Tittle: All I Want for Christmas is You

Cast:

Jung Taekwoon, Lee Jaehwan

Cha Hakyeon, Kim Wonshik, Lee (Han) Sanghyuk, Lee Hongbin

Rate: T

Genre: Romance, Hurt/Comfort, Family

Warning! OOC, Typo's, etc

Keo! Navi! slight! Woonhyuk

Alur maju mundur. So, tolong di perhatiin tanggalnya ya, biar gak bingung, kekeke

Happy Reading~~

CHAPTER 1

~Keo~

Even if I'm born again

I can't be anyone but you

~Keo~

AUTHOR POV

20 Desember 2016

Jaehwan memandangi jendela kamarnya, mengamati suasa diluar sana yang terlihat sepi, hanya beberapa lampu jalan yang terlihat masih menyala meski sang fajar mulai menampakkan cahayanya. Namja manis itu menghela nafas, sebentar lagi natal, dan ia masih terkurung di tempat ini, di ranjang pesakitannya. Sebuah ingatan terlintas di otaknya, membuat rasa sesak memenuhi dadanya. Ah, ingatan itu indah, namun menyakitkan saat membayangkannya, membuat senyum pahit terpatri di bibir Jaehwan. Tangan ringkihnya meraih handphone di nakas samping ranjangnya, membuka lock screen dan seketika tampaklah foto tiga orang namja di sana. Jaehwan, Hongbin dan sosok itu, Taekwoon.

Jaehwan menggigit bibir, menahan rasa sesak di dadanya. Dulu ia bahagia, sangat. Hidupnya terasa sempurna. Meski ia telah kehilangan ayah dan ibunya ketika berusia 12 tahun, namun ia masih bersyukur karna Tuhan tak membiarkannya sendirian di dunia ini, masih ada adiknya, Lee Sanghyuk serta kerabat yang tak meninggalkan mereka. Sanghyuk adalah adiknya yang manis dan penurut, mereka saling menyayangi dan melindungi, karna memang begitu kan seharusnya saudara? Hyuk adalah alasan Jaehwan untuk bertahan hidup, dalam arti kiasan dan dalam arti sebenarnya. Sejak kecil Jaehwan memanglah anak yang lemah, namun bukan berarti ia menjadi pendiam dan menutup diri, ia adalah anak yang bersinar layaknya mentari pagi, menenangkan dan menyejukkan, meski dengan penyakit yang di deritanya, Leukimia stadium 4, karna itulah Hyuk adalah seseorang yang mampu membuat Jaehwan bertahan hingga kini, karna adiknya itu lah yang menyumbangkan sumsum tulangnya demi membantu Jehwan untuk dapat menerima dosis tinggi pada kemoterapi, sejak ia bahkan tak mengerti mengapa ia harus masuk ke dalam kamar operasi dan merasakan sakit, hingga ia mengerti bahwa hyung tersayangnya akan terus bersamanya jika ia mau merasakan rasa sakit itu. Jaehwan tersenyum, ia teringat akan Hyuk yang marah besar padanya saat ia mengetahui bahwa ia harus menderita untuk Jaehwan, ia marah dan menganggap alasannya dilahirkan hanyalah untuk menyelamatkan Jaehwan, membuatnya tak mau untuk merasakan rasa sakit itu lagi. Jaehwan yang saat itu berusia 15 tahun hanya dapat tersenyum di ranjang pesakitannya.

~Keo~

08 Maret 2004

"Hyukkie~ kemarilah!" panggil Jaehwan pada Hyuk yang masih merajuk di sofa di ruang rawatnya. Jaehwan menghela nafas, kemudian turun perlahan dari ranjangnya saat melihat Hyuk yang masih duduk dengan tangan bersedekap, enggan menghampirinya.

"Kenapa kau tak datang ketika hyung panggil?" tanya Jaehwan saat ia telah mendudukkan tubuhnya tepat di samping Hyuk yang malah membalikkan tubuhnya, memunggungi Jaehwan. "Kau marah ya?" tanya Jaehwan lagi, namun yang ditanya masih tak menjawab. Kemudian ia merengkuh adiknya itu ke dalam pelukannya.

"Aigoo.. uri Hyukkie memang marah rupanya. Maafkan hyung ya, karna hyung yang lemah, mulai saat ini hyung janji, kau tak perlu merasakan rasa sakit itu lagi."

"Yang benar hyung?"tanya Hyuk tak percaya, kepalanya mendongak menatap Jaehwan yang masih memeluknya dengan mata berbinar.

"Tentu saja!" jawab Jaehwan mantap. Ya, ia sudah bertekad untuk tak membiarkan adiknya kesakitan lagi. Ia menyayangi Hyuk, sangat sangat menyayangi. Biarlah ia yang menderita yang terpenting adiknya tak perlu merasakan rasa sakit itu. "Terimakasih ya!"

"Aku yang seharusnya berterima kasih kepada hyung! Akhirnya aku tak akan kesakitan lagi!" ia memeluk Jaehwan erat. "Tapi.. hyung tak akan kenapa-kenapa kan?"

Jaehwan tersenyum, dan mengangguk. "Tenang saja! Dokter Kim pasti akan menghilangkan rasa sakitnya saat hyung sakit! Dokter Kim kan dokter yang hebat!"

Hyuk mengangguk, Dokter Kim memanglah dokter yang hebat menurutnya, dan ia ingin sekali seperti dokter Kim kelak.

"Nahh! Karna sudah malam, sekarang waktunya Hyukkie kembali ke rumah! Paman dan Bibi pasti sebentar lagi akan menjemputmu." Ujar Jaehwan. Dan benar saja, sesaat setelah itu, munculah dua orang paruh baya dari balik pintu kamar rawat inap Jaehwan.

"Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya bibinya.

Jaehwan tersenyum, "Baik! Seperti yang bibi lihat!"

Kedua suami istri yang sudah tak muda lagi itu hanya dapat tersenyum miris. "Baguslah! Jaga kesehatanmu terus ya, maaf bibi dan paman tak dapat sering-sering mengunjungimu."

"Tak apa! Aku tahu paman dan bibi pasti sibuk, terlebih kalian harus menjaga bocah kecil ini!"

"Yak hyung!" sungut Hyuk yang mengundang tawa dari tiga orang di kamar itu.

"Baiklah, kalau begitu kami pulang dulu ya! Ayo Hyukkie!"

"Aku pulang dulu ya, hyung!" pamit Hyuk.

"Eum!" Jaehwan mengangguk. "Ingat, jangan merepotkan paman dan bibi!"

"Arraseo! Bye hyung!"

Jaehwan membalas lambaian tangan Hyuk, "Bye! Hati-hati di jalan, Paman, Bibi!"

"Iya! Bye!" dan pintu itu pun tertutup, meninggalkan Jaehwan dalam kesendirian.

Dan semenjak saat itu, Jaehwan harus berjuang sendiri untuk melawan rasa sakitnya dengan obat-obatan yang bahkan tak mampu meredam jerit kesakitannya. Ia sering melarang Hyuk mengunjunginya, bukan karna ia tak merindukan adiknya, ia sangat merindukannya, namun ia hanya tak mau adiknya melihatnya kesakitan ataupun lemah tak berdaya karna entah kenapa efek dari kemoterapi yang ia terima terasa lebih menyakitkan dari sebelum-sebelumnya. Ia selalu berdo'a semoga adiknya itu tak melihatnya saat tengah kesakitan, namun Tuhan sepertinya sedang tak ingin mengabulkan do'anya. Di sore hari yang tenang itu, tiba-tiba rasa sakit menghampiri Jaehwan yang tengah menonton acara tv di salah satu channel. Dengan susah payah menahan rasa sakit, ia memencet tombol yang berada di samping ranjangnya, berharap dokter dan perawat segera datang. Beberapa dokter dan perawat datang ketika ia tengah berteriak kesakitan di ranjangnya. Darah sudah terlihat mengucur dari hidungnya, membasahi baju yang ia kenakan.

"Hyungie! Hyukkie datang!" sapa Hyuk saat membuka pintu kamar rawat hyungnya. Ia sangat senang akhirnya dapat bertemu hyungnya juga, setelah hampir 2 bulan ia di larang oleh paman dan bibinya untuk menemui hyungnya itu, dan hanya dapat berjumpa via suara. Akhirnya ia memutuskan untuk kabur saat tahu bahwa pamannya tak dapat menjemputnya tepat waktu. Namun matanya membulat kaget saat melihat apa yang terjadi di depannya. Kamar rawat hyungnya di penuhi dengan jerit kesakitan, dokter dan perawat sibuk menyuntikkan obat di tubuh hyungnya. "H–hyung!" Hyuk berlari menghampiri hyungnya, ingin mengetahui apa yang terjadi, namun tubuh kecilnya segera di tangkap oleh seorang perawat yang kemudian menggendongnya keluar kamar Jaehwan.

"Lepas! Lepaskan aku!" ronta Hyuk. "Aku ingin melihat hyungku! Lepas!"

Perawat itu menurunkan Hyuk dari gendongannya sesaat setelah mereka keluar dari kamar rawat Jaehwan. Ia menatap iba pada anak kecil di depannya. "Tenanglah.. dokter di dalam sedang berusaha menghilangkan rasa sakit hyungmu."

Hyuk terisak seketika. "Hyung sakit? Hiks.. apa hiks.. karna Hyuk tak.. hiks.. mau memberikan sumsum.. hiks.. Hyuk lagi kepada hyung? Hiks.."

Dan perawat itu hanya dapat memeluk Hyuk, "Tak apa, ini bukan kesalahanmu.." ujarnya saat ia terus mendapati kata maaf dan penyesalan yang keluar dari bibir mungil anak kecil di pelukannya itu.

Pelukan itu terlepas begitu terdengar bunyi pintu terbuka. "Dokter Kim!" panggil Hyuk dengan wajah basah akan air mata.

Raut sedikit terkejut menghiasi wajah lelah namja paruh baya itu. "Ah Hyukkie! Kau disini?"

"Aku mohon, operasi.. hiks.. aku sekarang! Hiks.. berikan sumsumku hiks.. kepada Jaehwan hyung.. hiks.. sekarang juga.. aku.. hiks.. aku.. hiks.. tak ingin melihat.. hiks.. Jaehwan hyung kesakitan.." Hyuk mengelap air matanya kasar. "Aku mohon dokter!"

Dokter Kim tersenyum, kedua kakak beradik itu saling menyayangi, pikirnya. Ia tahu bahwa Jaehwan rela kesakitan hanya karna tak ingin adiknya kesakitan, dan kini sang adik yang begitu disayanginya, memohon untuk merasakan kesakitan itu hanya untuk melihat rasa sakit itu pergi dari kakaknya.

Dan operasi pun berlangsung setelah itu. Sumsum tulang yang didapatkan dari Hyuk segera di berikan pada Jaehwan sebelum akhirnya dilakukan kemoterapi padanya. Segera setelah Jaehwan sadar, Hyuk langsung memeluk hyungnya itu, menangis terisak di pelukan namja muda yang bahkan sudah ia anggap sebagai pengganti eommanya. Meminta maaf berkali-kali karna telah membuat kakaknya kesakitan sepanjang waktu hanya karna rasa sakit sebentarnya yang pastinya tak seberapa dengan rasa sakit yang Jaehwan alami sejak dulu. Sedangkan Jaehwan, hanya dapat tersenyum sembari memeluk dan mengusap sayang rambut Hyuk di pelukannya, bersyukur pada Tuhan karna telah menganugerahkan adik yang begitu baik padanya.

~Keo~

It's not anyone's fault

Since there's no more romance

~Keo~

20 Desember 2016

Tes!

Jaehwan tertarik kembali ke kenyaatan saat merasa sebuah cairan yang kental mengalir dari hidungnya, menetes tepat ke atas layar handphonenya. Segera ia meraih tissue yang berada di dekatnya, mengelap aliran darah yang terus menetes dari hidungnya, dan juga layar handphone nya yang sudah dikotori beberapa bercak darah. Rasa pening menguasai Jaehwan, ya ia masih dapat bersyukur, karna hanya rasa pening akibat darahnya yang mengalir, bukannya rasa sakit itu lagi. Dengan perlahan ia merebahkan tubuhnya, saat ini ia tak ingin memanggil dokternya. Toh sebentar lagi darah itu juga akan berhenti, dan rasa pening ini pun tak seberapa jika dibanding rasa sakit yang selama ini ia hadapi.

Ditengah kepeningannya, Jaehwan mengingat sudah berapa lama kiranya ia berada di ranjang pesakitan ini. Rasanya sudah hampir setahun lamanya. Lagi, rasa sepi dan sendiri menghampiri Jaehwan, membuat sesak di dadanya. Bukan, bukan karna ia kekurangan oksigen, ia hanya.. sesak. Sesak mengingat kehidupannya setahun terakhir ini. Selama setahun di rumah sakit yang baru ini, ia memang tak mengenal siapa pun, sejak setahun ini Jaehwan yang dulunya ceria berubah menjadi pemurung. Kesepian dan kesendirian semakin memperparah keadaan. Terkadang ia merasa iri jika mendengar gelak tawa dari kamar rawat inap di sebelahnya. Ya.. memang tak ada yang mengunjunginya seperti kamar rawat di sebelah kamarnya yang terlihat selalu ramai, hanya beberapa perawat dan dokter yang terkadang mengajaknya berbicara, dan hanya Cha Hakyeon, dokter muda yang menanganinya sejak dokter Kim –dokternya yang dulu– pensiun, 4 tahun yang lalu yang selalu menemaninya di rumah sakit ini. Jaehwan tertawa sumbang, lagipula ini kan keputusannya. Ia yang berniat untuk pergi, jadi untuk apa ia merasa kesepian? Bodoh, pikirnya.

Jaehwan membuka salah satu aplikasi di handphonenya, sudah lama bukan ia tak melihat akun SNSnya. Darah yang mengalir dari hidungnya sudah berhenti, by the way.

Keken_0406: Ini malam natal, tapi kau bahkan berada jauh di benua lain T.T

Jaehwan menggigit bibir pucatnya, itu adalah hal terakhir yang ia tulis di akunnya, hampir tepat tiga tahun yang lalu. Apa tak apa jika ia mengingat kenangannya yang lalu? Apa tak apa jika ia merasa sakit dan sesak lagi saat mengingatnya? Kira-kira seperti itulah yang ada di pikiran Jaehwan. Dan hatinya memenangkan perang batin itu. Ia tak apa untuk merasakan sesak, karna hanya dengan mengingat sosok itu ia dapat mengobati kerinduannya. Karna yang ia punya, hanyalah kenangan.

~Keo~

And since I have the memories

That were the more precious to me and were my everything

~Keo~

24 Desember 2014

Malam itu malam natal. Jaehwan masih duduk sendiri di ranjang pesakitannya. Sebenarnya kondisinya tak terlalu parah akhir-akhir ini, ia juga baru melakukan kemoterpai beberapa hari yang lalu, seharusnya ia dapat menghabiskan malam ini bersama dengan orang terkasih, namun sepertinya ia harus sendiri di malam ini. Adiknya, Sanghyuk, sedang ada acara bersama dengan teman-temannya. Awalnya namja manis itu tak mau meninggalkan hyungnya sendiri, namun Jaehwan memaksa. Ia tahu bahwa adiknya masih muda, ia tak mungkin membiarkan adiknya tak menikmati masa mudanya. Cukup Jaehwan yang hampir seumur hidupnya terkurung di sini. Jaehwan jadi ingat malam natal tahun lalu, malam itu, ia merayakan malam natal dengan kekasihnya.

Kekasih? Jaehwan punya kekasih?

Tentu saja ia punya! Namanya Jung Taekwoon, namja tampan dengan tatapan sedingin es namun akan melembut dan penuh kehangatan saat Jaehwan lah objek yang ia tatap. Duh, pipi Jaehwan jadi memanas saat wajah tampan Taekwoon melintas di pikirannya. Ah, ngomong-ngomong tentang Taekwoon, namja tampan itu sedang berada di luar negeri, tepatnya Jepang. Taekwoon adalah pengusaha muda sukses yang terkadang harus pergi ke berbagai negara untuk bertemu dengan kliennya. Dan menjadi kekasih Taekwoon selama hampir dua tahun itu tentu membuat Jaehwan sudah terbiasa di tinggal oleh kekasihnya. Tapi malam ini Jaehwan merindukan kekasihnya, mungkin karna efek sendirian. Diraihnya handphonenya, membuka akun SNS nya. Terkadang dengan berbagi dengan teman dunia mayanya, Jaehwan merasa kesepiannya sedikit berkurang.

Keken_0406: Ini malam natal, tapi kau bahkan berada jauh di benua lain T.T

Ketiknya, dan membagikannya kepada teman-temannya di dunia maya. Jaehwan menghela nafas, keluar dari aplikasi SNS dan langsung dihadapkan dengan wallpaper handphonenya. Foto Jaehwan dan Taekwoon di depan sebuah pohon natal, mengundang senyum manis dari bibir Jaehwan. Ah, tak tahu entah berapa banyak Jaehwan mengucap syukur kepada Tuhan karna ia sudah berbaik hati, mengirimkan Taekwoon untuknya 2 tahun yang lalu. Ia ingat, pertemuan mereka memang seakan fiksi dari drama yang selama ini Jaehwan tonton.

Dua tahun yang lalu, tepat pada malam natal, mereka bertemu. Jaehwan yang pada saat itu berhasil mengendap-endap keluar dari kamar rawat inapnya, dengan bahagia berjalan kesana kemari dengan mantel tebal yang menyelimuti tubuhnya. Senyum bahagia terukir di wajah manisnya. Dengan langkah riang ia menuju sebuah gereja yang dulu sering ia kunjungi dengan mendiang ayah dan ibunya beserta Hyuk. Ah, rasanya sudah lama sekali ia tak kesana, dan tak banyak yang berubah dari tempat ini rupanya, pikir Jaehwan saat ia sudah berdiri di depan gereja yang ia tuju.

Ia melangkah pelan ke dalam gereja itu, sepi. Tak banyak orang disana, hanya ada seorang namja yang tengah khusyuk berdo'a di kursi baris paling belakang. Jaehwan mengambil tempat di kursi paling depan, duduk dan mulai memejamkan mata, berdo'a. Ia berterimakasih kepada Tuhan yang masih mengijinkan ia untu k terus hidup diusianya yang telah menginjak 22 tahun, berterimakasih karna masih dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya.

"Tuhan, Jaehwan mungkin terdengar egois dan tak tahu terimakasih, namun bisakah Engkau memberikan hambamu ini kesempatan untuk merasakan cinta. Aku.. ingin jatuh cinta, mencintai dan dicintai." Gumam Jaehwan dengan wajah memerah kala itu.

Jaehwan beranjak dari duduknya, ia harus segera kembali ke kamarnya jika tak ingin diomeli oleh dokter dan perawat di rumah sakit. Lagipula, keinginan Jaehwan memang hanya untuk berdo'a di malam natal di gereja yang menurutnya mengandung sejarah itu. Baru saja ia akan melangkah, rasa sakit itu kembali menyerang kepalanya. Dengan langkah tertatih, ia menahan rasa sakitnya dan berusaha melangkah pulang, namun rasa sakit itu tak mau bekerja sama, mereka terus-terusan menyerang Jaehwan, tak membiarkan namja manis itu setidaknya sampai di rumah sakit terlebih dahulu. Dan tubuh ringkihnya oleng saat melewati kursi di baris terakhir. Ia kira ia akan terjatuh, namun sebuah tangan menangkap tubuhnya, memeluknya.

"Gwenchana?" tanya sosok yang menangkapnya saat itu.

Dengan mata yang memburam Jaehwan mengamati wajah penolongnya, dan ia langsung merasakan bahwa Tuhan seakan mengabulkan do'anya. Iya benar. Jaehwan yang polos dan tak pernah mengenal cinta pun merasakan jantungnya berbar kencang kala menatap wajah namja yang menolongnya, yang masih terlihat tampan meski pandangan Jaehwan memburam. Ia jatuh cinta pada namja yang menolongnya. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Jaehwan mengangguk lemah sebelum akhirnya sosok itu menggendong Jaehwan menuju mobilnya dan mengantarkan Jaehwan ke rumah sakit tempat ia dirawat dengan keterangan dari Jaehwan tentunya.

Dan semenjak saat itu, namja yang diketahui bernama Jung Taekwoon itu, entah kenapa sering mengunjungi Jaehwan, dan pada suatu hari, namja tampan itu meminta Jaehwan untuk menjadi kekasihnya, setelah berhasil meyakinkan Jaehwan bahwa ia ingin menjadi kekasihnya murni karna cinta, bukan karna rasa iba pada sosok Jaehwan.

Dering telpon menyadarkan Jaehwan, sebuah notifikasi mennadakan ada chat masuk.

From: Taekwoon Hyungku

Maaf sayang, malam ini hyung tak bisa menemanimu menikmati malam natal, hyung masih berada di Jepang dan besok pagi baru bisa kembali ke Korea.

Jaehwan tersenyum miris membacanya, seharian ini kekasihnya memang tak memberi kabar sama sekali, dan ia memaklumi kesibukan CEO muda itu.

To: Taekwoon Hyungku

Tak apa, hyung. Aku tahu kau sibuk^^ hati-hati di sana, jangan lupa istirahat^^ Merry Christmas!^^

From: Taekwoon Hyungku

Iya, kau juga. Jangan berkeliaran dan patuhi dokter Cha. Hyung mencintaimu

To: Taekwoon Hyungku

Jaehwan juga mencintai Taekwoon hyung^^

Dan dengan hati berat Jaehwan meletakkan handphonenya. Lebih baik ia tidur, agar cepat esok pagi dan lebih cepat untuk bertemu dengan Taekwoonnya.

Jaehwan sudah terlelap dalam tidurnya dan tak menyadari bahwa ada seseorang yang mengendap-endap masuk ke dalam kamarnya, dengan sebuah pohon natal sedang yang telah diberi beberapa hiasan yang menambah cantiknya pohon itu. Dengan beberapa sentuhan akhir, sosok yang membawa pohon itu memasang lampu dan beberapa hiasan yang belum terpasang hingga akhirnya pohon natal itu pun telah siap. Sosok itu tersenyum puas. Ia mematikan lampu kamar itu sebelum kemudian melangkah menuju Jaehwan yang masih tertidur pulas di ranjangnya. Ia mengelus perlahan rambut Jaehwan yang tak setebal saat ia bertemu dengan sosok itu dua tahun lalu.

"Wake up, dear." Ucapnya lembut.

Merasa tidurnya terganggu, Jaehwan mulai membuka matanya dan langsung terbelalak kaget saat melihat siapa sosok yang berada di depannya. Bukankah kekasihnya baru akan kembali besok pagi? Lalu kenapa namja tersayangnya ini berada di hadapannya?

"Taekwoon hyung? Hyung kok bisa berada disini? Bukannya hyung masih di Jepang?" tanya Jaehwan bingung. "Lalu ini kenapa gelap? Mati lampu?"

Taekwoon tersenyum tipis. Kekasihnya ini ada-ada saja. "Aku memang di Jepang, tapi aku langsung terbang ke Seoul karna tahu bahwa kekasihku ini sangat merindukanku, namun tak memberitahukannya dan hanya membuat sebuah status di SNS nya."

"Hyungie~" rajuk Jaehwan dengan wajah yang memerah karna merasa tersindir.

"Wah! Ada pohon natal!" pekik Jaehwan riang saat ia baru menyadari bahwa kamarnya tak gelap gulita karna lampu yang menggantung di pohon natal itulah yang menyinari ruangannya.

"Hyung yang menyiapkannya?" tanya Jaehwan dengan mata berbinar dan dibalas anggukan oleh Taekwoon.

"Terimakasih, hyung!"

Chu~

Sebuah kecupan ia sematkan di bibir Taekwoon yang seketika terpaku karna ulah kekasihnya. Biasanya Jaehwan tak pernah seperti ini, bahkan saat Taekwoon mengecup bibirnya yang entah sudah keberapa kalinya sejak mereka berpacaran saja, Jaehwan masih tetap merona malu.

"Pohon natal ini benar-benar indah!" ujarnya senang. Ia tersenyum bahagia menatap Taekwoon masih memandanginya dari ranjangnya, membuat namja tampan itu juga ikut tersenyum bahagia karna melihat sosok kekasihnya yang tampak begitu canik di bawah sinar lampu pohon natal.

Namja tampan itu melangkah menghampiri Jaehwan yang masih sibuk melihat-lihat pohon natal yang tak terlalu besar itu, menggapai tangan kekasihnya yang baru saja selesai meletakkan bintang di puncak pohon yang memang sengaja tak Taekwoon pasang tadi.

"Ayo kita buat kisah cinta kita abadi selamanya." Ujar Taekwoon yang mengundang raut bingung dari Jaehwan. Taekwoon tersenyum melihat wajah bingung Jaehwan yang begitu menggemaskan, sebelum akhirnya mendekatkan wajahnya ke wajah Jaehwan.

"Aku mencintaimu, sangat." Lirihnya tepat di depan bibir Jaehwan, kemudian menyatukan kedua benda kenyal yang seakan saling melengkapi itu. Dan malam itu mereka berciuman di bawah pohon natal, berharap dengan begitu mereka bisa bersama selamanya.

~Keo~

20 Desember 2016

Jaehwan mendongakkan kepalanya, menahan air mata yang berusaha menyeruak dari kedua mata bulatnya.

~Keo~

Don't blame us who were lacking

We put our emotions first and were young

But

I'm grateful even if I'm hurt

~Keo~

24 Desember 2015

Malam ini malam natal, dan lagi-lagi Jaehwan harus sendirian seperti tahun lalu. Hari ini kekasihnya benar-benar tak dapat dihubungi, ah atau mungkin sejak tiga bulan lalu kekasihnya itu memang terlihat lebih sibuk. Taekwoon sudah jarang mengunjunginya dengan alasan jadwalnya yang begitu padat, rapat hampir setiap hari, belum lagi kekasihnya itu harus terbang ke berbagai negara untuk menemui kliennya, membuat intensitas pertemuan mereka menjadi sangat berkurang. Ah, Jaehwan benar-benar kesepain sekarang. Tadi sebenarnya ada Hakyeon –dokter Cha yang sudah ia anggap sebagai hyungnya– namun kemudian namja berkulit tan itu pamit karna harus memeriksa pasiennya yang lain. Jaehwan mengambil handphonennya, menimbang apakah ia harus menghubungi adiknya. Lagipula, rasanya ia sudah lama tak bertemu adiknya. Maklum saja, adiknya itu sudah menjadi mahasiswa, yang tentunya akan lebih sibuk dibandingkan saat ia masih sekolah dahulu. Akhirnya dengan penuh pertimbangan Jaehwan menelpon adik tercintanya, Hyuk.

Dering nada sambung lumayan lama terdengar sebelum akhirnya diangkat.

"Yeoboseyo, hyung" sapa Hyuk di sebrang sana.

"Hyukkie! Hyung sangat merindukanmu!" jawab Jaehwan to the point. "Kenapa kau sudah jarang menjenguk hyung, hum? Kau tak rindu dengan hyung ya? Kau sudah tak sayang lagi dengan hyungmu yang imut ini?" rajuk Jaehwan yang memancing kekehan di sebrang sana.

"Bukan begitu, hyung. Kau tahu kan, aku sudah mau mendekati semester akhir, dan pastinya aku sangat sibuk."

"Yayaya.. hyung tahu itu. Tapi kan.. hyung merindukanmu~" rajuk Jaehwan lagi. "Kau tak bisa datang malam ini? Hyung sendirian disini~"

Pertanyaan itu membuat Hyuk disebrang sana tercekat. "Aaku.. aku sedang ada kegiatan di kampus hyung. Aku tak bisa datang, mian." Sesal Sanghyuk.

Jaehwan menghela nafas, "Baiklah! Kau hati-hati ya! jangan macam-macam!" perintah Jaehwan yang langsung mendapat jawaban 'Siap, Bos!' dari Sanghyuk. "Kau tahu, Taekwoon hyung akhir-akhir seakan menghindari hyung.." curhat Jaehwan. "Hyung.. hyung takut ia memiliki orang lain, dan meninggalkanku.."

Sanghyuk menggenggam erat handphone di tangannya, "Hyung tak perlu khawatir, mungkin Taekwoon hyung sedang sibuk saja." Namja manis itu menggigit bibirnya.

"Ya.. semoga saja! Ah! Padahal aku ingin merayakan malam natal bersamanya, tapi sepertinya ia memang sedang sangat sibuk. Semua orang sibuk saat ini, kurasa hyung akan tidur saja di malam natal yang kelabu ini.."

"Kekeke.." Hyuk terkekeh kecil mendengar keluhan hyungnya yang mendramatisir. "Tenang saja hyung, setelah acaraku selesai, aku akan segera ke sana! Sudah ya hyung, aku sudah dipanggil oleh teman-temanku. Ku tutup ya.. bye!"

"Bye!" jawab Jaehwan sebelum menutup handphonenya. Ia baru saja akan memejamkan matanya saat sebuah ingatan terlintas di pikirannya. Ia belum membelikan adiknya dan kekasihnya itu hadiah natal. Ya ampun.. bagaimana ia bisa melupakan hal penting seperti itu? Di tengah kebingungan dan kekalutannya untuk pergi mencari kado natal, tiba-tiba Hakyeon muncul dari balik pintu kamarnya.

"Hakyeon hyung!" pekik Jaehwan senang, mengundang kernyitan bingung pada dahi dokter muda itu.

"Ada apa denganmu? Tumben kau melihatku seakan melihat Santa yang akan meletakkan kado di dalam kaos kaki yang kau gantung di pohon natal."

Namun Jaehwan hanya nyengir menunjukkan deretan gigi rapinya, membuat Hakyeon yang kini duduk di ranjangnya menatapnya curiga. "Aku tahu ada yang ingin kau minta pasti!" tebak Hakyeon.

"Kau tahu saja, hyung!"

Hakyeon hanya menampakkan wajah, aku–sudah–hafal–dengan–sifatmu.

"Hyung~ Kan ini malam natal.." Jaehwan memulai aksinya. "Orang-orang saling memberikan kado, tapi.. aku lupa untuk membeli kado untuk Hyukkie dan Taekwonnie hyung. Boleh–"

"Tidak boleh!" potong Hakyeon sebelum Jaehwan menyelesaikan ucapannya, ia sudah tahu apa maksud dari permintaan Jaehwan.

"Ayolah, hyung~" rengek Jaehwan.

"Tidak, Jae! Ini sudah malam dan diluar sangat dingin–"

"Aku bisa pakai mantel!" kini gantian Jaehwan yang memotong perkataan Hakyeon.

"Tapi kondisimu tidak sedang mendukung, Jae! Kau bahkan belum melakukan donor sumsung tulang dan kemoterapi bukan?"

"Hanya sebentar saja, hyung~ yayaya? Jika hyung tidak percaya dan takut aku kenapa-napa, hyung bisa ikut juga~" rayu Jaehwan. Sedikit terlihat keraguan di wajah Hakyeon sebelum akhirnya dokter itu mengangguk menyetujui, menghasilkan pekikan riang dan pelukan untuknya dari Jaehwan.

"Baiklah! Sekarang kau bersiap-siap, pakai pakaian yang tebal dan juga jaket. Aku akan berganti pakaian sebentar. Ingat! Jangan pergi kemana-mana, atau kau tidak ku perbolehkan untuk keluar lagi!"

"Ay ay, Captain!"

Dan Hakyeon hanya dapat tersenyum sembari mengusak sayang rambut Jaehwan yang semakin menipis setiap harinya.

Sedangkan di lain tempat, terlihat dua orang namja tengah berjalan sembari bergandengan tangan, berkeliling di tengah keramaian taman kota Seoul.

"Hyung.. apa yang kau pikirkan?" tanya namja yang lebih muda, yang diketahui sebagai Hyuk kepada sosok disampingnya yang tengah menggenggam tangannya erat.

Sosok itu, Taekwoon, tersenyum. "Tidak ada.."

"Jaehwan hyung kan, benar?"

Taekwoon ingin berkata tidak, namun kepalanya malah mengangguk.

"Kau bisa pergi dan menemuinya, aku bisa ikut dnegan teman-temanku di pesta natal." Ujar Hyuk, terlihat bahwa ia sangat tak rela saat mengucapkannya.

"Tak apa.. nanti sebelum pulang kita belikan Jaehwan kado natal dulu ya.." ucapan Taekwoon sukses membuat Hyuk tersenyum senang dan bergelayut manja di lengan Taekwoon.

Oh, Taekwoon, kau pikir kado natal yang kau berikan nanti cukup untuk membayar pengkhianatan yang kau lakukan pada Jaehwan?

Taekwoon tersenyum miris pada pemikiran yang baru saja terlintas di pikirannya. Ya, sebesar dan semahal apapun kado natal itu, jelas tak akan bisa membayar pengkhianatan yang ia lakukan.

Taekwoon memang egois. Ia telah memiliki Jaehwan, namun masih terpikat oleh pesona Hyuk, adik Jaehwan. Semuanya bermula dari beberapa bulan yang lalu, saat Jaehwan tiba-tiba koma beberapa minggu karna keadaannya yang sangat drop, membuat kedua sosok yang awalnya sekedar kenal itu semakin dekat karna sering bersama menemani Jaehwan, dan tiba-tiba rasa itu muncul begitu saja, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan di belakang Jaehwan hingga kini. Hal itu pulalah yang membuat Taekwoon jadi jarang mengunjungi Jaehwan, bukan karna rapat atau urusan dengan klien di luar negeri, melainkan karna menghabiskan waktu berdua dengan Sanghyuk. Taekwoon memang egois karna menyayangi dua kakak beradik itu, dan tak bisa melepas salah satunya, atau mungkin belum?

~Keo~

Jaehwan dan Hakyeon baru saja keluar dari sebuah toko kado dengan dua bungkusan di tangan Hakyeon. Awalnya Jaehwan yang ingin membawanya, namun Hakyeon jelas melarang yang dihadiahi protesan dari Jaehwan karna ia merasa hanya dengan membawa kantung yang tak lebih dari satu kilogram itu dapat membuat Jaehwan kenapa-napa.

"Ku bawakan atau kau tak boleh pergi kemana-mana lagi!" ancam Hakyeon yang sukses membuat Jaehwan menyerahkan kantung di tangannya dengan pout imut yang membuat Hakyeon terkekeh geli.

"Hyung! Aku mau kesana!" pekik Jaehwan sembari menunjuk sebuah tempat.

Hakyeon mengikuti jari Jaehwan, dan mendapati sebuah pohon natal yang sangat besar di tengah taman kota. Sesungguhnya Hakyeon ingin melarangnya ke sana karna cuaca yang semakin dingin, namun melihat binar bahagia di kadua manik Jaehwan membuat Hakyeon tak tega untuk melarangnya.

"Tapi hanya sebentar ya?" dan Jaehwan mengangguk senang sebagai jawabannya, sebelum akhirnya menarik Hakyeon terburu ke arah pohon natal yang ia kagumi itu.

"Wah.. indahnya!" takjub Jaehwan. "Lihat hyung! Pohon natal ini sangat besar!"

"Dasar anak kecil! Kau tak pernah melihat pohon natal sebesar ini ya?"

"Memang tak pernah! Kan aku selama ini selalu terkurung di kamar rawat ku seperti burung dalam sangkar!" jawab Jaehwan enteng, membuat rasa bersalah menyelinap di hati Hakyeon.

"Kau kan sudah melihatnya, ayo kita segera pulang!" ajak Hakyeon, membuat raut bahagia Jaehwan berubah menjadi cemberut seketika.

"Dasar Hakyeon hyung pelit! Sebentar! Aku mau berdo'a dulu!"

Hakyeon memandang Jaehwan yang kini tengah memejamkan matanya dengan tangan terkatup di depan dadanya. Ada-ada saja, bukan kah seharusnya berdo'a di gereja, kenapa jadi di depan pohon natal?

Tuhan.. terimakasih atas segala nikmatmu. Terimakasih telah mengaugerahkan aku Hyuk yang sangat menyayangiku, terimakasih telah mengabulkan do'aku untuk mebiarkan aku jatuh cinta, mencintai dan di cintai oleh Taekwoon hyung. Terimakasih karna kau berikan Hakyeon hyung dan Wonshik di sisiku. Terimakasih karna Kau memberikan pengganti eomma dan appa dalam sosok paman dan bibi. Ku harap semua kebahagiaan ini tak akan berakhir hingga aku menemuiMu, amen.

Jaehwan membuka matanya dan baru saja akan mengajak Hakyeon utuk pergi saat matanya menangkap dua orang sosok yang sangat di kenalnya tepat berada di depannya, bersebarangan. Kedua sosok itu terlihat begitu bahagia dan, Jaehwan menelan ludahnya saat menyadari kedua sosok itu terlihat serasi. Awalnya ia mengira bahwa kedua sosok itu hanya sedang berjalan-jalan saja, namun saat maniknya menangkap adiknya yang bergelayut manja di lengan kekasihnya, dan tatapan yang biasa Taekwoon berikan pada Jaehwan juga tertuju pada sosok manis di sampingnya, Jaehwan tahu bahwa ada yang salah disini.

"Jae, ayo!" ajak Hakyeon. Namun Jaehwan bergeming, maniknya masih terpaku pada kedua sosok di depannya.

"Hyung, kau tahu tentang mitos bahwa jika kita berciuman di bawah pohon natal, maka kita akan bersama selamanya?" tanya Hyuk.

"Ya.. aku tahu." Balas sosok itu sembari tersenyum hangat.

"Mau membuktikannya?" tawar Hyuk.

Jangan.. kumohon jangan, hyung.. pinta hati Jaehwan. Namun tak mungkin Taekwoon mendengarkan lirihan hatinya, karna kemudian sosok itu tersenyum.

"Jika tak terbukti pun, aku akan membuatnya tetap menjadi kenyataan."

Sekelebat ingatan muncul di pikiran Jaehwan.

"Ayo kita buat kisah cinta kita abadi selamanya." Ujar Taekwoon yang mengundang raut bingung dari Jaehwan.

Taekwoon mendekatkan wajahnya pada Hyuk yang telah memejamkan matanya.

Taekwoon tersenyum melihat wajah bingung Jaehwan yang begitu menggemaskan, sebelum akhirnya mendekatkan wajahnya ke wajah Jaehwan.

Dan kedua bibir itu pun menempel hingga berubah menjadi lumatan-lumatan ringan.

"Aku mencintaimu, sangat." Lirihnya tepat di depan bibir Jaehwan, kemudian menyatukan kedua benda kenyal yang seakan saling melengkapi itu. Dan malam itu mereka berciuman di bawah pohon natal, berharap dengan begitu mereka bisa bersama selamanya.

Jaehwan meremas erat jemari Hakyeon yang berada di dekatnya. "Jae, ada apa?" tanya Hakyeon bingung. Matanya mencari objek yang sedari tadi dipandangi oleh Jaehwan, dan seketika ia terbelalak kaget saat mendapati dua sosok yang sangat ia kenal tengah berciuman tepat di depan mereka. Mungkin Hakyeon sudah memukul kedua sosok itu jika saja Jaehwan tak menggenggam erat tangannya, menahannya.

Dengan air mata yang mengalir di wajah tirusnya, "Hyung, ayo kembali.." lirih Jaehwan. Sangat lirih hingga Hakyeon pun tak dapat mendengarnya, namja berkulit tan itu hanya dapat mengira-ngira dari gerak bibir Jaehwan. Dan akhirnya mereka kembali menuju rumah sakit dengan Jaehwan yang terus menangis dalam diam dan Hakyeon yang memeluknya erat, tak mengindahkan tatapan aneh dari orang-orang yang melihatnya.

Malam itu, Jaehwan menangis dengan Hakyeon yang memeluknya. Ah, Hakyeon bahkan juga ikut menangis melihat namja yang sudah ia anggap adiknya itu tersakiti. Jaehwan tak marah, ataupun mengutuk kedua sosok yang telah mengkhianatinya. Ia hanya menangis dan terus menangis, berharap rasa sesak yang memenuhi dadanya sedikit berkurang. Dan malam itu pula, Jaehwan membuat keputusan dalam hidupnya.

"Hyung.. aku ingin pergi.. aku tak mau merusak kebahagiaan mereka.."

Hakyeon mengangguk, dengan tetap memeluk Jaehwan, tanpa ba–bi–bu, ia mengambil handphone di sakunya dan menghubungi suaminya, Wonshik.

"Wonshik~ah.. pindahkan aku dan Jaehwan ke rumah sakit lain.."

"Ada apa, sayang? Kenapa tiba-tiba?"

"Mereka.. mereka mengkhianati Jaehwan." Lirih Hakyeon, membuat Jaehwan menggigit bibirnya saat mendengarnya.

Wonshik di seberang sana sebenarnya masih bingung dengan apa yang di maksud istrinya, namun mendengar kata mereka, pengkhianatan dan Jaehwan, sudah mampu memberikannya sebuah klu atas apa yang terjadi. "Arraseo! Aku akan meminta appa untuk memindahkanmu ke rumah sakit cabang yang lain begitu pula dengan Jaehwan hyung. Dan aku akan menjemput kalian malam ini, hum?"

"Oke, aku mencintaimu, sayang." Balas Hakyeon tulus sebelum mematikan sambungan telponnya.

"Gomawo, hyung." Lirih Jaehwan.

"Gwenchana, Jae! Aku dan Wonshik akan selalu ada untukmu!" ucap Hakyeon menenangkan. Dan malam itu pula Hakyeon dan Jaehwan meninggalkan rumah sakit itu, saat Wonshik menjemputnya, menyisakan dua kantung berisi kado natal yang tadi ia beli di bawah pohon natal, yang Taekwoon berikan setahun lalu, yang masih berada di kamarnya.

"Maaf karna aku terlalu pengecut untuk menghadapi kenyataan ini, namun.. ini terlalu menyakitkan, hyung. Ku harap inilah yang terbaik untuk kita, berbahagialah.."

~Keo~

I miss you even your once warm laughter

I miss you who was once more precious than myself

Now I can't see that anymore

But

You must be happy

~Keo~

TBC/END

Heyho~~ Kembali lagi dengan sepenggal cerita Keo dari Kyura~ Persis kayak yang Kyura bilang kemaren, ini fanfic Keo dengan alur yang hampir sama dengan fanfic sebelumnya, Jaehwan yang sakit dan Taekwoon yang mengkhianatinya~ jadi maaf kalo rada mirip-mirip gitu alur dkk nya.

Jan lupa review yaaa, kira-kira ni fanfic di lanjut atau gak~ dan juga follow sama favsnya di tunggu loh~ biar makin semangat~~ ^^

Dan buat fanfic Kaihun "Don't Tell Anyone!", karna masih belum memenuhi 18 review, jadi belum aku post kelanjutannya, kekeke

Bubye~~~