Suara omelan seorang wanita muda bermata owl di sebuah kamar bernuansa peach rose membuat seorang bocah kecil bersembunyi ke dalam selimutnya. Kyungsoo, wanita yang kini tengah menarik-menarik selimut berwarna putih tulang yang menutupi sebuah tubuh mungil di dalamnya dengan mulut terus mengoceh tanpa henti. Si kecil terus menahan selimutnya dari dalam dengan kekuatan penuh sehingga membuat Kyungsoo kesulitan. Atau mungkin Kyungsoo memang tidak menggunakan kekuatan saat menariknya. Bagaimana awalnya keributan ini bisa terjadi?

Awalnya adalah, ketika Kim Junmyeon yang di ketahui merupakan kakak dari Kyungsoo, menitipkan anak laki-laki semata wayangnya yang berusia enam tahun di apartemen kecilnya tadi malam. Mereka harus pergi ke Busan untuk keperluan bisnis. Dan pengasuhnya sudah berhenti beberapa hari yang lalu.

Kyungsoo sudah mati-matian menolak mengasuh keponakannya yang sangat nakal itu. Namun, ia tak kuasa saat Yixing yang meminta sendiri kepadanya. Di tambah lagi dengan bonus tiket liburan ke Jepang yang begitu menggiurkan. Yixing adalah istri Junmyeon yang merangkap sebagai sekretaris pribadi kakak laki-lakinya itu. Jadi Yixing pasti akan ikut jika ada pekerjaan ke luar kota atau bahkan ke luar negeri sekalipun.

Bocah laki-laki bernama Sehun itu pada awalnya tidak banyak bertingkah. Ia hanya bermain bersama mobil miniatur jeep kesukaannya. Jadi Kyungsoo fikir anak ini sudah mulai jinak dan tidak akan nakal seperti biasanya. Namun itu hanya bertahan selama sekitar satu jam semenjak pria kecil itu terbangun pagi tadi. Setelahnya, anak itu mulai berulah dengan mengubah ruang tamu Kyungsoo yang selalu tertata rapi menjadi seperti tempat di antah berantah dengan bantal sofa yang berserakan tidak pada tempatnya. Snack yang sudah tumpah dari toplesnya. Tas berisi mainan yang sudah terlihat kosong karena isinya sudah di tumpahkan di lantai. Puncak kekesalan Kyungsoo ketika melihat kertas di atas meja sudah basah tertumpah air susu. Itu adalah hasil kerja kerasnya selama sehari semalam. Tahu begini, ia akan mengamankan segalanya terlebih dahulu dari jangkauan Sehun.

Setelah hampir sepuluh menit saling tarik-menarik selimut, Kyungsoo menyerah dan memilih untuk keluar melihat kertas-kertas basahnya. Ia menghela nafasnya saat melihat cairan putih menetes dari kertas yang sedang ia pegang. Sebenarnya, Kyungsoo masih bisa membuat salinannya lagi. Tapi melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul delapan lewat, ia tidak punya cukup waktu untuk mencetak ulang dokumennya. Ia harus segera berangkat ke kantor.

Gadis itu kembali lagi ke kamar tempat di mana Sehun berada. Ia melihat anak laki-laki itu tengah memeluk lutut dengan kedua tangannya sambil bersandar ke kepala ranjang. Kyungsoo sedikit menyesal sudah memarahi Sehun seperti seorang ibu tiri. Karena walau bagaimanapun, Sehun hanyalah seorang anak kecil yang untuk anak seusianya sangat wajar bersikap nakal. Ia duduk di samping Sehun dan mengelus rambut hitamnya yang terawat. Walaupun sibuk, Yixing selalu memperhatikan anaknya sehingga tidak terlihat seperti anak terlantarkan. Lihat saja, kulit Sehun bahkan sangat putih, bersih dan halus.

"Sehun? Sehun mau ikut aunty ke kantor?" Suara Kyungsoo terdengar begitu lembut. Susah payah ia melakukannya.

"Tidak mau."

Lagi. Kyungsoo harus menahan kesabaran. Ia harus bisa membujuk Sehun pergi bersamanya, karena tidak mungkin ia meninggalkan anak itu sendirian di rumah bukan? Yang ada habislah seisi rumah dengan hobinya yang suka mengobrak-abrik. Lagi pula, walaupun Kyungsoo tidak menyukai anak kecil, bukan berarti ia akan tega meninggalkan anak yang tidak ada Ayah-Ibunya sendirian. Terlebih lagi itu keponakannya sendiri.

"Benarkah? Lalu Sehun mau tinggal disini sendiri? Tidak akan takut pada hantu merah?" Hantu merah yang Kyungsoo maksud adalah pajangan wayang golek yang ada di lemari pajangannya, oleh-oleh dari Junmyeon saat ia pergi bisnis ke Indonesia. Wayang itu memang berwarna merah dan mempunyai mata besar yang selalu melotot membuat Sehun menangis saat pertama kali melihatnya. Kata Junmyeon, orang Indonesia menyebut wayang merah itu si Cepot.

Sehun mulai melepaskan pelukan di kakinya dan sedikit beringsut mendekat pada Kyungsoo, namun tidak terlalu kentara karena mungkin ia masih kesal dengan Kyungsoo namun juga takut pada hantu yang auntynya katakan. Hal itu membuat Kyungsoo sedikit terkekeh karena merasa berhasil menakut-nakuti keponakan polosnya.

"Bagaimana?" Tanya Kyungsoo sekali lagi.

"Tapi aku ingin minum susu dulu."

"Aunty buru-buru, sayang. Nanti sampai di kantor aunty belikan susu untukmu, okay? Sekarang kita pergi dulu. Ayo!" Kyungsoo menarik tangan mungil yang bisa tergenggam sepenuhnya itu, namun berhenti ketika merasakan sebuah tarikan.

"Aku mau minum susu sekarang aunty!"

"Sehun, tapi aunty sudah hampir terlambat. Nanti kita beli yang banyak. Kau mau berapa? Dua? Tiga? Empat?" Tawaran Kyungsoo tidak membuat anak kecil berponi rata itu merubah pendiriannya. Anak itu kini tengah melipat tangan di depan dada sambil mempoutkan bibirnya. Mungkin ia terlihat begitu lucu saat ini, tapi tidak bagi Kyungsoo.

"Sehun mau susu yang di bawa Mommy! Tidak mau yang lain!"

"Sehun-" Hampir saja gadis itu menaikkan lagi nada bicaranya, namun akal sehat kembali menyadarkannya. Sehun belum sembuh dari acara merajuknya, kalau Kyungsoo tambah lagi bisa-bisa ia tidak akan bisa pergi ke kantor.

"Baiklah, susu dari Mommy." Ujar Kyungsoo akhirnya kalah dan melenggang ke dapur untuk membuat susu formula khusus untuk anak berumur enam tahun.

.

Kyungsoo berjalan dengan tergesa-gesa saat melihat pergelangan tangan kirinya. Membuat pria mungil yang berjalan di belakangnya kesulitan menyamakan langkah meskipun tangannya sudah di gandeng erat. Kegiatan membuatkan Sehun susu, akan menjadi kegiatan yang paling Kyungsoo hindari untuk kedepannya. Bagaimana tidak? Anak itu ingin susu yang sama persis seperti buatan ibunya. Dari mulai gelas, takaran air dan susunya. Lalu rasanya. Kyungsoo sampai harus membuat tiga kali dan itupun masih di tolak mentah-mentah. Dan pada akhirnya, Sehun bosan dan langsung mengajak pergi. Oh what the!

"Hai Kyung!"

Sapaan terdengar dari seorang pria tampan bermata besar yang tanpa ia ketahui sudah berjalan di sampinya. Kepalanya terjulur ke belakang tubuh Kyungsoo kemudian menatap bingung gadis di sampingnya. "Kau tidak pernah cerita kalau sudah punya anak."

"Aku membuatnya dalam semalam." Jawab Kyungsoo asal. Namun jawaban tersebut membuat pria tinggi itu tergelak lalu berpindah ke sisi lain tubuh Kyungsoo. Di samping Sehun tepatnya.

"Bagaimana kau bisa membuat anak tanpa aku? Kau membuatnya dengan jarimu?" Ujarnya sambil menggandeng tangan Sehun. Kini kedua tangan anak kecil itu menggantung di genggaman dua orang dewasa yang mengapit tubuh mininya.

"Jaga bicaramu Chanyeol! Disini ada anak kecil."

"Kau yang memulai. Benarkan-" Chanyeol menghentikan langkah Sehun dan berjongkok untuk mensejajarkan wajahnya dengan laki-laki kecil itu. Gadis bermata owl itupun ikut menghentikan langkahnya seraya memperhatikan kedua laki-lakinya. "Siapa namamu, tampan?"

"Namaku Kim Sehun, uncle." Jawab Sehun dengan nada begitu percaya diri seperti biasa.

"Ah, Kim Sehun. Sepertinya aunty Kyungsoo sudah membuatmu sangat kesal. Karena aku melihat bibirmu terus mempout sejak tadi. Benar?"

"Eum. Dia aunty yang sangat galak dan menyebalkan. Aku tidak menyukainya." Jawab Sehun.

"Dia?" Mata bulat Kyungsoo membesar mendengar anak kecil itu menyebutnya dengan sebutan 'Dia'. Seperti mereka adalah teman seumuran atau bahkan Kyungsoo yang lebih muda darinya. Oh, benar-benar! Junmyeon harus menyempatkan waktu untuk mengajari anaknya cara bercakap yang baik dan benar.

Chanyeol terkikik geli mendengar nada bicara Kyungsoo yang meninggi.

"Kalau begitu, mau pergi dengan uncle? Kita bisa bermain mobil bersama." Tawar Chanyeol sambil menunjuk banyaknya mobil-mobilan di dalam tas transparan yang Sehun gendong.

Sekali gerakan, Sehun bisa melepaskan tangannya dari genggaman Kyungsoo dan langsung berhadapan dengan Chanyeol. "Ayo uncle!"

Chanyeol menyempatkan mencubit pipi gembil Sehun sebelum melepas tas anak itu yang kemudian ia gantungkan di bahu kanannya. Pria yang lebih tinggi membuka tangan dan langsung di respon dengan hamburan tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Kyungsoo hanya mendengus saat melihat raut wajah Sehun yang berubah drastis menjadi sangat ceria di gendongan kekasihnya.

"Kau tidak sibuk memangnya, Chan?" Kyungsoo merapikan jaket Chanyeol yang terlipat setelah bertanya kesibukan kekasihnya. Mereka memang bekerja di tempat yang sama, namun berbeda profesi. Chanyeol adalah seorang produser musik, sedangkan ia di bagian staff produksi. Ya, mereka bekerja di sebuah agensi musik di Korea Selatan.

"Tidak, aku sudah menyelesaikan lagu untuk Taemin tadi malam. Aku menginap disini, jadi mungkin aku akan membawa Sehun pulang ke apartemenku dulu. Tidak apa-apa kan?"

"Bawa saja anak nakal itu. Aku sudah pusing baru satu malam bersama dengannya." Balas Kyungsoo sambil mencubit pelan pipi keponakannya dengan bibir mencebik.

Jadi sebenarnya Kyungsoo bukan tidak menyukai Sehun, ia sangat menyayanginya tentu saja. Hanya saja, ia tidak tahan dengan kelakuannya yang selalu menjelajahi ruangan dengan tangan yang tak bisa berhenti menyenggol sesuatu sehingga berpindah dari tempatnya.

"Sepertinya aku harus benar-benar memberimu seorang anak agar kau terbiasa." Gurauan Chanyeol mendapatkan sebuah tatapan tajam dari kekasihnya. Baiklah baiklah, Chanyeol selalu kalah dengan tatapan itu.

Wanita itu menyodorkan sebuah tote bag yang langsung di sambut oleh tangan besar Chanyeol. Pria itu melihat sekilas isinya. Ada sebuah toples yang berisi bubuk putih bersama sebuah mug bergambar kelinci. Ada baju ganti Sehun juga di sana yang sudah Kyungsoo persiapkan kalau-kalau anak itu berulah dan membuat bajunya perlu di ganti. "Mungkin kau harus berjuang keras untuk membuatkannya susu. Jangan hilang kesabaran! Aku masuk dulu."

Kyungsoo mencium pipi Chanyeol dan Sehun bergantian sebelum melenggang pergi masuk ke dalam ruang kerjanya yang tak jauh dari tempat mereka berbincang tadi.

"Ayo pulang Sehunaaaa!" Seru Chanyeol dengan menirukan logat anak kecil. Membuat Sehun tertawa dengan begitu riang sampai menyipitkan matanya yang sudah sipit.

.

Chanyeol tengah melihat notifikasi di ponselnya, sampai merasa ada yang menarik-narik celana panjangnya dari bawah. Ia menunduk dan menemukan Sehun tengah menunjuk sesuatu ke arah belakang lift yang terbuat dari kaca sehingga bisa memperlihatkan bagian belakang gedung apartemen. Chanyeol mengikuti arah tunjukkan Sehun dan melihat kolam renang di lantai dasar. Pria itu kembali berjongkok di samping Sehun.

"Sehun ingin berenang?"

Mendengar pertanyaan Chanyeol, Sehun langsung mengangguk dengan penuh semangat namun tak bertahan lama setelah Chanyeol melanjutkan kalimatnya.

"Tapi uncle tidak punya baju renang untuk Sehun. Kita berenang lain kali saja ya?"

"Tapi Sehun mau sekarang, uncle! Daddy juga selalu berkata seperti itu-lain kali- saat Sehun mengajak berenang. Tapi akhirnya tidak jadi."

Chanyeol jadi tidak tega melihat anak kecil ini merengut dengan mata berkaca-kaca. Sepertinya Sehun memang jarang bermain bersama Ayahnya. Ia pun pernah merasakan apa yang Sehun rasakan saat ia kecil dahulu. Ia begitu menginginkan bermain ski bersama sang Ayah, namun selalu terhalang pekerjaan Ayahnya yang tak kunjung selesai. Bahkan ia juga sering di tinggal ke luar negeri. Ya, tidak jauh berbeda dengan Sehun saat ini.

"Baiklah! Ayo kita berenang!"

Kali ini Sehun melompat-lompat kegirangan dan langsung memeluk seraya mencium pipi uncle baru yang sudah ia tetapkan menjadi kesayangannya sejak saat itu. "Aku sayang uncle."

Chanyeol tertawa mendengar ungkapan tulus yang terlontar dari bibir mungil keponakan Kyungsoo yang begitu menggemaskan. Padahal mereka baru bertemu belum sampai satu jam yang lalu, tapi ia sudah menerima ungkapan cinta dari anak ini. "Uncle juga sayang Sehun."

.

Sehun berlari kepada Chanyeol yang kini tengah merentangkan handuk berwarna putih di pinggir kolam. Anak itu berenang dengan menggunakan celana dalam dan kaos bertangan pendek. Bukan setelan renang memang. Tapi apa mau di kata, Chanyeol tidak punya baju anak-anak. Apalagi baju renang.

Pria yang lebih tinggi menggulung tubuh mungil yang sudah basah itu dengan handuknya. Pipi dan hidung Sehun sangat merah karena ia beberapa kali tersedak air kolam. Tapi hal itu tidak membuatnya segera ingin meninggalkan kolam berair dangkal itu.

"Sudah ya main airnya? Sekarang kita kembali ke tempat uncle, okay?" Ujar Chanyeol sambil menggosok-gosok rambut basah anak kecil itu dengan handuk yang sama.

Sehun mengangguk kemudian berbicara dengan bibirnya yang bergetar karena mulai merasa kedinginan. "Uncle, jangan bilang aunty kalau Sehun bermain air. Nanti Sehun bisa di marahi."

"Aunty tidak akan marah pada Sehun. Kalau dia marah, biar uncle cubit seperti ini." Ucap Chanyeol sembari mencubit pipi Sehun dengan gemas. Anak itu hanya tertawa kemudian mengalungkan tangan di leher unclenya ketika melihat pria itu membuka kedua tangan.

Chanyeol membawa Sehun kembali ke apartemen. Ia memandikan Sehun dan juga mengganti bajunya dengan baju yang Kyungsoo siapkan di tote bag tadi. Setelahnya, ia juga menyisir rambut Sehun. Membuat poni rata yang biasanya ada di dahi anak itu, kini berpindah menjadi keatas setelah Chanyeol mendandaninya. Kini anak itu terlihat begitu tampan tanpa kehilangan kesan imut anak-anaknya.

"Uncle, itu semua punya uncle?" Tunjuk Sehun pada sebuah lemari kaca yang berisi miniatur super hero dan mobil yang telah lama Chanyeol kumpulkan untuk ia koleksi. Hampir semua tokoh super hero berhasil ia kumpulkan. Disana juga terlihat ada beberapa drone yang akan Chanyeol mainkan di saat ia sedang bosan dengan pekerjaannya membuat lagu.

"Eum. Itu semua punya uncle." Chanyeol membuka lemari kaca itu dan mengambil sebuah miniatur Spiderman yang ia dapatkan dua tahun lalu. "Sehun suka Spiderman?"

Anak itu menggeleng dan menunjuk ke atas. "Sehun suka yang warna merah dan biru itu, bukan Spiderman."

"Ah!" Chanyeol mengembalikan Spiderman ke tempatnya semula lalu mengambil miniatur yang Sehun maksud. Superman. Pria itu duduk bersila dan Sehun masih berdiri menatap tokoh Super Hero di tangan unclenya. "Namanya Superman. Suka? Kalau Sehun suka, uncle akan memberikan satu untukmu. Tapi, Sehun harus berjanji satu hal. Sehun tidak akan nakal lagi dan membuat aunty marah."

Anak itu mengangguk patuh dan mengulang kalimat terakhir yang Chanyeol katakan di tambahkan dengan kata janji di belakangnya. Setelah mendengar itu, Chanyeol memberikan koleksi Supermannya yang langsung di sambut oleh sebuah tangan mungil.

Tiba-tiba Chanyeol teringat dengan ucapan Kyungsoo tentang ia yang harus berusaha keras untuk membuatkan Sehun susu. Memang apa sulitnya membuat segelas susu untuk anak-anak? Bukannya sama saja? Apa mungkin Kyungsoo bermaksud meremehkan kemampuannya?

"Mau minum susu?" Tanya Chanyeol kepada anak yang tengah sibuk menerbangkan Superman yang ada di tangannya. Bibir tipisnya mengerucut untuk memberikan efek suara tiupan angin. Anak itu menyempatkan mengangguk untuk menjawab pertanyaan Chanyeol.

Hanya perlu waktu kurang dari lima menit untuk Chanyeol selesai dengan susu yang kini sudah berada di dalam mug yang juga ada di tote bag. Pria itu mendekati Sehun yang masih saja anteng sendiri sampai Chanyeol harus mengulang-ulang panggilannya untuk Sehun.

Tanpa protes apapun, Sehun langsung meneguk habis cairan putih itu sesaat setelah Chanyeol menyodorkan mug. Kemudian ia kembali ke dunia barunya bersama Superman yang sepertinya sudah menjadi idola baru untuk laki-laki kecil itu. Jadi, dimana kesulitan yang Kyungsoo maksud?

.

"Hai!" Chanyeol tersenyum begitu manis dengan tangan masih memegang handle pintu. Ia bermaksud menyapa wanita yang kini menerobos masuk tanpa menjawab sapaannya terlebih dahulu. Ya, siapa lagi kalau bukan wanita macannya. Kyungsoo.

"Dimana Sehun?" Tanya Kyungsoo sambil menyandarkan pundaknya di sandaran sofa. Ia merasa sangat lelah dengan pekerjaan hari ini. Jam enam sore ia baru bisa keluar dari kantor dan langsung menuju ke apartemen Chanyeol untuk menjemput keponakan yang ia titipkan. "Sehun tidak rewel kan?"

"Tidak, dia tidak rewel. Sepertinya dia sangat suka bermain disini. Dia tidak pernah merengek seperti yang sering kau katakan padaku. Sekarang dia tertidur setelah lelah berlarian dengan mainan barunya." Jawab Chanyeol seraya mendudukan diri di samping kekasihnya.

"Baguslah dia tidak menyusahkanmu." Gumam Kyungsoo.

"Jadi.. apa aku berhak untuk mendapatkan sebuah ciuman atas jasaku mengasuh keponakan lucumu?"

Chanyeol menunjuk bibirnya dengan mata berkedip-kedip membuat Kyungsoo tak bisa menahan tawanya. Rasa lelahnya hilang seketika kala melihat tingkah idiot Chanyeol. Mungkin inilah salah satu alasan kenapa Kyungsoo betah menjalin hubungan dengan Chanyeol. Pria itu selalu bisa membuatnya tertawa dengan segala keidiotannya.

Kyungsoo membenarkan posisi duduknya sehingga berhadapan dengan Chanyeol yang sedari tadi memang duduk menghadap padanya. Ia meraih kedua rahang Chanyeol dengan tangan mungilnya, kemudian mendekat untuk mengecup bibir kekasihnya. "Sudah?"

"Lagi!"

CHU

"Lagi!"

CHU

Kecupan ketiga, Chanyeol menahan tengkuk Kyungsoo sehingga gadis itu tidak bisa melepaskan tautan bibir mereka yang kini semakin menempel erat. Tangan mungil yang sedari tadi memegangi rahangnya, ia pindahkan ke pinggang. Dan seolah takut terlepas, tangan itu melilit pinggangnya dengan erat membuat tubuh mereka hampir menempel kalau saja tak ada dua pasang kaki yang menghalangi.

"Kau tahu apa risikonya jika menggunakan madu sebagai pelembab bibirmu, Kyung?" Tanya Chanyeol di sela ciumannya.

Gadis itu tertawa lalu mengusap bibir Chanyeol dengan ibu jarinya yang mungil. "Tahu. Bibirku akan membengkak karena kau akan terus menghisapnya lagi dan lagi."

"Benar. Dan kau membuatku gila, Kyungsoo!"

Tepat saat Chanyeol ingin menempelkan bibirnya kembali, telapak tangan Kyungsoo mengentikannya. Membuat kedua alis itu bertaut.

"Anakmu menangis." Ujar Kyungsoo yang kemudian langsung di respon dengan penajaman pendengaran oleh pria berkuping caplang itu. Dan benar saja, suara nyaring seorang anak memanggil unclenya sambil terisak dari arah kamar tidurnya.

"Sepertinya aku akan melupakan sejenak keinginan memiliki seorang anak." Ujar Chanyeol sambil menurunkan kakinya dari sofa untuk memakai kembali sandal rumahnya. Kyungsoo hanya terkekeh geli mendengar nada frustasi yang terlontar dari mulut kekasihnya.

"Sehunaaaaa, uncle coming!"


END

Sebenernya ini masih ada kelanjutannya. Tapi buat jaga-jaga aku bikin END aja ya. Takut gabisa nerusin haha. Gimana ceritanya? hehe Aku tau cerita aku masih jauh banget dari kata bagus. Jadi mohon kritik dan sarannya di kolom review:)) Terimakasih.