Apakah Hermione sudah memilih waktu yang salah?

Tidak. Jangan menyesal sekarang. Ia mengepalkan kedua tangannya.

Suara isakan ibunya terdengar menyayat hati, namun Hermione tidak bisa lemah. Laki-laki itu sendiri pasti sedang berada di dalam situasi yang sulit juga. Mereka sudah berjanji akan memberitahu keluarga mereka. Malam ini. Semua keputusan akan dibuat malam ini.

Tinju ayahnya terbanting keras di atas meja. Hermione berjengit. Menutup kedua matanya erat-erat seolah akan dipukul. Jangan takut sekarang. Dia tidak sedang berjuang sendirian. Laki-laki itu juga pasti sedang menghadapai keadaan yang mungkin lebih menyusahkan.

"Aku tidak membesarkanmu... tidak menyekolahkanmu di sana untuk menjadi seperti ini." Ayahnya duduk di kursi, tampak lelah dan frustasi. Ia menaruh tangan di kepalanya. Penuh kekecewaan dan amarah yang masih tersisa. Bahunya bergetar. Bersandar tangannya di atas meja, sang ayah menutup wajah.

"Dad—"

"Aku bukan ayahmu lagi. Kami bukan orangtuamu lagi."

Jangan bersedih sekarang. Malam ini, keputusan akan dibuat.

"Keluar dari rumah ini."

Keputusan akan dibuat.

Hermione sudah mempertimbangkan segala macam peristiwa yang akan terjadi malam itu.

"Dengarkan dulu—"

"KELUAR SEKARANG JUGA!"

"Dear..." Ibunya tak mampu berkata-kata kecuali terisak. Ia tampak lemah. Seolah Hermione baru saja menyedot tenaganya.

Air mata itu mengalir, membelah kedua pipinya. Kakinya gemetar, namun gadis itu memaksanya untuk berdiri. Bergerak seperti nenek-nenek. Sangat lamban. Tidak rela. Ingin tinggal namun tak bisa.

Konsekuensi harus diterima.

Pemandangan di ruang makan itu sangat mengiris hati. Hermione menundukkan wajah.

"...maafkan aku."

Lalu pintu itu tertutup.

Blam!

Seolah baru tersadar, ibunya tersentak kaget. "Hermione..." bisiknya, serta merta bangkit dan berlari ke arah pintu. "Hermione!" berseru histeris, seorang wanita mencari anak gadisnya. Namun, halaman belakang telah kosong tanpa jejak. "Hermione anakku! Aaaaah!"

"Jane!" Sang ayah menghambur ke luar, mengikuti jejak istrinya. Tangan besar menahan kedua lengan sang ibu. Matanya memerah dan setitik air mata itu jatuh begitu saja di pipinya.

Bisakah seorang anak mengerti perasaan kedua orangtuanya?

Bahwa di balik amarah itu ada genangan yang tertahan di pelupuk mata.

xxx

Seorang anak dibesarkan dengan penuh harapan dan cita-cita dari kedua orangtuanya. Mereka memikirkan masa depan gemilang yang jauh dari kemalangan yang pernah menimpa mereka. Kedua orangtua itu lalu membesarkannya dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Mencari dan memilih jalan yang terbaik. Kesuksesan yang bisa menolong di masa depan nanti. Nama yang baik di masyarakat. Kehormatan. Semua orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Begitu pula kedua orangtua Hermione Granger.

Namun, ternyata hal buruk datang tanpa tanda-tanda. Mereka kira pengawasan itu masih ampuh seperti dulu. Tetapi, tanpa sadar penjagaan telah mengendur dan mereka pun lengah. Mimpi di depan mata telah hancur berkeping-keping. Akhirnya mereka hanya bisa berdiri di lutut dan menutup wajah.

Hermione, kau telah menjatuhkan kedua orangtuamu ke dalam kekecewaan yang sangat dalam.

Kelakuanmu

dan janin berumur 5 bulan di rahimmu itu.

.

.

.

a sequel of 'The Child who Vanished along with the Past':

The Woman who Surfaces to the Future

Hermione's story

Rozen91

Harry Potter © J. K. Rowling

-oOo-

Hermione Granger berlari dan kini tidak memiliki rumah untuk pulang. Kuku-kuku tangannya telah bercampur dengan lumpur ketika ia merayap dan menentang takdir. Air matanya meleleh dan menganak sungai di kedua pipinya, menetes-netes dari dagunya. Hermione memegang perutnya yang membuncit dan kemudian ia melawan takdir.

Tidak ada harapan bagi orang sepertinya tatkala orang-orang yang ia percaya telah berpaling dan mengusirnya dengan gerakan tangan yang kasar. Melontarkan kekecewaan dan amarah yang meledak-ledak dengan nada tinggi. Hermione memang tak mampu menahan air matanya, namun ia memutar tumit dan ikut berpaling. Ia membelakangi takdir dan berlari menuju masa depan yang tidak jelas.

Kemudian, sahabat-sahabatnya yang telah berkata bahwa Hermione telah mengkhianati kepercayaan dan persahabatan datang dengan solusi.

Kemudian, kedua orangtua yang telah berkata tentang kekecewaan menawarkan solusi.

"Gugurkan bayi itu, Hermione."

Karenanya, Hermione membelakangi takdir dan berlari menuju masa depan yang menyongsong di ujung jalan yang berkabut.

Tidak jelas.

Tidak jelas.

Samar.

Hermione melarikan diri ke tempat yang dimana tak seorangpun mengenalnya.

Di suatu lembah antah berantah di Belarusia. Dipenuhi oleh bertumpuk-tumpuk salju. Seorang gadis berumur 19 tahun berdiri di antara pepohonan. Bertaruh dengan takdir dan membentuk nasibnya sendiri. Demi anak yang tengah dikandungnya.

Demi kehidupan baru yang telah terbentuk di dalam dirinya.

Hermione yang hatinya sangat baik dan penyayang tentunya tidak akan tega membunuh kehidupan baru itu.

Biarpun sejak awal ia sendiri sama sekali tidak menginginkannya.

_bersambung_