Author: Athiya064/Kyung064
Tittle: Jongin's Family
Cast: Kyungsoo- Jongin
Other Cast: Exo, introducing Kim Jongsoo and Kim Kyungin
Rated: T
Genre: Genderswitch! Family, Romance, Drama, etc.
Language: Indonesian
Desclaimer: I do not own the character(s) but the plots are mine.
Notes: another genderswitch, and family's life. I hope you guys enjoy :3
Words: 5815
Contact Here: Athiya Almas (Facebook)
Athiya064 . wordpress . com
Happy reading
Jongin menikmati segelas bubble tea bersama sahabatnya Sehun si maniak minuman bubble itu. Mereka menatap ke arah lapangan basket yang sedang ramai karena ada pertandingan basket antar kelas. "WAAHHH! SHOOT!" Jerit Sehun ketika menatap temannya Kim Moonkyu mendribble bola ke arah ring.
"ARGH! TIDAK MASUK! MOONKYU BODOH!" Sehun menendang-nendangkan kakinya asal karena kesal, sementara Jongin hanya memainkan ponselnya, memilih diam karena takut akan dinilai sama gilanya dengan Sehun. "YEAAHHH THREE POINT! SARANGHAEYO KIM MOONKYU! HUHUUU!" Sehun mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara.
"Hei bodoh, bubble teamu mengenai kemejaku." Gerutu Jongin, "Aku tidak perduli! Huhu, temanku Kim Moonkyu adalah man of the match hari ini, aku sebagai temannya bangga!" Sehun menggoyang-goyang bahu Jongin sebagai tanda bahagia. "Kau ini, percuma saja kau bangga. Toh di final besok, kau dan Moonkyu akan jadi musuh."
"Oh iya benar, kalau besok dia harus kalah! Aku tidak mau kelas kita kalah oleh kelas 11-4 lagi, ish mereka itu tidak ada apa-apanya dengan kelas kita!" teriak Sehun menggebu-gebu, Jongin hanya mendecih pelan lalu kembali fokus pada ponselnya.
"Asyik sekali sih, memang ada apa di ponselmu? Pasti pacar-pacarmu lagi, kali ini siapa? Krystal? Naeun? Tapi Krystal sudah menjalin hubungan dengan Minho sunbaenim kan? Tentu saja, gadis secantik dia tidak boleh bersanding dengan orang jelek dan hitam sepertimu. Kalau Naeun, bukannya dia bersama dengan Myungsoo sunbaenim? Lalu siapa lagi?"
"Bawel." Kesal Jongin, ia memilih tak membalas pertanyaan –dan ejekan- Sehun. Akhirnya Sehun memilih mengintip dengan siapa Jongin berkirim pesan. Namun mata Sehun langsung membelalak begitu melihat nama kontak orang yang sedang bertukar pesan dengan Jongin.
'Baby Kyungie'
"Ya Kim Jongin! Apa-apaan dengan Baby Kyungie? Jangan bilang Kyungie yang kau maksud adalah Do Kyungsoo?! Si juara umum itu? Dia? Kau pacaran dengan dia?" tanya Sehun histeris, "DIAM!" bentak Jongin, ia langsung membekap mulut Sehun dengan telapak tangannya.
"Maldo andwae! Kau tidak mungkin berpacaran dengannya bukan?" tanya Sehun setelah Jongin melepaskan tangannya. "Ssst, masih tahap pendekatan. Sial, mungkin aku kena karma, aku yang jatuh cinta duluan. Lagipula.. sepertinya Kyungsoo tidak menyukaiku."
"Tapi Jongin! Tipe idealmu.. Kyungsoo bukan tipe idealmu kan? Wah, daebak cinta memang buta." Jongin langsung memukul dahi Sehun, "Sakit bodoh!" gerutu Sehun. "Diam kau, jangan pernah berkata yang buruk soal Kyungsoo. Kau tahu, ummaku tahu aku suka Kyungsoo, dan ia menamparku semalam. Sambil berteriak, 'Astaga terima kasih Tuhan akhirnya kau menyadarkan anakku! Kau tahu Jongin, umma bersyukur. Akhirnya kau suka dengan gadis yang benar, yang tidak macam-macam, manis, ramah, penuh tata krama, dan yang pasti pintar seperti Kyungsoo! Tidak seperti mantan-mantanmu yang sebelumnya!'" Sehun langsung terbahak mendengar suara Jongin yang menirukan ibunya.
"Jadi ibumu setuju? Benar juga, Kyungsoo kan tetanggamu dari kecil, ibu kalian juga bersahabat. Sayang, kau selalu bertindak seolah tidak mengenalnya, Kyungsoo pun demikian. Memang sih, Kyungsoo cantik, pintar pula juara umum. Tapi.. dia rata Jongin! Aduh, dibandingkan dengan mantanmu Suzy yang badannya seperti model, Kyungsoo lebih mirip adikmu yang bersekolah di SMP." Jongin berjanji akan memukul mulut kurang ajar Sehun dengan sepatu basketnya.
"Yang seperti itu menggemaskan tahu! Yang jelas aku bukan pecinta noona-noona sepertimu, yang mengencani anak kuliahan yang sudah hampir lulus." Giliran Sehun yang mencekik leher Jongin, "Jangan bicara macam-macam tentang Luhan-ku!"
"Kau juga!"
"Ya sudah lah, aku setuju kok kau dengan Kyungsoo. Untuk urusan badan, kau bisa membelikan dia susu peninggi tubuh, bisa juga membawanya ke dokter agar dia disuntik dan membuat badannya berisi." Usul Sehun, akhirnya Jongin benar-benar memukulkan sepatunya ke kepala Sehun. "Tapi, aku dengar Kyungsoo itu ramah, lembut, dan keibuan. Baekhyun noona bilang Kyungsoo selalu menyempatkan diri bermain di panti asuhan, pasti Kyungsoo akan jadi ibu yang baik dari anak-anakmu kelak."
"Tentu saja." Jongin menanggapi ucapan Sehun dengan senyum lebar yang sedikit menakutkan. "Kim Jongin! Jangan melamunkan tentang proses pembuatan anak, dasar mesum!"
"Appa.." sontak Sehun dan Jongin langsung menoleh ke anak laki-laki berpipi chubby dan bermata bundar. "Appa?" Sehun membeo. "Anak siapa?" tanya Jongin bingung.
"Appa, bangun."
"Eomma! Appa tidak mau bangun! Hueeeee~"
Sontak Jongin merasa badannya sedikit sakit, ada sepasang tangan mungil yang sedang memukul-mukul perutnya. Ia membuka mata, pemandangan yang ia lihat bukan lapangan basket namun langit-langit kamarnya yang berwarna putih.
'Ternyata tadi mimpi,' batin Jongin. Ia menoleh, di sampingnya ada sesosok balita yang sedikit menangis. 'Astaga, tadi aku memimpikan masa mudaku. Aku lupa, aku sekarang telah menjadi ayah.' Jongin terkekeh pelan, ia duduk dan bersandar di headboard ranjangnya. "Selamat pagi, Jongsoo-ssi." Sapa Jongin bercanda, balita berpipi chubby itu menatap Jongin.
"Appa cudah bangun?" tanyanya, Jongin jadi tidak tega melihat mata lebar anaknya yang basah karena baru saja menangis. "Ne, maafkan appa ya. Appa bangun terlalu siang," sesal Jongin, kebiasaannya dari kecil adalah susah dibangunkan, ia kalau tidur tidak ada bedanya dengan orang pingsan. Jongin menggendong Jongsoo dengan meletakkan tangannya dibawah ketiak balita itu dan meletakkan Jongsoo di pangkuannya.
"Uh, anak appa berat sekali. Jongsoo-ssi, kenapa kau begitu gendut?" tanya Jongin main-main, Jongsoo tidak membalas dan memilih asyik dengan dunianya sendiri. "Mana morning kiss appa? Mwah mwah mwah~"
"Hihihi." Jongsoo terkikik geli begitu Jongin menciumi seluruh tubuhnya. "Anak nakal, beraninya membangunkan appa dengan memukul-mukul." Jongin mengakhiri kejahilannya pada anaknya sendiri dengan ciuman di bibir anaknya.
"Kenapa kau menggunakan kata 'morning kiss' pada anakmu yang baru berumur empat tahun presdir Kim?" Jongin menoleh, sesosok gadis cantik, ah bukan lebih tepatnya wanita cantik masuk ke kamar Jongin. Wanita itu masih mengenakan apron dan menggendong bayi perempuan yang masih berumur delapan bulan di dekapannya.
"Maaf nyonya Kim Kyungsoo." Balas Jongin main-main, ya, ucapan Sehun beberapa tahun lalu menjadi kenyataan. Ia dan Kyungsoo memang benar-benar menikah, dan Kyungsoo menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. "KyungKyung tidur?" tanya Jongin.
"Hm, ia terbangun dini hari tadi dan aku harus menidurkannya sambil memasak." Kyungsoo duduk di sudut tempat tidur. Jongin merasa tidak enak pada istrinya, pagi-pagi ia sudah begitu sibuk mengurus anak dan mengurus Jongin yang akan berangkat bekerja.
"Jongin, bisa antarkan Jongsoo ke TK? Aku harus ke rumah sakit secepatnya, jadi aku akan menitipkan Kyungin di rumah Baekhyun eonnie." Jongin mengangguk, "Apa kau lama di rumah sakit?" tanya Jongin, Kyungsoo mengangkat bahunya.
"Entahlah, ada pasien yang membutuhkan penangananku. Pasien itu menderita gangguan jiwa baru-baru ini, jadi ia masih dalam tahap depresi berat, susah untuk ditangani." Jongin menghela nafas berat. "Jangan terlalu dipikirkan, jangan memaksakan diri. Kau ini punya banyak senior kan disana? Kalau kau tidak bisa menangani sendirian, masih ada Jonghyun-ssi yang bisa membantumu. Meski aku harap kau jangan terlalu dekat dengan orang mesum seperti dia,"
"Hey, Jonghyun oppa sudah punya kekasih. Antara aku dan dia itu hanya hubungan pekerjaan," Jongin mengerucutkan bibirnya, ia tidak bisa menahan kalau Kyungsoo sudah terlalu dekat dengan seniornya di rumah sakit. Pekerjaan Kyungsoo sebagai dokter jiwa dan Jonghyun yang sebagai dokter senior membuat mereka tidak bisa dipisahkan.
"Pokoknya jangan sampai terluka lagi," nasihat Jongin sambil melirik lengan Kyungsoo yang dibalut perban, waktu itu Kyungsoo sedang menangani salah satu pasien, tiba-tiba pasien itu mengamuk dan menggores lengan Kyungsoo dengan silet.
"Kalau begitu bilanglah kau akan pulang jam berapa," Kyungsoo mengangguk. "Aku akan meminta bawahanku menjemput Jongsoo nanti, kalau perlu bersama Kyungin juga dan membawanya ke kantor. Kasihan Baekhyun noona kalau menitipkan Kyungin lama-lama disana, mereka kan juga punya anak seumuran Kyungin, pasti repot."
"Benar juga, makanya aku tidak enak. Tapi apa kau tidak keberatan mengasuh Jongsoo dan Kyungin di kantor sendirian?" tanya Kyungsoo. "Tidak, kan masih ada Yuri noona." Kyungsoo mengangguk, ia lupa kalau Yuri kakak angkat Jongin juga bekerja di kantor yang sama dengan Jongin.
"Oh iya, usahakan yang menjemput Jongsoo adalah orang yang dikenal Jongsoo. Jongie, dia sudah aku ajarkan untuk tidak dekat dengan orang asing. Jadi kalau ia tidak mengenal orang suruhanmu, bisa-bisa dia menolak diajak pulang." Tambah Kyungsoo. "Kalau begitu, Yuri noona saja yang menjemput. Jongsoo, nanti kau akan dijemput oleh Yuri immo ya?" Jongsoo mengangguk saja.
"Ya sudah, kau mandi bersama Jongsoo saja. Aku sudah siapkan air panas di bathub, setelah siap ayo sarapan bersama di bawah." Jongin mengangguk dan mengajak Jongsoo masuk kamar mandi.
. . .
"Jongsoo annyeong?" Jongin melambaikan tangannya, namun Jongsoo sepertinya enggan keluar dari mobil. "Jongsoo, Jongsoo tidak mau sekolah? Yoona seonsaengnim sudah menunggu loh, ayo sekolah." Jongin mengacak rambut Jongsoo, namun anak itu hanya menundukkan kepalanya.
"Wae geurae hm?" tanya Jongin bingung, Jongsoo tidak menjawab. "Jongsoo-ya, ayo keluar. Sehan sudah menunggu di dalam, katanya Sehan bawa mainan baru. Appa Jongsoo kan mau bekerja, ayo sekolah." Yoona, guru Jongsoo berkata dari luar mobil. "Tuh kan, sudah ditunggu seonsaengnim. Tidak malu pada Sehan hyung?" tambah Jongin lagi, Sehan adalah anak dari sahabatnya Oh Sehun dan istrinya Luhan yang berumur empat tahun lebih tua darinya.
"Shileo." Balas Jongsoo pendek. "Kenapa?" tanya Jongin lagi, namun tiba-tiba ponselnya berdering. Itu asistennya, "Yeobboseyyo? Ya, aku masih di depan TK Jongsoo, aish sabar sebentar. Tentu saja aku akan datang di meeting itu, aku hanya sedang mengantarkan anakku. Suruh mereka menunggu atau kerjasama kita batal, pokoknya aku tidak mau tahu, kau mengerti kan Taeyong-ah?"
Yoona yang sepertinya mengerti keadaan Jongin yang diburu-buru pekerjaan langsung bertindak, "Jongsoo, ayo sebentar lagi masuk. Appa Jongsoo kan harus menuju ke kantor, tidak apa Jongin-ssi anda tinggalkan Jongsoo saja biar saya yang bertanggung jawab." Guru cantik itu tersenyum.
"Ah, tidak apa-apa seonsaengnim. Jongsoo bisa menangis kalau aku meninggalkannya begitu saja, ia kan keras kepala sepertiku. Jadi Jongsoo mau apa?" tanya Jongin lembut. "SHILEO~ hikc... Jongcoo, mau ikut appa." Jongin menghela nafas, akan sedikit susah menghadapi Jongsoo bila sifat manjanya sudah kambuh.
Namun, Jongin tidak bisa menyalahkan Jongsoo. Selain Jongsoo masih balita, itu juga salahnya dan Kyungsoo yang sama-sama sibuk bekerja. Di kantor Jongin ada kamar khusus, karena perusahaannya besar, sering sekali banyak pekerjaan yang menumpuk dan harus diselesaikan secepatnya. Oleh karena itu Jongin jarang pulang, dan memilih tertidur di kantor. Itulah mengapa waktunya bersama anak dan istrinya menjadi kurang, sehingga Jongsoo akan sangat manja bila bertemu Jongin, seolah-olah menagih waktu kebersamaan mereka yang terbuang karena Jongin sibuk dengan pekerjaannya.
"Jongsoo, tadi tidak mendengarkan eomma ya? Jongsoo nanti sekolah dulu, kemudian kalau sudah waktunya pulang Yuri immo akan menjemput Jongsoo dan Kyungin, lalu membawa kalian ke kantor appa. Kalau pekerjaan appa sudah selesai, kita akan beli ice cream bagaimana?" tawar Jongin mencoba bernegosiasi dengan anaknya.
"Jeongmal appa? Hiks.." Jongin mengangguk. "Tentu saja, apa appa pernah berbohong? Jadi Jongsoo masuk dulu ya, kasihan Yoona seonsaengnim harus berdiri menunggu Jongsoo keluar dari mobil. Oh iya, tadi eomma masak bekal yang banyak kan? Berbagi dengan Sehan ya?"
"Eum, nanti Jongie belbagi dengan Cehan hyung." Jongin tersenyum puas, "Kalau begitu appa bekerja dulu ne? Bye Jongsoo~" Jongsoo yang sudah berada di luar mobil melambaikan tangan ke arah ayahnya, "Bai appa~" Jongin terkekeh mendengar sapaan Jongsoo yang menggemaskan.
"Baiklah, saya masuk dulu Jongin-ssi." Jongin tersenyum. "Titip Jongsoo ya seonsaengnim." Yoona mengangguk, kemudian Jongin melirik sekilas kalau Jongsoo sudah berlari ke anak laki-laki berwajah manis sambil berteriak 'CEHAN HYUNG!' meski hanya berbeda beberapa bulan saja, Jongin dan Kyungsoo mengajarkan Jongsoo agar memanggil anak Sehun dengan embel-embel hyung.
"Mianhae Jongsoo-ya." Gumam Jongin, kemudian ia langsung menjalankan mobilnya menuju kantor.
Sampai di kantor Jongin langsung masuk ke ruang meeting dengan menampilkan ekspresi minta maaf karena terlambat beberapa menit. "Maaf, saya terlambat. Baru saja mengantar anak ke TK hehe." Ia tertawa canggung. "Aigoo, jadi anak dari presdir Kim ternyata sudah menjadi seorang ayah? Tidak kusangka, aku kira ia adalah pemuda yang masih suka berfoya-foya." Jongin hanya tersenyum mendengar tanggapan salah satu orang yang hampir seumuran appanya.
"Baiklah kita mulai rapat hari ini,"
After meeting
"Yuri Noona!" Jongin yang memasuki ruang kerja Yuri langsung meneriakkan nama noonanya tersebut, "Wae? Apa ada sesuatu yang harus aku lakukan presdir?" tanya Yuri setengah bercanda, Jongin langsung mengambil tempat di depan Yuri yang sedang sibuk menandatangani berkas-berkas.
"Begini, aku, perusahaan Sehun dan perusahaan Chanyeol hyung kan akan merapatkan hal penting mengenai proyek kerja sama kami. Kyungsoo juga sedang sibuk menangani pasien di rumah sakit, jadi.. apa noona bersedia, menjemput Jongsoo di TK?" Yuri mendongakkan kepalanya, menatap Jongin yang menampilkan wajah memelas.
"Kau tidak lihat aku sibuk?" Jongin langsung mengerang, "Ayolah noona, sekali ini saja. Aku tidak mungkin tega membiarkan Jongsoo menungguku sampai selesai rapat, apalagi kalau sampai membiarkannya pulang sendiri." Mohon Jongin.
"Kau ini, umurmu sudah dua puluh delapan tahun, sudah punya dua anak tapi tingkahmu masih seperti anak remaja, manja. Baiklah," jawab Yuri sedikit tidak ikhlas, wanita berumur tiga puluh tiga tahun itu menutup berkas-berkasnya dan bersiap. "Ada apa lagi?" tanya Yuri ketika mendapati Jongin masih menatapnya dengan puppy eyes miliknya.
"Anu, apa noona bisa mampir ke rumah Baekhyun noona? Kyungsoo berpesan agar membawa Kyungin turut serta, nanti aku akan mengistirahatkan mereka di kamar." Yuri berdecak, "Bukankah aku sudah menasehatimu? Kau seharusnya menyewa seorang baby sitter, kau tahu sendiri pekerjaanmu dan istrimu sangat sibuk."
"Kyungsoo bilang, ia ingin merawat anak-anak kami sendiri sampai mereka masuk sekolah dasar. Sementara Jongsoo baru saja masuk TK, harap menunggu dua tahun lagi ne." Jongin menampilkan pandangan minta maaf. "Arasseo, aku mengerti presdir Kim." Canda Yuri sambil mengacak rambut adik angkatnya.
"Hehe, aku tahu noona selalu yang terbaik! Ya sudah, aku kembali dulu ya. Kasihan Sehun dan Chanyeol hyung pasti marah kalau aku tinggal lama-lama." Jongin bangkit, "Hum, urus pekerjaan kalian dengan baik tiga bapak muda." Jongin hanya tertawa sambil menggumam 'Aku mengerti.'
"Jja! Ayo kita mulai misi mengurus keponakan," Yuri memakai kacamata hitamnya dan berjalan meninggalkan ruangannya. Banyak pegawai menatap Yuri bingung, wanita itu tak biasanya meninggalkan kantor sebelum jam bekerja usai. "Sajangnim, mau kemana?" tanya salah satu pegawai bernama Junho ramah. "Menjemput keponakan." Jawab Yuri sambil tersenyum kecil.
Yuri menjalankan mobilnya hingga tiba di depan taman kanak-kanak Jongsoo, disana ia melihat keponakannya yang tampan dan menggemaskan sudah menunggu di depan gerbang bersama dengan guru dan anak laki-laki berwajah datar namun manis. "Jongsoo-ya~" sapa Yuri begitu keluar dari mobil. "Immo!" sapa Jongsoo ceria.
"Yuri eonnie?" Yuri melepas kacamatanya, "Yoona? Loh, kau bekerja disini?" tanyanya sedikit terkejut. "Ya, ini taman kanak-kanak milik eomma, karena aku malas bekerja yang berat-berat jadi selain mengurus butik aku juga menyempatkan menjadi guru disini. Kau bibinya Jongsoo?" Yuri mengangguk.
"Iya, wah tidak kusangka kita bertemu disini ya." Yuri memeluk Yoona sekilas, Yoona adalah temannya semasa di universitas dulu. "Eh, ada Sehan? Belum dijemput?" tanya Yuri. Sehan mengangguk, masih dengan raut wajah datar yang ia warisi dari ayahnya Oh Sehun.
"Eomma bilang, haluth ke thekolah Hani noona dulu, Thehan dijemput telakhil." Jelas Sehan dengan aksen cadelnya, "Ah begitu, tidak ingin pulang bersama Jongsoo?" Sehan menggeleng. "Kata eomma, eomma tidak akan lama kok. Immo pulang dulu thaja, kathian Jongthoo." Yuri mencubit pipi tirus Sehan.
"Baiklah, immo akan pulang dulu bersama Jongsoo, hati-hati ya. Yoona, aku pulang dulu, titip Sehan." Yoona mengangguk, "Ceoncaengnim, Jongie pulang dulu ne, hati-hati Cehan hyung." Jongsoo melambaikan tangannya dan masuk ke mobil Yuri.
"Nah, Jongsoo appamu pesan katanya kau ingin ice cream ya? Sudah immo bawakan, sekarang kita harus menjemput Kyungin." Jongsoo mengangguk, ia memainkan mobil-mobilan sambil memakan ice creamnya.
"Aku jadi ingin punya anak deh kalau melihat Jongsoo." Gumam Yuri, meski sudah melebihi umur tiga puluh namun Yuri belum memutuskan untuk memiliki anak. Suaminya, aktor sekaligus komedian Lee Kwangsoo juga terlampau sibuk untuk memiliki anak, jadi Yuri memutuskan menundanya dulu.
Mereka kembali ke kantor bersama dengan Kyungin, Yuri menggendong Kyungin di dekapannya. Kyungin masih terlalu kecil, jadi ia mudah tertidur ketika digendong oleh orang. Sementara Jongsoo sudah berlarian kesana-kemari seolah-olah kantor Jongin adalah taman bermain.
"Aku titip Jongsoo ya, jangan sampai hilang, jangan sampai terjepit dan terluka." Pesan Yuri, membuat pegawai-pegawai mengangguk tak berani membantah ucapan putri pemilik Kim corp tersebut. "Jongsoo, jangan bermain di elevator, appa dan immo sedang sibuk kalau Jongsoo terluka tidak akan ada yang bisa menjaga. Baik-baik ya bermain dengan ahjumma dan ahjussi disini."
"NE!" namun dasar Jongsoo adalah anak yang hiperaktif, anak itu berlarian dan membuat para pegawai sedikit khawatir. "Aduh begini deh, kalau calon presdir kecil hadir." Gerutu salah satu pegawai main-main. Jongsoo menendang-nendang bola dengan riang seolah-olah tenaganya tidak akan habis.
Sementara itu di ruang rapat, Jongin sedang menampilkan presentasinya. Membahas pemasukan dan pengeluaran serta proses pembangunan perusahaan baru yang mereka bangun di Shanghai dan Seoul. "Jadi menurutku karena kita membangunnya di kota besar, perusahaan ini bisa maju, apalagi kita juga membangun sebuah departement store."
"Akan lebih baik lagi bila kita memperluas perusahaan kita dan membangun objek lain." Usul Sehun, "Kau benar, tapi aku rasa biarkan rencana awal kita berjalan dulu baru kita kembangkan. Aku takut, kalau kita membangun terlalu banyak tapi pemasukan tidak sesuai dengan ekspektasi kita." Koreksi Chanyeol.
"Chanyeol hyung benar, jadi aku kira sebaiknya kita.."
Tok tok!
Ucapan Jongin terputus, "Masuk!" perintah Jongin. Masuklah salah satu pegawai bernama Ahreum, "Permisi sajangnim, anak anda.. Kyungin, menangis. Yuri sajangnim sedang sibuk," Jongin menghela nafas berat, beginilah susahnya ketika mengasuh anak di kantor. 'Kyungsoo~ dimana kau?' ratap Jongin dalam hati.
"Kau tenangkan dulu, ini jam-jam dia lapar. Bikinkan saja susu, empat sendok, air panas enam puluh mili dan tambahkan air dingin sampai seratus dua puluh mili." Jelas Jongin, "Baiklah sajangnim." Ketika Ahreum akan keluar Jongin menahan. "Kalau ia masih menangis, gendong dia. Ini belum jam makan bubur, jadi jangan menyuapinya makanan, kalau sudah minum susu tepuk-tepuk punggungya sampai ia bersendawa. Oh iya dimana Jongsoo?"
"Jongsoo sedang bermain, di lantai dua." Ingin rasanya Jongin memukul dahinya sendiri, "Bermain? Sendirian? Suruh Chunji berhenti dari pekerjaannya dan mengasuh Jongsoo, jangan sampai anakku terluka dan ini perintah." Ahreum mengangguk, kemudian ia menutup pintu. "Hah.. aku bisa gila." Gerutu Jongin.
"Oh iya, sampai dimana kita tadi?" tanya Jongin, seluruh rencana yang ia simpan rapi di otaknya hancur seketika. "Wah, saya tidak menyangka Jongin sajangnim begitu mengerti soal anak, dibandingkan dengan Sehun-ssi.." ucap Jeno, asisten Sehun. "Ya bocah, diam kau!"
"Sudah-sudah kita lanjutkan rapatnya."
Beberapa menit berlalu dengan tentram dan Jongin, Sehun, serta Chanyeol bisa bergantian berpresentasi sambil menyampaikan pendapat masing-masing dengan lancar. Rencana mereka mulai menemui titik terang sampai..
"ILON MAN DICINI! TEMBAK! DOL DOL DOL~ MUCUH CUDAH KALAH CEMUA!" ingin rasanya Jongin melompat dari balkon kantornya begitu mendengar suara anak kecil, siapa lagi kalau bukan Jongsoo? "Jongin, seingatku ruangan rapat ini ruangan kedap suara?" tanya Chanyeol.
"Sepertinya Jongsoo berteriak terlalu keras hyung." Gumam Jongin.
"MONSTER BELUM KALAH! AKAN MEMAKAN IRON MAN HAUUMMMM!"
"CIDAKK! ILON MAN CIDAK BOLEH KALAH! CELANGAN BECAL-BECALAN, NGING NGUNG NGING NGUNG! HANCULKAN CEKALANG JUGA!"
"Lee Chunji! Siapa suruh ia berteriak bersama Jongsoo? Dia kira berteriak di kantor diperbolehkan?!" geram Jongin. Tak tahan lagi, Jongin meninggalkan ruangan rapat dan keluar dari ruangannya. Benar dugaannya, Chunji pegawainya yang berumur dua puluh delapan tahun dan anaknya Jongsoo yang berumur empat tahun sedang berlarian sambil menunjukkan pose menembak.
Pegawai-pegawai lain menatap Jongin dengan pandangan iba, mungkin terganggu dengan suara berisik Jongsoo dan Chunji. Dan seolah berkata 'Sajangnim-tolong-hentikan-dua-pengganggu-tersebut'
"CHUNJI! JONGSOO! BERHENTI!" bentak Jongin membuat beberapa orang bergidik ngeri, Jongin yakin Chunji dan Jongsoo akan berhenti karena ketakutan. Tapi..
"ILON MAN MINTA BANTUAN CEPIDELMAN!" tentu saja itu suara Jongsoo.
"Jongsoo-ssi! Eh maksudnya iron man-ssi tunggu! Iron man tidak pernah bertemu dengan spiderman sebelumnya, tidak boleh meminta bantuan." Chunji menggerutu dengan ucapan Jongsoo. "Kata ciapa? Ilon man dan cepidelman cudah belkenalan kok tadi pagi, kata eomma kalau cudah belkenalan belalti boleh minta bantuan."
"Ah begitu ya, baiklah kita lanjutkan saja." Kemudian mereka mulai kejar-kejaran lagi, kemeja Chunji sudah terpasang berantakan. Dan kejadian itu sontak membuat Jongin sweatdrop 'Bagaimana bisa, pegawaiku tidak takut pada seorang presdir sepertiku? Dan anakku sendiri, ya Tuhan.. aku bisa gila.'
Keributan itu membuat Jongin termenung, ia ingat, ingat sekali. Bertahun-tahun yang lalu ketika Jongin masih berada di sekolah dasar, ia dan keluarganya pernah berlibur ke China, negara dengan populasi nomor satu di dunia. Kemudian ia tersasar di pasar tradisional, tanpa mengerti bahasa China sehingga tidak bisa menanyakan arah, kemudian ia juga tidak bisa naik kendaraan umum karena tidak punya uang sementara di sekelilingnya orang-orang beramai-ramai menawarkan angkutan umum, kemudian ia menabrak bebek-bebek yang sedang digiring menuju sungai membuatnya harus lari dengan dikejar bebek bersuara nyaring, sampai akhirnya ada sirene polisi datang menyelamatkannya yang ternyata diperintah ayahnya.
Kejadian hari ini.. mungkin tiga ratus kali lipat lebih buruk dari kejadian Jongin hilang ditengah pasar, karena saat ini otaknya benar-benar tidak bisa berpikir jelas 'Bagaimana cara menghentikan kekacauan yang dibuat anakku sendiri?' batin Jongin sedih.
"ILON MAN MENYELAMATKAN DUNIA! MENEMBAK MATI MUCUH, DOL DOL! MUCUH JATUH! YEAY AKU MENANGGGG!"
Prannggg!
Jongsoo yang baru saja merayakan kemenangannya langsung terdiam mematung, balita itu tidak bergerak begitu menyadari apa yang baru saja ia tabrak. Itu guci kuno dan antik kesayangan halmeoninya yang sengaja diletakkan di lantai tempatnya bermain sekaligus tempat ruangan Jongin. Guci itu besarnya hampir dua kali tinggi badan Jongsoo, dan Jongsoo baru saja menabraknya hingga guci itu pecah berkeping-keping.
Jongsoo kecil ingat, bagaimana appa dan eommanya memperingatkan ia agar menjauhi guci tersebut. Bahkan meski bertahun-tahun telah terbiasa di kantor tersebut, Jongin selalu berusaha menjaga jarak dengan guci itu, begitu pula para pegawai lain. Mereka semua tahu kalau nyonya besar Kim, begitu menyayangi guci tersebut dan pasti akan sangat marah kalau guci itu sampai retak sedikit, apalagi pecah.
Jongsoo mematung tepat di depan pecahan guci tersebut, Jongin yang masih membelalakkan matanya langsung bereaksi. "KIM JONGSOO!" jerit Jongin, Jongsoo menoleh dengan mata yang mulai berkaca-kaca, appanya jarang membentak kecuali ia benar-benar marah, dan saat ini Jongin pasti benar-benar marah.
"Hueee~" Jongin ingin mengubur dirinya begitu mendengar tangisan Kyungin dari dalam kamar khususnya. Jongin menghampiri Jongsoo dan menarik pergelangan tangan anaknya itu sedikit kasar. "Bukankah appa selalu bilang jangan berlarian dan berisik di dalam kantor? Jongsoo sudah mengganggu pekerjaan appa, dan para pegawai appa disini. Sekarang apalagi? Memecahkan guci kesayangan halmeoni?"
"M-Mian appa." Jongsoo menunduk. "Jangan menundukkan kepala! Jongsoo sudah salah, apa Jongsoo mengerti kalau Jongsoo baru saja melakukan kesalahan besar? Daedaphae!(answer me)" Jongsoo perlahan mendongakkan kepalanya, Jongin hampir saja luluh menatap mata bulat Jongsoo yang berkaca-kaca, persis mata Kyungsoo ketika merajuk.
"Appa mianhae.. hiks, Jongie cidak cengaja.." Jongsoo terisak. Namun Jongin tidak menggubris, biarpun Jongsoo anaknya dan masih berusia empat tahun tapi Jongin rasa perlu memarahi Jongsoo saat ini. Apalagi mengenai meetingnya yang tidak berjalan dengan lancar karena gangguan Jongsoo dan ditambah kekacauan lain, belum lagi Kyungin yang tidak berhenti menangis.
"S-Sajangnim, maafkan Jongsoo. T-tadi saya yang mengajak Jongsoo bermain, saya lupa kalau anda sedang meeting penting, dan mengganggu. Jongsoo masih kecil.."
"Diam kau Lee Chunji! Kau juga, apa kau masih balita seperti Jongsoo? Umurmu hampir tiga puluh tahun dan kau bermain kejar-kejaran bersama anakku? Di tempat orang bekerja? Aku menyuruhmu menjaga Jongsoo tapi tidak seperti ini. Sudahlah, aku pusing.."
"Ada apa ini?" sontak seluruh pegawai yang tengah menyaksikan pertengkaran kecil antara Jongin-Jongsoo-Chunji menoleh ke suara parau kakek-kakek, Jongin terkejut menatap pria tua yang berjalan sambil bertumpu pada tongkat tersebut.
"A-Appa?" panggil Jongin was-was, "Halaboeji?" Jongsoo juga sama kagetnya, ayah Jongin atau kakek Jongsoo atau yang lebih dikenal sebagai presdir Kim yang sesungguhnya itu memang sedikit menakutkan karena memiliki sifat keras dan tidak bisa diduga. "Jadi kau disini Jongsoo-ya? Pantas halaboeji mendengar suaramu dari lantai dasar, kenapa menangis? Apa appamu tidak mengajari bahwa laki-laki tidak boleh cengeng?"
Jongsoo buru-buru menghapus air matanya, sepertinya rasa takutnya pada kakeknya sendiri itu belum sepenuhnya hilang. "Dan kau Kim Jongin, berani-beraninya kau membentak cucuku!" Jongin melebarkan matanya karena shock. "MWO? T-tapi appa, Jongsoo memecahkan guci milik eomma dan meetingku jadi berantakan.."
"Tapi dia anak kecil! Kau sebagai appa harusnya menasehatinya, bukan membentaknya, dasar!"
"A-Aduh appa! Sakit! Tapi aku tidak bersalah~" Jongin mengaduh kesakitan begitu appanya menjewer telinganya di depan pegawai-pegawai dan anaknya. Rasa malu dan sakit langsung bercampur jadi satu. "Halaboeji, jangan cubit telinga appa Jongie." Pinta Jongsoo, ia sedikit merasa kasihan dengan appanya.
"Oh? Benarkah? Baiklah halaboeji lepaskan." Dengan santainya ayah Jongin melepaskan jeweran di telinga anaknya. Jongsoo langsung bernafas lega, "Nah Jongsoo karena halaboeji jarang bertemu denganmu, ayo kita makan ice cream di depan kantor. Dan kau Jongin, cepat mulai rapatmu lagi!" perintah ayah Jongin.
"Gumawo halaboeji." Sorak Jongsoo, "T-Tapi appa? Bagaimana dengan guci eomma?" tanya Jongin lagi. "Nanti appa yang bicara dengan eomma, kau Chunji-ssi tolong bersihkan pecahannya, jangan sampai cucu-cucuku terluka." Chunji hanya mengangguk mengiyakan.
Tanpa banyak bicara, ayah Jongin menggendong Jongsoo dan mengajak cucunya itu ke cafe depan kantor. Membuat Jongin berdecak kesal, hancur sudah imagenya di depan para karyawannya. "Jangan tertawa!" gerutu Jongin, ia berbalik ke ruangan rapat. Dan disambut oleh tawa Sehun serta Chanyeol, "Wah jinjjha, presdir Kim benar-benar menghancurkanmu." Ejek Chanyeol.
"Diam!" Sehun dan Chanyeol hanya menahan tawanya, akhirnya mereka memulai rapat lagi dengan damai karena Jongsoo pergi bersama Jongwoon –kakeknya sekaligus ayah Jongin- sementara Kyungin diasuh oleh Yuri. Benar-benar hari yang melelahkan.
. . .
"Dokter Do?" Kyungsoo yang baru saja menggantung jas putih khas dokternya menoleh, seorang ibu-ibu datang menemuinya. Kyungsoo bisa melihat dengan jelas bagaimana lelah dan kesal terpatri di wajah ibu tersebut. "Iya?" jawab Kyungsoo canggung.
"Bisa berbicara sebentar? Maaf mengganggu anda, seharusnya jam kerja anda sudah habis." Kyungsoo tersenyum sopan, "Tidak apa-apa, aku juga tidak terlalu terburu-buru kok. Ingin membicarakan apa, sebelumnya silahkan duduk." Ibu tadi duduk di hadapan Kyungsoo.
"Tolong sembuhkan suami saya, dokter. S-saya tidak tahu harus apa dan bagaimana lagi, berapapun biayanya tolong sembuhkan suami saya, saya bersedia menggadaikan sertifikat rumah kami untuk biaya pengobatan." Mohon ibu tersebut, Kyungsoo terdiam. Ibu tersebut mungkin isteri dari pasien yang baru saja dirawat dan dikarantina di rumah sakit jiwa hari ini, pasien yang masih berada pada keadaan depresi berat sehingga sulit ditangani.
"Apa saya boleh tahu, ada masalah apa sehingga tuan Jung bisa depresi seperti itu?" tanya Kyungsoo hati-hati. "Calon anak pertama kami keguguran, itu salahku karena aku yang memaksakan diri untuk bekerja. Bertahun-tahun suamiku memendam duka tersebut, ia bahkan tidak menyalahkanku, hingga kami memiliki anak kedua. Namun, anak kedua kami, meninggal sebulan lalu, suami saya adalah seorang tentara, sehingga ia jarang pulang. Namun, ketika pulang, ia meminta anak kedua kami untuk menjemputnya di stasiun, tapi anak kami malah meninggal dalam perjalanan karena tertabrak truck. Mungkin itu alasannya mengapa suami saya depresi berat, ia sangat menyayangi anak kami yang satu-satunya itu."
Melihat ibu itu menangis, Kyungsoo jadi iba sendiri. Ia tahu bagaimana rasanya, dulu ia juga bekerja terlalu keras hingga kelelahan karena memikirkan masalah-masalah pasiennya, sampai ia hampir kehilangan Jongsoo yang masih berusia empat bulan di dalam kandungan. Ia memang sedih, tapi sedikit lega untung saja Jongsoo adalah janin yang kuat. Namun tidak dengan Jongin, suaminya itu begitu kepikiran sehingga pernah mengusulkan agar Kyungsoo berhenti dari pekerjaannya, namun untungnya Jongin tidak memaksakan kehendak.
Mungkin saja suami ibu ini juga sangat menyayangi anaknya seperti Jongin, apalagi kehilangan anak dua kali. Duka yang lama saja belum tentu sembuh, ini sudah ditambah duka yang baru. "Akan aku usahakan untuk melakukan yang terbaik, sebaiknya anda berdoa. Dan.. usahakan datang ketika ada waktu membesuk, pasien yang sakit jiwanya akan lebih cepat pulih bila berada di dekat orang yang mereka sayang. Sebisa mungkin jangan mengingatkannya tentang peristiwa yang menyebabkan jiwanya terguncang, perlakukan dia seperti orang normal." Saran Kyungsoo.
"Saya percaya pada anda dokter Do, tolong rawat suami saya. K-kalau begitu saya permisi, terima kasih." Kyungsoo mengangguk, hingga ibu itu menutup pintu ruangannya Kyungsoo masih termenung, ia merogoh lemari berisi berkas di belakang tempat duduknya dan menemukan data lelaki tersebut.
'Dua puluh juta Won?' gumamnya.
Drrtt.. drrt..
Kyungsoo menutup berkas tersebut dan memasukkannya kembali, ia mengambil ponsel berwarna hitam miliknya dan menerima panggilan dari Jongin. "Yeobboseyyo?" sapa Kyungsoo. "Yeobo, apa pekerjaanmu sudah selesai? Aku sedang dirumah appa, tadi appa ke kantor dan Jongsoo tidak mau lepas dari appa."
"Hah? Jongsoo? Sejak kapan ia dekat dengan aboeji? Bagus sekali, biasanya ia akan menangis dekat aboeji." Jongin menghela nafas berat, "Mungkin karena aku tadi memarahi Jongsoo, dan appa membela Jongsoo. Jadi ia takut padaku dan memilih bersama appa," Kyungsoo terkejut, Jongin jarang memarahi Jongsoo.
"Memarahi? Memang Jongsoo melakukan apa?" tanya Kyungsoo. "Begitulah, di kantor ia memecahkan guci eomma. Yang kuno, antik dan katanya limited edition dari China." Kyungsoo membelalakkan matanya. "MWO?! Kim Jongsoo, berani sekali ia menyentuh guci tersebut. Aduh, aku harus bilang apa sama eomonim?"
"Tidak perlu, appa sudah mengurusnya. Appa bilang akan membelikan yang baru, yaampun kenapa appa membela Jongsoo? Aku tadi dipermalukan appa didepan pegawai, ia memarahiku karena aku memarahi Jongsoo." Gerutu Jongin, "Haha, biarkan saja. Katanya, memang begitu, kakek akan cepat akrab dengan cucunya. Jangan khawatir, aboeji mungkin tidak rela cucu kesayangannya dimarahi olehmu."
"Tapi aku kan ayahnya," Kyungsoo tersenyum. "Aku jadi tidak sabar bertemu Jongsoo dan Kyungin, beberapa jam meninggalkan mereka membuatku rindu." Ucap Kyungsoo. "Ya, beberapa jam tanpamu rasanya kepalaku hampir pecah. Ya ampun, untung rapat hari ini bisa selesai lebih cepat, sehingga bisa cepat-cepat pulang ke rumah eomma."
"Begitu rasanya mengurus anak seharian presdir Kim!" giliran Kyungsoo yang mengeluh. "Iya, aku minta maaf yeobo. Aku baru sadar pasti kau menjalani waktu yang susah mengurus dua anak sendirian. Jangan memanggilku presdir Kim, presdir Kim itu masih ayahku." Kyungsoo tersenyum. "Tapi kau dan Jongsoo adalah calon presdir, aboeji bahkan sudah membiarkan kursinya diduduki olehmu. Oh iya, aku akan pulang sekarang, sampai jumpa di rumah eomonim."
"Hmm, hati-hati yeobo."
Kim family's house
"Annyeonghasseyo." Ryeowook –ibu Jongin- yang sedang memasak langsung tergopoh-gopoh menuju ke pintu untuk membukakan Kyungsoo. "Aigoo uri ddal(daughter)," Ryeowook langsung memeluk Kyungsoo. "Apa kabar eomoni? Lama tidak berjumpa, sibuk mengurus Kyungin jadi jarang berkunjung maafkan aku eomonim."
"Aigoo gwaenchana, oiya jangan panggil eomonim. Panggil saja eomma, Jongsoo dan Kyungin sangat senang ada di sini." Kyungsoo tersenyum. "Kalau Kyungin sudah berusia sepuluh bulan aku akan sering mengajaknya kemari, Kyungin tidak boleh sering keluar, ia alergi debu. Oh iya, aku bawakan cake kesukaan eomma."
"Jinjjha? Kau masih mengingat cake favorit eomma? Tidak seperti Jongin, anak itu selalu lupa kalau eomma lebih suka tiramisu bukannya rasa karamel." Kyungsoo tertawa, Jongin memang pelupa dan cenderung tidak perduli. "Lebih baik masuk dulu, pasti kau lelah."
"Eomma!" Jongsoo yang masih memakai celana berlari ke arahnya, "Aigoo, uri Jongie, baru saja mandi? Kenapa belum pakai baju hm?" Kyungsoo mencium dahi Jongsoo. "Jongsoo! Ayo pakai baju!" Kyungsoo mendongak, itu Jongin, sedang mengejar-ngejar Jongsoo sambil menggendong Kyungin di sebelah tangannya.
"Sini Jongin, biar aku saja yang pakaikan." Kyungsoo baru saja akan meraih kaos yang dibawa Jongin. "Jangan Kyungsoo!" cegah Jongwoon. "Eh appa? Tapi Jongin sedang menggendong Kyungin, kasihan kalau harus mengejar Jongsoo."
"Biarkan saja, kau kan baru pulang kerja. Biar dia tahu rasanya bagaimana rasanya mengasuh anak sendirian," Kyungsoo ingin tertawa. "Appa! Kenapa hari ini aku terus yang dipojokkan sih?" Jongin merajuk seperti anak kecil, namun Jongwoon tidak menggubrisnya. Akhirnya dengan berat hati, Jongin menyerahkan Kyungin ke dekapan Kyungsoo dan beralih mengejar Jongsoo yang sepertinya masih enggan memakai baju.
"Kim Jongsoo! Kalau perutmu sixpack seperti appa tidak masalah kau lari-lari tanpa mengenakan baju, lihat perutmu! Tidak ada bedanya dengan karung beras, ayo pakai baju!" itu suara teriakan Jongin yang mengejar Jongsoo, sementara Kyungsoo menyuapi Kyungin di meja makan.
"Jadi bagaimana appa? Apa hari ini Jongsoo dan Kyungin membuat banyak masalah di kantor? Jongin bilang, Jongsoo memecahkan guci kesayangan eomma?" tanya Kyungsoo. "Haha, tidak, suamimu saja yang berlebihan. Aku dan Jongsoo malah menjadi sangat dekat hari ini, Kyungin malah lebih sering tertidur, ia hanya bangun ketika lapar. Kau tenang saja, apa kau menikmati pekerjaanmu?"
"Syukurlah, aku kira eomma marah karena guci antiknya pecah. Aku baik-baik saja appa, aku senang Jongsoo dan Kyungin tidak nakal selama di kantor, mungkin aku bisa menitipkan mereka lagi kapan-kapan?" canda Kyungsoo. "Tidak apa-apa, kalau yang memecahkan Kyungsoo eomma tidak marah kok."
"Tentu saja, kau bisa menitipkan Jongsoo dan Kyungin pada kami. Kami juga ingin bersama mereka lebih lama,"
"Apa?! Yeobo! Jangan bercanda!" protes Jongin. Membuat mereka semua tertawa, begitulah hari itu mereka menghabiskan waktu bersama dengan menyenangkan.
. . .
"Kyungin sudah tidur?" tanya Jongin setelah melihat Kyungsoo keluar dari kamar Kyungin, "Hmm, sepertinya Kyungin mewarisi kebiasaanmu. Tertidur dimana saja, umurnya sudah delapan bulan tapi ia selalu tertidur. Jongsoo juga sudah tidur setelah aku membacakan dongeng untuknya, lebih baik aku tidur cepat karena biasanya Kyungin sudah terbangun pukul lima."
"Kenapa yang jelek-jelek selalu kau samakan denganku?" gerutu Jongin. "Aku bercanda, aigoo suamiku pasti lelah mengurus anak-anak sambil bekerja seharian? Sini aku pijat." Kyungsoo memijat punggung Jongin. "Tidak, aku senang. Appa benar, aku harusnya tahu bagaimana susahnya mengasuh anak sambil bekerja, aku kalau jadi kau pasti sudah memilih berhenti bekerja."
"Tapi menyenangkan kan? Itu kenapa aku tidak ingin cepat-cepat menyewa pengurus bayi, aku ingin agar Jongsoo dan Kyungin ingat kalau orangtua mereka membesarkan mereka dengan jerih payah sendiri, bukannya meninggalkan mereka dengan orang lain." Jelas Kyungsoo, Jongin mengangguk.
"Yeobo, apa aku boleh minta satu permintaan?" Jongin menatap Kyungsoo yang tiba-tiba berubah serius. "Asal aku sanggup menurutinya, silahkan saja." Kyungsoo menarik nafas panjang.
"Aku punya pasien, mereka sedang kesulitan keuangan, tapi pasien ini membutuhkan penanganan khusus, ia juga dipastikan akan tinggal di rumah sakit jiwa dalam waktu yang lama karena depresinya berat. Mereka tidak punya anak, dan pasienku ini adalah kepala keluarga. Istrinya berencana membayar biaya rumah sakit dengan menjual rumah mereka, apa tidak bisa kita membantu mereka membayar biayanya? Aku tidak tega, mereka juga baru saja kehilangan anak mereka."
Hening sejenak.
"Yeobo, dari semua hal yang bisa kau minta padaku, aku tidak menyangka kau minta aku untuk membantu membayar biaya pengobatan pasienmu. Aku tahu kau yang terbaik, tentu saja, kita bisa membantu." Jongin tersenyum. "Jeongmal?" pekik Kyungsoo senang, Jongin mengangguk. "Gumawo, Jonginnie."
"Hm, apapun untukmu. Asal, aku boleh minta satu permintaan juga." Kyungsoo menaikkan sebelah alisnya, "Marhae."
"Jangan meninggalkan Jongsoo dan Kyungin sendirian di kantor ketika aku ada rapat penting, aku mungkin terlihat lemah karena tidak bisa mengasuh anakku sendiri. Tapi.. tadi aku sedang merapatkan proyek besar dan ruanganku kedap suara, tapi tetap saja suara Jongsoo terdengar. Ia berlarian bersama pegawaiku, main iron man atau apapun itu. Kemudian Kyungin, ia selalu menangis ketika terbangun, Aku bisa gila yeoboooo..." rajuk Jongin. Kyungsoo tertawa.
"Haha, jadi yang dibilang appa tidak benar? Jadi Jongsoo dan Kyungin tidak baik-baik saja selama di kantor?" Jongin menggeleng. "Tidak benar sama sekali, sama sekali yeobo! Pegawaiku juga sedikit terganggu, appa memang terlalu membela Jongsoo dan Kyungin, tidak tahu rasanya."
"Baiklah, baiklah. Lagipula, aku juga sudah punya rencana, karena aku akan sibuk di rumah sakit minggu ini, Luhan eonnie menyarankan agar aku menyewa baby sitter." Jongin mematung, "Secepat ini? Tapi yeobo, Kyungin baru delapan bulan, Jongsoo juga masih kelas pertama di TK."
"Tidak, bukan sepenuhnya. Hanya sampai ketika jam bekerjaku dan kau pulang kantor, lagipula hanya untuk minggu ini. Eomma juga akan menyempatkan kesini, jadi kau juga bisa memaksimalkan pekerjaanmu di kantor minggu ini. Sebagai ganti waktu kita, aku juga sudah merencanakan sesuatu."
"Apa?"
"Kita akan merayakan anniversarry kita di Okinawa, aku dengar udaranya sangat segar, aku ingin mengajak Jongsoo dan Kyungin untuk berlibur di pantai." Kyungsoo menunjukkan tiket paket wisata yang ia dapat.
"Baiklah, Okinawa. Sebenarnya aku juga punya kejutan untukmu, tapi rahasia ah~" goda Jongin. "Ya! Kim Jongin!"
'Sehun benar, Kyungsoo memang jadi ibu yang baik bagi anak-anak kami, jadi istri yang baik juga. Tapi ia juga salah, tanpa harus membawa Kyungsoo operasi plastik dan meninggikan badan, ia sudah jadi sosok yang begitu sempurna untukku, untuk Jongsoo, untuk Kyungin. Saranghae Kyungsoo nuna.'
END
Yey, entah kenapa pengen bikin GS. Udah gitu, sok-sokan bikin yang family-_- haha. Gaje abissss.
Oiya, mungkin akan bikin lanjutan ketika Jongsoo sama Kyungin udah gede.
Review? :)
