Cast : [GOT7] Im Jaebum. Mark Tuan. Jackson Wang. Park Jinyoung

Main Pair : MARKBUM

Caution : AU! OOC! Typo! YAOI! DLDR! RnR!

Disclaimer : I own the storyline


#CHAPTER 1: MEET THE PRESENT

"Hyung, mari kita putus."

"A-apa?"

"Mari kita putus."

"Apa yang kau katakan? Kau pasti sedang bercanda,kan?"

"Di hatiku sudah ada orang lain. Aku jatuh cinta pada orang lain. Maaf hyung."

"K- kau tidak serius kan?"

"Aku serius."


Bagaimana bisa? Seorang pria tampan dan kharismatik seperti itu diputuskan secara sepihak oleh kekasih yang sangat dicintainya? Dan bagaimana bisa pria manis itu meninggalkan pria sempurna seperti itu begitu saja?

Jaebum –pria tampan dan kharismatik itu- kini hanya memandang kosong langit-langit kamarnya. Kehilangan Junior –pria manis itu- sama saja ia kehilangan sebagian hidupnya. Ia merasa kosong jika tak ada Junior di sampingnya. Maka yang bisa ia lakukan hanyalah menjalani hidup seperti zombie tanpa perasaan. Ia menjadi pendiam, anti sosial, dan sedikit sensitif. Dengan kondisinya yang seperti itu mungkinkah ia bisa membuka hatinya untuk orang lain? Mungkin iya, mungkin juga tidak.

Mark, laki-laki imut dan sangat cantik. Tapi sayangnya, kecantikannya tak membuat seorang Jackson cukup hanya melihatnya saja tanpa melihat orang lain. Jackson yang notabene adalah kekasihnya, masih suka main mata bahkan tidur dengan wanita ataupun pria lain. Mark biasanya hanya menutup mata dan telinganya saat ia memergoki kekasihnya itu sedang bermesraan dengan orang lain. Karena ia selalu percaya bahwa hubungan Jackson itu hanya sebatas hubungan berdiri semalam dan Jackson pasti akan selalu kembali kepadanya.

Tapi yang terakhir ini, benar-benar menghancurkan perasaannya. Jackson mengatakan padanya, bahwa ia jatuh cinta pada seorang pria manis, dan ia tak akan sanggup jika tak dapat memiliki pria manis itu, maka ia memberikan pilihan kepada Mark, untuk tetap bersamanya atau memilih untuk pergi darinya. Dan Mark yang bodoh karena terbutakan oleh cintanya yang begitu besar pada Jackson memilih untuk tetap bersama pria itu meskipun hati pria itu sudah diambil oleh orang lain. Karena Mark tak akan pernah sanggup untuk kehilangan Jackson walau sekejam apapun pria itu berkali-kali mencabik cabik perasaannya dan melukai harga dirinya. Yah, persetan dengan harga diri. Mark benar-benar tak peduli dengan harga diri selama ia bisa terus berada di sisi Jackson.

Sedangkan Jackson, pria itu bahkan sudah tak menganggap bahwa Mark penting untuknya. Ia dengan teganya bermesraan dengan pacar barunya di depan Mark, di apartemen mereka. Dan Jackson dengan kejamnya mengatakan bahwa Mark hanya roommatenya, jadi Junior tak usah cemburu. Mark hanya bisa tersenyum pahit saat mendengar itu, sedangkan Junior –pria manis yang ternyata memutuskan kekasihnya demi Jackson- percaya saja dengan apa yang dikatakan oleh Jackson. Toh ia tak ambil pusing tentang siapa Mark, karena yang penting baginya adalah bisa memiliki Jackson dan mengatakan pada semua orang bahwa ia sekarang memiliki kekasih yang sangat tampan, seksi, keren, dan hangat. Tidak seperti Jaebum yang dingin. Ugh!


Lalu disinilah mereka sekarang.

Jackson dan Junior sedang berciuman panas di pojok ruangan sebuah klub malam. Saking panasnya mereka tak peduli dengan semua orang di sekitar mereka. Toh semua yang ada di klub itu pada akhirnya akan berakhir di ranjang, karena tertidur akibat mabuk berat maupun karena ngeseks. Begitulah dunia malam yang penuh warna-warna yang kelam-

Mereka bahkan tak menyadari bahwa ada dua pasang mata sedang mengawasi mereka dengan tatapan terluka. Apakah mereka benar-benar tak menyadari bahwa mereka telah melukai perasaan orang yang sangat-sangat mencintai mereka?

Mark tak sanggup melihat mereka lebih lama lagi maka ia memutuskan untuk menenggak alkohol sebanyak mungkin agar ia segera dapat melupakan kejadian itu. Ia pikir dengan cara seperti itu rasa sesak di hatinya akan segera hilang. Tapi yang terjadi, ia malah mabuk berat dan hampir pingsan di meja bartender. What a Stupid Mark!

Jaebum, ia bahkan tak bisa mengedipkan matanya saat melihat adegan Jackson dan Junior itu. Ia menatap mereka dengan pandangan sangat tajam dan penuh luka. Tapi bagaimanapun ia tak bisa menyerang Jackson, meskipun ia sangat ingin melakukannya. Dan yang terjadi selanjutnya adalah seorang pria cantik berjalan ke arahnya dengan langkah gontai dan pria itu pasti jatuh ke lantai kalau saja Jaebum tak segera memeganginya saat pria cantik itu kehilangan keseimbangannya. Selama beberapa saat, Jaebum melihat wajah pria cantik itu. Seperti ada yang salah. Wajah pria itu tampak sangat menyedihkan dan menyimpan begitu banyak luka meskipun mabuk berat. Itulah yang membuat Jaebum memutuskan untuk membawa pria cantik itu ke apartemennya. Toh sekarang Junior sudah pergi dari apartemen itu semenjak mereka putus.


Lalu keesokan harinya..

"Kau sudah bangun?"

"Aku ada dimana?" Mark bertanya dengan mata yang melihat skeliling ruangan untuk memastikan bahwa ia tidak sedang dalam bahaya.

"Di rumahku."

Pria cantik itu –Mark- membulatkan kedua bola matanya karena merasa panik berada di kamar orang yang sama sekali asing baginya.

"A-apa yang kita lakukan semalam? Apa kita melakukan sesuatu tadi malam?"

"Tidak. Kita tidak melakukan apa-apa. Kau tak usah khawatir. Aku bukan orang seperti itu."

Jaebum menjawab dengan santainya –dan juga dingin–

"Omong-omong, tadi malam kau mabuk berat dan pingsan, karena aku tidak tahu dimana rumahmu, maka aku membawamu kesini. Jadi maaf kalau ini membuatmu merasa tak nyaman"-tambahnya.

"Mmm..Terima kasih, maaf sudah merepotkan."

Kata Mark dengan sungguh-sungguh karena ia telah berprasangka buruk pada pria itu. Mark menarik napas lega karena semalam tidak terjadi apa-apa padanya.

"Aku Im Jaebum." kata Jaebum sambil mengulurkan tangannya.

"Mark Tuan." Mark menyambut tangan Jaebum dengan hangat.

"Omong-omong, Mark. Bukannya aku sok tahu, tapi kalau kau merasa nyaman disini, kau boleh tinggal disini untuk sementara waktu. Bukan.. bukan.. Aku tak memiliki maksud apapun, aku hanya ingin membagi tempat tinggalku dengan orang lain. Rumah ini ada dua kamar sedangkan aku tinggal sendiri. Jadi kau boleh menempati kamar yang satunya kalau kau mau. Sekali lagi, ini hanya penawaran."

Jaebum tidak mengatakan yang sebenarnya. Ia sebenarnya merasa kasihan pada Mark. Karena sorot mata pria cantik itu terlihat begitu terluka dan putus asa, maka Jaebum menawarkan kamar Junior untuk ditempati oleh Mark. Karena dengan melihat kejadian semalam di klub, membuat Jaebum memutuskan untuk mulai melupakan Junior. Dan sekarang ia menyerahkan kamar Junior untuk Mark, meskipun itu hanya berdasar rasa kasihan. Setidaknya meskipun hatinya hancur dan terluka, ia tak suka melihat orang lain terluka seperti halnya yang ia rasakan saat ini.

"B-bolehkah?"Tanya Mark memecah lamunan Jaebum.

"Tentu." Jaebum menjawab sambil sedikit tersenyum err- manis?

"Terima kasih, Jaebum-ssi"

Jaebum hanya tersenyum sambil mengangguk. Entah mengapa melihat Mark seperti itu membuat ia merasa bahwa hidupnya tak akan sama lagi.


Sudah hampir tiga bulan lamanya Jaebum dan Mark tinggal di rumah yang sama. Mereka mulai akrab satu sama lain. Bahkan mereka sudah mulai berbagi perasaan mereka masing-masing demi mengurangi rasa sesak di hati mereka apabila mereka mengingat mantan kekasih mereka masing-masing. Mereka mulai merasa nyaman satu sama lain. Mark merasa bahwa Jaebum sebenarnya adalah orang yang hangat dibalik sikap dingin dan tak acuhnya. Ya, kehadiran Mark di rumah Jaebum tentu tak sanggup membuatnya melupakan Junior begitu saja. Semuanya butuh proses, tentu saja. Tapi meskipun begitu, Mark merasa nyaman ada di dekat Jaebum. Ia menceritakan kisah cintanya yang tragis kepada Jaebum, meskipun tak secara gamblang menyebut nama Jackson dan Junior. Tentu saja, Jaebum hanya perlu tahu kisahnya, tapi tak perlu tahu siapa orangnya. Karena toh Jaebum tak mungkin kenal. Terlebih, menyebut nama kedua orang itu membuat hatinya merasa sangat sakit.

Jaebum mulai tahu, bahwa Mark pasti lebih menderita daripada dia. maka semenjak ia tahu kisah cinta Mark yang membuat Mark begitu terluka dan putus asa, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga Mark, apapun yang terjadi. Meskipun saat ini belum ada perasaan apapun yang tumbuh di antara mereka.

"Mark, bagaimana perasaanmu sekarang?"

tanya Jaebum suatu hari di musim dingin saat mereka sedang duduk berdua di balkon sambil menikmati dinginnya kota Seoul di malam hari bulan Desember.

"Aku sudah lebih baik Jaebum-a."

"Lalu bagaimana denganmu?" –lanjut Mark penuh simpati kepada Jaebum.

"Ya seperti ini. Aku masih merasa sakit saat mengingatnya. Tentu saja ini baru beberapa bulan semenjak dia meninggalkanku, tak akan semudah itu."

"Aku tahu. Akupun juga merasa seperti itu."

"Tapi Mark, setelah hidup denganmu, aku merasa bahwa aku akan baik-baik saja meski aku terluka. Bagiku, kau.. berharga bagiku. Meski perasaan itu belum ada untukmu."

"Aku mengerti Jaebum-a, aku juga merasa sangat nyaman denganmu. Karena aku tahu mekipun beribu kali aku mengingatnya sampai rasanya ingin mati, aku merasa selalu ada kau alasanku untuk kembali hidup sehingga rasa sesak itu terasa lebih ringan jika ada kau tempatku bersandar."

"Jadi Mark, apakah kita bisa terus bersama dan berusaha saling mencintai, kalau mungkin? Mungkin butuh waktu yang lama, tapi percayalah suatu hari pasti kita akan bertemu titik dimana kita bisa membagi cinta satu sama lain. Dan pada saat itu tiba, percayalah kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan tanpa rasa sakit seperti sekarang ini."

"Tentu saja, aku bersedia. Mari kita melangkah bersama, Jaebum-a."

Mark meyetujui ajakan Jaebum, wajahnya dihiasi senyum manis yang membuatnya semakin terlihat cantik di mata Jaebum.

Dan akhirnya, mereka memutuskan untuk bersama, meskipun di hati mereka masih terdapat luka yang amat dalam yang rasanya mustahil untuk dihilangkan, namun mereka bertekad untuk menghilangkan rasa sakit itu bersama-sama. Mereka sangat percaya bahwa mereka dapat mengandalkan satu sama lain meskipun belum ada rasa cinta di antara mereka. Mereka mulai dapat berpikir jernih, bahwa pada kenyataannya, seseorang memutuskan hidup bersama dengan orang lain bukan hanya karena cinta ataupun nafsu semata, namun karena mereka saling membutuhkan dan saling mendukung satu sama lain sehingga mereka memutuskan untuk hidup bersama.

Setidaknya mereka sudah bersikap lebih dewasa dan bangkit dari kehancuran masing-masing. Meskipun sampai sekarang mereka tidak saling tahu nama penghianat yang melukai hati dan membawa takdir mereka berdua sampai berada di titik ini.