.

.

loliconkawaii and JackFrost14's Collaboration Fanfic

"The Other Self"

All credits belongs to the rightful owner

Genre: Supernatural, Romance, Parody, Mystery

Rating: T, M in future

Warning: Possible OOC&Typo, Shounen-ai, AU dengan sedikit AR

Cover is not mine

.

Happy Reading! x3

.

.

.

nee, Kurokocchi..apa kau tahu?

seandainya saat itu aku tidak bertemu denganmu,

mungkin...

.

.

KRIIING!

Bagaikan panggilan dari surga, dering bel yang berbunyi nyaring siang itu seolah menjadi satu-satunya objek penyelamat seluruh remaja yang sedang berada di sebuah tempat terkutuk bernama sekolah. Suara desahan lega dan perasaan bahagia dapat terlihat dari ekspresi wajah para siswa tersebut. Tidak heran, mengingat mereka harus menjalani kegiatan belajar mengajar dari pukul delapan pagi sampai pukul setengah tiga siang.

Setelah membereskan buku pelajaran, para manusia tersebut berhamburan keluar kelas dengan suka cita—karena siksaan berupa duduk berjam-jam mendengarkan celotehan guru selesai sudah. Namun diantara manusia itu, ada juga yang sedang tidak beruntung sehingga harus tinggal di kelas karena diberi amanah untuk melaksanakan piket hari itu.

Perkecualian untuk seorang remaja bersurai kuning—karena ia terbebas dari tugas merepotkan nan melelahkan itu—yang telah selesai memasukkan buku terakhirnya ke dalam tas. Iris madunya yang terbingkai oleh bulu mata lentik itu mengalihkan pandangannya ke arah beberapa gadis yang tengah berjalan menuju kursinya.

"Kise-kuuun!"

Dengan segera ia memasang senyum seorang model yang menjadi ciri khasnya.

Senyum palsu.

"Ah, ada apa-ssu?"

"Etto..aku dengar Kise-kun suka menyanyi, bagaimana kalau kita ke karaoke?" Ajak seorang siswi dengan malu-malu.

"Eeh kau curang! Hari ini Kise harus bersamaku ke arcade!" Timpal seorang siswi yang lainnya.

"Kau yang curang! Kemarin Kise-kun sudah bersamamu!"

Dan keributan itu terus berlanjut dikarenakan para siswi itu tidak ada yang mau mengalah—pertengkaran sengit untuk memperebutkan Kise tersebut mengundang perhatian seisi kelas yang masih hadir disana.

Diperebutkan oleh siswi-siswi tentu sebagai gantinya akan mendapat tatapan iri dari para siswa—apalagi dirinya belum genap dua minggu menginjakkan kaki di sekolah ini tapi sudah dapat mencuri perhatian kaum hawa dalam kurun waktu yang singkat itu. Dan benar saja, ia langsung menyadari tatapan tidak suka yang dipancarkan para kaum adam yang masih berada di kelas itu.

Kise yang menyadari perubahan suasana disekelilingnya, dengan segera angkat bicara guna menghentikan pertengkaran tersebut. Sempat terlintas dibenaknya kenapa mereka tidak bisa pergi beramai-ramai dan mengajak siswa yang lain, kalau begitu kan ia juga mendapat kesempatan untuk bisa dekat dengan mereka. Jujur ia sedikit muak dikelilingi oleh siswi-siswi yang suka memperebutkannya.

"Maaf, tapi aku sedang tidak enak badan hari ini. Jadi lain kali ya." Tolaknya dengan halus, tentunya hanya sebuah penolakan tidak akan berefek. Namun jika diberi bumbu akhir, yaitu senyum andalannya yang sanggup menaklukkan sebagian besar kaum hawa, maka ceritanya akan lain lagi.

"Yaah..kalau Kise-kun berkata begitu..." Mau tidak mau para siswi itu harus menelan bulat-bulat kekecewaan mereka, sebenarnya bukan kali pertama ini Kise menolak ajakan mereka. Namun tetap saja, jika mendengarnya berkali-kali tentu rasa kecewa itu tidak bisa dideskripsikan.

Setelah para siswi itu satu per satu meninggalkan dirinya, ia pun turut serta beranjak dan meninggalkan kelas itu. Kelas demi kelas, lorong demi lorong ia lalui seraya sesekali mengamati bangunan dalam gedung sekolahnya yang bisa dibilang megah tersebut. Sesekali siswi yang berpapasan dengannya menyapa Kise dan ia balas dengan senyuman. Ia terus melangkahkan kakinya sampai akhirnya berada diluar bangunan itu.

.

.

kehidupan yang membosankan itu akan terus berjalan,

perlahan menggerogoti jiwaku..

hingga sampai pada titik kesadaranku akan hilang,

.

.

Ah, lagi-lagi...

Sepoi angin yang membawa kehangatan musim semi yang samar dengan beberapa kelopak kecil bunga berwarna pink beberapa kali menyapu lembut kedua pipinya. Mungkin bagi semua orang suasana itu sangatlah menyejukkan dan membuat hati tentram.

Tapi tidak bagi seorang Kise Ryouta.

Daripada menyejukkan hati, lebih tepat dikatakan menyakitkan hati. Jika harus dijabarkan alasannya mungkin semua itu berawal dari kesalahannya yang memiliki kemampuan copycat serta paras yang tampan.

Alasannya sederhana saja, dengan seluruh kemampuan yang dianugrahkan padanya itu, menguasai segala hal dalam sekejab mata bukanlah sesuatu yang sulit—malah bisa dikatakan sangat mudah baginya. Semua bidang olahraga mulai dari sepakbola, voli, beladiri, baseball dan lain-lain—sehingga dalam waktu dua minggu sejak kepindahannya ke SMU Teikou, sudah tidak terhitung lagi berapa kali ia berganti-ganti ekstrakurikuler, hampir semua sudah pernah dicobanya.

Soal paras sudah tentu tidak diragukan lagi, saat ini ia bahkan tengah meniti karirnya dalam dunia model dan wajahnya sudah berkali-kali muncul dalam berbagai edisi majalah remaja bulanan yang terkenal. Sehingga mendapatkan seorang gadis untuk dijadikan pacar bukan hal yang sulit pula, malah para gadis itu yang terus menerus mengejarnya seperti apa yang terjadi di kelas beberapa menit yang lalu.

Berkaitan dengan bidang akademis, meski tidak bisa dibilang bagus namun juga tidak bisa dikatakan jelek.

Pendeknya, semua berjalan sangat lancar sampai pada titik dimana ia merasa bosan dan hampir kehilangan semangat hidup.

'Siapapun, tolong berikan aku semangat.' Ia tidak bisa untuk tidak menghela nafas dengan pasrah.

Bukan berarti ia ingin bunuh diri.

Bukan berarti ia tidak tahu terima kasih pada Tuhan yang sudah memberinya anugrah ini.

Namun yang ia butuhkan hanyalah sesuatu yang bisa membuat kebosanannya hilang, sesuatu yang bisa membuat gairah hidupnya kembali.

'Heh, sudah berapa kali aku memohon seperti ini.' Sebuah seringai meremehkan terlukis di wajah tampannya.

Ya, tidak terhitung sudah berapa ratus kali Kise Ryouta memanjatkan permohonan serupa. Namun sampai saat ini Tuhan belum satu kali pun mengabulkannya. Kepindahannya dengan sengaja jauh-jauh dari Kanagawa ke SMU Teikou sepertinya akan sia-sia—mengingat ia tertarik pada sekolah ini karena keunggulannya dalam segala bidang sehingga ia pikir bisa memberikan sedikit tantangan dalam hidupnya.

.

.

jika saat itu aku tidak bertemu denganmu,

mungkin masa depan seperti ini tidak akan pernah ada...

dimana kita bisa tertawa dan terbebas dari takdir itu,

.

.

Dan sepertinya saat itu, Tuhan yang entah sudah bosan mendengarkan berbagai macam keluhannya atau karena kasihan pada Kise—akhirnya mengabulkan permohonannya.

Syuuuut!

Gubrak!

"Aduh!"

—Dengan cara yang tidak biasa.

Saking asyiknya merutuki hidup, ia sampai tidak sadar bahwa sebuah kulit pisang—yang telah diabaikan begitu saja oleh pemiliknya—tergeletak di tanah sehingga ia dengan tidak elitnya terjerembab dengan posisi terlentang karena tidak sengaja menginjaknya.

"Itte—" Keluhnya seraya memegangi belakang kepalanya yang terkena efek samping dari kecerobohannya tersebut, matanya sedikit berair akibat rasa sakit yang ditimbulkan.

Aah, kenapa Tuhan harus memberinya hidup seperti ini? Tidak hanya membosankan, namun juga diselingi dengan kesialan entah dalam variasi apapun, seperti kesulitan berteman—karena paras tampannya, di-bully, maupun kesialan seperti saat ini.

Ia kembali menghela nafas tetap dalam posisinya, iris madunya menatap langit biru yang terlihat jelas dari posisinya saat ini. Meski ia merasa lelah untuk berharap, namun hati kecilnya terus menolak untuk berhenti berharap. Perlahan ia mulai mempertanyakan keberadaan sebuah eksistensi bernama Tuhan.

Jika Tuhan memang ada, kenapa sampai saat ini permohonannya tidak pernah dikabulkan? Dan kenapa harus ia yang mengalami semua ini?

Ia terus berada dalam posisinya—beruntung karena tempat itu sedikit sepi dan jarang dilewati orang—seraya memandangi langit dengan tatapan yang sedikit kosong. Perlahan ia menutup kedua kelopak matanya kemudian detik selanjutnya membiarkan iris madunya melihat kembali langit biru yang terhampar di depan matanya.

"Hmm?"

Kise yang baru saja menyesuaikan irisnya dengan cahaya yang silau itu, samar-samar dapat melihat sosok siswa yang sedang berdiri di luar pagar pembatas yang mengitari atap sekolah—sosok yang seharusnya tidak ada disana sampai satu detik yang lalu.

Mungkin ia hanya berhalusinasi, mana mungkin dalam kurun waktu yang sangat singkat tersebut manusia bisa langsung memanjat pagar pembatas yang tingginya mencapat dua meter itu.

Memangnya hantu?

Kise Ryouta bukanlah tipe yang percaya pada hal semacam itu—karena sampai sekarang ia masih belum pernah melihatnya. Maka dari itu ia mengedipkan matanya untuk yang kesekian kali.

Namun sosok itu masih belum lenyap dari jangkauannya penglihatannya.

Kali ini ia mengucek matanya untuk mengenyahkan halusinasinya, namun sosok itu masih berada di tempatnya. Tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya.

Seketika ia teringat sebuah rumor yang beredar dikalangan para murid baik dari lingkaran tahun pertama, kedua, maupun ketiga.

"Hei, kau tahu tidak kalau semenjak angkatan kita menginjakkan kaki di sekolah ini, beredar sebuah rumor?"

"Hah? Yang benar!? Memangnya seperti apa?"

"Katanya setelah pulang sekolah, jika kau berada diluar gedung sekolah dan menengadahkan kepalamu menuju atap bangunan utama. Maka kau akan melihat sosok seorang murid yang memakai seragam sekolah kita sedang berdiri diluar pagar pembatas."

Tentu saja Kise tidak mempercayai rumor itu, alasannya karena rumor itu masih ada lanjutannya.

"Lalu? Bisa saja itu memang siswa yang memanjat pagar pembatas."

"Aku belum selesai! Konon, dalam hitungan detik berikutnya sosok itu akan hilang. Dan beberapa saat lagi akan muncul! Begitu seterusnya, sampai kau mengecek atap tersebut dan menemukannya dalam keadaan kosong."

"Ah, mungkin orang itu sudah kabur."

"Entahlah, tapi mana ada orang yang bisa muncul dan menghilang dalam hitungan detik, kan? Katanya kalau kau menyusul hantu itu sampai atap, maka kau akan terkena sial. Takahashi dari kelas F saja sampai trauma karena terus tertimpa sial."

Begitulah bunyi rumor yang sering ia dengar. Dan jika disimpulkan alasannya, tentu saja karena sosok yang ia lihat saat ini tidak kunjung lenyap seperti dalam rumor yang beredar. Malah baginya semakin terlihat seperti manusia normal. Lalu sebuah pertanyaan terlintas di kepalanya.

'Lalu apa yang dilakukan orang itu disana?'

Butuh waktu yang agak lama bagi otaknya yang terbilang loading lambat alias lola untuk sampai pada sebuah kesimpulan yang kemudian menyebabkan matanya terbelalak lebar.

'Jangan-jangan dia mau bunuh diri?!'

.

.

aku membencinya...

dunia dimana aku terlahir dengan berlumuran darah,

dunia yang penuh dengan kebohongan ini..

.

.

Dengan segera ia bangun dari posisinya dan berlari masuk kembali ke dalam gedung sekolah. Persetan dengan rumor itu! Ia tidak peduli meski nantinya yang ia hadapi disana adalah eksistensi bernama hantu yang kemudian berujung pada kesialan. Hanya ada satu hal yang terus memenuhi kepalanya saat ini.

Bahwa ia harus menyelamatkan murid itu—mengesampingkan akibat yang akan ia terima jika didasarkan pada rumor tersebut.

Walau hanya satu nyawa, ia rela melakukan apapun untuk menyelamatkannya. Meski hanya satu, jika berhasil maka bukan main senangnya hati Kise. Satu nyawa memang hanya bernilai kecil dibandingkan dengan maraknya kasus pembunuhan maupun bunuh diri di Jepang saat ini. Meski begitu, satu nyawa kecil sangatlah berarti bagi Kise.

.

.

dengan kegelapan yang terus mengekangku,

serta rantai penyesalan yang terus melilitku..

aku ingin terbebas dari semua itu,

.

.

Namun ia melakukannya tanpa adanya keinginan menolong dari lubuk hatinya yang terdalam.

Semua murni untuk memuaskan hasratnya menebus sebuah kesalahan di masa lalu.

Sebuah penyesalan yang terus menghantuinya hingga saat ini—yang sangat ingin ia lenyapkan dari ingatan, bahkan hidupnya. Namun, semua itu bagaikan menggarami lautan.

.

.

dan disaat itulah aku bertemu denganmu..

kau adalah bayangan,

sementara aku adalah bulan,

dua insan yang berbeda...

.

.

Krieeet!

Sepoi angin musim semi dengan segera menyambut laki-laki tersebut sehingga menyebabkan beberapa helai surai kuningnya menari dengan anggunnya. Tangan kanannya bertopang pada pintu yang menghubungkan antara tangga tempatnya berpijak dan atap sekolah yang terbuka lebar karena paksaan, sedangkan tangan kirinya bertumpu pada lututnya untuk menyangga tubuhnya yang mulai kelelahan akibat menaiki seluruh anak tangga dari lantai satu hingga akhirnya berada di puncak bangunan itu.

Setelah mengumpulkan semua nafasnya yang sempat berhamburan tidak terkendali, ia menengadahkan kepalanya—yang kemudian dengan kedua irisnya menangkap sosok hantu yang selama ini digosipkan.

—Atau mungkin lebih tepatnya seorang siswa yang digosipkan tempo hari diantara lingkaran murid-murid SMU Teikou.

.

.

hei, Kurokocchi..apa kau tahu?

...apa yang kurasakan pada hari itu,

di sebuah pertemuan yang mengawali segalanya...

.

.

Siswa itu mengenakan seragam SMU Teikou seperti layaknya murid-murid lainnya. Meski diterpa sinar mentari siang itu, namun Kise masih bisa melihat sosoknya dengan jelas. Siswa yang berdiri tegak membelakanginya itu memiliki surai senada dengan warna langit, yang sekilas terlihat halus serta lembut saat diterpa angin.

Selama beberapa detik yang singkat itu ia bahkan sampai melupakan bagaimana cara mengerjapkan mata sebelum kemudian semburat merah samar menghiasi kedua pipinya.

Sepertinya siswa itu masih belum menyadari kehadirannya—yang kemudian membuatnya bisa mengamati sosok itu lebih jauh, sekarang ia baru saja menyadari sebuah fakta lain bahwa si 'hantu' Teikou...

—memiliki tinggi yang tidak proposional jika dibandingkan dengan remaja laki-laki lainnya yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kemudian sebuah kesimpulan tidak masuk akal terlintas di kepalanya sehingga dengan panik ia berteriak dengan level suara yang setara dengan megaphone.

"JANGAN MATI PLEASEEEEE!"

Deg!

Oh, dear. Justru teriakanmu itulah yang membuatnya jadi kaget hingga keseimbangannya hilang. Namun sebelum benar-benar jatuh, dengan sigap siswa itu mencengkram untaian kawat besi yang menghiasi pagar pembatas. Kemudian setelah berhasil meraih kembali keseimbangannya, siswa itu melompat secara 360 derajat dengan ketinggian yang cukup untuk melewati pagar pembatas yang tingginya dua meter.

Dan siswa itu berhasil selamat setelah mendarat dengan sangat elit.

Kise mendekatinya. Terlihat dengan jelas ekspresi khawatir terukir di wajahnya. "Hei, kau baik-baik sa—"

Kata-katanya terhenti dikala siswa itu hanya berjarak beberapa meter dari hadapannya, namun bedanya kali ini Kise bisa melihatnya dengan jelas. Bagaimana cahaya sang mentari menerpa kulitnya yang putih mulus bagaikan boneka porselen. Dan bagaimana iris biru laut yang senada dengan rambutnya itu menatapnya lurus seolah-olah berusaha untuk menyelami dasar jiwanya.

.

.

..bahwa jalan yang kita tempuh sangatlah berbeda,

meskipun begitu, bagian terkecil dari diriku berkata...

.

.

"Ya?"

Suaranya yang monoton namun terdengar lembut di telinga Kise berhasil membuatnya kembali ke dunia nyata, "Ah..eh...itu..." ucap Kise dengan gagap dikala sepasang iris biru laut itu menatapnya lurus namun dengan sabar menunggu Kise menyelesaikan perkataannya.

Namun, semakin Kise ditatap secara intens, rangkaian kata-kata yang sudah tersusun rapi di otaknya untuk diutarakan lenyap entah kemana.

Menanggapi reaksi pemuda dihadapannya, siswa tersebut menghela nafas kecil. "Kalau begitu, giliranku bertanya. Kenapa tadi kau berteriak seperti itu?"

Dengan panik, Kise menyuarakan isi pikirannya secara spontan hingga terdengar berantakan. "Eh..itu, err—seperti yang aku bilang. Aku mengerti perasaanmu, jadi kumohon jangan bunuh diri hanya karena bertubuh pendek!"

Hah?

Bingung bercampur kesal, urat-urat yang kemudian membentuk perempatan samar tertempel di dahinya. "..Apa maksudmu?"

Panik, Kise panik. "E-eeh maksudku bukan seperti itu! Memang sih kau itu bertubuh pendek—"

Jleb!

"—ramping seperti perempuan,"

Jleb! Jleb!

"—dan berwajah manis."

Jleb! Jleb! Jleb!

Tanpa Kise sadari, siswa bersurai biru laut itu mengepalkan tangannya yang agak bergetar dikedua sisi tubuhnya.

"Tapi aku mengerti perasaanmu! Jadi kumohon jangan—"

"..Ignite Pass—"

"Eh?" Kini ia terkejut begitu mengetahui dalam sekejab siswa itu sudah berada tepat dihadapannya dengan sorot mata yang menajam. Tangan kanannya sedikit didorong ke belakang, dan detik itu ia bersumpah dapat melihat sesuatu yang menyerupai pusaran angin terkumpul di telapak tangan itu.

BEEEEEP! BEEEEEEEP! BEEEEEEEP!

Uh-oh, alarm tanda bahaya berbunyi kencang dan terus bergema di dalam kepala Kise sementara keringat dingin mulai mengucur dari pelipisnya bagai air bah.

"T-t-tunggu dulu-ssu! Kau salah pa—"

"KAI!"

Seekor keledai tidak akan terperosok ke dalam lubang yang sama, bahkan hewan yang konon merupakan hewan paling bodoh itu pun bisa belajar dari pengalaman. Sehingga Kise haruslah memberi catatan mental pada dirinya agar tidak lagi mengatakan hal yang tabu diucapkan tersebut pada seorang laki-laki tulen—jika ia tidak ingin dicap lebih bodoh dari seekor keledai.

—Dan jika ia tidak mau berakhir mengenaskan seperti terpental hingga membentur dinding oleh serangan yang menyerupai kamehameha dari sosok asli 'hantu' Teikou tersebut.

.

.

kau dan aku adalah sama,

kita terikat oleh takdir yang memuakkan ini..

meskipun begitu, kau dan aku sangatlah berbeda,

tidak peduli sepahit apa jalan yang kau tempuh...

harapan tidak pernah hilang dari sorot matamu,

sedangkan aku...

adalah sebuah dosa,

kepadaku yang hanyalah seonggok daging yang telah kehilangan harapan,

sejak hari itu kau menyinariku dengan secercah harapan,

yang telah lama menghilang dari hidupku...

namun tidak ada satu pun diantara kita yang menyadari,

bahwa sejak hari itu pula...

tirai panggung kehancuran perlahan mulai tersingkap...

.

.

tbc

.

Holaaa~ kembali lagi dengan lolicon yang membawakan fic The Other Self ini, yaaaay~ #dilempartomat

Seperti yang kalian ketahui, fic ini hasil kolaborasi saya dengan JackFrost14 yang saya ajak (baca: paksa #plak) untuk bergabung dengan project ini. Sebetulnya, ini adalah self project tapi author bego satu ini sangat tidak becus untuk mengerjakan semuanya sendiri sampai akhirnya menyeret salah satu author lagi untuk membantu pekerjaannya. Rencana kami fic ini tamat tidak lebih dari 15 chapter, jadi semoga kalian betah untuk terus mengikuti fic ini! x3

Saya hanya ingin mengingatkan kepada readers sekalian bahwa di fic ini kadang bersliweran adegan parody yang entah diambil dari anime, manga, doujin, dll. Authors tidak akan menuliskan dari anime/doujin/manga mana sumber parody itu, jadi selamat menebak! #ditendang

Segala jenis umpan balik akan sangat menyemangati author untuk cepat update fic dan memberikan yang terbaik untuk chapter berikutnya.

Sore ja, see you next chapter!