FROM THE DARKEST SIDE

.

.

© Santhy Agatha

.

REMAKE!

.

HAEHYUK

.

.

Cast : Lee Donghae - Lee Hyukjae - Aiden Lee

.

Warning : Genderswitch for Hyukjae REMAKE.

.

.

Note : Aku tekankan sekali lagi ini adalah FF REMAKE. Cerita ini aslinya HANYA MILIK 'SANTHY AGATHA' Seorang penulis Novel hebat. Aku hanya mengganti nama pemeran saja dgn HaeHyuk.

.

Enjoy ~

.

.

.

Hidup Hyukjae semula biasa-biasa saja. Dia adalah anak yang tidak diakui ibunya sendiri, seorang artis ternama yang memilih merahasiakan keberadaannya di depan umum dan membiarkannya dibesarkan oleh kakek dan neneknya.

Sampai kemudian Sooyoung, ibunya memintanya berkenalan dengan calon ayah tirinya, seorang lelaki muda yang begitu berkuasa.

Lee Donghae, milyader kaya keturunan Yunani yang tampaknya menyimpan rahasia kelam yang berhubungan dengan masa lalu Hyukjae.

Begitu memasuki rumah calon ayah tirinya itu, ada nuansa gelap yang melingkupi Hyukjae, seolah-olah ada sepasang mata yang selalu mengawasinya sepanjang waktu, berusaha menunggu saat dia lengah untuk menyakitinya.

Dan sikap calon ayah tirinya, yang entah kenapa begitu tampan, muda, kaya, berkuasa dan misterius itupun tampaknya sama sekali tidak membantu Hyukjae untuk memecahkan misteri yang melingkupinya, karena Donghae – sang calon ayah tirinya – tampaknya merahasiakan sesuatu.

Sesuatu yang cukup gelap dan menakutkan, sesuatu menyangkut Hyukjae dan masa lalunya. Sesuatu yang bisa dengan kejam melukai orang lain demi mencapai tujuan jahatnya.

.

.

.

.

.

Lee Donghae

Kami ini dua yang menjadi satu. Satu yang terdiri dari dua. Aku tak tega membiarkanmu mencintaiku, karena dengan begitu, kau harus bisa mencintai sisi jahatku. Dan sisi jahatku ini, sangat sulit untuk dicintai.

.

.

Aiden Lee

Bukankah cinta juga sama? Aku selalu berpikir bahwa cinta hanyalah bentuk puitis dari obsesi dan keinginan untuk memiliki satu sama lain.

Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Hyukjae sekarang selain rasa takut dan kegugupan yang menyesakkan dada.

Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan takutnya makin memuncak.

Ibunya, yang menyetir di sebelahnya tampak tenang dan bahagia, tentu saja, kemewahan ini akan menjadi kehidupan barunya, hal yang diimpi-impikannya sejak dulu.

Lagipula ibunya tak perlu mencemaskan penampilannya, ia selalu terlihat cantik, muda dan wangi, tidak pernah berubah sampai sekarang.

Ibunya melahirkan Hyukjae saat berusia sangat muda, 16 tahun.

Dan sekarang di usia Hyukjae yang sudah 20 tahun, selisih usia itu sama sekali tidak kelihatan, mereka terlihat seumuran.

Apalagi Hyukjae selalu mengenakan pakaian konservativ yang cenderung kusam tapi nyaman digunakan, sedangkan ibunya memilih berpakaian seksi dan penuh gaya.

Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Hyukjae menarik napas sambil mengamati dirinya sendiri.

Dia tadi berdiri lama di depan lemari pakaiannya mencoba menemukan gaunnya yang terbaik, tetapi ternyata dia tidak punya gaun satupun yang baik.

Gajinya sebagai staff administrasi biasa di sebuah biro wisata sama sekali tidak memungkinkannya membeli banyak pakaian.

Dan ibunya sama sekali tidak bisa diharapkan, Sooyoung, ibunya melahirkannya karena kesalahan remaja masa lalu, jadi dia tidak punya ayahyang mengakuinya.

Sooyoung lalu meninggalkannya begitu saja, menitipkannya ke kedua orang tuanya, lalu pergi merantau ke luar kota untuk melupakan masa lalu dan melanjutkan sekolah.

Sejak saat itu Hyukjae dan Sooyoung hanya bertemu saat Sooyoung pulang liburan ke rumah, Hyukjae tidak pernah menganggap Sooyoung sebagai ibunya, selain karena Sooyoung tidak mau dipanggil ibu, bagi Hyukjae orang tua sejatinya adalah kakek dan neneknya yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang sejak ia lahir sampai dia beranjak dewasa.

Lalu setelah dua tahun lalu, kakeknya meninggal dunia, disusul neneknya setahun kemudian, Hyukjae tetap tidak menggantungkan diri kepada ibunya, toh Sooyoung juga tidak peduli.

Hyukjae menghidupi dirinya sendiri dan sama sekali tidak ingin terlibat dalam kehidupan ibunya yang saat itu sudah menjadi aktris ternama.

Sampai suatu ketika Sooyoung menghubunginya, mengatakan bahwa dia akan menikah dengan salah satu konglomerat paling kaya dan paling ternama, seorang lelaki berusia 4 tahun lebih muda darinya, dan mengundang Hyukjae untuk turut serta dalam persiapan acara pernikahannya.

"Bagaimanapun juga, meski kau adalah sebuah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu, kau adalah anakku," gumam Sooyoung dengan logat seksinya sambil mengoleskan lipstik pada bibirnya yang indah pada pertemuan makan siang mereka setelah dua tahun lamanya tidakberjumpa.

"Lagipula, aku terlanjur menceritakan tentangmu pada Donghae, tidak sengaja tentunya, tapi siapa yang bisa membohongi Donghae? Dia tahu segalanya...," Sooyoung tersenyum menerawang seperti orang dimabuk kepayang, "Dan Donghae ingin melihatmu."

Jadi karena calon suaminya yang kaya itu ingin melihatku?

Bukan karena dia ingin bersamaku di saat-saat bahagianya?

Hyukjae menyimpulkan dalam hati, dan seberkas rasa nyeri mengalir di dadanya.

Memang dia sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari Sooyoung, wanita itu terlalu egois untuk memikirkan siapapun selain dirinya sendiri. Tetapi kadangkala ada sedikit rasa di hatinya, yang ingin dicintai sebagai seorang anak.

Dan disinilah dia, datang dengan ibunya, yang begitu cantik dengan gaun sutra keemasan seperti sampanye, rambut tatanan salon, kulit selembut satin dan aroma minyak wangi mahal.

Sedangkan dia hanya memakai sweater cokelat jeleknya serta rok selutut yangmembuatnya seperti kutu buku yang tidak menarik, belum lagi rambutnya hanya dikuncir kuda, tanpa riasan.

Calon suami Sooyoung pasti akan kecewa berat jika mengharapkan aku secantik Sooyoung, desah Hyukjae dalam hati.

Mungkin aku lebih mirip ayah, gumamnya menghibur diri, meski dia juga tidak tahu siapa ayahnya dan bagaimana wajahnya, Sooyoung tetap menyimpan rahasia itu sampai sekarang seolah itu aib masa lalu yang tidak boleh dibuka.

Kakek neneknya juga tidak pernah membicarakannya. Lagipula, Hyukjae tidak berani bertanya lagi sejak insiden pada saat dia berumur sepuluh tahun dan mulai bertanya pada neneknya siapa ayahnya.

Waktu itu neneknya langsung masuk ke kamar dan menangis, sedang kakeknya hanya mengelus kepalanya dengan wajah muram.

Kesedihan yang menggantung setelah insiden itu begitu menyesakkan dada sampai berhari-hari. Dan pada saat itulah Hyukjae belajar untuk tidak pernah bertanya lagi.

.

.

Rupanya calon suami ibunya ini sangat kaya, jarak pintu gerbang menuju rumah utama lumayan jauh dengan taman dan pepohonan yang indah di kiri kanan jalan.

Ketika akhirnya mobil mereka berhenti, Hyukjae sempat ternganga melihat rumah marmer putih bergaya gothic dan renaissance yang megah di depannya.

Sooyoung rupanya sangat bersemangat karena dia segera melompat keluar dari mobil begitu mobil itu berhenti dan mau tak mau Hyukjae segera mengikutinya.

Sepertinya mereka sudah ditunggu, atau ada kamera pengawas di depan pintu? Hyukjae mengedarkan pandangannya ke atas dengan curiga, karena begitu mereka sampai di pintu dibawah kanopi dan pilar marmer yang indah, pintu itu langsung terbuka tanpa diketuk, dan seorang pelayan pria setengah baya dengan penampilan yang sangat rapi sudah berdiri disana.5

"Miss Sooyoung?" tanya pelayan itu dengan muka ekspresi sedatar batu hingga Hyukjae bertanya-tanya apakah itu ekspresi asli atau hasil latihan bertahun-tahun.

Sooyoung mengangguk penuh percaya diri. Pelayan itu melihat kebelakang, ke arah Hyukjae dan mengangkat alisnya, tapi tidak berkata apa-apa.

Mungkin dia mengira aku pembantu Sooyoung, desah Hyukjae dalam hati.

"Saya Youngwoon, kepala pelayan disini. Tuan Donghae sudah menunggu di ruang utama, mari saya antar," gumam pelayan itu sopan sambil membalikkan tubuh dan membiarkan Sooyoung dan Hyukjae mengikutinya.

Sepanjang lorong itu Hyukjae terlalu sibuk terkagum-kagum dengan kemewahan interior dan perabot rumah mewah ini.

Ya, Sooyoung pasti akan sangat bahagia di sini, dia selalu ingin menjadi nyonya rumah yang kaya raya, impiannya sebentar lagi terwujud. Dan sudah pasti Hyukjae tidak masuk ke dalam daftar impiannya itu.

Hyukjae tahu dia hanya dibutuhkan karena calon suami Sooyoung yang kaya raya itu ingin mengenalnya, setelah itu Hyukjae akan kembali ke kehidupan lamanya, dilupakan oleh ibunya.

Toh dia memang tak ingin terlibat. Kenapa? Karena meskipun mewah dan mengagumkan, rumah ini terasa dingin dan kaku, begitu menekan jiwa. Berbeda dengan rumah neneknya yang diwariskan padanya, rumah itu kecil tapi hangat dan penuh ketentraman. Seberat apapun pekerjaannya, Hyukjae selalu merasa segala kelelahannya hilang 6ketika pulang ke rumah itu.

Karena itulah meskipun kagum, Hyukjae sama sekali tidak tertarik untuk tinggal di rumah seperti ini.

Youngwoon membuka sebuah pintu yang sangat besar dan mempersilahkan mereka masuk.

Sooyoung langsung melangkah masuk dengan bersemangat.

"Darling," serunya mesra lalu menghambur ke pelukan pria bersetelan resmi yang berdiri ditengah ruangan.

Pria itu membalas pelukan Sooyoung, tapi matanya menatap tajam ke arah Hyukjae.

Dan Hyukjae ternganga melihat sosok calon suami Sooyoung untuk pertama kalinya, semula dia pikir laki-laki itu adalah lelaki botak berjenggot yang gendut, tidak tampan tetapi sangat kaya.

Tetapi lelaki yang berdiri di depannya ini sama sekali tidak gendut, dia tinggi atletis bahkan sepertinya tidak ada lemak berlebih di tubuhnya, dan jas yang pastinya dijahit khusus itu menempel pas dan indah di tubuhnya yang berotot tetapi ramping itu.

Hey...

Lagipula dia mengharapkan apa? Lelaki ini baru 32 tahun!

Matanya cokelat gelap begitu juga dengan rambutnya yang cokelat dengan sedikit warna keemasan. Tentu saja begitu, dari literatur bisnis yang memuat tentang jajaran pengusaha- pengusaha sukses, Lee Donghae selalu dibahas, pengusaha berusia 32 tahun, setengah Yunani yang sangat menarik.

Tapi mereka tidak memasang fotonya di literatur itu, jadi Hyukjae tak pernah bisa membayangkannya.

Lelaki ini tidak bisa dibilang tampan, sosoknya terlalu keras untuk digambarkan dengan kata "tampan" tetapi ada kharisma tersendiri yang membuat semua orang pasti akan menoleh dua kali ketika berpapasan dengannya.

Lelaki itu melepaskan Sooyoung yang menggelendot dengan mesra di pelukannya, lalu melangkah mendekati Hyukjae.

"Dan ini pasti Hyukjae,"

Bahkan aksen suaranya begitu mempesona, Hyukjae menyadari dia ternganga ketika Donghae mengulurkan tangan untuk bersalaman, dengan gugup disambutnya jabatan itu, tangan lelaki itu ramping, tapi menggenggam tangannya dengan mantap.

"Iya, ini Hyukjae, putri kecilku," Sooyoung berkata seolah olah mereka ibu dan anak yang sangat akrab. "Dan Hyukjae, perkenalkan ini calon ayah tirimu."

Hyukjae menganggukkan kepalanya, sedikit gugup ketika menyadari Donghae menatapnya dengan sangat tajam, sangat meneliti, sampai dia salah tingkah, adakah yang salah dengan rambutnya? Bajunya? Ataukah Donghae sedang mencari kemiripannya dengan ibunya dan tidak berhasil menemukannya?

"Hmmm karena umurku hampir 32 tahun, kurasa aku pantas-pantas saja mempunyai putri seumuranmu, tapi kau boleh memanggilku dengan Donghae saja."

Tentu saja, lelaki dengan vitalitas semacam ini dia pasti malu dipanggil "Appa" oleh gadis berusia 20 tahun seperti dirinya.8

"Nah karena kalian sudah berkenalan? Bolehkah aku memintamu menemaniku berkeliling rumah ini? Kita akan tinggal disini setelah menikah bukan? Dan wow, rumah ini indah sekali Hae."

Lelaki itu menatap Sooyoung tanpa ekspresi. "Tentu saja sayang," gumamnya, lalu mengamit lengan Sooyoung, Donghae mengatakan sayang tapi tampak begitu dingin.

Tiba-tiba Hyukjae merasa sedikit antipati kepada Donghae, dia terlalu dingin dan tak berperasaan seperti suasana di rumah megah ini.

Sooyoung menoleh pada Hyukjae, "kau ingin ikut Hyukjae-ku?" suaranya begitu penuh kasih tapi matanya memperingatkan, dan Hyukjae mengerti isyarat itu, ibunya ingin berduaan dengan kekasihnya dan tak ingin Hyukjae mengganggu.

Lagipula Hyukjae juga tidak tertarik melihat-lihat isi rumah ini.

"Tidak, terima kasih, kalau boleh saya ingin menunggu disini saja,"

Hyukjae tadi mengamati ruangan dan menemukan rak buku yang penuh di dinding, rasanya lebih menarik duduk dan membaca, sepertinya koleksi buku di rak itu sangat menarik, kalau dia diijinkan, dia ingin membacanya.

"Tapi kau akan tinggal disini juga, jadi sebaiknya kau ikut agar lebih mengenal rumah ini," sahut Donghae tajam.

Kata-kata itu membuat Sooyoung dan Hyukjae sama-sama terkejut, rupanya Donghae sudah menarik kesimpulan yang salah selama ini tentang hubungan Sooyoung dan Hyukjae.

Sooyoung dengan muka pucat segera menyahut, suaranya sedikit melengking karena gugup.

"Darling, kau salah, Hyukjae tidak akan tinggal dengan kita setelah kita menikah nanti."

"Kenapa tidak?" lelaki itu mengernyitkan kening, tampak tidak senang. "Dia putrimu bukan?"

"Iya...tapi...tapi..." suara Sooyoung hilang karena kebingungan, "Tapi Hyukjae lebih suka hidup mandiri, dia sudah punya pekerjaan tetap kau tahu, dan dia merasa nyaman tinggal dirumah warisan orang tuaku, bukan begitu Hyukjae?" sekali lagi Sooyoung menatapnya dengan tatapan memperingatkan.

"Tentu saja," jawab Hyukjae cepat-cepat, selain karena dia tidak ingin tinggal di rumah ini, dia tak mau Sooyoung marah padanya karena mengacaukan seluruh rencana masa depannya.

Donghae menatap Hyukjae dan Sooyoung dengan tajam dan penuh perhitungan, lalu bergumam.

"Well kita bahas pengaturan itu nanti," kata-katanya menunjukkan masalah itu sama sekali belum selesai.

Yah, rupanya selain dingin dan kaku, lelaki ini juga arrogant.

"Baiklah Hyukjae, kalau kau ingin tetap disini, aku akan meminta pelayan mengantarkan segelas cokelat panas dan kue untukmu, kau boleh membaca atau melihat televisi untuk mengisi waktumu" matanya menunjukkan ke arah televisi plasma yang menempel di dinding yang sama sekali tidak Hyukjae perhatikan karena perhatiannya terpusat pada rak buku yang penuh itu.

Hyukjae menatap Donghae dengan gugup.

"Kalau boleh... Kalau boleh saya ingin membaca buku-buku di rak itu," pintanya pelan.

Sooyoung tertawa cekikikan seperti anak kecil, "Membaca?" gumamnya dalam tawa, "Begitu banyak hiburan di rumah ini dan kau memilih membaca?" nada mencemooh terdengar jelas di suaranya hingga pipi Hyukjae memerah.

Tapi Donghae hanya berdiri di situ dan menatapnya datar. "Setidaknya putrimu memilih hiburan yang paling bermutu diantara semuanya," kata-katanya diucapkan dengan nada biasa-biasa saja, tetapi arti yang tersirat di dalamnya membuat tawa Sooyoung terhenti dan wajahnya merona malu, dalam rasa malunya itu, Sooyoung melirik Hyukjae dengan jengkel.

"Silahkan, baca saja semua buku yang kau inginkan," senyum tipis muncul di bibir Donghae, lalu menggandeng Sooyoung,membawanya pergi ke luar ruangan.

Hyukjae merasa sangat lega ketika ditinggalkan sendirian, dengan penuh rasa tertarik, ditelusurinya buku-buku di rak raksasa itu.

Kebanyakan buku berbahasa asing, dan merupakan versi asli, setelah meninggalkan buku-buku literatur bisnis, Hyukjae tertarik ke sederetan buku sastra lama... Diambilnya salah satu buku, dan tersenyum.

Well kapan lagi dia bisa membaca buku-buku versi asli ini dengan gratis? Karena sudah pasti dia tidak akan mampu membelinya.

Ketika dia masuk, didapatinya pemandangan indah terpampang jelas di depannya.

Hyukjae, gadis itu tertidur di kursi santai dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya, sebelah lengannya lunglai di sandaran kursi dan kepalanya miring setengah tertunduk.

Dia tidak dapat menahan keinginan untuk mengawasi lebih dekat. Dengan langkah pelan tak bersuara, seperti singa mengintai mangsa, didekatinya gadis itu.

Dia berusaha sedekat mungkin, karena hasratnya mendorongnya untuk lebih mendekati gadis itu.

Ah, betapa cantiknya, wajahnya polos tanpa polesan apapun, tapi kulitnya begitu lembut, seperti bayi dengan semu kemerahan yang membuatnya tergoda untuk menyentuhnya, menyusurkan jemarinya di semu kemerah-merahan itu.

Dan bibirnya, astaga bibir itu, begitu ranum, basah bagai kelopak mawar yang baru mekar, tanpa polesan lipstik sedikitpun, tetapi tetap begitu indah.

Matanya menyusuri seluruh keindahan di depannya. Sudah berapa lama dia menunggu saat-saat ini? Menunggu saat-saat gadis ini berada begitu dekat dengannya?

Ya, gadis ini membuatnya terbangun setelah ditidurkan dengan paksa sekian lama.

Akhirnya dia tidak dapat menahan godaan, dibungkukkannya tubuhnya melingkupi gadis itu, kemudian bibirnya menyentuh bibir lembut gadis itu dengan halus tapi penuh hasrat.

"Kau milikku Hyukjae, ingat itu."

"Kau milikku Hyukjae, ingat itu."

Bisikan itu begitu lembut sekaligus tegas, seperti dibawa oleh tiupan angin ke telinganya.

Hyukjae tergeragap, mengerjapkan matanya dan langsung terduduk tegak. Matanya memandang sekeliling dengan bingung. Dia masih sendirian di ruangan ini.

Tapi tadi jelas-jelas ada yang berbisik di telinganya, dan kata-katanya itu masih terngiang jelas.

Apakah dia bermimpi?

Hyukjae mengernyit. Lalu menyentuh bibirnya. Terasa hangat…

Seperti ada yang menyentuhnya sebelumnya.

Jantung Hyukjae berdetak cepat. Apakah mimpi bisa terasa sejelas itu? Suara bisikan itu begitu nyata. Sentuhan di bibirnya pun masih terasa hangat.

Tapi... Tidak mungkin kan ada orang masuk ke mari dan menciumnya begitu saja? Dengan putus asa Hyukjae menatap buku di pangkuannya.

Sebuah novel sastra romantis karya pengarang Rusia...

Ah, aku pasti terbawa alur novel ini, gumam Hyukjae dalam hati, menarik napas lega. Sekali lagi dia memandang sekeliling, ruangan masih sepi. Tadi dia pasti tertidur cukup lama. Tapi Sooyoung dan Donghae belum juga kembali.

Hyukjae mengangkat bahunya. Well mereka kan pasangan kekasih yang akan menikah, pasti akan lupa waktu jika sedang berduaan. Dengan pelan Hyukjae berdiri, berusaha melemaskan tangan dan kakinya yang kaku. Lalu dia berjalan mengitari ruangan yang luas itu.12

Ruangan ini didesain untuk bersantai. Meskipun di sudut sana terdapat meja kerja yang sangat besar, tapi di sisi lain benar-benar penuh dengan perabotan dan fasilitas yang menunjang kenyamanan.

Dengan tertarik, Hyukjae mendekat ke arah meja kerja Donghae. Ada sebuah bingkai foto yang diletakkan terbalik begitu saja. Sengaja? Atau memang terjatuh? Hyukjae mengambil bingkai foto itu dan menegakkannya lagi, matanya mengamati bingkai foto di dalam sana, foto keluarga.

Sepertinya itu gambar kedua orangtua Donghae dan dua orang anak laki-laki berusia sepuluh tahunan, yang berambut cokelat itu pasti Donghae dan…kakak laki-lakinya?

Hyukjae mengernyit. Tapi kenapa kedua orang tua Donghae asli Korea? Dan kakak laki-lakinya juga terlihat seperti orang Korea asli.

Sedangkan jelas-jelas ada darah asing yang mengalir di tubuh lelaki itu, bahkan majalah-majalah bisnis itupun menyebutnya setengah Yunani.

"Itu orang tua angkat dan kakak angkatku, mereka yang mengasuhku ketika kedua orangtuaku tewas karena kecelakaan pesawat."

Suara yang muncul tiba-tiba di belakangnya itu membuat Hyukjae terlonjak kaget, membalikkan badan, dan langsung menabrak tubuh kokoh yang berdiri di belakangnya.

Donghae langsung memegang kedua pundak Hyukjae, menjaganya agar tidak terjatuh. "Maaf aku mengejutkanmu," gumamnya datar.

Hyukjae mengangguk, mundur menjauh, melepaskan diri dari pegangan Donghae.

"Maaf... Saya... Saya lancang, saya melihat foto ini dan tertarik..."

Donghae mengangkat bahu. "Tidak apa-apa, mereka adalah orang tua dan saudara yang kusayangi. Meskipun aku tetap menggunakan nama asli keluargaku, mereka sudah seperti orang tua kandung bagiku."

Hyukjae tersenyum getir, setidaknya Donghae lebih bahagia darinya.

Lelaki itu kehilangan kedua orang tuanya tetapi tetap merasakan kasih sayang dari orang tua barunya. Sedangkan dia? Ibunya masih hidup, tetapi sang ibu sama sekali tidak mau repot-repot mengurusi kehidupannya.

Omong-omong tentang ibunya... Dimana Sooyoung? Hyukjae mengedarkan pandangan ke balik punggung Donghae tetapi Donghae memang datang sendirian.

"Sooyoung menunggu di ruang makan, aku memanggilmu untuk makan siang bersama," gumam Donghae, menyadari kebingungan Hyukjae, lalu membalikkan tubuh, "Ayo, kita ke ruang makan."

Mau tak mau Hyukjae mengikuti Donghae melangkah ke ruang makan, lelaki itu lalu melambatkan langkahnya sehingga bisa berjalan berjejeran dengan Hyukjae.

"Senang tadi?"

"Apa?" Hyukjae terlalu kaget mendengar pertanyaan Donghae yang tiba-tiba sehingga tidak mencerna kata-kata lelaki itu.

Donghae tersenyum tipis. "Di antara buku-buku itu..."14

"Oh iya," jawab Hyukjae buru-buru, "Saya menemukan banyak buku-buku edisi asli yang sekarang sudah sulit ditemukan... Tadi saya terlalu asyik membaca dan bahkan sempat ketiduran," pipi Hyukjae merona.

Donghae menoleh dan menatap Hyukjae. "Tapi tidak ada sesuatu yang aneh terjadi padamu kan?"

Hyukjae termangu, pertanyaan macam apa itu? Yang aneh malahan pertanyaan yang diajukan Donghae padanya ini.

"Aneh ?" ulangnya bingung.

Donghae mengalihkan tatapannya. "Sudahlah, lupakan," lelaki itu lalu melangkah mendahului Hyukjae, meninggalkan Hyukjae termangu kebingungan.

Aneh? Apa maksud Donghae?

Tengah malam dan ruangan itu gelap gulita. Donghae memasuki ruang kerjanya dan menghempaskan jasnya di kursi dengan jengkel.

Rencananya berhasil tentu saja. Dia sudah berhasil membujuk Sooyoung dan Hyukjae menginap di rumahnya selama akhir pekan ini.

Yang tidak diduganya adalah sikap pantang menyerah Sooyoung. Begitu Hyukjae berpamitan untuk tidur di kamarnya, Sooyoung langsung berusaha mati-matian untuk merayunya, perempuan itu terang-terangan menunjukkan kalau dia tidak keberatan tidur bersama15Donghae sebelum pernikahan mereka.

Tentu saja rayuannya tidak berhasil. Donghae menggunakan alasan kelelahan untuk mengusir Sooyoung agar kembali ke kamarnya sendiri. Dia memang lelah, tapi seandainya dia tidak lelahpun, dia tidak pernah berminat tidur dengan Sooyoung.

Bukan Sooyoung yang diinginkannya...

"Sampai kapan kau tahan dengan wanita murahan itu?"

Suara itu terdengar begitu sinis penuh ejekan, dan Donghae langsung berhadapan dengan sosok di kegelapan yang menatapnya.

"Bukan urusanmu," balas Donghae dingin, "Lagipula, bukan saatnya membahas tentang Sooyoung, aku meminta penjelasanmu tentang apa yang kau lakukan pada Hyukjae tadi siang."

Sosok di kegelapan itu tertawa mengejek, sengaja membuat Donghae marah.

"Kau tidak bisa menyalahkanku, aku sudah menanti begitu lama untuk melihatnya," sanggahnya tidak peduli.

"Kau tidak cuma melihatnya, kau menciumnya," geram Donghae marah, "Kau benar-benar tidak punya otak ya?"

"Aku memang tidak punya otak. Kau selalu bilang aku lebih mirip binatang," sosok di kegelapan itu mengacuhkan kemarahan Donghae, "Aku menginginkan Hyukjae, jadi aku akan memilikinya, sesederhana itu."

"Kau harus menunggu sampai rencanaku membuahkan hasil!" sela Donghae tak sabar.

Lagi, sebuah tawa mengejek menggema di ruangan yang gelap pekat itu.

"Kau bilang itu rencana? Merayu ibu gadis itu untuk kau nikahi?16Kau bilang itu rencana? Kau tahu tidak, aku harus menahan jijik ketika melihat kau harus mencium perempuan murahan itu, berpura-pura menikmati mencumbunya" sosok di kegelapan itu menyeringai marah, "Sooyoung adalah perempuan murahan yang menjijikkan, membayangkan dia ada di rumah ini membuatku muak."

"Kau harus tahan. Rencanaku ini sudah berhasil menggiring Hyukjae masuk ke rumah ini."

"Lalu bagaimana kau menyingkirkan Sooyoung? Kau harus segera melakukan sesuatu Donghae sebelum aku mulai kehilangan kesabaran, cara Sooyoung meremehkan dan menghina Hyukjae secara tersirat seharian tadi benar-benar mengusik kemarahanku, dan kau tahu kan bagaimana kalau aku marah?" sosok di kegelapan itu mulai terlihat mengancam.

Donghae mengernyitkan kening. "Tak akan kuizinkan kau bertindak semaumu sendiri."

"Kalau begitu sebaiknya rencanamu segera membuahkan hasil! Kau tahu sendiri kan akibatnya kalau aku sampai turun tangan? Aku tidak suka ada yang menyakiti gadisku, aku akan melakukan apapun untuk membalaskannya."

"Hyukjae bukan gadismu."

"Dia akan menjadi gadisku, milikku. Aku sudah mengatakan janji itu. Hyukjae adalah milikku," sosok di kegelapan itu berucap penuh keyakinan.

Donghae menggeram marah.

"Kau harus menunggu. Aku tidak mau kau berbuat seperti siang tadi, mendatangi Hyukjae dan menciumnya, menciumnya! Apa kau sadar semuanya akan berantakan kalau saat itu Hyukjae terbangun?!"

Sosok di kegelapan itu terkekeh. "Aku hanya mengucapkan selamat datang."

"Kalau begitu jangan sampai kau ulangi lagi. Biarkan aku menangani semuanya dulu. Setiap kau ikut campur hasilnya malah berantakan karena kau mahluk kejam yang tidak pernah memakai perasaan. Aku tidak mau terpaksa menyembunyikan kejahatanmu lagi, mengerti? Jadi tahan dirimu," geram Donghae mengancam.

Sosok di kegelapan itu mengangkat bahu. "Baik. Aku akan kembali ke tempatku, duduk di kegelapan dan mengamati semuanya dalam diam. Tapi kesabaranku ada batasnya Donghae, kau tahu itu kan? Kau pasti tahu apa yang akan terjadi kalau aku kehilangan kesabaran."

Donghae mengernyit mendengar kekejaman yang tidak disembunyikan itu, lalu memegang pangkal hidungnya yang terasa nyeri.

Ini harus segera di selesaikan.

Segera! Sebelum dia, mahluk kejam itu, turun tangan dan mengacaukan semuanya.

TBC

Saya membawa REMAKE dari Shanty Agatha lagi. Berhubung saya masih Free, jadi saya berencana me REMAKE beberapa Novel mba Shanty Agatha sebelum bulan depan disibukan dengan perkuliahan.

Adakah yg berminat membaca REMAKE Novel ini? :)

18

18

18

18