SWEET ENEMY

Judul : Sweet Enemy

Author : Barbie (ot12barbiegirl)

Rate : T sampai M?

Casts : SUDO couple

Suho EXO

DO Kyungsoo

EXO Member

yang lain menyusul.

Warning : GS for some character,typo,crack!pair,OOC,don't like don't read.

STORY DON'T BELONG TO ME

REMAKE DARI NOVEL SANTHY AGATHA DENGAN JUDUL YANG SAMA

PROLOG

"Itu dia orangnya baru datang," Minho menunjuk dari jendela di lantai paling atas mansion itu , "Dia anak miskin itu, yang dipungut oleh mama Suho."

"Mana?" Baekhyun ikut-ikutan mengintip di jendela dan mengernyit, "Sepertinya dia biasa-biasa saja? Apa yang membuat mama Suho memungutnya?" tanya Baekhyun.

"Karena dia anak kesayangan di sekolah yang didirikan oleh mama Suho, nilai-nilai pelajarannya paling sempurna, dan otaknya jenius, meskipun dia datang dari keluarga miskin, dengar-dengar ayahnya baru meninggal karena kecelakaan di tempat kerja, dan dia tidak punya siapa-siapa lagi, karena itulah Nyonya Kim memutuskan menjadi penyandang dananya." jawab Minho panjang lebar.

Baekhyun melirik ke arah Suho yang tampak tidak tertarik, sedang menenggelamkan diri dalam buku bacaannya. Lelaki itu tampak begitu dingin, muram dan tidak tersentuh, hanya beberapa orang yang bisa berdekatan dengannya, Kim Joonmyeon atau yang biasa dipanggil Suho, putera dari konglomerat nomor satu di Korea. Baekhyun dan Minho adalah sebagian yang beruntung. Mereka dekat bukan karena Suho membuka diri, tetapi karena kedua orangtua mereka memang bersahabat dan mereka sudah berkenalan sejak kecil. Suho bukanlah orang yang dekat dengan kedua orangtuanya. Papanya tidak pernah ada di mansion, sibuk dengan bisnisnya, dan Mamanya lebih senang berkeliaran di luar dengan kegiatan amal dan kebaikan hatinya, merasa bahagia karena dipuja orang sebagai pribadi yang darmawan. Meskipun Suho sangat menghormati kedua orang tuanya itu.

Dan Kyungsoo, orang yang mereka bicarakan itu tentunya menjadi subjek terbaru mamanya untuk menuai pujian dari semua orang. Suho mengernyit kesal. Mamanya selalu membuatnya repot, dan sekarang, dia menampung anak gelandangan itu di sini, di mansionnya. Suho harus selalu berinteraksi dengan anak gelandangan dari keluarga miskin itu.

"Tapi dia cantik," Baekhyun bergumam lagi, kali ini mengamati dengan lebih intens, "Suho, kau benar-benar tidak ingin melihatnya?"

"Tidak." Suho mengangkat kepalanya dari buku, merasa terganggu karena kedua temannya itu mengganggu konsentrasinya membaca, "Toh aku akan bertemu dengannya nanti, dia akan tinggal di mansion ini."

Minho mengernyit, "Mamamu memutuskan supaya dia tinggal di mansion keluarga Kim? Aku pikir dia hanya akan menanggung biaya hidup dan pendidikannya."

"Kyungsoo tidak punya rumah, karena ayahnya begitu miskin dan tidak mampu membayar hutang, rumah mereka disita oleh Bank, karena itu mama memutuskan menempatkannya di sini,"

Suho mencibir, membayangkan betapa senangnya Kyungsoo mendengar keputusan mamanya. Anak gelandangan itu pasti tidak akan melepaskan kesempatan sekalipun supaya bisa tinggal di mansion mewah, mansion keluarga Kim. Tinggal tunggu waktu saja sebelum anak gelandangan itu mencoba menggerogoti harta mamanya. Semua orang sama, semuanya mengincar harta keluarga Kim. Begitupun anak gelandangan itu, Suho sangat yakin Kyungsoo punya rencana buruk untuk menggerogoti kekayaan keluarganya.

"Kau tidak menyukainya ya?" Baekhyun menangkap sorot kebencian di mata Suho.

Dengan acuh Suho mengangkat bahunya, "Aku tidak suka semua gelandangan miskin pengincar harta."

Baekhyun dan Minho saling melemparkan pandangan tahu sama tahu, akan gawat bagi Kyungsoo, kalau Suho tidak menyukainya. Karena Suho terkenal kejam dan tak berbelas kasihan kepada orang-orang yang tidak dia suka.


Kyungsoo turun dari Limousine yang dikirimkan Nyonya Kim kepadanya, dan tertegun menatap Mansion yang begitu indah di depannya. Astaga. Mansion ini besar sekali, seperti istana di negeri dongeng. Ini adalah mansion terbesar yang pernah Kyungsoo lihat, yang bisa Kyungsoo bayangkan. Tetapi kemudian Kyungsoo mengernyit, mansion ini terlalu besar, terlalu mewah dan Kyungsoo merasa tidak nyaman kalau harus tinggal di sini. Dia sudah berusaha menolak ketika Nyonya Kim memintanya tinggal di Mansion keluarga Kim yang terkenal itu, setelah Kyungsoo tinggal sebatang kara karena kematian ayahnya. Tetapi Nyonya Kim bersikeras, dan Kyungsoo tidak bisa menolaknya, Nyonya Kim sudah membiayai sekolahnya, Kyungsoo sangat berhutang budi kepadanya.

Saat ini, sebatang kara di dunia ini Kyungsoo sepenuhnya tergantung kepada kebaikan hati Nyonya Kim. Dia masih ingin sekolah, dan menyelesaikan pendidikannya. Itulah impian ayahnya, supaya Kyungsoo menjadi anak pintar dan berpendidikan, sehingga bisa hidup lebih baik daripada ayahnya yang tidak mengenal bangku sekolahan. Digenggamnya kalung perak di lehernya, kalung itu sederhana, dengan liontin bulat yang bisa dibuka, di dalamnya ada foto Kyungsoo bersama ayahnya. Kalung perak itu adalah benda miliknya yang paling berharga, satu-satunya peninggalan ayahnya, hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas, dan dibeli ayahnya dari seluruh uang tabungannya selama bekerja sebagai buruh bangunan.

Seorang pelayan menjemputnya ke depan pintu dan membungkukkan tubuhnya dengan formal.

"Selamat datang, Nyonya Kim sudah menginformasikan kedatangan anda, silahkan masuk, kamar anda sudah disiapkan."

Kyungsoo menatap pelayan itu dengan gugup,"Eh… Apakah Nyonya Kim ada di mansion?"

Pelayan itu menggeleng, "Beliau tidak ada di mansion jam-jam segini, biasanya di malam hari beliau baru ada, itu pun kalau tidak ada undangan-undangan jamuan makan malam penting, tetapi saat ini Tuan Muda ada di mansion. Mari saya antar anda ke kamar anda."

Kyungsoo mengangguk gugup, membiarkan pelayan itu mengambil kopernya, sejenak Kyungsoo merasa malu karena koper bututnya tampak tidak pantas berada di dalam mansion semewah ini. Tetapi pelayan laki-laki itu tampaknya tidak memperhatikannya.

Dengan ragu Kyungsoo mengikuti pelayan itu melangkah menaiki tangga lingkar dengan pegangan keemasan yang berkilau menuju lantai dua.

"Ini kamar anda, semoga anda betah di sini." pelayan itu membukakan sebuah pintu besar dan mempersilahkan Kyungsoo masuk.

Kyungsoo masuk, lalu terpesona. Astaga. Luas kamar ini mungkin sama dengan luas mansion kecil yang dia tinggali bersama ayahnya dulu, bahkan mungkin lebih besar. Interiornya mewah, bergaya Eropa dengan nuansa keemasan. Karpet yang melingkupi seluruh lantainya juga begitu tebal, sampai-sampai Kyungsoo merasa malu karena sepatu jeleknya tampak tidak pantas untuk menginjak karpet kamar itu.

"Silahkan anda beristirahat dulu, kalau anda butuh sesuatu tinggal tekan intercom di samping ranjang, kami akan menyediakannya. Oh ya, nanti malam silahkan turun ke bawah untuk makan malam, Nyonya Kim ingin bercakap-cakap dengan anda nanti."

Kyungsoo mengangguk, dan pelayan itu melangkah pergi setelah meletakkan koper Kyungsoo di kamar, meninggalkan Kyungsoo sendirian, berdiri ditengah ranjang dan terpana, seolah-olah sedang berada di negeri dongeng.

Suara pintu terbuka mengagetkan Kyungsoo dari lamunannya, dia menoleh ke pintu dan terpana. Sosok yang berdiri di depannya adalah sosok yang paling tampan yang pernah Kyungsoo lihat. Lelaki itu bersandar di pintu kamarnya yang sudah ditutup dan menatap Kyungsoo dengan pandangan penuh penghinaan.

"Kuharap kau nyaman di kamar ini," suara yang keluar begitu dingin, dan tanpa sadar Kyungsoo memundurlan langkah menjauh.

"Kau… Kau siapa? Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa permisi?"

Suho mengangkat alisnya jengkel, "Kenapa aku harus meminta permisi kepadamu? Ini mansionku."

Kyungsoo tertegun, jadi inilah dia, Kim Joonmyeon atau Suho, pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Kim yang terkenal itu. Kyungsoo sering mendengar namanya disebut-sebut di berita atau di tabloid-tabloid. Kim Joonmyeon putera mahkota kerajaan bisnis Kim yang berkepribadian buruk dan sering bertengkar dengan wartawan. Kyungsoo dulunya tidak pernah tertarik dengan berita-berita itu, dia terlalu sibuk belajar di pagi hari dan kerja sambilan di malam harinya, tetapi satu yang pasti. Kim Joonmyeon yang asli jelas lebih tampan dari apa yang ditayangkan di televisi atau di tabloid-tabloid.

"Aku kesini untuk memperingatkanmu." Suho melemparkan pandangan mencemooh kepada Kyungsoo, "Kau pasti merasa beruntung sekali karena mamaku mengizinkanmu tinggal di mansion kami. Tapi kau jangan terlalu berbesar hati, aku akan menendangmu langsung dari mansion ini segera setelah kau lulus sekolah nanti, karena tempat yang pantas untukmu bukanlah di mansion ini, tetapi di tempat kumuh, bersama para gelandangan sejenismu!" Suho mengernyit menatap Kyungsoo, lalu membalikkan tubuh dan melangkah pergi meninggalkan kamar Kyungsoo, dengan pintu berdebam di belakangnya.

"Sepertinya kalian sangat rukun," Baekhyun tertawa geli ketika dia dan Suho berpapasan dengan Kyungsoo di lorong mansion, lalu Kyungsoo hanya menganggukkan kepalanya dan bergegas menjauh, sementara Suho hanya menatap dengan pandangan dingin.

Suho melemparkan pandangan marah kepada Baekhyun,

"Jangan bercanda, aku benar-benar terganggu dengan kehadirannya di mansion ini."

"Tapi kau tidak berbuat apa-apa untuk mengusirnya dari sini."

"Hmmm…" Suho tampak berpikir, "Jangan salah, aku sedang membuat sebuah rencana."

"Rencana apa?" Baekhyun menatap Suho dengan pandangan tertarik.

"Rencana yang bisa membuat mama mengusirnya dari mansion ini."


Mansion itu heboh, ketika di pagi harinya Nyonya Kim berteriak marah karena salah satu kalung rubi favoritnya hilang. Kalung itu adalah benda yang berharga, selain karena harganya yang tak ternilai, kalung itu adalah kalung warisan yang diturunkan secara turun temurun kepada pengantin keluarga Kim. Seluruh isi mansion begitu heboh, seluruh pelayan ribut mencari kalung itu, dan ketika tak juga ditemukan, mereka mulai saling menuduh.

"Dulu tidak pernah ada barang yang hilang di mansion ini."

"Iya dulu mansion ini sangat aman."

"Atau jangan-jangan karena anak itu? Kau pernah lihat kan? Anak angkat Nyonya Kim yang ditempatkan di lantai dua itu, kemarin dia datang dan kalung Nyonya hilang, sungguh suatu kebetulan."

"Betul juga, sebelum kedatangan anak itu, mansion ini tidak pernah terdengar ada kejadian pencurian apapun."

Suho kebetulan lewat dan mendengar percakapan para pelayan yang saling berbisik-bisik itu. Dia tersenyum. Bagus. Bara sudah dinyalakan, tinggal menunggu angin menghembus supaya apinya membakar Kyungsoo Dengan langkah tenang Suho melangkah memasuki ruang kerja mamanya yang kebetulan sedang ada di rumah.

"Aku dengar kalung mama hilang," Suho langsung menyapa dan duduk di kursi, di seberang meja kerja mamanya.

Nyonya Kim mengangkat kepalanya dari berkas dihadapannya dan mengerutkan alisnya, "Benar-benar kecerobohan luar biasa, kalung itu warisan turun temurun keluarga Kim, kalau para pelayan itu tidak bisa menemukannya, mama akan memecat mereka semua."

"Mama sudah lapor polisi?"

"Belum," Nyonya Kim bersedekap, "Mama ingin para pelayan mencarinya dulu, kalau sampai malam mereka tidak bisa menemukannya, mama akan menghubungi polisi."

Suho mengangkat bahunya, "Bukankah ini suatu kebetulan?"

"Kebetulan apa?"

"Bahwa kalung mama hilang setelah anak gelandangan itu masuk ke rumah ini."

"Kim Joonmyeon! Jaga bicaramu." suara Nyonya Kim meninggi, "Kau tidak tahu apa yang kau tuduhkan. Kyungsoo adalah anak baik di sekolah, dan dia jenius dengan nilai tertinggi, bagaimana mungkin kau mencurigainya mengambil kalung itu?"

"Aku tidak mencurigainya, aku hanya berpikir bahwa itu suatu kebetulan." Suho menatap mamanya dengan penuh perhitungan, "Kalung itu tidak ketemu sampai sekarang, dan kamar anak gelandangan itu adalah satu-satunya tempat yang belum diperiksa pelayan, tidak ada ruginya kan mama memeriksa kamar anak itu?"

Nyonya Kim termenung mendengar perkataan anak tunggalnya itu. Benar juga, tidak ada ruginya kan kalau dia memerintahkan pelayannya memeriksa kamar Kyungsoo?

Kyungsoo sedang belajar dan mencoba memecahkan soal aritmetika yang rumit ketika pintu kamarnya terbuka dan beberapa pelayan masuk, diikuti Nyonya Kim sendiri dan Suho yang menatapnya dengan sinar kebencian yang aneh di belakangnya.

"Nyonya Kim?" Kyungsoo langsung berdiri dari kursi belajarnya.

Nyonya Kim hanya menatapnya datar, "Kau tidak keluar ya seharian ini?"

"Iya Nyonya Kim, sepulang sekolah saya langsung belajar di kamar." Kyungsoo menatap wajah-wajah yang menatapnya itu dengan bingung. Ada apa? Kenapa semua orang menatapnya dengan aneh.

Nyonya Kim berdeham sebentar dan menggumam,

"Kalau begitu kau mungkin belum dengar, kalung rubiku hilang entah kemana pagi tadi, dan seluruh penjuru rumah sudah dicari, tinggal kamar ini yang belum." Tiba-tiba pandangan Nyonya Kim tampak malu, "Maafkan aku Kyungsoo, mungkin kami terpaksa memeriksa kamarmu, aku harap kami tidak akan menemukan kalung itu disini."

Wajah Kyungsoo pucat pasi antara perasaan terhina dan sedih. Kalung Nyonya Kim hilang, dan dia sebagai pendatang yang datang dari kelas miskin, harus menghadapi penghinaan karena dicurigai. Dengan pedih Kyungsoo mengangkat dagunya, "Silahkan periksa kamar ini."

Ketika para pelayan bergerak memeriksa seluruh bagian kamar, Kyungsoo sungguh yakin bahwa mereka tidak akan menemukan apapapun di kamar ini. Kyungsoo sungguh tidak mengambil kalung rubi itu, bahkan dia tidak terpikirkan sama sekali akan bentuk kalung rubi itu.

Tetapi kemudian, seorang pelayan membuka laci pakaian Kyungsoo dan terkesiap. Semua menoleh ke arah suara itu dan tertegun. Di laci baju itu, dibawah pakaian-pakaian Kyungsoo, ada kalung rubi itu tergeletak di sana.

Wajah Nyonya Kim berubah-ubah antara kekecewaan dan kemarahan, "Aku sudah berbuat baik kepadamu, aku tidak menyangka kau melakukan perbuatan yang begitu tidak terpuji."

Kyungsoo pucat pasi, sungguh tidak menyangka kenapa kalung itu ada di sana, dia sungguh tidak tahu. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin?

Kemudian dia menangkap sinar kemenangan dan seringai menghina sekilas dari Suho dan dia sadar. Lelaki itu pernah mengancam akan mendepaknya keluar dari mansion ini. Kyungsoo sangat yakin ini adalah pekerjaan Suho untuk memfitnahnya.

"Nyonya… Saya sungguh-sungguh tidak mengambil kalung itu." suara Kyungsoo bergetar karena semua pelayan dan Nyonya Kim menatapnya dengan menuduh, "Saya tidak tahu bagaimana bisa kalung itu berada di sana."

"Apa kau pikir kalung itu bisa jalan sendiri?" gumam Suho dengan pandangan menghina.

Nyonya Kim menghela nafas panjang. "Kita bicarakan ini nanti, Kyungsoo, kau ikut ke ruanganku, aku harus mengevalusi kebijakanku memberikan bantuan kepadamu, kau sungguh-sungguh mengecewakanku!" dengan marah Nyonya Kim membalikkan badannya dan pergi, para pelayan langsung mengikutinya.

Sementara itu Suho tetap tinggal di sana, bersedekap dan menatap Kyungsoo dengan santai, "Well sepertinya kau akan lebih cepat didepak dari sini, tidak perlu menunggu sampai kau lulus sekolah," gumamnya mengejek.

Mata Kyungsoo berkaca-kaca antara perasaan malu dan marah luar biasa, "Kau sungguh jahat!" desisnya penuh emosi.

Tanpa perasaan Suho terkekeh dan kemudian matanya berubah kejam ketika melangkah mendekati Kyungsoo, membuat Kyungsoo memundurkan langkahnya setengah takut.

Suho terus mendekat sampai Kyungsoo terjebak di tembok, "Tempatmu bukan di sini, tempatmu di sana di tempat kumuh bersama para gelandangan, aku sudah pernah bilang kan? Jadi jangan bermimpi kau bisa tinggal dan menikmati kemewahan di mansion ini." tatapan Suho tiba-tiba tertarik ke kilatan cahaya dari dada Kyungsoo, matanya beralih dan menemukan kalung perak yang sangat bagus di sana.

"Kalung apa itu?" tangannya meraih kalung itu dan Kyungsoo dengan defensif berusaha melindungi kalung peninggalan ayahnya, tetapi Suho memaksa sehingga rantai kalung itu lepas, dan Suho merenggut kalung itu dalam genggaman tangannya.

"Jangan!" Kyungsoo berusaha berteriak dan meraih kalung itu, tetapi tubuh Suho terlalu tinggi.

Suho menatap kalung itu, lalu dengan jahat mengantonginya, "Sepertinya kalung itu sangat berharga ya?.Aku akan mengambilnya, sebagai hukuman karena kau mencuri kalung ibuku."

"Aku tidak mencuri kalung itu, aku tahu kau yang memfitnahku!" Kyungsoo berteriak, berusaha mengejar Suho,

"Kembalikan kalungku!"

"Tidak, aku memutuskan akan memilikinya," dengan kejam Suho membalikkan langkah dan meninggalkan Kyungsoo yang menangis di belakangnya.


Sore sudah beranjak malam ketika Kyungsoo turun dari bis. Dia diusir dari mansion itu karena di tuduh mencuri, dan Nyonya Kim mengatakan akan mencabut semua bantuannya kepada Kyungsoo, serta Kyungsoo harus berterima kasih kepadanya karena Nyonya Kim memutuskan tidak akan melaporkan Kyungsoo kepada polisi, karena kalau tidak, Kyungsoo akan dipenjara. Sekarang Kyungsoo berdiri di dekat kompleks rumah kumuh, rumahnya yang dulu. Dan bingung harus berbuat apa. Dia tidak punya rumah karena rumahnya bersama ayahnya dulu sudah disita, dan dia tidak punya siapa-siapa. Dan… Perutnya lapar, tapi dia juga tidak punya uang, yang dia bawa ketika keluar dari mansion Nyonya Kim hanyalah pakaian-pakaiannya. Sambil menekan perutnya yang mulai terasa perih, Kyungsoo melangkah ke emperan sebuah toko yang sudah tutup. Dan duduk di sana. Seperti melengkapi kepedihannya, hujan turun dengan derasnya, meniupkan hawa dingin dan cipratan air yang mulai membasahinya, emperan toko itu ternyata tidak cukup melindunginya.

Lapar dan sakit hati, Kyungsoo teringat akan ayahnya dan menangis. Diingatnya ketika ayahnya pulang sambil membawa jatah makan siang di proyek bangunannya untuk Kyungsoo, ayahnya berpuasa tidak makan siang supaya bisa membagi jatah makan siangnya dengan Kyungsoo, mereka lalu makan sepiring berdua, meskipun hanya makanan sederhana, tetapi karena dimakan dengan penuh rasa syukur dan bahagia, terasa begitu nikmat. Ayahnya adalah sosok malaikat dalam hidup Kyungsoo, meskipun mereka tidak beruntung dalam hal keuangan, tetapi mereka berbahagia dalam kesederhanaan, bisa memiliki satu sama lain. Kyungsoo selalu mengingat pesan ayahnya supaya dia selalu menjaga hatinya.

"Kita ini orang miskin Kyungsoo tetapi jangan sampai kita juga miskin hati. Isilah hatimu dengan kebaikan, maka kau akan menjadi orang kaya di hadapan Tuhan."

Dan sekarang ayahnya sudah tiada. Kecelakaan di tempat kerja, ayahnya tertimpa batu ketika sedang mengopernya ke atas, ayahnya berkerja sebagai buruh bangunan di sebuah proyek pembangunan apartment, dan ayahnya meninggal seketika. Di tengah hujan deras ini, hati Kyungsoo hancur mengingat ayahnya, dan kalung liontin kenangan ayahnya sudah direnggut oleh Suho yang jahat itu. Air mata Kyungsoo mengalir deras. Rasanya lebih baik dia mati saja.


"Mama masih kecewa dengan Kyungsoo, mama tidak menyangka dia akan berbuat seperti itu." Nyonya Kim mendesah sedih sambil menatap makan malamnya, hujan deras turun di luar, dan dia hanya berdua dengan Suho di meja makan yang besar itu. Tuan Kim sedang dalam perjalanan bisnisnya di luar negeri.

Suho mendengus kesal, "Yah, mama seharusnya tahu, orang miskin biasanya memang tergoda menjadi pencuri ketika mereka dihadapkan pada barang-barang berharga."

Nyonya Kim menggelengkan kepalanya, "Dulunya mama berpikir Kyungsoo akan berbeda," Nyonya Kim mendesah, "Kau tahu, kita berhutang budi kepadanya."

Hutang Budi? Suho mengernyit

Nyonya Kim menatap Suho dan tersenyum lembut,

"Kau masih kecil waktu itu, mungkin kau lupa." Nyonya Kim mulai bercerita, "Dulu ada seorang pemain biola terkenal, namanya Min Joon, dia berasal dari keluarga miskin, tidak mengenal sekolah, tetapi sangat berbakat, dia sahabat papamu."

Suho tidak mengingatnya, tetapi entah kenapa ada dorongan samar-samar ingatan di benaknya.

"Suatu hari, ada penculik, kau waktu itu sedang berumur 5 tahun, kau bermain-main sendirian di lorong kantor papamu. Di saat yang sama, Minjoon sedang mengunjungi papamu untuk persiapan kunjungannya ke Austria, dia menerima kontrak kerja untuk tampil di konser-konser besar di seluruh dunia, masa depannya sangat cerah." Tatapan mata Nyonya Kim menerawang, mengenang masa lalu, "Dan dia menemukan penculik itu sedang berusaha menculikmu, penculik itu sudah menyekap dan membawamu, tetapi Minjoon mencegahnya…" Nyonya Kim menghela nafas panjang. "Penculik itu membawa pisau…dan melukai Minjoon… Tetapi dia berhasil menyelamatkanmu, petugas keamanan datang dan penculik itu ditangkap, kau selamat, kembali dalam pelukan kami."

"Dimana Minjoon sekarang ma?" Suho mengernyit, dia tidak pernah mendengar pemain biola terkenal bernama Minjoon sampai sekarang. Kalau dia memang berbakat dan bermasa depan saat itu, pasti sekarang dia sudah di elu-elukan dan terkenal sampai penjuru dunia.

Nyonya Kim menyusut air matanya, "Minjoon… Penculik itu mencabik tangan kirinya dengan pisau, dan mengenai saraf yang paling penting, luka itu membuat Minjoon tidak akan pernah bisa bermain biola seumur hidupnya. Karirnya hancur dan seluruh masa depannya hancur, papamu sebenarnya berusaha menolongnya, tetapi dia menolak semua bantuan dari papamu, dia menghilang." Nyonya Kim menatap Suho sendu, "Dua puluh tahun kemudian, tanpa sengaja aku bertemu dengan Kyungsoo dan melihat kemiripannya dengan Minjoon…"

"Apakah maksud mama…?" wajah Suho memucat ketika berhasil menarik kesimpulan.

"Ya Suho, Kyungsoo adalah anak perempuan Minjoon, dan kita punya hutang budi yang begitu besar kepada keluarga mereka, karena menyelamatkanmulah Minjoon kehilangan masa depannya, membuatnya dan anak perempuannya hidup miskin selama ini." Tiba-tiba tatapan mata Nyonya Kim berubah tajam, "Mama tahu bukan Kyungsoo yang mencuri kalung mama."

Wajah Suho yang sudah pucat mendengar informasi itu semakin memucat, "Apa?"

"Kau yang melakukannya." Nyonya Kim menatap tajam, "Mama tahu Kyungsoo tidak akan berbuat begitu, dia terlalu jujur dan polos untuk mencuri."

"Kalau begitu kenapa mama mengusirnya dari mansion ini?" suara Suho berubah cemas. Dia telah salah paham selama ini, dia telah membuat Kyungsoo terusir dari rumah ini, karena pandangan jahatnya pada kemiskinan Kyungsoo. Padahal semua penderitaan yang menimpa Kyungsoo, semuanya berakar kepadanya! Karena ayah Kyungsoo berusaha menyelamatkannya!

"Mama ingin kau belajar dari kesalahanmu, supaya kau tidak gegabah bertindak, dan menilai orang dari kaya dan miskinnya….Suho , mau kemana kau."

Suho bahkan tidak menoleh ketika tergesa meninggalkan ruangan, "Aku akan mencari Kyungsoo!" Dan Nyonya Kim duduk di ruang makan itu, melap bibirnya dengan elegan dan tersenyum, Suho rupanya telah belajar menjadi dewasa.


Suho mengumpat-umpat sepanjang perjalanan, hujan deras ini menghalangi perjalanannya mencari Kyungsoo ke daerah perumahan kumuh, tempat rumah Kyungsoo dulu berada, Suho tahu alamat ini dari mamanya. Ketika sampai, Suho makin frustrasi, karena lokasi perumahan kumuh itu sangat jelek, dan penuh dengan gang sempit yang saling berdesak-desakan, dan tidak bisa dimasuki mobil. Dengan marah Suho keluar dari mobilnya, membiarkan tubuhnya diterpa hujan, lalu berdiri mengitarkan pandangan ke sekeliling.

Bagaimana dia bisa menemukan Kyungsoo di sini? Bagaimana dia bisa menemukan alamat lama rumah Kyungsoo?

Suho yakin Kyungsoo pasti kembali ke sini, dia tidak punya siapa-siapa, bekas rumahnya bersama ayahnya dulu pasti menjadi tujuan utamanya. Sejenak rasa cemas dan bersalah menyesaki dadanya. Tuhan, kalau sampai Kyungsoo kenapa-kenapa, maka Suho akan menanggung rasa bersalah seumur hidupnya. Matanya menyipit ketika menemukan sesuatu yang bergerak-gerak di emperan toko di sudut sana, dengan penuh harapan, Suho berlari menembus hujan ke sana. Di temukannya Kyungsoo sedang duduk meringkuk kedinginan di emperan toko itu, bekas-bekas air mata ada di pipinya.

Semula Kyungsoo tidak mengenali lelaki yang tiba-tiba berdiri menjulang di depannya, seolah muncul begitu saja dari tirai hujan, tetapi begitu mengenali bahwa lelaki itu adalah Suho, tatapannya berubah waspada.

"Kenapa kau kemari?"

Suho langsung berlutut sampai kepala mereka hampir sejajar, "Maafkan aku."

Kyungsoo mengernyit, "Apa?"

"Aku sungguh menyesal, maafkan aku, kuharap kau mau pulang kembali ke mansion bersamaku."

Pulang ke mansion? Untuk kemudian disiksa oleh Suho kembali dengan kebenciannya? Tidak!

"Tidak! Aku tidak mau!" wajah Kyungsoo berubah keras kepala, "Aku bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang-orang kaya seperti kalian, aku akan mencari pekerjaan sambilan dan rumah sementara besok, kau… Kau tidak akan pernah bisa menyakiti dan menghina orang-orang miskin seperti aku lagi!"

Hati Suho terasa dirobek oleh perkataan Kyungsoo yang penuh kepedihan itu, "Kyungsoo, aku minta maaf." bisiknya lembut,

"Aku telah salah paham selama ini, Mama sudah menjelaskan semuanya kepadaku, dan aku menyesal, ini…" Suho mengeluarkan liontin Kyungsoo dari tangannya, "Ini liontinmu, aku lihat ada foto ayahmu di sana, ini pasti sangat berharga untukmu, kukembalikan kepadamu," dengan tak kalah lembut Suho menggenggamkan liontin itu di jemari Kyungsoo.

Kyungsoo langsung menerima kalung itu dan menggenggamnya erat-erat. Oh Terima kasih Tuhan! Kalung itu akhirnya kembali kepadanya.

Tetapi dia tetap menatap Suho dengan waspada,

"Ke…kenapa kau berubah pikiran secepat itu?" pikiran buruk berkecamuk di benak Kyungsoo, apakah Suho punya rencana jahat yang lain untuknya.

"Kyungsoo, percayalah, aku sungguh menyesal, kumohon kau ikut aku pulang kembali ke mansion, akan aku ceritakan semuanya, aku bersumpah akan memperlakukanmu dengan baik sekarang." Suho mulai frustrasi, berusaha meyakinkan Kyungsoo.

"Kalau begitu… Kau tidak akan berbuat jahat kepadaku lagi?"

"Aku berjanji, kau bisa pegang kata-kataku."

Kyungsoo menghela nafas panjang.

"Aku… Aku bisa hidup sendiri tanpa bantuan keluarga kalian."

"Aku tidak akan mengizinkanmu melakukannya!" suara Suho meninggi, "Kumohon Kyungsoo, apakah kau ingin menyiksaku dalam penyesalan? Kumohon ikutlah pulang ke mansion bersamaku, izinkan aku membalas budi dan menebus kesalahanku."

Kyungsoo termenung.

"Kumohon Kyungsoo." nada frustrasi mulai mewarnai suara Suho, lelaki itu tampak benar-benar tersiksa.

Ahkirnya Kyungsoo menganggukkan kepalanya yang langsung disambut dengan desahan lega Suho, lelaki itu melepaskan jaketnya dan memakaikannya di kepala Kyungsoo.

"Tapi kau akan basah…"

"Tidak apa-apa, aku lebih kuat daripada kau," dengan lembut Suho menghela Kyungsoo dan mereka berlari menembus hujan masuk ke mobil.

Aku akan memperlakukanmu dengan baik Kyungsoo. Mungkin aku tidak bisa mengucapkan terima kasih secara langsung kepada ayahmu, tetapi ayahmu akan tenang di sana, karena kau ada dalam penjagaanku. Janji Suho dalam hati.


"Bukan begitu caranya." Suho mengerutkan alis, dan dengan tidak sabar meraih tangan Kyungsoo lalu memposisikan jemari Kyungsoo dengan benar memegang garpu dan pisau itu, "Begini cara memegangnya, kalau kau salah memegang. Tuan dan Nyonya besar yang terhormat itu akan menyadarinya dan mempermalukanmu."

"Aku tidak akan mempermalukan Kyungsoo, meskipun aku termasuk di golongan Nyonya besar yang kau maksud Suho." Nyonya Kim yang sedang duduk membaca di sudut ruangan menyeletuk, sedari tadi dia hanya duduk di sana, geli memperhatikan Suho yang dengan tidak sabaran mengajari Kyungsoo tata cara makan resmi di jamuan makan malam terhormat.

Suho menoleh ke arah mamanya dan mengerutkan kening, "Mama mungkin tidak akan melakukannya. Tetapi teman-teman mama akan berbisik-bisik dengan hidung mereka yang angkuh dan memuakkan." Lelaki itu lalu menatap Kyungsoo lagi, "Coba pegang garpu itu dengan lebih elegan, Kyungsoo!"

Suho tampak tidak sabaran, pemarah dan kaku sedangkan Kyungsoo lebih tampak ketakutan dengan sikap Suho. Nyonya Kim tersenyum, anak laki-lakinya ini memang terbiasa bersikap kasar, bahkan meskipun tujuannya baik, Suho tetap membungkusnya dengan sikap kasar. Semoga saja Kyungsoo menyadari dan terbiasa dengan sikap Suho. Suho sudah membuatnya terkejut dengan bersikap baik kepada Kyungsoo selama ini, meskipun masih kaku dan kadang sinis, anak lelakinya itu tampak sudah menerima kehadiran Kyungsoo sebagai bagian dari mansion ini. Dari malam itu, sejak Suho menjemput Kyungsoo dengan penuh tekad pada malam berhujan itu, anak lelakinya benar-benar memegang teguh pendiriannya bahwa dia akan menjaga Kyungsoo dan menjadi kakak yang baik.

Meskipun mereka berdua tampak begitu serasi lebih daripada kakak dan adik. Ditatapnya Suho yang begitu tampan, berdiri dan menggenggam jemari Kyungsoo mengatur cara jemari Kyungsoo menggenggam dengan baik, kemudian ditatapnya Kyungsoo yang begitu cantik dibalik penampilan rapuhnya yang menyimpan kekuatan tersembunyi itu. Mereka begitu cocok bersama, Nyonya Kim membatin, lalu tersenyum sendiri. Mungkin kalau tentang hal itu, lebih baik diserahkan kepada yang muda-muda saja untuk memutuskan...

TO BE CONTINUE

Author kali ini kembali dengan FF Remake dari salah satu novel kesukaan author

Begitu baca novel ini langsung kepikiran SuDO couple

Ya udah deh akhirnya diremake

Kalo kalian suka,silahkan klik tombol favorite dan follownya.

Review juga supaya author bisa tahu kesan dan pesan kalian.

Annyeong ^^