Disclaimer © Masashi Kishimoto
#_#
.
.
"Ha ha hentikan! Kau membuatku basah." Jerit Ino saat Naruto tak berhenti melemparinya dengan bola-bola salju.
"Itu baik melihatmu hipotermia!" Tawa Naruto tak mau berhenti.
Sakura menoleh saat mendengar decakan malas Hinata disampingnya. Yeah, mood gadis ini akan selalu buruk jika melihat Naruto dan Ino bercanda. Dan itu berarti sering, mengingat duo pirang itu selalu bercanda.
"Kapan mereka bisa berhenti kekanakan." Gumamnya jengkel yang justru membuat Sakura tersenyum.
"Mungkin saat kau berhenti makan." Sakura merebut bungkus snack dari tangan gadis amethys itu. Fakta selanjutnya tentang Hinata. Dia begitu suka ngemil tapi tanpa efek gemuk. Menakjubkan.
"Apa itu berarti mustahil?" Lesunya yang semakin membuat tawa Sakura pecah.
"Kalau kau berpikir begitu."
Sakura mengalihkan pandangannya pada puncak bukit di kejauhan sana yang tertutup salju sepenuhnya. Bukan hal aneh mengingat tak ada satu dataranpun yang terbebas dari tumpukan salju pada musim ini.
Berbicara tentang itu, saat ini mereka sedang menghabiskan liburan dengan menjelajah tempat asing. Tipe anak-anak kurang hiburan kelebihan uang.
Yang dimaksud mereka itu, Haruno Sakura, Yamanaka Ino, Uzumaki Naruto, Shimura Sai, Hyuuga Hinata, Hyuuga Neji, Uchiha Sasuke, dan Nara Shikamaru. Mereka adalah putra putri konglomerat.
"Mungkinkah akan ada srigala di sini?" Gumam Shikamaru.
"Mungkin saja. Biar bagaimanapun ini adalah hutan, meski sekarang hanya ada tumpukan salju dan pohon tanpa daun." Sahut Neji acuh.
Sementara mereka berbicara, Sasuke berjalan tenang disampingnya. Headphone menutupi telinganya. Seolah apapun pembahasan teman-temannya tidak lebih menarik daripada musik yang dia dengarkan.
Sakura tersenyum memandang punggung pria raven itu. Meski terkesan acuh, Sasuke masihlah yang paling menawan dimatanya. Sayangnya Sakura tak memiliki keberanian untuk membuat gerakan. Melihat punggung Sasuke sudah cukup baginya. Tidak perlu merepotkan diri dengan drama 'antara cinta atau persahabatan'. Itu akan menghabiskan energi.
Bruk. Sakura menoleh mendengar suara terjatuh. Itu Hinata. Kakinya amblas terlalu dalam di salju.
"Lebih perhatikan langkahmu daripada Naruto. Pria itu tidak akan berubah menjadi ninja, asal kau tahu." Gerutu Sakura sembari membantunya berdiri. Mereka berjalan paling belakang, omong-omong.
"Apa yang kalian lakukan?!" Sakura dan Hinata menoleh mendengar teriakan Sai.
"Apa aku harus menjelaskan?" Gerutu Hinata. Gadis itu membersihkan salju yang menempel dipakaiannya lalu meneruskan langkahnya.
"Jangan khawatirkan kami Sai." Kekeh Sakura sembari berlari-lari kecil menyusul para pria. "Mau membantuku?"
"Apa?"
"Bawakan ranselku. Ini berat."
"Maaf. Punggungku hanya ada satu."
"Sialan." Sakura memukul bahu Sai main-main.
Gruuuuk. Sakura dan Sai terdiam. Bahkan yang lainnya pun ikut terdiam saat mendengar suara gemuruh. Bukan hal aneh jika terjadi longsor mengingat saat ini mereka sudah melewati kaki bukit.
Mereka saling berpandangan saat gemuruh itu terdengar makin kuat. Dan sesaat kemudian terlihat longsoran salju meluncur deras ke arah mereka.
"Berlindung!" Seru Shikamaru yang membuat semua orang kocar-kacir mencari batu besar yang mungkin bisa dijadikan tempat berlindung.
Sakura berlari panik. Kepalanya sibuk menoleh kesana kemari selagi kakinya berusaha bergerak secepat mungkin menjauhi longsoran.
"Sakura!" Teriakan Ino mengalihkan arah lari gadis musim semi itu. Dengan sigap dia menghampiri Ino yang berlindung dibalik batu berukuran dua kali tubuhnya.
Gruuuuuuk! Longsoran salju menerjang mereka.
Dua gadis itu merunduk, merapat pada batu. Butuh beberapa menit hingga longsoran meninggalkan mereka. Menyisakan tumpukan salju yang mengubur setengah tubuh mereka.
"Oh sial! Batu ini tidak cukup bagus dijadikan tempat berlindung." Gerutu Ino. Gadis pirang itu merangkak keluar dari salju.
"Setidaknya tidak sampai mengubur wajahku, atau aku akan mati." Kekeh Sakura.
"Kau masih bisa tertawa? Ini liburan terkonyol. Jika aku mati di sini, aku berjanji akan menghantui kalian. Terutama kau yang mengusulkan liburan berbahaya ini." Tandas Ino menunjuk wajah Sakura. Yang ditunjuk justru mengacuhkannya. Sakura lebih memilih mengedarkan pandangannya mencari teman-teman mereka.
"Ini tidak bagus. Kemana yang lain?" Sakura melangkahkan kakinya dan menggerutu saat kakinya terbenam cukup dalam disetiap langkahnya.
"Bajuku mulai basah. Aku akan terkena hipotermia sungguhan. Sial."
"Kau terlalu banyak mengeluh, Ino." Sakura cemberut tanpa memandang Ino dibelakangnya. "Guys! Dimana kalian?" Teriaknya.
Hening. Tidak ada sahutan. Bahkan tidak ada tanda-tanda keberadaan yang lain. Sakura dan Ino saling berpandangan. Kegelisahan mulai merambati mereka.
"Naruto! Sai!" Ino berteriak memanggil. Dia melangkahkan kakinya ke arah pencapaian mereka sebelum diterjang longsoran salju. Berharap teman-temannya ada disana.
"Hinata! Sasuke!" Sakura mengikuti langkah Ino.
Mereka menghabiskan setengah jam berteriak tanpa hasil. Langkah mereka baru berhenti saat terhadang sebuah celah, atau bisa dibilang jurang. Sejenis itu. Yang jelas saat ini mereka berdiri dibibir tebing.
Sakura melongokkan kepalanya ke arah bawah. Melihat seberapa dalam celah selebar kurang lebih dua meter diantara tempat mereka berdiri dengan tebing diseberang sana.
"Kelihatannya tidak akan sakit jatuh ditumpukkan salju." Celetuk Sakura saat melihat kedalaman celah yang mencapai sepuluh meter. Ino memutar bola matanya dan melipat tangannya di dada mendengar itu.
"Kau mau coba. Aku tak keberatan mendorongmu."
"Aku lebih suka ide terjun bersama." Dengus Sakura malas. "Baiklah. Bagaimana sekarang? Sepertinya kita benar-benar terpisah dengan yang lain."
"Entahlah." Ino menghela nafas sedih. "Ini menakutkan. Dua gadis cantik terjebak di bukit bersalju. Siapa yang tahu kita akan mati disini."
"Kau benar. Tapi, bisakah berhenti membahas soal kematian? Itu seperti kutukan yang menakutkan."
Mereka semakin cemas saat suasana mulai meredup. Ini benar-benar buruk. Tenda dibawa oleh para pria. Bermalam tanpa tenda benar-benar ide yang buruk.
Mempertimbangkan bahaya lebih banyak saat malam hari, mereka memutuskan mencari gua atau semacamnya untuk bermalam.
Butuh waktu nyaris satu jam untuk mereka menemukan tempat aman. Itupun hanya berupa cerukan kecil pada batu. Mengingat hari sudah malam, mereka memutuskan menganggap itu tempat terbaik.
Sakura dan Ino mendesah menatap lampu portable diantara mereka. Ini sama sekali tak berguna selain untuk penerangan. Dan sekarang udara dingin terasa lebih menusuk daripada di siang hari.
"Bagaimana keadaan yang lain ya." Gumam Sakura. Gadis itu mengeratkan jaketnya. Ini lapis kedua. Dia benar-benar tidak bisa bertahan hanya dengan satu lapis jaket.
"Entahlah. Kenapa jadi begini? Ini menakutkan." Ino sama sekali tak bisa menutupi kegelisahannya.
Niat mereka adalah bersenang-senang dipuncak bukit yang bisa dibilang cukup tinggi ini. Menikmati pemandangan tempat asing. Tapi semuanya menjadi tidak sesuai rencana. Mereka justru terpisah tanpa kepastian keselamatan yang lain.
Zruk. Zruk. Sakura dan Ino tersentak saat mendengar suara langkah. Raut mereka kegirangan berpikir jika mungkin itu salah satu teman mereka.
"Guys!" Ino dengan cepat berlari ke arah suara langkah.
Sebenarnya Sakura malas bergerak. Udara dingin akan menyusup kedalam pakaiannya lagi jika dia mengendurkan pegangannya. Toh Ino akan membawa siapapun itu kesini. Tapi kemalasannya pudar saat mendengar jeritan Ino.
"Ino!" Gadis bersurai merah muda itu berlari cepat menuju tempat ino berada.
Sayangnya sebelum mencapai tempat Ino, kakinya terbenam dan membuatnya terjatuh. Kemiringan tempatnya terjatuh membuat gadis itu terguling beberapa kali.
Sakura mendesis sakit. Sebelum mulutnya terbuka meneriakkan nama sahabat pirangnya, tubuhnya menegang saat mendengar suara langkah. Kali ini dibarengi dengan suara seretan sesuatu.
Sakura yang posisinya telungkup perlahan mengangkat wajahnya. Jantungnya mendadak berpacu kencang, bahkan tubuhnya bergetar melihat pemandangan dengan jarak satu meter diatasnya.
Seseorang dengan pakaian serba hitam berjalan pelan menyeret tubuh Ino. Saat orang itu memasuki ceruk tempatnya berada bersama Ino tadi, perlahan Sakura merangkak naik. Jantungnya mencelos saat telapak tangannya menyentuh noda merah diatas salju. Bekas seretan darah.
Pandangan Sakura bergetar menatap telapak tangannya. Perlahan dia menoleh ke arah orang itu membawa Ino. Mungkin saja orang itu mendengar suara Sakura tadi. Dan pasti akan mencarinya.
Memikirkan itu, Sakura dengan mata memburam karna air mata juga tubuh bergetar hebat berusaha merangkak menjauh. Dia tak memiliki tenaga untuk berlari. Setengah mati Sakura menahan diri agar tidak terisak. Dia takut isakannya akan didengar siapapun itu yang melukiskan Ino.
Nafas Sakura tersengal-sengal saat dia mencapai sebuah gundukan cukup besar. Gadis itu terlentang dibalik gundukan. Lengannya menutupi matanya yang panas dan mengalirkan air mata.
"Hiks... hiks..." Gadis itu menangis. Dia sungguh ketakutan. Dia tak tahu kenapa ditempat seperti ini harus ada orang jahat. Bahkan membunuh temannya.
"Ino... Ino..." Bisik Sakura lirih ditengah tangisan tertahannya.
Baru beberapa saat setelah dia sedikit tenang, dia duduk dan mengintip ke arah ceruk tempat penjahat itu berada. Ternyata jaraknya tidak lebih dari tiga puluh meter dari tempatnya saat ini. Padahal Sakura pikir dia sudah merangkk jauh hingga sulit bernafas dan kelelahan.
Sakura mengerjap menatap keseluruhan tempat terlihat sama. Gelap dan putih. Seseorang itu sepertinya mematikan lampu portable mereka.
Sakura berbalik memeluk lututnya. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Teman-temannya tak jelas ada dimana. Dan dia hanya membawa pakaian yang dikenakannya. Tidak ada senter, tidak ada lampu atau apapun. Sakura benar-benar tersesat secara nyata. Dia tak akan berani berpikir kembali ke ceruk itu meski untuk mengambil ranselnya. Sakura tak memiliki keberanian sebesar itu.
Zruk. Srek. Zruk. Srek. Tubuh Sakura menegang saat mendengar suara langkah itu lagi. Suara seretan itu lagi. Ketegangannya kini bercampur gemetar hebat.
Menahan nafas, Sakura berusaha bergeser tanpa menimbulkan suara. Gundukan ini mampu menutupi tubuh duduknya. Bahkan pakaian putihnyapun seolah menunjang kamuflasenya. Hanya saja itu berlaku jika Sakura mampu bergerak memutari gundukan menghindari terlihat oleh si penjahat.
Sakura tidak bisa berhenti berharap dalam gemetarnya. Semoga saja penjahat itu tak menyadari jejaknya. Mengingat jejaknya hanya berada sekitar lima meter dari jalur langkah penjahat itu. Namun tentu saja semakin mendekatinya gundukan jarak jejaknya dengan si penjahat itu semakin mengerucut.
Suara nafas berat menimpali suara langkah dan seretan. Membuat Sakura bahkan takut hanya sekedar menarik nafas. Padahal dadanya sudah terasa sesak.
Ketegangan itu tak berhenti meski Sakura berhasil mengitari gundukan dan suara langkah orang itu menjauh.
"Ah hah hah..." Sakura tersengal-sengal setelah yakin orang itu benar-benar jauh.
Isakannya kembali pecah saat melirik jejak darah yang lebih samar disampingnya. Gadis itu menutupi wajahnya. Menahan tangisannya.
"Bagaimana ini?" Bisiknya parau.
Isakan Sakura perlahan mereda. Kini dia menatap kosong hamparan putih berselimut kegelapan dihadapannya. Lalu menangis lagi. Terdiam. Menangis lagi. Dia melakukan itu berulang-ulang entah berapa lama.
Pandangan Sakura terarah pada hamparan bintang diatas sana. Mengerjap beberapa kali, gadis itu mengalihkan pandangannya pada ceruk tempat ranselnya berada.
Sakura menghela nafas panjang, meyakinkan dirinya jika dia harus melakukan sesuatu. Setidaknya dia harus menemukan teman-temannya. Pemilik emerald itu mengerjap beberapa kali. Bagaimana jika ternyata teman-temannya sudah dicelakai penjahat itu? Bagaimana jika hanya dia seorang yang tersisa? Memikirkan itu membuat Sakura menggigil ketakutan.
"Positif thinking Sakura!" Dia menepuk kedua pipinya keras-keras hingga terasa pedih.
Menghirup nafas panjang, dia mulai melangkahkan kakinya kembali ke ceruk tempat ranselnya berada.
.
.
..
.
Yeah story baru. Menambah tumpukan hutang wkwkwk. Tapi ini hanya berisi dua, tiga, atau empat chapter aja. Jadi gak akan memakan waktu lama.
Lalu buat revisi Be Mine, hari Sabtu aku akan meng-up minimal empat chapter dan maksimal sampai selesai versi BM-1 akun RavencherrY. Semoga bisa yang maksimal. Amin.
Oh, dan untuk story ini akan aku selesaikan paling lambat tanggal 1 Desember. Semangat diriku!
Terakhir, aku gak yakin genre yang aku kasih buat story ini udah tepat atau belum. Abaikan saja. Lalu, buat yang nyempetin baca, semoga hari kalian menyenangkan! \(^_^)/
Keyikarus
23 November 2017
