MEKAKE Chapter 1
.
.
.
Cerita ini hanyalah Fiktif belaka. Jika ada kesamaan watak tokoh itu sudah dari rencananya. And happy Reading Minna-san! ^•^
Kritik dan saran dibutuhkan!
Naruto © Masashi Kishimoto
.
MEKAKE by Owl Scheneizel
.
.
Suasana di Kerajaan Konoha sedang tidak baik hari ini. Bagaimana tidak, karena sekarang mereka sedang dalam Fase Gencatan senjata dari Negara tetangga yaitu Iwa Gakure. Tapi sialnya, malam ini adalah hari terakhir gencatan senjata, itu berarti mulai malam ini pula perang akan terjadi kembali.
Sang Kaisar, Namikaze Naruto terlihat sangat gelisah akan hal ini. Beberapa minggu lalu, ia sudah banyak mengorbankan nyawa untuk berperang dengan Iwa. Namun hanya masa gencatan senjata yang ia dapatkan. Dan besok ia harus berperang kembali. Naruto semakin bingung tatkala ia memikirkan apa yang harus dilakukannya. Ia hanya mempunyai seribu lima ratus prajurit yang tersisa, sedangkan senjata yang dimiliki tak sebanding dengan pihak lawan.
Malam ini adalah malam penentuan nasib dari Negara Api Konoha. Apa mereka harus menyerah kepada Iwa? Ataukah ia harus mencium kaki Kaisar dari Iwagakure untuk menghentikan serangan? Ah! itu sama saja dengan menyerah. Ingat, menyerah tanda tak mampu.
Semua orang yang datang dirapat Internal kerajaan pun berwajah yang tak kalah mencemaskan dari sang Kaisar. Apa yang akan terjadi pada mereka dan keluarganya saat tengah malam nanti?
"Namikaze-sama! Maafkan hamba! Tapi apa yang akan terjadi selanjutnya?" ujar salah satu menteri.
"Ya benar Namikaze-sama! Hamba rasa keputusan yang paling tepat adalah menyerah pada Iwa." sahut menteri yang lain.
"Ya! Kami rasa itu adalah keputusan yang tepat!"
"Kalian gila?! Mana mungkin kita menyerah. Ini tanah kita! Kita harus melindunginya sampai akhir!"
"Percuma! Kita tidak punya apa-apa lagi Asuma! Dipertempuran 3 minggu yang lalu kita sudah banyak mengorbankan nyawa!"
"Tapi setidaknya kita masih mempunyai harga diri dan nyawa yang tidak boleh kita sia-siakan!" Perdebatan para Menteri yang Pro dan Kontra pun tak terhindarkan. Sedangkan Kaisar hanya bisa menutup mata dan telinganya untuk saat ini.
'Apa yang harus kulakukan? Aku memang Kaisar yang tidak berguna.'
"Putri Ratu telah tibaa~!" panggilan dari dayang itu menuntun seorang gadis cantik berambut merah. Ia berjalan dengan anggun melewati para Menteri dan pelayan yang menunduk padanya dengan hormat.
"Karin?" ucap Naruto. Sementara Karin tetap berjalan padanya hingga diantara mereka hanya berjarak 20cm.
"Naruto-sama! Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda. Tapi sebelumnya..." Karin menghentikan perkataannya.
BUUGH!
Tanpa diduga, Karin melayangkan bogem pada wajah Naruto. Semua orang yang ada ditempat itu hanya bisa cengo melihatnya. Ya, Uzumaki Karin. Putri atau anak kedua dari Raja dan Ratu terdahulu. Namun ia memilih tinggal di luar istana dan memakai marga Ibunya. Dan hanya dia dan 'orang itu' yang berani melakukan itu padanya.
Naruto tampak kesal setengah mati. Bukan hanya membuat wajahnya memar, tetapi Karin sudah menurunkan martabatnya sebagai seorang Raja.
"Karin apaan sih?! Ini sakit tahu!" Bukannya memperbaiki keadaan, Naruto malah berdecak kesal dan sebelah tangannya menunjuk wajahnya yang memar karena dibogem oleh perkataan dan sikap Naruto tidak menunjukkan bahwa saat ini ia adalah seorang Kaisar.
"Apaan?! Dasar Naruto-baka! Kau ini seorang Kaisar! Tapi kau malah belum memutuskan apa-apa disaat seperti ini! Kau tidak pantas menjadi seorang Kaisar!" geram Karin.
Naruto yang gendok atas perkatan Karin lalu membalasnya. "Lalu, apa yang selama ini kau lakukan? Bercocok tanam? Bahkan kau tidak pernah ikut campur dalam urusan Internal. Apa itu yang seorang Putri lakukan? Dasar nenek lampir."
"A-apa kau bilang?! Narutoo~!" hampir saja Karin melayangkan bogeman terbaiknya. Dan semua orang yang ada diruangan itu sudah tahu apa yang akan terjadi. Bahkan mereka sudah menutup telinga agar tidak mendengar Teriakan kesakitan yang akan dihasilkan oleh Raja-nya. Tapi sebeum itu, sebuah suara menghentikan Karin.
"Karin-sama." "Karin-nee?" ucap dua orang bersamaan. Lavender dan Emerald, Hitam dan Pink.
Karin menghentikan bogem-nya yang sudah sampai tepat dijalan masuk udara Naruto. Sedangkan Naruto ia sudah berkeringat dingin saat membayangkan bagaimana jadinya kalau dua orang yang ia cintai tidak datang.
"Hinata? Sakura?"
.
.
.
.
.
Diruangan itu tampak semua orang bersenang-senang. Mereka bergoyang dan menikmati Wine dengan sangat gembira. Kemenangan sudah didepan mata, dan yang paling ia inginkan sebentar lagi akan tercapai.
"Anda sungguh hebat, Pangeran. Sebentar lagi kita akan merebut Konoha."
"Ya, aku juga sangat tidak sabar untuk ."
"Lalu apa yang akan anda lakukan?"
"Kau tahu Jirobou? Mereka tidak mempunyai pilihan lain selain menyerah. Lalu saat mereka menyerah kita akan meminta jaminan untuk itu." senyum licik terukir diwajah putihnya. Ia sungguh menantikan hal itu.
"Lalu apa yang akan anda minta?"
"Pertanyaan yang bagus! Excellent! Kau tahu? Aku dengar di Konoha terdapat sebuah Bunga Sakura yang sangat cantik. Dan aku menginginkan bunga itu sejak dulu.." pria berambut hitam itu lalu mengambil segelas wine dan memainkan gelas itu ditangannya.
"...dan aku akan mengambilnya. Dengan cara apapun." pria yang disebut pangeran itu lalu meminum wine-nya.
"Bunga Sakura? Kenapa anda meminta itu? Padahal disini juga banyak terdapat Bunga Sakura yang cantik."
"Ahahaha. Kau salah Jirobou! Tak ada yang secantik Sakura dari Keluarga Haruno."
Pelayan yang sedari tadi berbicara pada Pangeran-nya itu terlonjak kaget seketika. "J-jangan-jangan...Sakura itu..."
"Yap! Selir dari Kaisar bodoh itu! Haruno Sakura.."
.
.
.
.
.
"Karin-nee sejak kapan kau datang? Kenapa tidak memberi tahuku?" ujar seorang wanita itu, Hyuuga Hinata. Permaisuri dari Namikaze Naruto sekaligus anak dari Hyuuga Hiashi,kepala penasihat Kerajaan.
"Gomenne, Hinata. Aku tidak sempat memberitahu. Habisnya aku sangat kaget kalau Negara kita ini akan perang kembali." sesal Karin. Hinata yang mengerti oleh keadaan hanya bisa mengangguk.
"Oh iya, Sakura dimana?" mendengar pertanyaan Karin, raut wajah Hinata berubah.
"Dia...bersama Naruto-kun" jawab Hinata. Karin yang melihat Hinata seperti menahan rasa sakit dari suaranya yang bergetar saat menjawab pertanyaannya. Karin yang merasa bersalah berusaha memutar otak untuk merubah topik dan suasana.
"H-hei! Bagaimana kalau kita bermain shogi saja? Hm?! Ayoolaah! Terakhir aku kesini kau bilang ingin mengalahkanku dalam bermain shogi. Iya kan? Sekaranglah saatnya, ayo!" Hinata lalu menatap Karin dan tersenyum kembali.
"Karin-nee, kupastikan kau kalah malam ini." Karin yang mendengarnya tersenyum. 'Syukurlaah,"
.
.
.
"Namikaze-sama. Ada apa anda membawa saya kesini?" tanya seorang gadis yang anggun itu. Seorang gadis?
"Ahahaha~ ayolah Sakura-chan. Sudah berapa kali kubilang kau tidak usah se-Formal itu. Aku kan-"
"Jika tidak ada yang perlu dibicarakan, saya harus kembali. Permisi." gadis yang bernama Sakura itu membalikkan diri untuk keluar. Namun sebelum itu, sepasang lengan yang kokoh sudah melingkari pinggangnya yang ramping.
"Sudah lama...kenapa masih begini?" Sakura yang masih berekspresi datar berusaha untuk melepaskan diri. Namun nihil, tenaganya masih kurang untuk melawan pria ini.
"Lepaskan saya Namikaze-sama!"
"Tidak. Tidak akan. Selama ini aku sudah menahannya. Aku selalu membayangkanmu." Naruto membalikkan badan Sakura. Kini Sakura berhadapan langsung dengan Naruto .
Naruto mempersempit jarak diantara mereka. Perlahan Naruto mempersatukan bibir mereka. Bisa dibilang, ciuman sepihak karena lawannya tidak menggubris apa yang ia lakukan. Ciuman itu lama-kelamaan menjadi sebuah lumatan. Karena mulai terpengaruh, Naruto memberanikan diri untuk melepas obi kimono yang Sakura kenakan dan tangan kanannya perlahan menelusup kedalam kimono yang dikenakan oleh Sakura. Menyadari itu, secara refleks Sakura Melayangkan sebuah tamparan yang sangat keras padanya. Sehingga perlahan Naruto kembali pada akalnya.
PLAK
Keadaan menjadi sunyi seketika. Naruto diam tanpa kata dan sedang menyesali perbuatannya. Sementara Sakura bersikap seolah tidak ada yang terjadi dan mengenakan obi-nya yang terlepas itu kembali.
"Anda seharusnya memikirkan apa yang terjadi saat ini. Dan ingatlah selalu perjanjian itu." ucap Sakura. Kemudian gadis itu berlalu meninggalkan Naruto yang termenung akibat perbuatannya barusan.
Haruno Sakura seorang putri dari Keluarga petani yaitu Haruno, dan merupakan gadis berusia 18 tahun yang dipaksa menikah diusia muda untuk menjadi selir dari Namikaze Naruto, Kaisar ke-7 di Kerajaan Konoha dan merupakan Kaisar paling muda sekaligus Kaisar paling bodoh menurut rating *?*. Sebenarnya dulu Sakura sering bermain dengan Naruto yang sudah Sakura anggap sebagai kakaknya karena perbedaan umurnya 2 tahun lebih tua dibandingkan Sakura. Namun tanpa diduga, Naruto menginginkannya sebagai selir, dan orang tuanya mendukung hal itu. Karena dengan begitu otomatis orang tuanya menjadi keluarga kerajaan juga dan dari situlah, perlahan sikap Sakura menjadi berubah. Egois memang, tapi apalah daya Sakura tidak mampu menentang semua itu dan menerima Naruto sebagai suaminya, namun dengan satu syarat. Naruto tidak boleh menyentuhnya sebelum Sakura yang memintanya sendiri.
Huwaaa~ :'(
Kependekan yak? Hehe wajar masih pemula jadi yaa begitulah: 'p nanti diusahakan untuk panjang *?* hehe... dan maaf kalau masih banyak terdapat Typo...
Cukup segitu dan Terima gaji and...Mind To RnR pleassee?
Regard,
Owl Scheneizel a.k.a Anak hilang
