kita berangkat sekarang…atau kita bisa terlambat nantinya."
"Baiklah…tunggu aku dibawah 15 menit."
"Ok…"ucap Sakura dan beranjak berdiri. Melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kamar itu. Namun, ketika Sakura hendak menutup pintunya. Dia berbalik menatap kakaknya, tersenyum dan berkata. "Terima kasih banyak, Kak…"
"Naruto…"tambah Sakura pelan ketika dia sudah berada diluar pintu yang sudah ditutupnya tadi.
##Psycho##
"Sakura apa hari ini kau ada pemotretan?"tanya salah satu sahabat Sakura yang juga seorang model terkenal. Ino Yamanaka namanya. Seorang gadis berparas cantik dengan bola mata safir dan juga berambut kuning panjang. Memilik fostur tubuh sangat ideal. Hal ini juga dia menjadi rival Sakura dalam urusan model. Namun, keduanya bersahabat baik. Bahkan, saling mendukung satu sama lain jika salah satu dari mereka mendapat job. Dia kemudian duduk dibangkunya sendiri tepat disamping kiri Sakura. Menghenyakan tubuhnya dibangkunya. Dan kemudian menopang dagunya dengan sebelah tangan. Lalu menatap sosok sahabatnya yang seperti memikirkan sesuatu. "Hei…aku bertanya padamu, Sakura. kau tidak dengar yach?".
Seakan baru tersadar, akhirnya Sakura menatap Ino dengan pandangan bingung. 'Sejak kapan Ino sudah ada disampingku'. Itulah yang ada dipikiran Sakura sekarang.
"Hei…Sakura…kau kenapa? Ada sesuatu yang menggangu pikiranmu?"tanya Ino sambil mengibaskan sebelah tangannya didepan wajah Sakura dengan wajah khawatir.
"Tidak biasanya Sakura melamun seperti tadi. Apa dia sedang punya masalah dengan seseorang?"batin Ino dan memandang wajah muram Sakura.
"Eh…maaf…Ino. Aku tak menyadari kedatanganmu. Kau tanya apa tadi?"ucap Sakura dan memandang Ino yang sedang menatap wajahnya dengan mimik khawatir.
"Aku tanya…apa hari ini kau ada pemotretan?"tanya Ino mengulang pertanyaannya tadi.
"Oh…tidak ada. Ada apa kau bertanya hal ini?"tanya Sakura dan memandang wajah Ino penuh curiga.
"Ino menyakan jadwal pemotretanku pasti ada maunya,"batin Sakura dan memandang Ino lebih curiga.
"Eehehe…kau pasti sudah tahu kebiasaanku yach, Sakura,"ucap Ino sambil cengengesan dan menggaruk pipinya. Kebiasaan jika dia meminta sesuatu.
"Tentu saja…karena kau adalah sahabat baikku,"jawab Sakura.
"Begini… jadi, aku minta tolong padamu buat menjaga ruang kesehatan nanti. Karena setelah istirahat nanti aku akan izin pulang dari sekolah untuk acara pemotretanku. Kau bersedia 'kan, Sakura?"ucap Ino dengan wajah memelasnya.
"Uh…dia paling tahu jika aku tidak bisa menolak permintaannya. Apalagi dengan jurus matanya itu. Aaargggghhh!!! Aku tidak bisa menolaknya,"batin Sakura.
"Baiklah aku mau…" Pada akhirnya Sakura memang tidak bisa menolak permintaan salah satu sahabatnya itu.
"Aahh…terima kasih, Sakura. Kau memang sahabat terbaikku dan yang juga paling mengerti aku,"ucap Ino langsung memeluk tubuh Sakura dengan erat. Dan mencium pipi kiri Sakura singkat.
"Hei…lepaskan…aku tidak bisa bernafas jika kau memelukku seperti ini, Ino,"ucap Sakura.
"Ehehe…maaf,"ucap Ino dan tersenyum.
"Huuffftt…kau ini ada-ada saja,"ucap Sakura dan merapikan sedikit rambut merah muda panjangnya yang berantakan akibat pelukan Ino tadi.
"O, ya, apa kau sudah tahu kalau hari ini, kelas kita bakal kedatangan murid baru pindahan dari Suna?"tanya Ino tiba-tiba sambil mengeluarkan sebuah novel dari dalam tasnya. Membuka beberapa halaman dari novel itu, dan berhenti disebuah lipatan. Menandakan bahwa baru sampai mana dia membaca novel itu. Dalam hitungan detik kedua bola mata safirnya bergerak-gerak mengukiti arah tulisan dalam novel itu.
"Kau tahu tidak?"tanya Ino sekali lagi ketika tidak mendengar jawaban dari bibir sahabatnya itu tanpa mengalihkan pandangannya pada novel yang dia baca.
"Aku tidak tahu,"ucap Sakura akhirnya dan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya diatas meja.
"Aku dengar ada dua orang yang akan masuk kekelas kita. Dan mereka berdua mempunyai wajah diatas rata-rata,"ucap Ino tanpa menggubris jawaban ketidaktahuan Sakura. "Setidaknya itu hal yang aku dengar dari ketua murid kelas kita, Neji."
"Begitu…" Hanya kata itu yang meluncur dari bibir mungil merah muda Sakura. "Aku keluar sebentar."
"Eh…kau mau kemana disaat sebentar lagi bel berbunyi, Sakura?"tanya Ino. Namun, percuma…sosok Sakura sudah tidak terlihat didalam kelas. Ino hanya mendengus sebal. Karena dia bertanya tidak digubris oleh Sakura. Tapi, sedetik kemudian wajah Ino berubah menjadi muram. Dia teringat akan sesuatu. Sesuatu hal yang Sakura katakan padanya. Bahkan Sakura hanya memberitahunya pada Ino. Sakura tidak menceritahukan hal itu pada keluarganya atau pun kekasihnya sendiri. "Apa dia masih memikirkan hal itu?".
"Apa aku katakan saja apa yang Sakura rahasiakan pada Kakaknya?"batin Ino.
Ino semakin tenggelam dalam pikirannya, sehingga tidak menyadari kehadiran dua orang gadis yang sekarang sedang berada disampingnya. Kedua gadis itu memandang heran pada Ino. Akhirnya, salah satu dari mereka menyentuh pundak kanan Ino.
"Kenapa kau melamun? Apa ada masalah,Ino?"tanya seorang gadis berambut coklat bercepol dua.
"Ah…TenTen…kapan kau datang? Hinata, kau juga?"tanya Ino balik.
TenTen yang malah mendapat pertanyaan kembali dari Ino hanya menghela nafas maklum. Sedangkan Hinata hanya tersenyum renyah saja.
"Baru saja…dan kenapa kau melamun seperti tadi? Sampai-sampai kau tidak menyadari keadiran kami berdua, Ino?"ucap TenTen dan menghenyakan dirinya dikursi disamping Ino. Tempat duduk yang baru saja Sakura duduki dan ditinggalkannya. Sedangkan Hinata duduk disamping yang satunya lagi yang memang merupakan tempat duduknya.
"Eh…aku tidak melamun sama sekali. Aku sedang keasyikan membaca novelku ini dan tidak menyadari kedatangan kalian saja,"ucap Ino berbohong dan memasang wajah yang sewajar mungkin. Ino takut bahwa dia akan ketahuan berbohong, karena dia memang paling tidak pandai dalam urusan bohong membohongi.
"Semoga saja TenTen dan Hinata percaya dengan apa yang aku ucapkan barusan. Karena akan sangat gawat jika mereka tahu aku menyembunyikan sesuatu dari mereka berdua,"batin Ino dan berkeringat dingin. Dia semakin takut sekarang. Karena TenTen tengah memperhatikan gerak-geriknya dan juga memasang wajah penuh selidik.
"Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku dan Hinata, Ino?" Akhirnya pertanyaan yang tidak ingin didengar Ino malah meluncur dari bibir TenTen dengan mulus. Seketika Ino mengerjap kaget. Gerakannya jadi kikuk dan juga Ino mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas terdengar dan artinya.
Teng…Teng…
Bunyi bel pertanda masuk terdengar dari segala penjuru sekolah. Dan ini merupakan keberuntungan bagi Ino. Dia bersyukur bisa terlepas dari kewajibannya yang harus menjawab pertanyaan TenTen. Karena TenTen berbeda kelas dengannya. Dengan Hinata dan Sakura juga.
"Sudah bel…sebaiknya kau kembali kekelasmu sana,"usir Ino tak tanggung-tanggung pada TenTen.
TenTen berdecak kesal.
"Kau berhutang satu penjelasan padaku. Ingat itu…"ucap TenTen ketus dan melenggang pergi dari kelas Ino menuju kelasnya yang berada dilantai 2.
"Huufftt...selamat,"ucap Ino dan menghela nafas lega. Hinata yang dari tadi memperhatikan hanya menatap Ino bingung dengan menaikan sebelah alisnya. Tak lama kemudian Hinata bertanya pada Ino dengan suara lembut dan kecilnya itu.
"Ino…ada masalah apa sebenarnya?".
"Ah…Hinata…tidak ada masalah apa-apa,"sanggah Ino cepat.
"Aku melihat tas Sakura…tapi aku belum melihat pemiliknya…apa dia izin lagi hari ini?"tanya Hinata dan menatap Ino meminta penjelasan.
"Dia sekolah hari ini…dan dia sekarang sedang pergi ke…ke…toilet. Ya, Sakura pergi ketoilet,"ucap Ino sambil cengengesan tak jelas. Dan lugunya Hinata percaya dengan apa yang dikatakan Ino dan dia hanya ber-oh ria. Sedetik kemudian Hinata pun larut dalam buku pelajarannya. Hinata tidak menyadari…bahwa sekarang Ino tengah khawatir setengah mati memikirkan dimana sekarang Sakura berada. Apa kah Sakura berada dalam bahaya atau tidak?
"Sakura kau dimana? Jangan buat aku khawatir seperti ini?"batin Ino dan meremas ujung sampul novelnya.
##Psycho##
Atap sekolah
Seorang gadis cantik tengah bersender pada dinding. Matanya menerawang jauh kelangit. Sesekali dia melirik kearah pintu.
Kreeet…
"Sakura…ada apa? Sampai-sampai kau ingin bertemu denganku segala?"tanya seorang pemuda berambut hitam kebiruan yang bagian belakangnya mencuat sambil menatap wajah Sakura yang seperti sedang ketakutan. Dia mulai berjalan mendekat setelah menutup kembali pintu yang menuju keatap itu.
"Sasuke…aku takut,"ucap Sakura dan langsung memeluk tubuh Sasuke dengan erat. Ditambah sekarang Sakura menangis terisak didada Sasuke. Membut kekasihnya kebingungan dengan sikap tak wajar Sakura. Dengan lembut Sasuke mengusap rambut panjang Sakura. Dan mencium puncuk kepala Sakura.
"Kau bisa cerita padaku, Sakura!!!"ucap Sasuke lembut dan melepaskan pelukannya.
"Aku tidak mau membuatmu khawatir,"ucap Sakura ditengah aktivitas isakan tangisnya.
"Selalu saja itu alasanmu. Dengarkan aku Sakura, kau adalah kekasihku. Aku berhak tahu apa yang terjadi padamu,"ucap Sasuke dan memegang kedua bahu Sakura. Menatap lurus kedalam kedua mata emerald milik Sakura.
"Aku tahu…tapi tidak sekarang,"ucap Sakura akhirnya dan memaksakan terseyum dan berwajah ceria seperti biasa. Dan hal itu membuat sang kekasih, Sasuke, bernafas lega dan juga ikut tersenyum.
"Baiklah…aku akan kembali kekelas. Sebaikanya Sasuke juga segera kembali,"ucap Sakura dan hendak pergi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Sasuke. Dengan seringai nakalnya dia berkata pada Sakura.
"Kau lupa sesuatu, sayang,"ucap Sasuke dan menarik Sakura kedalam pelukannya. Wajah Sakura berubah warna sekarang. Dari putih menjadi merah padam.
"Sa…Sasuke…lepaskan. Ini 'kan disekolah…kalau ada yang lihat bagaimana?"tanya Sakura panik dan berusaha melepaskan pelukan Sasuke dengan mendorong dadanya agar menjauh.
Namun, gagal. Sekarang Sasuke malah semakin merapatkan dirinya dengan Sakura. Sedangkan Sakura semakin terdesak karena punggungnya yang bertabrakan dengan dinding dan dada bidang Sasuke. Kedua tangannya dia letakan didada bidang Sasuke agar Sasuke menjauh.
Pelan namun pasti bibir mungil Sakura yang berwarna merah muda ditekan dengan lembut oleh bibir Sasuke. Sasuke mencium bibir Sakura dengan pelan dan lembut. Mencoba merasakan sensasi aneh yang menjalar pada dirinya saat mencium Sakura. Tapi, ciuman yang tadinya lembut dan pelan. Berganti menjadi sebuah ciuman penuh nafsu.
Dengan liarnya Sasuke membuka paksa mulut Sakura agar lidahnya dapat bergerak bebas didalam. Sakura yang tidak bisa melawan hanya pasrah saat lidah Sasuke bermain didalam mulutnya. Dan entah setan apa yang merasuki Sasuke. Tangan kanannya mulai meraba-raba bagian punggung Sakura dan dadanya. Sedangkan tangan kirinya mulai turun kepinggangnya. Sakura yang terkejut akan tindakan Sasuke, kemudian segera mendorong tubuh Sasuke.
Namun, usahanya gagal. Sasuke malah semakin merapatkan dirinya dengan Sakura. Sampai-sampai Sakura kesulitan bernafas. Setelah puas dibibir Sakura yang sudah memerah, bibir Sasuke turun keleher jenjang putih Sakura. Menggigitnya dan menjilati bekasnya setelahnya. Sakura tentu saja tidak menyerah untuk lepas dari Sasuke. Dia mulai meronta agar lepas dari pelukannya. Ditambah sekarang Sakura menangis. Isakan tangisnya lah yang membuat Sasuke berhenti dan kemudian menatap wajah Sakura.
Hati Sasuke mencelos ketika melihat bibir Sakura yang sudah sangat memerah dan leher jenjangnya yang ada bekas merah. Seragam atasan putihnya sudah sangat acak-acakan. Seketika hati Sasuke diliputi perasaan sangat bersalah.
"Sial…apa yang aku lakukan pada Sakura?"umpat Sasuke kesal dan segera memeluk tubuh Sakura yang bergetar karena isakan tangisnya. "Maaf 'kan aku Sakura. Aku terbawa nafsu semata."
"Maaf…"kata itu terus diucapkan Sasuke berulang-ulang.
Selang beberapa detik tangisan Sakura akhirnya berhenti. Seketika Sasuke melepaskan pelukannya dan menatap wajah Sakura penuh penyesalan.
"Maaf 'kan aku Sakura…"ulang Sasuke.
"Uhmm…jangan ulangi lagi!!"ucap Sakura dan sedikit menarik ujung bibirnya. Lalu menghapus air mata dipipinya dengan punggung tangannya.
Sasuke bernafas lega dan kemudian menggandeng tangan kanan Sakura untuk pergi dari atap itu menuju kelas mereka. Mereka terus saja berjalan menuju pintu atap dan menuruni setiap undakan tangga, tak menyadari kehadiran dua pasang mata. Bukan. Melainkan tiga pasang mata yang menatap kepergian mereka berdua menuju kelas dengan pandangan sinis dan tatapan menusuk.
-
-
"Sakura…kau duluan saja pergi kekelas. Aku ada urusan sebentar,"ucap Sasuke dan melepaskan gandengan tangan Sakura. Dan sedetik kemudian Sasuke sudah meninggalkan Sakura. Namun, sebelum Sasuke pergi. Sasuke memberikan ciuman singkat dibibir Sakura dan melambaikan sebelah tangannya.
Sosok Sasuke sudah tidak terlihat lagi dimata emerald Sakura. Dan sekarang dikoridor kelas yang sepi itu tinggalah Sakura seorang diri.
"Seragam dan penampilanku berantakan. Ketoilet saja dulu,"ucap Sakura kemudian dan hendak membalikkan badannya berputar arah menuju toilet. Namun…
Buugghh…
"Kyaaa…"jerit Sakura karena tubuhnya terhempas keras dan akan berkahir dilantai koridor kelas yang jika tidak ada sepasang tangan kekar yang menahan pinggang dan punggungnya.
"Eh…indah sekali matanya,"batin Sakura ketika melihat sepasang mata yang telah ditabraknya. Sepasang mata jade yang lembut.
"Kau tidak apa-apa, Nona?"ucap orang yang menabrak Sakura.
Seketika wajah Sakura memerah.
"Ya…aku tidak apa-apa,"ucap Sakura akhirnya dan tersenyum sangat manis, sehingga membuat orang yang ditabrak Sakura merona seketika.
"Syukurlah…"ucap orang itu dan masih belum melepaskan pelukannya dari Sakura. Dan Sakura pun sepertinya menikmati pelukan itu dan juga sama-sama tidak sadar. Namun, sebuah deheman keras berhasil membuat keduanya menjauhkan diri seketika.
"Ehmm…kalau ingin bermesraan sebaiknya jangan disekolah,"ucap pemilik suara berat sambil memandang kedua muridnya.
"Maaf 'kan aku, Guru Asuma,"ucap Sakura menyesal dan menundukan kepalanya. Seorang laki-laki yang bertabrakan dengan Sakura pun ikut menundukan kepalanya disamping Sakura berdiri.
"Ya…tapi kenapa kau masih berkeliaran dikoridor sekolah ini. Bukankah kelas Kakashi sudah mulai dari 10 menit yang lalu?"tanya Asuma dan memandang Sakura curiga.
"Aku izin ketoilet sebentar, Guru Asuma,"ucap Sakura takut.
"Oh, begitu. Ya sudah. Jika sudah selesai cepatlah masuk kelasmu!!!"perintah Asuma dan beranjak pergi. Namun, baru beberapa langkah saja dia menghentikan langkanya dan membalikkan badannya menghadap Sakura dan seorang laki-laki yang masih saja berdiri mematung sambil menatap Sakura.
"Hei…mau sampai kapan kau manatap Sakura seperti itu, Gaara?"tanya Asuma pada seorang laki-laki tampan yang dipanggilnya Gaara tadi dengan geram. "Ayo cepat sedikit."
"Ah…maaf 'kan aku, Guru Asuma,"ucap pemuda bernama Gaara dan segera menghampiri Asuma dengan pandangan meminta maaf.
Asuma yang melihatnya hanya tersenyum maklum. Dan kemudian berbalik menuju arah tujuannya tadi. Gaara menyusul dibelakangnya. Sekilas sebelum Gaara membalikkan tubuhnya untuk mengikuti Asuma dia tersenyum tipis pada Sakura. Yang membuat wajah Sakura kembali memerah. Dan Sakura pun dengan kikuk membalas senyuman yang dilemparkan oleh Gaara. Setelah itu Sakura segera berlari menuju toilet siswi.
"Jadi itu murid baru yang dibicarakan Ino yach. Sangat tampan dan keren. Apalagi matanya yang lembut itu. Aku terpesona dengan kedua matanya,"batin Sakura dan masuk kedalam toilet. Kemudian dia memandang bayangan dirinya didalam cermin. Pakaian atasan yang dikenakannya sangat berantakan. Dan Sakura baru menyadari jika satu kancing atasannya terbuka. Sehingga memperlihatkan sedikit leher jenjangnnya dan dadanya yang putih bila dilihat dari jarak dekat.
"Astaga…apa tadi Gaara melihatnya yach. Kyaaaa…aku malu sekali jika harus bertatap muka dengannya,"ucap Sakura panik dan sedetik kemudian dia merapikan pakaiannya. Menyisir rambut merah mudanya dengan kedua jarinya. "Selesai."
Sakura pun keluar dari toilet dan berlari lagi menuju kelasnya berada. Sakura mengumpat kesal dalam hatinya. Karena dia harus menaiki tangga untuk menuju kelasnya yang memang terletak dilantai 3. Setelah berlari-lari kecil cukup lama, dia akhirnya sampai juga didepan kelas XII A. Sakura menarik nafas terlebih dahulu sebelum membuka pintu kelasnya. Merasa cukup, akhirnya Sakura membuka pintu kelasnya dan masuk kedalamnya. Bisa dirasakannya kini semua mata yang ada dikelas itu menatapnya. Sakura menelan ludah ketika melihat ekspresi Kakashi, Guru Fisikanya yang sedang terseyum aneh padanya.
"Maaf 'kan aku, Guru Kakashi. Tadi aku…"
"Duduklah…kita akan mulai pelajarannya!!!"perintah Kakashi singkat dan padat. Sakura yang mendengar perintah gurunya hanya bisa terbengong-bengong.
"Tumben sekali Guru Kakashi sebaik ini,"batin Sakura. Namun, akhirnya Sakura menurut dan segera duduk dibangkunya.
"Baiklah semuanya sudah lengkap. Kita mulai pelajarannya. Buka buku paket halaman 25!!!"perintah Kakashi dan langsung dilakukan oleh semua murid didalam kelas.
"Sssttt…sssttt…kita sekelas, Sakura. Mohon kerja samanya,"ucap seorang laki-laki tepat dibelakang bangku Sakura dan mencondongkan sedikit tubuhnya.
Sakura yang merasa ada yang memanggil namanya segera meolehkan kepalanya sedikit kebelakang, keasal suara. Suara seorang laki-laki tampan berambut merah darah. Berkuit putih bersih. Juga mempunyai sepasang bola mata jade yang lembut. Suara hembusan nafasnya saat berbicara dapat dirasakan oleh Sakura ditengkuknya. Membuat sensasi aneh yang menjalar diseluruh tubuh Sakura. Dan Sakura menanggapinya hanya dengan seyuman paling manis yang dia punya.
"Selamat datang dikelas XII A. Kenalkan namaku adalah Sakura Haruno. Wakil ketua murid disini. Jika ada apa-apa kau bisa bertanya padaku…err…"
"Panggil aku Gaara saja."
"Jika ada apa-apa beritahu aku saja…Gaara,"ucap Sakura dengan suara pelan karena takut ketahuan Kakashi.
"Tentu saja. Terima kasih banyak…manis,"ucap Gaara dan tersenyum pada Sakura. Perkataanya barusan berhasil membuat wajah Sakura kembali memerah. Setelahnya Sakura kembali focus kedepan papan tulis. Namun, kini pikirannya tidak fokus ke papan tulis, hanya kedua matanya saja. Karena Sakura sekarang merasa melayang karena perkataan Gaara barusan. Ditambah sekarang Sakura tersenyum sendiri. Ino dan Hinata yang melihatnya hanya terseyum dan mengikik geli.
"Sakura…Haruno…objek yang menarik,"ucap Gaara pelan dan kemudian sebuah seringai terlukis dibibir tipisnya.
Bersambung…
Ok, fic ini kutulis untuk meriahkan hari ulang tahun Sakura…
Chara kunoichi yang paling aku sukai di Naruto…
Aku buat lagi yang berbumbu dengan mistery…jadi jangan bosan jika fic ku semua mengandung unsur mistery…bisa dibilang author yang satu ini sangat suka dengan hal yg berbau mistery…
Dan soal masalah rated…M…mungkin aku hanya membuat adegan yang biasa z, karena selebihnya akan ada scene blood*tapi ga tau kapan*…
Lalu, apakah masih ada typo, atau kata-kata yg ilang??? O.o
Jawab lewat review…
Salam manis, Miko-chan…
REVIEWS
