You are My Everything

Pair: Absolutely, AnMitsu

Oke! Ini saya buat genre baru. Bukan romance aja :') hurt.. dan bisa menuju ke angst. Jika ada yang meminta angst.. akan dibuat angst. Sebisa saya. Saya.. menantang diri saya sendiri.

Sho-ai, AU.

Cerita ini diambil dengan suasana yang sangat-sekolahan-pake-banget. Jadi.. school life gitu. Dan ini FF berchapter pertama saya :') kalau responnya bagus.. akan saya teruskan. Kalau tidak.. ya kita lihat saja nanti :')

WARNING! Ini FF remake dari FF saya waktu SMA. Remake pairing aja. Cerita tetep sih, dengan sedikit modif. Jadi jika anda merasa sudah pernah membaca cerita ini, kemungkinan besar anda tahu saya. Karena FF ini tidak pernah saya sebar luaskan. Ini kali pertama saya mempublish FF ini :")

ENJOY!

"Kecelakaan!? Ba, bagaimana.." Yasusada terbata-bata pada saat dia mendengar jawaban lawan bicaranya di telepon, "Ah, baiklah. Terima kasih atas kabarnya. Iya, saya akan kesana. Salam untuknya, ya. Iya. Selamat siang,"

"Kenapa, Yasusada?" tanya Kanesada setelah Yasusada memasukkan ponselnya dan bersiap-siap pulang.

"Kiyomitsu, dia kecelakaan. Aku harus kesana," Yasusada memakai tas ranselnya dan mengambil handuk yang dia gunakan untuk menyeka keringatnya tadi.

"hah? Di rumah sakit? Atau di rumah? Parah nggak? Pantas saja dia tidak datang latihan hari ini!" Horikawa menyerangnya dengan perkataan yang bertubi-tubi.

"Entahlah. Aku mau melihat keadaannya dulu. Duluan ya semua," Yasusada pun melesat keluar sekolah, dan menuju rumah sakit dimana Kiyomitsu dirawat.


"Permisi," kata Yasusada sambil membuka pintu bangsal yang dia ketahui bahwa Kiyomitsu ada disana.

"Ah, Yasusada? Masuk saja!" kata Kiyomitsu dengan suara yang ceria.

Yasusada pun serta merta masuk ke dalam bangsal Kiyomitsu dan mengambil tempat di dekat sahabatnya itu.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Yasusada simpatik.

"Emm. Aku sudah cukup baikan kok. Tapi masih belum boleh jalan kata dokter. Ada yang belum beres, gitu katanya," Kiyomitsu menghela napas, "Padahal aku ingin main bersama teman-teman yang lain.. aku ingin latihan kendo lagi,"

Yasusada tersenyum dan menepuk bahu Kiyomitsu pelan,

"Asal kau selalu berusaha dan percaya, pasti bisa sembuh. Aku akan selalu menantimu. Kita sahabat, kan?" kata Yasusada hangat.

Kiyomitsu pun tersenyum manis. Dia menjawabnya dengan anggukan. Dan mereka pun mengobrol segala hal yang bisa diobrolkan, hingga tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Yang artinya, waktu untuk makan malam.

"Ah Kiyomitsu belum makan malam, kan? Makan malam saja dulu, aku menunggumu,"

Kiyomitsu menggeleng.

"Aku masih belum lapar. Yasusada saja yang makan," Kiyomitsu berkata sambil tersenyum.

"Tapi.."

"Sudahlah. Aku makan kok. Nanti malam, mungkin. Baru minum obat." Kiyomitsu memotong perkataan Yasusada.

Yasusada yang merasa Kiyomitsu bakal keras kepala hanya menghela napas saja dan tersenyum. Dia tahu bahwa Kiyomitsu tak akan mungkin melanggar janjinya.

"Baiklah,"

Pukul delapan malam. Karena merasa tak enak sudah mengganggu waktu istirahat Kiyomitsu, Yasusada berpamitan. Dan dia pun pulang menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan pulang, Yasusada memikirkan kata-katanya tadi.

'kita sahabat, kan?' kata-kata itulah yang terngiang di kepala Yasusada. Sahabat, eh? Dia telah berbohong pada dirinya sendiri. Dia tidak menganggap Kiyomitsu adalah sahabat. Lebih dari itu. Dia menyayangi Kiyomitsu. Tapi dia sadar, Kiyomitsu tidak mungkin menyukainya. Dia berharap terlalu tinggi. Jadi dia memilih untuk diam saja. Dia memilih untuk menjadi sahabat Kiyomitsu. Itu sudah lebih dari cukup baginya. Yang jelas, dia tidak ingin Kiyomitsu jauh darinya.

Cinta terlarang yang bertepuk sebelah tangan. Sakit sekali.

"Aku.. memang menyedihkan," gumam Yasusada sambil berjalan lebih cepat.


Satu minggu lamanya, Yasusada masih menjenguk Kiyomitsu. Kiyomitsu pun terlihat senang dengan datangnya Yasusada. Mereka selalu membicarakan tentang keadaan di sekolah. Dan Yasusada pun menjelaskan tentang pelajaran yang sedang diajarkan di sekolah. Walau Kiyomitsu selalu mengelak saat pelajaran sejarah jepang, Yasusada tetap dengan sabar mengajarinya.

"Ahh! Aku lelaahh!" Kiyomitsu tiba-tiba mengeluh.

Yasusada tersenyum, memberi semangat.

"Memang sejarah itu sulit, tapi pelajarilah. Karena itu juga termasuk mata peajaran wajib.."

"Bukan itu!" potong Kiyomitsu.

"Eh?"

"Aku.. lelah terus sendiri disini.. aku ingin bersama yang lain. Aku.. aku.. aku ingin seperti dulu.." Kiyomitsu menunduk sambil mengepalkan tangannya.

Yasusada tercengang dengan perilaku Kiyomitsu. Tiba-tiba perasaan bersalah mendatangi Yasusada. Dia merasa tidak bisa membantu apa-apa. Dengan menjenguknya setiap hari, ternyata belum meringankan rasa kesepian Kiyomitsu.

"Percayalah,"

"Eh?"

"Percayalah. Kau pasti sembuh. Asal kau minum obat dan berdoa. Semuanya menunggumu. Karena kau teman kami yang berharga. Semangat, Kiyomitsu," kata Yasusada menyemangati.

Kiyomitsu mengangguk, namun tetap menunduk.

"Pembohong," pikir Kiyomitsu.


Keesokan harinya, Yasusada mengunjungi Kiyomitsu lagi dengan membawa dango kesukaan Kiyomitsu. Dia membayangkan Kiyomitsu yang sedang memakan dango darinya. Bagi Yasusada, melihat Kiyomitsu memakan dango, sama seperti melihat hamster yang makan biji bunga matahari sampai mulutnya penuh. Ya, sangat imut.

Saat dia sudah ada didepan bangsal Kiyomitsu, dia berniat untuk membukanya,

"Permi—"

"AKU TIDAK MAU!" teriak Kiyomitsu yang disertai suara piring serta gelas yang jatuh.

Yasusada terhentak dengan suara itu.

"Tapi kalau anda tidak makan dan minum obat.. anda.." terdengarlah suara perempuan di dalam.

"UNTUK APA SEMUA INI!? AKU TIDAK BUTUH SEMUANYA! SUDAH PASTI AKU AKAN MATI! JADI, KELUAR DARI KAMARKU! SEKARANG!" teriak Kiyomitsu semakin keras.

"Tapi.."

"APA KATAKU? KELUAR!" Kiyomitsu masih berteriak.

Mengikuti naluri, Yasusada masuk ke kamar Kiyomitsu tanpa permisi. Kiyomitsu yang melihat Yasusada pun tercengang. Dia tak sadar ada Yasusada di depan kamarnya sejak tadi.

"Yasu.. sada.."

Yasusada memandang perawat yang sejak tadi berdiri di sebelah Kiyomitsu, tersenyum, dan berkata,

"Biar saya yang akan membereskannya. Tak apa,"

"Tapi.."

"Tak apa. saya tak merasa direpotkan. Terima kasih sudah merawat teman saya," Yasusada membungkuk kecil dan tetap tersenyum.

Perawat itu pun akhirnya mengangguk ragu-ragu, dan membungkuk kecil, kemudian keluar dari kamar Kiyomitsu dengan cepat. Yasusada menutup pintu dan membereskan segala kekacauan yang diperbuat Kiyomitsu. Di sisi lain dirinya, Yasusada sudah hancur. Dengan kata-kata Kiyomitsu.

"Yasusada.. a, aku.."

"Apa maksudmu?"

"A—ah?"

"Apa maksudmu dengan mati? Apa kata-katamu dulu hanya bohong belaka?" tanya Yasusada dingin.

"Bu, bukan. Aku.. benar-benar ingin bersama.."

"PEMBOHONG!" Yasusada menahan tangisannya, "Apa kau tidak pernah bisa percaya bahwa kau akan sembuh? Apa kau tidak tahu bahwa masih ada yang menyayangimu? Yang menantimu? Kenapa kau semudah itu memutuskan akan mati? Aku yakin kau akan semb.."

"TIDAK MUNGKIN!" potong Kiyomitsu.

Yasusada tercengang. Saat melihat wajah Kiyomitsu yang sudah berlinangan air mata.

"Aku tidak akan sembuh.. aku sudah lumpuh. Tak akan bisa berjalan lagi. Aku tahu itu! Aku mendengar dokter berbicara dengan Tsurumaru onii chan.. Aku sudah tak ada harganya. Aku hanya menyusahkan. Aku sudah capek, Yasusada. Kau tahu tidak? Aku ingin segera mengakhiri semua ini. Aku ingin mati saja, agar tak ada yang kesusahan karenaku," air mata Kiyomitsu tetap mengalir, membuat Yasusada semakin sakit hati karenanya.

Tak tahu atas dorongan siapa, Yasusada pun memeluk Kiyomitsu erat. Kiyomitsu yang kaget spontan mencoba untuk mendorong Yasusada.

"Yasusada.. ap—apa.."

"Teruslah hidup.."

"Apa?"

"Teruslah hidup untukku. Aku menantimu. Jangan putuskan semangat hidupmu. Kau masih dibutuhkan. Kau sangat berharga.."

'Bagiku..' lanjut Yasusada dalam batinnya.

Kiyomitsu terdiam. Dia pun hanya mengangguk dalam pelukan Yasusada. Dia masih menangis. Tapi kali ini ada satu lagi luka dalam hati Kiyomitsu. Dia telah berbohong lagi pada Yasusada.


Dua hari terlewati sudah. Namun Yasusada tidak merasakan adanya perubahan pada diri Kiyomitsu. Kiyomitsu cenderung lebih pendiam. Mau tak mau, ini juga menjadi pukulan telak bagi Yasusada.

Sebetulnya, kaki Kiyomitsu masih dapat disembuhkan. Melalui proses terapi. Namun proses terapi akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dan tentu saja rasa sakit yang luar biasa sebagai bayarannya.

Berulang kali Yasusada menyarankan untuk terapi, namun Kiyomitsu tetap menolaknya dengan alasan, itu akan sakit sekali. Yasusada pun kesusahan untuk membujuknya.

Hari ini, seperti biasa Yasusada menjenguk Kiyomitsu. Saat dalam perjalanan ke kamar Kiyomitsu, Yasusada merasakan perasaan tak enak. Wali Kiyomitsu, Tsurumaru onii chan tadi berpesan untuk menjaga Kiyomitsu karena perilaku Kiyomitsu sangat aneh akhir-akhir ini. Setelah sedikit berpikir, Yasusada sedikit tersadar dan akhirnya berlari sambil berharap tak akan ada apa-apa yang terjadi.

Saat sampai didepan kamar Kiyomitsu, Yasusada langsung membuka kamar Kiyomitsu. Dan tak ada seorang pun di dalam kamar. Yasusada menjadi lebih khawatir. Dia mendengar suara air dari dalam kamar mandi.

"Jangan-jangan.. ah, tidak. Kiyomitsu tidak segila itu untuk melakukan hal bodoh tersebut," pikir Yasusada.

Yasusada pun meraih pintu kamar mandi tapi.. terkunci! Yasusada memucat. Dia menggedor pintu kamar mandi.

"Kiyomitsu! Apa yang kau lakukan!? Jawab aku!"

"Pergilah.."

Suara Kiyomitsu terdengar sangat pelan dan lemah. Seperti..

"Kiyomitsu! Jangan lakukan hal yang bodoh! Cepat buka!" Yasusada mencoba untuk membukanya, namun nihil.

"Biarkan aku.. sekarang.." suara Kiyomitsu terdengar makin lemah.

Yasusada menjadi sangat khawatir, mengingat Kiyomitsu adalah orang yang nekat. Bisa saja dia.. bunuh diri. Akhirnya. Pintu kamar mandi dapat terbuka setelah di dobrak oleh Yasusada. Dan tercenganglah Yasusada menemukan tubuh Kiyomitsu yang basah dan lengannya yang penuh darah.

"KIYOMITSU!" Yasusada mencoba untuk meraih tubuh Kiyomitsu, namun Kiyomitsu melemparkan sabun mengenai kaki Yasusada, sehingga Yasusada menjauh.

"Belum.. cukup. Aku belum mati.. harus lebih," gumam Kiyomitsu sambil mengambil pisau yang berlumuran darah di sampingnya.

Dan Yasusada melihat dengan matanya. Kiyomitsu mengiris tangannya sehingga darahnya keluar semakin banyak. Namun tidak pada nadinya. Tepat di bawah nadi. Yasusada membeku melihat itu semua.

"Kenapa.. aku tidak segera mati? Apa menghabiskan darah bukanlah cara terbaik? Apa aku harus mencoba mengiris tepat disini?" gumam Kiyomitsu smbil mengarahkan mata pisau ke arah nadinya.

Yasusada yang melihatnya langsung menahan pisau itu mengiris nadi Kiyomitsu, walau telapak tangannya yang jadi korban.

Darahnya dan darah Kiyomitsu bercampur menjadi satu. Jatuh ke lantai kamar mandi. Telapak tangannya sakit. Namun tidak sesakit hatinya melihat Kiyomitsu menjadi seperti ini.

Kiyomitsu langsung menarik pisaunya setelah dia melihat tangan Yasusada teriris. Kiyomitsu memandang Yasusada dengan wajah yang sudah berlinangan air mata. Dia benci Yasusada selalu berkorban untuknya. Dia tak mau melihat Yasusada kesusahan lagi.

"kenapa kau menyelamatkanku? Aku hanya ingin mati! Baka! Aku membencimu! Pergi kau!" Kiyomitsu membentak Yasusada dan hampir menamparnya.

Namun Yasusada langsung menahan tangan Kiyomitsu dan memandangnya. Luka. Darah. Ada di tangan Kiyomitsu yang bersih. Air mata Yasusada menetes, menimbulkan sedikit rasa perih dan membuat Kiyomitsu meringis kesakitan.

"Hentikan.. kumohon hentikan, Kiyomitsu.. jangan siksa aku seperti ini. Kumohon hiduplah demi aku. Kumohon.." Yasusada berlutut sambil tetap memegang tangan Kiyomitsu, berusaha menghentikan darahnya.

Mata Kiyomitsu menjadi sendu. Air mata tak berhenti mengalir. Akhirnya dia membuka mulutnya,

"Kenapa?"

"…"

"Kenapa aku harus hidup demi dirimu? Aku tak ada harganya lagi. Aku benci hidupku,"

Yasusada memandang Kiyomitsu yang masih meneteskan air mata. Yasusada mendekat, dan menempelkan bibirnya di bibir Kiyomitsu. Kiyomitsu kaget. Dia mencoba untuk mendorong Yasusada dengan tangan satunya. Namun dia tak bisa. Badannya lemas. Panas. Dan dia memandang tangannya yang berlumur darah. Darahnya sudah berhenti, namun darah Yasusada masih terus menetes.

Kiyomitsu sudah tak bisa apa-apa. Dia menutup matanya. Pasrah atas segala yang akan terjadi. Yasusada. Sahabatnya sendiri mencium dirinya. Ini gila. Tapi Kiyomitsu mengaku, nyaman atas perlakuan Yasusada. Namun ini salah. Dia sadar. Oleh karena itu, dia ingin menghentikan semua ini.

Dia merasakan lidah Yasusada menjilat bibir bawahnya. Tanpa sadar, dia membuka bibirnya. Memberikan ruang untuk Yasusada.

"Yasu.. sada.." gumam Kiyomitsu tidak jelas.

Tiga puluh detik kemudian, Yasusada melepaskannya. Yasusada pun melihat darah Kiyomitsu berhenti, dan dia tersenyum.

"Kau gila," desis Kiyomitsu.

Yasusada tak peduli. Dia mengangkat tubuh Kiyomitsu dan segera menyuruhnya ganti baju. Kiyomitsu ingin mengatakan tidak, namun saat Yasusada mendekat dengan senyum tampannya, Kiyomitsu memalingkan mukanya dan akhirnya berganti baju.

Dan saat Yasusada mengobati lukanya, dia hanya terdiam dan tak memandang Yasusada. Perasaannya tak menentu. Namun dia menafsirkan bahwa itu rasa bencinya terhadap Yasusada.

"Yosh. Selesai," kata Yasusada saat selesai mengobati luka Kiyomitsu.

"Apa maksudmu tadi?" tanya Kiyomitsu langsung.

"Anoo.. tak apa," kata Yasusada santai.

"Kau mau mempermainkanku?"

"Tidak,"

"Lalu maksudmu apa!?" Kiyomitsu menjadi geram dengan Yasusada.

Yasusada terdiam dan menatap Kiyomitsu dalam. Lalu dengan tegas dia berkata,

"Aku menyukai—ah tidak. Aku mencintaimu, Kashuu Kiyomitsu,"

Mata Kiyomitsu membulat.

"Eh?"


A/N

Yahoo~ ya. Sekali lagi, ini berchapter. Mau sampai chapter berapa.. saya juga tak tahu xD saya katakan lagi, saya melihat bagaimana responnya terlebih dahulu :') jadi.. FF ini akan jadi twoshoot atau berchapter banyak, tergantung aruji sekalian yang membaca xD

Dan~ tak bosan-bosannya saya mengucapkan terima kasih pada pembaca yang sudah membaca FF saya yang lain *bow* apalagi bagi yang sudah setia memfavorite/memfollow.. dan juga mereview.. melihat itu semua, membangun saya untuk terus berkarya :") terima kasih *bow sedalam-dalamnya*

Have a Nice Night~

Salam,

Satou Ayumu