SAVE ME
main cast : Jimin aka Park Jimin, Yoongi aka Min Yoongi
Ini adalah cerita asal-asalan Song jadi maklum kalo ceritanya geje banget. Tiba2 kepikiran aja dan langsung tulis apa yang ada dalam otak Song. Happy reading guys ^_^ and happy new year ^3^
.
.
.
.
"Yo Jimin, apa kau tidak merasa lelah selalu berkutat dengan kertas-kertas membosankan ini" Suara lelaki yang lebih tua terdengar sangat lelah mencoba memberikan ekspresi dimana dia merasa sangat ingin keluar dari ruangan tersebut.
"Hyung, bisakah kau diam dan bantu aku menyelesaikan nya" Jimin direktur muda yang kini memimpin dua perusahaan sekaligus juga merasa lelah namun keinginan nya untuk pulang dan menikmati percintaan nya dengan bantal dan guling tidak bisa ia laksanakan, setidaknya sampai pekerjaan nya benar-benar selesai.
yang lebih tua mendengus "Jimin-ah aku adalah sekretaris mu aku tau mana pekerjaan yang benar-benar harus diselesaikan dan tidak. Tinggalkan ini semua dan mari bersenang-senang, lagi pula inikan awal tahun baru"
Jimin mengalihkan pandangan dari kertas di demejanya "kau benar hyung, kau adalah sekretaris ku jadi kau harus membantu ku menyelesaikan ini semua dan kita pulang"
Sang sekretaris membulatkan matanya tidak percaya, selalu seperti ini. Mengapa nasib nya begitu malang mendapatkan boss yang sangat pekerja keras hingga melupakan waktu yang selalu berputar. Seakan hidup nya hanya untuk bekerja dan bekerja.
Satu jam kemudian
"Jin hyung, jika kau ingin pulang, pulanglah terlebih dahulu aku akan menyelesaikan proposal ini aku tahu kau sangat lelah"
Yang dipanggil namanya hanya menghela nafas panjang "kau tau aku tidak mungkin meninggalkan mu, kenapa masih juga berkata seperti itu dasar bajingan kecil"
Jimin tertawa ringan menunjukan deretan giginya "kalau begitu mulailah mengedit proposal ku menjadi lebih bermakna, aku sudah membuat nya tapi hanya kata ini yang ada dalam pikiran ku" jimin memberikan selembar kertas yang tidak banyak coretan.
Jin meraih kertas tersebut dan "blank... blank... blank..." Jin mengalihkan tatapan nya pada sang Boss " yaakkk... bajingan sial, apa yang kau maksud dengan ini hah? Aku menghabiskan 3 jam masa istirahat ku hanya untuk menunggu mu, jika tidak akan kupastikan aku sudah berada dalam mimpi indahku malam ini" Jin kalangkabut, memijat pelipisnya yang terasa sakit.
Boss nya memang sedikit sinting, maklum dia belum pernah bercinta pikir Jin. Dan lagi Boss macam apa jika semua pekerjaan nya diserahkan pada sekretaris yang tampan ini, bisa luntur lama-lama ketampanannya jika terus marah-marah.
Jin tidak tahu mana yang Boss dan mana yang sekretaris tapi selalu nya Jin yang mengerjakan pekerjaan Boss, Namun jangan salah bukan berarti Jimin tidak bisa mengerjakan tugasnya dengan baik hanya saja Jimin kadang-kadang berada dalam mood yang buruk untuk alasan tertentu.
"Sepertinya kau harus mulai berkencan jim" ledek Jin saat dirinya memuali mengetik.
"Aku belum tertarik" sahut Jimin cepat.
"Bagaimana kau bisa tertarik jika hanya duduk di kursi boss dan menunggu hingga malam tiba, setelahnya kau pulang dan tidur. Pergilah ke klub jim" Jin menyarankan atau lebih tepat nya menghasut boss kecil nya untuk lebih bergaul dengan dunia luar.
Jin dan Jimin adalah pasangan Boss dan bawahan yang terbilang cukup rapat, sehingga hampir keseluruhan sifat Jimin dapat Jin hafal. Mulai dari kebiasaan nya menyuruh-nyuruh hingga kebiasaan nya tidur neked. Jin pernah memergokinya saat mereka berlibur ke Itali karna memenangkan proyek yang cukup besar. Dan itu adalah mengerikan bagi Jin. Sangat mengerikan. Sejak saat itu Jin selalu mengetuk pintu apartemen kamar Jimin jika ingin masuk dan membangunkannya.
"Ayolah jim, kau tidak selalu ke klub malam kan, jangan sia-siakan masa muda mu hanya untuk bekerja" Jin masih dengan pekerjaan nya pada layar laptop dan tidak mengalihkan pandangan nya sedikitpun, padahal Jimin memandangnya lekat.
"aku bahkan tidak tahu, aku normal atau tidak hyung" Jimin berujar datar, membuat Jin menghentikan ketikkan nya pada keyboard dan memandang Jimin.
"Jim aku yakin kau normal, mulailah berkencan dengan gadis yang memikat mu"
"Ah sudah tentu aku normal, maksud ku kehidupan ku hyung. Aku seperti boneka saja"
Jimin berdiri dari duduk nya sembari membetulkan jasnya "kapan-kapan saja kita ke klub sekarang kita pulang"
"Tapi jim.." belum selesai berbicara Jimin langsung memotong "aku tau kau sudah selesai hyung" jimin tersenyum mencoba mencairkan suasana.
Mereka pulang dengan Jin yang mengendarai mobil Jimin menuju apartemen dimana Jimin dan Jin tempati. Sebenarnya itu dalah apartemen keluarga Jimin jadi Jimin berinisiatif untuk menyewakan salah satu kamar pada Jin hyung, sehingga jika ada pekerjaan yang kelewat mepet Jimin dapat langsung ke apartemen Jin yang memang bersebelahan.
.
.
.
"Malam ini kita ke klub hyung" Jin yang sedang meminum kopi nya tersentak kaget dan menyemburkan sebagian isinya dari dalam mulut.
"Apah? Apa yang baru saja kau ucapkan? Aku pikir telingaku tuli tadi dan tidak mendengar apa yang kau katakan"
Jimin mendengus malas "mungkin malam ini kita bisa ke klub hyung, besok adalah weekend jadi tidak apa-apa pulang sedikit lewat" mendengar penuturan boss nya Jin berujar senang dengan senyuman yang bukan main lebar nya hingga membuat Jimin berpikir kalau bibir hyung nya sangat lebar dan akan sobek.
.
.
.
Pukul sebelas malam dan di sinilah Jimin serta Seokjin. Klub malam yang beroprasi sampai pukul tiga pagi. "Yo Jimin, nikmati malam ini" Jin berujar sembari menepuk bahu Jimin ringan.
"Hyung, aku sudah lama tidak ke tempat seperti ini rasanya aneh" Jimin berujar kelewat polos membuat yang lebih tua tersenyum.
"Hanya duduk dan minum, jangan jauh-jauh dari ku" Jin mulai berjalan masuk yang diikuti Jimin dibelakang nya.
Saat kaki Jimin melangkah masuk, telinganya sudah disuguhi dengan dentuman musik yang menggema dan memekak kan telinga. Tidak lupa wanita-wanita sexy yang sangat menggoda membuat jimin menelan ludah nya garing.
"Jimin kau mau minum apa?" Saat ini mereka tengah berada dalam barisan meja bartender. "Apa saja, aku tidak terlalu paham mengenai minuman" Jimin jujur dia memang payah dalam hal mengenali minum dan payah juga dalam hal minum.
Sembari menunggu minuman nya disediakan, Jimin mengedarkan pandangan nya ke seluruh runangan yang dapat ia jangkau. Banyak wanita Sexy tapi jimin tidak terlalu berminat untuk itu, hingga pandangan nya terkunci pada satu sosok yang diam seperti patung.
"Hyung, siapa dia?"
Jin yang baru saja menerima minuman nya dan minuman Jimin cepat-capat berbalik dan mengedarkan matanya untuk melihat arah pandang Jimin. "Oh,, entahlah sepertinya dia pekerja disini, kenapa?"
"wajahnya seperti itu hyung, maksud ku sepertinya ia sedang tidak dalam keadaan yang baik" Jimin membalikkan badannya dan mulai meminum bir yang Jin pesan tadi.
"Dia adalah Yoongi" bukan suara Jin melainkan bartender yang sedang melayani mereka saat ini.
"Dialah si makhluk dingin tapi mahal" uajar barteder selanjut nya menatap Jin dan Jimin bergantian.
"aku tidak mengerti" ucapan Jimin membuat si bartender tersenum.
"Dia pekerja disini, tapi dia juga dijual"
Ucapan nya sontak membuat Jimin membulatkan matanya tidak mengerti, Jimin mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
Seolah mengerti reaksi Jimin, sang bartender akhirnya tersenum lebih lebar menampilkan deretan giginya yang rapih.
"Dia dipaksa untuk bekerja disini hingga hutang ayah nya lunas" Jimin mengernyitkan alis nya.
"Sejauh yang aku tahu, dia tidak ingin berbicara pada siapapun bahkan jika boss menyakitinya dengan kata-kata kurangajar. Sampai pada batasnya ia dijual untuk dimiliki, selamanya" Bartender menekan kan pada kalimat selamanya. Jin bergidik ngeri.
"tapi kenapa dia belum terjual juga" Jin bertanya dengan antusiasnya "dia mahal, terlalu mahal untuk siapapun dapat memilikinya. Atau mungkin membosankan. Tidak ada yang benar-benar berbicara padanya bahkan mendengar suaranya saja tidak, sebaik nya jangan mendekati nya" Suara sang bartender menginterupsi otak Jimin dengan berbagai asumsi, membuat Jin di sebelahnya menepuk bahu Jimin sedikit kasar.
"Yakk... hyung sakit. Cepat habiskan minuman mu dan kita pulang" Jimin memberikan pelototan mata yang kejam. Sudah tentu itu hanya untuk menakuti Jin.
"Aissshhh... belum ada satu jam disini jim dan kau menyuruhku untuk pulang, dasar park bantet sialan" dengan ganas Jin menenggak minuman nya dan bergegas pergi meningalkan Jimin yang masih setia menatap objek yang bernama Yoongi.
Sesampainya dirumah Jimin masih tidak dapat memejamkan matanya dan hanya berbaring menatap langit-langit kamarnya, ia masih memikirkan ucapan bartender benerapa jam lalu.
"Yoongi untuk dijual"
T.B.C
Holla... Song bawa epep baru,,, ini di ketik pake tablet jadi gak panjang.. lagian Song pengwm buat cerita pendek aja sih... makasih buat yang mau nunggu epep nya Song, Song lagi sakit tapi maksa buat epep boring banget soal nya...
Eh gimana nih ceritanya boleh lanjut gak nih?
