冬のユリ
oXxXxXo
Yowane Haku © CAFFEIN
Vocaloid © Yamaha dan beberapa perusahaan lainnya
oXxXxXo
Tap tap tap
Hari itu, siang hari yang dingin. Aku sedang berjalan menuju rumahku―aku baru saja kembali dari rumah Miku-san, sahabat baikku.
Tep
"Eh?" Aku menghentikan langkah kakiku begitu melihat ada orang di depan rumahku. Awalnya, aku tidak mempercayai kalau ia yang berada di depan rumahku itu. Tapi aku memang tidak salah lihat. Pemuda berkuncir satu itu… Aku pun memanggilnya. "Dell?"
"…"
Aku yakin, ia mendengar ucapanku. Tapi ia masih saja berdiam diri di tempat itu―tidak menoleh padaku sama sekali. Karena heran, aku pun berjalan menghampirinya dan menepuk pelan bahunya.
Ia menoleh padaku dengan wajah sedikit memerah. "Ha-Haku… A-aku… Aaa―Eto… Ini…" ujarnya dengan gagap.
Dell… Kau sakit?
Ingin sekali rasanya aku menanyakan itu padanya. Tapi… Dell sendiri selalu mengatakan agar aku tidak usah terlalu mengkhawatirkannya…
"Masuk saja," ujarku seraya membukakan pintu untuknya. "Di luar dingin 'kan? Aku akan menyuguhkan teh hangat untukmu." lanjutku, tersenyum kecil.
"Eto… Kopi saja," respon Dell. "Aku lebih suka kopi daripada teh." Ia lalu membuang mukanya dari hadapanku.
Sesaat, aku merasa sedih. 'Apa Dell membenciku?' Tapi, kubuang jauh-jauh pikiran itu. Aku tidak boleh berpikir buruk tentang orang lain.
"Baiklah. Akan kubuatkan kopi susu kesukaanmu."
=x=x=x=x=x=
Tluk
Dell meletakkan cangkir putih berisi kopi susu itu di atas meja.
"Bagaimana? Enak tidak?" tanyaku, mungkin bisa dibilang basa-basi.
"Ya. Kopi buatanmu selalu enak." jawab Dell, tersenyum tipis. Mungkin orang-orang tidak menyadari kalau Dell sedang tersenyum. Tapi aku mengetahuinya, aku sudah lama mengenal Dell. Dan senyum tipis yang nyaris tidak terlihat ini adalah senyum khasnya yang kusukai.
Melihat senyumnya, wajahku merona merah. "Arigatou."
"Haku, ada yang―"
Kriiing~
Belum sempat Dell menyelesaikan kalimatnya, telepon rumahku sudah berbunyi. Aku menoleh sebentar ke arah telepon itu berada―di koridor dekat pintu masuk―lalu menoleh kembali pada Dell, meminta maaf padanya, dan berlari-lari kecil menuju koridor dekat pintu masuk itu.
Kriiing~
Klek!
Aku mengangkat gagang telepon itu.
"Moshi-moshi! Haku-chan!"
"!" Kedua mataku terbelalak lebar, hampir tidak bisa mempercayai suara orang di seberang sana. Dengan ragu, aku menyapanya, "Moshi-moshi. Hakuo-kun?"
"Ehehe~" Dia tertawa.
'Benar… Benar-benar Hakuo-kun…' batinku, tersenyum kecil. Sudah tiga bulan aku tidak bertemu dengannya. Aku merindukannya.
"Yo, o genki ka?" tanya Hakuo-kun.
"Genki desu," jawabku, masih tersenyum kecil. "Hakuo-kun sendiri bagaimana?"
"Aku selalu baik-baik saja kok! Seperti biasa!" jawab Hakuo-kun dengan riang. Aku tertawa kecil meresponnya. "Oh ya, Haku-chan. Hari ini, aku mau datang ke rumahmu loh!"
"Eh? Hakuo-kun mau datang ke rumahku?" tanyaku memastikan.
"Hai! Sou desu!"
"Baiklah. Akan kutunggu." Aku tersenyum lebar. Aku senang sekali. Akhirnya, aku bisa melihat Hakuo-kun lagi.
"Jangan ke mana-mana ya, Haku-chan? Sebentar lagi, aku sampai loh~" ujar Hakuo-kun. "Ja!"
"Ya, kutunggu. Ja."
Klek!
Setelah mengucapkan itu, aku meletakkan kembali gagang telepon itu di tempatnya dan berjalan ke tempat Dell dengan perasaan senang. 'Dell harus bertemu dengan Hakuo-kun,' batinku, tersenyum kecil. 'Mereka pasti bisa menjadi teman baik.'
Tep
"Maaf membuatmu menunggu lama, Dell." ucapku pelan seraya membungkukkan tubuhku―kebiasaanku saat sedang meminta maaf.
"Daijoubu," respon Dell. Ia lalu beranjak berdiri dan berjalan melewatiku yang masih membungkukkan tubuhku. "Aku pergi dulu. Ja." ujarnya dengan datar.
Tap tap tap
Menegakkan kembali tubuhku, aku menoleh pada Dell, "Eh? De-demo, Dell, yang tadi itu―Bukannya―"
Blam!
Dell menutup pintunya.
"Dell!"
'… Dell…' batinku sedih. 'Apa aku sudah mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya tanpa kusadari…?' Aku lalu menundukkan kepalaku dan duduk di lantai sambil memeluk kedua lututku. "Gomennasai ne… Dell…" gumamku pelan. Aku merenungi kenanganku bersama Dell. Selama ini, aku selalu saja merepotkan Dell, membuatnya kesal, membuatnya khawatir… Wajar saja kalau Dell membenciku…
Ting tong~
Bel rumahku berbunyi, aku pun segera berdiri dan menghapus air mataku. Itu pasti Hakuo-kun.
Ting tong~
"H-hai, chotto matte kudasai!"
Klek!
Aku membuka pintu rumahku dan tampak dua orang anak―laki-laki dan perempuan―yang tersenyum manis padaku. Bukan Hakuo-kun…
"Haku nee-chan!" sapa mereka berdua dengan riang.
"Ah," Aku langsung menyunggingkan sebuah senyum kecil kepada mereka berdua. "Konnichiwa, Rin, Len."
"Haku nee-chan menangis?" tanya Rin, ekspresi wajahnya berubah cemas tiba-tiba.
"Eh? Iya. Pipi Haku nee-chan basah." timpal Len.
"A-ah," aku pun langsung mengusap kedua pipiku. "A-aku―Da-daijoubu desu…" ujarku pelan. Aku selalu saja begini… Berbohong agar mereka tidak mengkhawatirkanku…
"Tapi―"
"Si-silahkan masuk," ucapku, sengaja menyela ucapan mereka. "Kalian mau kubuatkan teh susu?" tawarku.
"Aku mau orange juice!" seru Rin dengan riangnya tiba-tiba, berjalan memasuki rumahku.
"Ha-hai." Aku mengangguk pelan, tersenyum kecil. 'Yokatta… Mereka tidak mengkhawatirkanku lagi…' batinku, merasa lebih tenang.
"Len! Ayo!"
"Ya~" jawab Len. Bukannya masuk ke dalam ruang tamu, Len tetap di tempatnya, menatapku.
"Do-doushite, Len?" tanyaku. "Len tidak mau orange juice?"
"Ah, bukan," jawab Len, masih menatapku. "Haku nee-chan, tadi aku bertemu Dell nii-chan."
"De-Dell?" Jantungku berdetak semakin cepat begitu aku mendengar nama itu. Aku menarik nafas sebentar, berusaha menenangkan diriku. "Tentu saja, kalian pasti selalu bertemu 'kan? Len dan Dell adalah kakak-adik 'kan? Dell… Pulang ke rumah ya?" tanyaku lembut.
"Bukan," jawab Len. "Maksudku, aku bertemu dengannya di jalan, saat aku dan Rin sedang menuju rumah Haku nee-chan, Dell nii-chan berjalan ke arah lain―bukan ke arah rumah kami. Saat aku mau menyapanya, onii-chan malah membentakku."
"E-eh?" Aku bingung mau mengatakan apa. Tidak biasanya Dell bersikap seperti itu. Apa Dell masih marah karena aku?
"Len!"
"Ah, iya!"
Tap tap tap
Len lalu berjalan menuju ruang tamu. Aku menyusulnya di belakang.
Ting tong~
Tiba-tiba saja, bel rumahku berbunyi lagi. Aku pun membalikkan tubuhku dan membuka pintunya. 'Semoga… Hakuo-kun…'
Klek!
"Haku-chan!" seru orang itu sambil memelukku tiba-tiba. "Otanjoubi omedetou!"
"Hakuo-kun?" Aku mendorongnya menjauh dariku―melepaskan pelukannya. 'Benar… Benar-benar Hakuo-kun…' "Hakuo-kun, ada a―"
"Haha~ Lama tidak bertemu ya, Haku-chan~ Kau juga sudah bertambah tinggi~" katanya dengan riang seraya mengelus-elus kepalaku. "Karena hari ini ulang tahunmu, aku sengaja kabur dari asrama loh! Hehehe~ Aku juga sudah menelepon Kaito dan yang lainnya. Nanti malam, kita akan merayakan ulang tahunmu di―"
"U-uuh…" Aku menundukkan kepalaku. 'Bodoh…' pikirku. 'Karena terlalu sibuk dengan tugas dan masalah perasaanku pada Dell… Aku sampai melupakan ulang tahunku sendiri…'
"Ah? Hei, Haku-chan? Do-doushite?"
"Uh… Hiks…" Air mata kembali mengalir membasahi pipiku dengan deras―aku bisa merasakannya. Dan tanpa aku sadari, aku memeluk Hakuo-kun dengan erat dan membenamkan kepalaku di dadanya. "Hiks… Hakuo… kun…"
"…" Hakuo-kun mengelus-elus rambutku dengan lembut. "Sudah, sudah… Jangan menangis lagi, Haku-chan…" ujarnya dengan lembut. "Kita 'kan pernah nggak bertemu selama 6 bulan. Dan saat itu, kau nggak menangis. Kenapa kau jadi cengeng begini? Hei?"
"Hiks…" Aku melepaskan pelukanku dari Hakuo-kun dan menghapus air mataku. "Uuh… D-Dell…"
"Dell?" gumam Hakuo-kun bingung. "Ah! Tadi aku bertemu dengannya loh!"
"E-eh?" Mendengarnya, aku pun langsung menatap mata Hakuo-kun dalam-dalam dan bertanya, "Ha-Hakuo-kun melihat Dell? D-di mana?"
"Hah?"
"Dell―Di mana dia sekarang?" tanyaku. Rasanya, aku benar-benar ingin menangis sekarang. Aku ingin menyampaikan permintaan maafku padanya… Juga perasaanku padanya selama ini…
"Eto… Kalau tidak salah, tadi aku melihatnya pergi ke arah hutan." jawab Hakuo-kun, tampak bingung.
"Hu-hutan?" Awalnya, aku bingung. Untuk apa Dell pergi ke hutan. Tapi, segera saja aku menyadarinya. "Arigatou, Hakuo-kun!" seruku senang sembari memeluk Hakuo-kun, lalu memakai sepatuku dan berlari keluar. "Hakuo-kun, tolong layani Rin dan Len!"
"E-eh? Hai…?"
Drap drap drap
Aku lalu berlari menuju tempat 'itu'. Tempat yang hanya diketahui olehku dan Dell.
Aku melihat ke sekelilingku. Siapa tahu saja, Dell sudah kembali. "Dell!" panggilku sambil terus berlari.
"…" Tidak ada jawaban. Sepertinya benar, Dell ada di tempat itu…
"De―Ah!" Aku mendongak, menatap langit. Salju mulai turun… Padahal, ini masih bulan November. "… Dell…"
.
.
"Kau tahu, Haku?"
"E-eh? A-apa?"
"Bunga lili ini."
"Eh?"
"Bunga lili yang tumbuh di musim dingin ini selalu mengingatkanku padamu."
"Aku… Bunga lili…?"
"… Kau seperti bunga lili. Bunga lili yang tumbuh di musim dingin dengan indah…"
"…"
"Di antara semua bunga, yang paling kusukai adalah bunga lili. Bunga lili mengandung arti 'suci, manis, sederhana, rapuh, dan cantik'."
"… Watashi mo… Dell ga daisuki desu…"
"Eh? Apa?"
"Ah! I-iie, dai-daijoubu desu!"
.
.
Drap drap drap
Tanpa kusadari, akhirnya aku sudah sampai di tempat 'itu'.
Srek
Aku melewati semak-semak yang menutupi bukit ini. Di bawah bukit ini, ada sebuah padang bunga lili yang sangat indah. "Dell!" panggilku.
"Haku?"
"De―" Aku bisa merasakan kedua mataku yang berbinar-binar begitu mataku dan mata Dell bertemu. Ia berada di tepi sungai―lebih tepatnya, sungai es―kecil yang ada di tempat ini.
"Ha-Haku?"
"Dell!" Aku pun berlari menuruni bukit ini, menuju tempat Dell berada.
Drap drap drap
Gyut!
Aku memeluk Dell dengan sangat erat dan mendekapkan kepalaku di dadanya. Rasanya… Semua perasaan ini… Ingin kutumpahkan…
"Ha-Haku! ?" Dell―yang nyaris kehilangan keseimbangannya―kaget, aku bisa merasakan wajahnya yang memerah.
"Sudah kuduga…" Aku mulai berujar dengan suaraku yang semakin mengecil. "… Kau… Kau… Kau ada di sini…" lanjutku, diiringi dengan suara isak tangisku.
"A-aku senang mendengar kalimat itu darimu…" ujar Dell pelan.
"!" Aku mendongakkan kepalaku, menatapnya. 'Apa itu berarti… K-kau menyukaiku, Dell?'
"Tapi…" Keringat dingin mulai bercucuran di pelipis Dell. "Ke-keseimbanganku―Ng-nggak bisa…"
Tepat ketika Dell selesai mengucapkan kalimat itu, kami tercebur ke sungai es itu.
BYUUURSH!
"Kyaaa!"
"Uwaaa!"
=x=x=x=x=x=
"Go-gomennasai!" Aku berulang kali mmbungkukkan tubuhku, meminta maaf pada Dell. "Gara-gara aku… Dell jadi―Go-gomennasai!"
Saat ini, Dell terbaring―tapi sekarang sedang duduk―di atas kasur. Ini semua karena aku, aku yang menyebabkan kami tercebur ke sungai es itu…
"Sudah, sudah… Kau nggak perlu meminta maaf sampai sebegitunya padaku…" ujar Dell, berusaha menenangkanku.
"Tapi 'kan… Tetap saja…" Aku menundukkan kepalaku. Aku benar-benar bodoh…
Tanpa kusadari, Dell tersenyum kecil.
"Oh ya, tentang yang tadi itu…" Dell mulai berbicara. "… Bagaimana dengan Hakuo?"
"Eh?" Aku mendongakkan kepalaku kembali, menatap Dell dengan bingung.
"Kau… Pacarnya Hakuo 'kan?" tanya Dell lagi, terdengar kesedihan di nada bicaranya.
"Ah… Ahaha…" Aku tertawa kecil. Lucu sekali mendengar Dell bertanya seperti itu…
"Nggak lucu, Haku! Aku serius!" ujar Dell lagi, sedikit membentak.
"Go-gomennasai…" Aku lalu memegang tangan kanan Dell dengan kedua tanganku.
"! ?" Wajah Dell memerah seketika.
"Hakuo-kun itu… Dia hanya kakak kembarku, Dell…" jawabku, tersenyum lembut padanya.
"Ta-tapi… '-kun' dan '-chan' itu…! ?" Entah kenapa, kalimat Dell jadi berantakan. Aku tertawa kecil.
"Karena kembar, Hakuo-kun tidak mau dipanggil dengan embel-embel 'nii-san'. Makanya, aku memanggilnya begitu."
"Eh! ?" Dell tampak kecewa setelah aku menjelaskannya. Aku pun bertanya-tanya dalam hati.
"Kenapa kau bertanya seperti itu, Dell?" tanyaku heran. "Kau cemburu ya?" tanyaku lagi, iseng.
"A-apa maksudmu! ? Te-tentu saja iya―Ma-maksudku, a-aku nggak―A-aku jelas ce-cembu―Gah!" Wajah Dell menjadi lebih merah daripada yang sebelumnya. Ia lalu mengacak-acak rambutnya. Sementara aku tertawa kecil melihat tingkahnya. Dell yang seperti ini… Manis sekali…
"Ehem!" Dell lalu mendehem. "Baiklah, kalau ternyata dia hanya kakak kembarmu…" Dell mengambil sebuah kotak kecil yang diletakkannya di dekat tempat tidurnya. "Jadi… Apa kau mau…" Kemudian, Dell membuka kotak beludru berwarna ungu gelap itu, bersamaan dengan itu, Dell membuang mukanya dari hadapanku.
"…!" Suara dan nafasku tertahan. Mulutku terbuka, tapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Di dalam kotak itu, ada sebuah cincin berwarna perak dengan berlian-berlian kecil yang membentuk bunga lili―bunga kesukaanku… Dan Dell…
"Dell… Ko-kore wa…" Tubuhku bergetar, perasaanku campur aduk. 'Tidak! Dell pasti tidak serius! Dell pasti hanya bercanda! Dell―Tidak mungkin ia juga menyukaiku…'
"Aku nggak bercanda kali ini. Aku serius," tegas Dell, seakan ia bisa membaca pikiranku. "Aku―Omae wa aishiteru yo, Haku…"
Gyut!
Aku memeluk Dell lagi. Aku menangis lagi. "Ya… Aku… Aku bersedia, Dell…"
Aku sangat bahagia.
Dell lalu mengelus rambutku dengan lembut. "Arigatou…"
.
.
"Terima kasih… Karena kau selalu menjadi hadiah terindah bagiku…"
-Owari-
Yosh! Otanjoubi omedetou, Haku! :D
Semoga langgeng sama TsunDeru (TsunDeru = Tsundere, Deru = Dell :P) sampai akhirat ya XD -disundut Dell-
Kemarin Ta-kun, hari ini Haku, besok Hibiki! Aargh! -lagi stress, abaikan saja-
Ini POV-nya Haku dari Winter Lily :D -promosi-
Jujur, kaya'nya yang ini lebih bagus '==d
