Behind The Moonlight

Hyunbin x Minhyun

YAOI / BXB

T


Hyunbin berjalan dengan cepat. Perutnya sudah meronta minta diisi sedari tadi. Salahkan Haknyeon, pelajar sma yang menggantikannya shift malam yang datang terlambat. Hyunbin bersumpah akan memasak tiga bungkus ramyeon saat pulang nanti.

Namja tinggi itu menggosokan telapak tangannya berkali-kali untuk menghalau dingin. Saat ini ia berdiri di halte menunggu kedatangan bis terakhir. Jam tangannya menunjukkan pukul sepuluh malam. Malam yang cukup larut dan berkabut. Hyunbin sampai harus memicingkan mata untuk melihat jalan raya, berharap bisnya segera tiba.

Srrkk srrkk

Sebuah suara mengagetkan Hyunbin. Ia melirik kanan kiri dan menyadari jika ia hanya sendirian di halte ini. Ia mengeratkan pegangan pada tali ransel dan memejamkan mata kuat.

'Oh Tuhan! Apa itu tadi?' Batinnya. Perlahan kembali mengintip kearah suara tadi, namun nihil. Hanya ada papan iklan berkelap kelip yang menampilkan idola saat ini Park Jihoon. Beruntung papan iklan itu bersinar sangat terang.

Srrrkkk

Suara itu bertambah keras. Terdengar seperti sesuatu yang diseret. Hyunbin memejamkan matanya lagi dan bergumam, "Tidak ada apa-apa Hyunbin! Itu hanya angin. Ya, angin!" Ia menghembuskan napas lega saat bis yang ditunggunya terlihat dari kejauhan.

Ia naik ke dalam bis dengan tergesa. Setelah mendapat tempat duduk Hyunbin kembali melihat ke arah halte. Merasa tak menjumpai hal yang aneh ia memutuskan memakai earphone dan membuka aplikasi melonnya. Lantunan lagu dari grup favoritnya mengiringi perjalanannya kali ini.

Tanpa disadarinya dua pasang mata berwarna merah terus membuntuti gerak-geriknya dibalik pepohonan yang rimbun disamping papan iklan yang masih berkelap kelip dengan indahnya.

XXXXXXXXX

"Aku pulang!" Ucap Hyunbin keras. Dari balik pintu kamar, kakaknya Jisoo berdecak.

"Bisakah kau lebih tenang? Aku sedang belajar."
Hyunbin bergumam maaf dan memilih mengambil panci dan mengisinya dengan air. Ia melepaskan jaket dan menggantungnya di belakang pintu, kemudian memasukkan bumbu ramyeon saat airnya mendidih.

Hyunbin termenung. Ia masih memikirkan kejadian tadi. Suara apa sebenarnya? Hyunbin yakin tadi bukan angin. Ia hanya menenangkan dirinya saja saat itu. Menggelengkan kepala, ia memasukan tiga mie ramyeon dan mulai mengaduknya. Memilih memakan ramyeon di kamar karena kakaknya yang sedang belajar itu sedikit sensitif saat ujian PNS semakin dekat.

Hyunbin mengerjap. Ia membuka mata cepat dan beranjak dari tidurnya. Seingatnya ia sedang makan ramyeon kemarin malam. Dilihatnya panci berisi ramyeon masih teronggok di ujung kamar.

'Mungkin aku terlalu lelah hingga tertidur tanpa sadar.' Batinnya.

Ia melirik jam dinding dan bersyukur ia tidak terlambat. Masih ada waktu untuk mencuci piring dan menyiapkan sarapan. Hyunbin hanya tinggal berdua dengan kakaknya. Hanya rumah kecil ini yang menjadi peninggalan kedua orang tuanya yang sudah meninggal.

Hyunbin sedang menata makanan di meja saat kakaknya keluar dari kamar. Namja bertubuh tinggi itu masuk ke kamar mandi dan keluar lima menit setelahnya dengan rambut basah.

Hyunbin memperhatikan kakaknya dalam diam. Kakaknya itu sibuk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.

"Apa kuterima saja ajakan orang itu ya?" Hyunbin mendongak mendengar ucapan Jisoo.

"Maksud hyung tawaran model itu?" Hyunbin menelan nasinya pelan. Meletakan sumpit dan melihat punggung Jisoo.

"Kupikir tes kali inipun aku akan gagal."

"Hyung! Jangan berkata seperti itu." Hyunbin sedikit ketus. "Hyung sudah belajar mati-matian selama ini." Tambahnya.

"Tidak ada artinya." Jisoo meletakan hair dryer di meja dan duduk menatap adiknya.
"Aku tidak akan membiarkan adikku yang tampan ini bekerja sendirian. Sudah tiga tahun berlalu dan ujianku selalu gagal. Kau pikir aku tega melihatmu banting tulang sendirian, huh?"

Hyunbin terdiam. Ia kembali menyumpit kimchi dan menyuapkannya. "Hyung harus menjadi pns. Apapun caranya, biar aku yang mencari biayanya." Hyunbin masih ingat perkataan mendiang ayahnya yang sangat menginginkan anaknya menjadi PNS.

"Tidak lagi. Aku akan menentukan jalanku sendiri kali ini." Jisoo mengacak rambut Hyunbin. "Tidak ada penolakan!" Ucapnya ketika Hyunbin akan membuka mulut.

"Apa hyung sudah memikirkannya baik-baik?"

"Tentu. Aku sudah memikirkannya semalamam." Jisoo memakan sarapannya dengan khidmat. "Ngomong-ngomong kau biasa tidur sambil duduk begitu ya?" Lanjutnya.

Hyunbin membuka mulutnya kaget. "Apa?"

Jisoo mengangguk, "Dengan ramyeon yang masih menggantung dari mulutmu. Ah ingin lihat fotonya?" Jisoo meraih ponsel miliknya dan menunjukan foto Hyunbin dengan pose menggelikan.

"Ya! Hapus sekarang juga! Itu memalukan!" Hyunbin berusaha menjangkau ponsel Jisoo. Namun kakaknya itu segera menjauhkan ponsel untuk menggoda adiknya. Pagi hari yang sangat ramai di kediaman mereka.

XXXXXXXXX

"Hey!'

"Hm."

"Kakaknya lumayan juga." Sosok itu bersiul.

"Ck. Diamlah. Biarkan aku tidur."

"Hey! Tapi incaranmu tak kalah tampan. Buatku saja ya?"

"Ong Sungwoo!"

"Iya. Iya aku akan diam"

XXXXXXXXX

"Eomma! Apakah itu burung wallet?"

"Woojin bodoh! Itu namanya kelelawar!"

"Yongjin! Jangan menyebut adikmu bodoh!"

"Ne, eomma."


TBC

ff yaoi pertama saya, aneh bin ajaib -.-

rnr ya!