MY FRAGILE LOVER
Author: Jaehan Kim Yunjae
Pairing: YunJae
Rating: T
Genre: Romance / Slight Angst
Length: 1/?
Cast:
Kim Jaejoong
Jung Yunho
Park Yoochun
Kim Junsu
Shim Changmin
Kim Kibum
DISCLAIMER:
I don't own Yunjae. They own each other but I hope I can own them. The plot, story and poster are mine.
WARNING!
This is YAOI fanfic means boy x boy story, so if you can't take it just leaves already. I don't wanna hear bad comments and I don't care with your comments.
Happy Read ^^
- flashback-
Seorang anak berusia 10 tahun menangis memanggil ummanya sambil memegang sebuah boneka mainan kecil ditangannya yang gemetaran.
"hhhhssss… jangan menangis sayang"
JaeJoong POV
Sayang! Umma memanggil junsu sayang, selama ini umma tidak pernah memanggilku dengan panggilan seperti itu walaupun aku menangis sejadi-jadinya.
"apa yang kau lakukan padanya joongie" ucap umma sambil tetap membelai rambut junsu
"dia mengambil mainanku" gumamku tertunduk
"joongie, kau anak tertua di rumah ini, kau harus mengalah pada adik-adikmu"
"tapi umma, itu mainan kesayanganku"
"kau kan sudah sering memainkannya, sekarang biarkan adikmu yang memainkannya, lagipula kau kan sudah 12 tahun, jangan main-main saja, sekarang pergi kekamar dan belajar sebentar lagi kau kan ujian.
"nee umma"
Aku melangkahkan kaki dengan gontai menuju kamar dan langsung merebahkan tubuhku di kasur dan menangis perlahan sambil menutupkan wajahku ke bantal
- end of flashback -
Itulah yang selalu terjadi sejak 8 tahun yang lalu, umma selalu memintaku untuk mengalah pada kedua adikku. Mungkin ini memang nasib anak pertama seperti diriku, kadang aku merasa bahwa aku bukalah anak kandung dari keluarga Kim, tapi jika aku mengingat umma yang tetap menjagaku dan memperhatikanku saat aku sakit, aku mulai ragu, walau hanya pada saat itu saja umma lebih mengutamakanku dari kedua adikku
"joongie.. joongie.." teriak umma
"nee umma"
"kemarilah, bantu umma sebentar"
Aku berjalan menyusuri anak tangga menuju ruang makan
"ada apa umma?" tanyaku.
"bantu umma memasak dan siapkan makanan di meja makan, sebentar lagi appa mu pulang"
"nde umma" aku mulai mempersiapkan makanan
"joongie besok bias bantu umma berbelanja, bahan makanan kita sudah habis"
"umma mau kemana memangnya?"
"umma ada janji"
"bukankah junsu bisa umma?"
"dia masih terlalu lelah setelah pulang dari perjalanan sekolahnya dan harus istirahat"
"kibum?"
"dia ada janji dengan temannya untuk belajar bersama"
"tapi umma, aku juga sudah ada janji besok"
"sebentar saja tidak akan lama, lagian kau masih libur kuliah kan, waktumu banyak untuk bertemu teman-temanmu"
"nee umma" aku hanya tertunduk dan kembali menuju kamarku
Ya mungkin memang begini jalanku, aku selalu merasa sendiri. Aku selalu berharap aka nada orang yang mengerti diriku dan menjadikan aku yang pertama baginya. Tapi harapan itu sirna, bertahun-tahun aku menanti orang itu, tapi ia tak kunjung datang. Pernah muncul satu orang yang kuarasa ia sangat memperhatikanku, tapi ternyata tidak… ia adalah sahabat pertamaku, saat itu aku masih SMA
- flashback -
"jaejoong ini untukmu"
"ah, terimakasih"
"kau sedang apa?"
"hanya menonton pertandingan" dia adalah sahabatku, namanya kazuya kamenshi, aku lebih suka memggilnya kame, aku murid pindahan di sekolah ini, ya orang tua kami pindah ke Jepang dan dia adalah orang pertama yang menyapa dan menjadi temanku.
Saat itu aku termasuk anak yang pendiam dan sulit bergaul juga sulit mencari teman, semua berkat masa laluku. Dialah yang membantuku mencari teman dan jika ada tugas kelompok, dia juga yang memabantuku mencari teman sekelompok. Hingga tanpa kusadari aku jadi bergantung padanya dan takut jika harus bermusuhan denganya, walaupun sebenarnya dia memang selalu baik pada semua orang dan teman-temannya, sebenarnya aku saja yang GR merasa lebih diperhatikan olehnhya, tapi aku tidak ingin dibenci, aku tidak ingin kehilangan lagi.
"jaejoong.. jaejoong… jaejooooooonggggggggggggg"
"ah.."
"kau kenapa?"
"tidak apa-apa, hanya sedikit berfikir"
"yasudah, ayo"
"kita mau kemana ?"
"kau belum makan siang kan, aku sudah membelinya"
Dan kami berjalan menuju atap sekolah. Kami selalu makan siang disana. Aku tidak ingin berbuat salah padanya, pernah aku tanpa sengaja membuat kesalahan padanya dan aku berusaha meminta maaf, walupun akirnya dia memafkanku tapi hubungan kami jadi canggung. Sejak itu aku jadi semakin tak ingin membuatnya marah padaku dan mulai menjaga ucapan dan tingkahku dihadapannya, hingga aku merasa aku bukanlah diriku sendiri.
"hah.. kenyangnya"
"aku malas masuk kelas"
"tidak boleh, bukankah kau ingin masuk Todai *Tokyo Daigaku alias Universitas Tokyo ^^*
"baiklah,, ayo kita kembali ke kelas"
Semuanya berjalan menyenangkan, hingga aku harus berpisah dengannya karena aku harus kembali ke Korea dan kuliah disana. Sejak itu akupun jarang berhubungan denganya karena ia selalu mengganti nomor teleponnya. Hal terakhir yang aku dengar dia kecelakaan dalam perjalanannya ke China dan tewas ditempat. Begitulah akhirnya, semua orang yang dekat denganku pasti akan mati mengenaskan.
- end of flashback -
Sejak itu aku mulai berfikir bahwa aku tidak membutuhkan orang lain, aku bisa berjalan dengan kemampuan ku sendiri. Tapi tetap saja rasa pedih dengan tidak diperhatikan orang lain selalu muncul di waktu yang tidak tepat, saat hal itu terjadi aku hanya bisa menyendiri dan menangis disuatu tempat yang sepi
"hyung" junsu yang kini sudah 18 tahun menarik lengan bajuku
"hmm.."
"bantu aku menyelesaikan tugas ini, aku bingung"
Ya walupun begitu, hubunganku dengan adik-adikku tetap terjaga baik. Aku tetap menyayangi mereka bahkan mungki lebih dari rasa sayangku pada orangtuaku sendiri.
"hyung" aku dengar kibum yang memanggilku dari balik pintu kamar junsu, usianya masih 16 tahun
"kemarilah" ucapku sambil menggerakkan tanganku menyuruhnya masuk
"hyung aku ingin bicara"
"mmm… soal changmin" ucapku sambil mengodanya, dia hanya tertunduk malu
"tidak boleh, aku deluan, hyung sudah berjanji akan mengajariku dulu" tiba-tiba junsu bicara sambil menarik tanganku
"tapi aku bicara dengan hyung sekarang" ucap kibum sambil menarik tanganku yang satu lagi. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka, walaupun sudah remaja mereka tetap manja padaku, mungkin ini satu-satunya hal yang bisa menghiburku saat ini sebelum aku bertemu denganya entah siapa.
"kibum, hyung-" ucapanku terpotong saat umma memanggil tiba-tiba
"nee umma, nanti kita bicara lagi ya" ucapku sambil menyatukan tanganku dihadapan wajahku sebagai permintaan maaf. Aku berjalan dan mendapati umma menungguku di ruang keluarga
"tolong umma buatkan minuman untuk teman-teman appa mu di depan"
"nde umma" aku berjalan menuju dapur dan menuangkan minuman. Lalu aku berjalan menuju ruang tamu dan meletakkan minuman di meja. Sepertinya mereka satu keluarga, sepasang pria dan wanita sesusia appa dan umma dan 2 orang lainnya yang kurasa anak laki-laki dan perempuan mereka
"anak perpuanmu sangat cantik tuan Kim" ucap wanita yang berada di samping ibuku
"dia anak laki-laki pertamaku"
"oh.. ternyata anak laki-laki" ucapnya malu
"dia memang terlalu cantik untuk jadi anak laki-laki" ucap umma
"jaejoong kemarilah kenalkan teman appa, mereka baru kembali dari Amerika" ucap appa "ini tuan Jung dan yang disebelah ummamu adalah istrinya Ny. Jung, dan yang disebelah appa ini YunHo dan JiYool
"selamat siang tuan Jung Ny. Jung, jaejoong imnida" ucapku tersenyum sambil menunduk kearah mereka
"umma aku harus kembali keatas, junsu membutuhkan bantuanku untuk pelajarannya"
Aku berlari keatas menuju kamar junsu lalu membuka pintu kamarnya, kulihat junsu dan kibum tertidur di ranjang junsu, aku brjalan kearah mereka dan tersenyum lalu menyelimuti mereka berdua dan kembali ke kamarku.
"hyung.. ayo cepat, danaunya ada di tengah hutan" ucap kibum sambil menarik tanganku
"bummie, jangan jauh-jauh nanti kita tersesat"
"kami sudah hapal jalannya hyung, tenang saja" tambah junsu
"baiklah, aku menyerah pada kalian"
Kami terus berjalan menyusuri hutan dan tampaklah danau yang sangat indah disana, airnya berwarna hijau tapi juga biru dan dikelilingi bungan dandelion yang berterbangan tertiup angin, udaranya sangat segar.
"bagaimana kalian bias menemukan tempat ini?" tanyaku pada kedua adikku ini
"rahasia" ucap mereka bersamaan
Kami menghabiskan waktu selama bebrapa jam
"sudah, saatnya kita pulang"
"nee hyung" ucap kibum "Su-ie kau yang menujukkan jalan pulang"
"eh… bukankah kau yang tahu jalan pulang bummie"
"aku hanya tahu jalan kesini" Mataku memebesar dan melihat kedua adikku yang mulai bergetar
"hyung…sob…bagai…sob..mana… ini…sob..sob.."
"hhhhsssss… tenanglah, kita cari bersama" kami terus berjalan mencari jalan keluar, aku sudah sangat lelah berjalan
"junsu… kibum.."
"joongie…" kudengar seseorang berteriak, kami berlari meuju suara itu
"ummaaaa" teriak junsu dan kibum
"junsu.. kibum.. akhirnya, kemana saja kalian?" ucap umma menahan tangis
"umma …" ucapku
"yah.. kim jaejoong! Apa yang kau lakukan?" aku terkaget dan diam di tempat ku berdiri umma tidak pernah memanggilku dengan nama lengkapku
"umma…" ucapku lirih
"apa maksudmu mengajak adikmu ke tempat ini? Hhhsssss.. sudah sudah , jangan menangis lagi
"tapi junsu dan kibum yang membawaku kesini" gumamku pelan, hingga kurasakan seseorang memelukku
"appa…." Appa mengusap rambutku dengan lembut, tanpa terasa airmataku jatuh ke pipiku
"hhhhssssss… menangislah joongie"
"ap…pa…" ucapku sambil memegang erat baju appa
Mataku terbuka dan kurasakan airmataku mengalir
"mimpi?... kenapa aku bermimpi hal itu?"
tok..tok..tok..tok..
"tidak dikunci"
"Hi.."
"kau.. ? sedang apa disini?"
"ibumu menyuruhku kesini"
"yang lain mana?"
"mereka pergi keliling kota Seoul"
"kenapa kau tidak ikut?"
"entahlah, ibumu menyuruhku menjaga adik-adikmu, saat ku ketuk pintu kamar sebelah tidak ada yang menjawab, jadi aku mengetuk kamarmu"
"Oh.. lalu?"
"lalu?"
"kita mau ngapain?"
"Oh.. umm.. oh ya, kita belum kenalan secara pribadi, aku yunho" katanya sambil mengulurkan tangannya
"jaejoong.. kim jaejoong" ucapku dan mengenggam tangannya
"berapa usiamu?" tanyanya
"20 tahun, kau?"
"Eh.. usia kita sama"
"apa maksudmu?"
"aku pikir kau masih SMA, habis wajahmu imut, umma benar kau memang cantik"
"YAH!"
"hahahhahaa.. kau lucu kalu sedang marah"
"kau kesini untuk menghinaku?"
"ah… tidak, aku ingin menghiburmu qo dan mengajakmu bermain…hhhmmm….ah…ia aku ingat, bagaimana kalau kita main test psikologi"
"test psikologi?"
"iya, aku akan menanyakan beberapa pertanyaan padamu dan jawabmu akan menentukan kepribadianmu" aku mengangguk
"mau coba?"
"boleh" kataku
"oke.. sekarang tutup matamu lalu bayangkan sebuah danau yang indah dan angsa berenang di danau itu"
"hmmm…."
"ada berapa angsa?"
"mmm… satu" kulihat dia mengkaitkankan alisnya
"sebutkan sebuah nama"
"kau"
"aku?"
"ya.. nama terakhir yang kudengar adalah namamu"
"ucapkan"
"yun..ho" ucapku terbata dan kembali menutup mataku
"sekarang bayangkan kau berjalan menuju hutan disamping danau itu, seseorang berjalan bersamamu, siapa dia?
"entahlah.. wajahnya tidak jelas, tapi tubuhnya lebih tinggi dariku dan kulitnya lebih gelap dariku"
"laki-laki?"
"hu-uh" aku mengangguk pelan
"kalian berdua membawa obor, bagaimana api obor itu?"
"agak redup sepertinya"
Apa kau melihat kebelakang?"
"tidak"
"hmmm.. kau terus berjalan, lalu muncul hewan dihadapanmu, hewan apa?"
"uuu… beruang"
"kau apakan beruang itu?"
"tidak ada, aku biarkan saja dan aku terus berjalan"
"kau melihat rumah ditengah hutan itu dank au berjalan mendekati rumah itu, bagaimana rumahnya?'
"tidak terlalu besar, sederhana dan indah"
"rumah itu memakai pagar?'
"ya.. warna hitam"
"kau berjalan memasuki rumah itu menuju ke arah ruang makan"
"uummm…" aku kembali mengangguk
"kau melihat tempat minum di atas meja makan, tempat minum itu terbuat dari apa?"
"uuuummmm… keramik ya"
"kau mebawa tempat minum itu menuju ketaman dibelakang rumah itu lalu kau apakan?'
"aku minum isinya dan menaruhnya di teras rumah itu"
"oke… sekarang kau berjalan kedepan dan melihat sungai mengalir, seberapa besar sungai itu?"
"sangat besar, seperti sungai Han"
"kau ingin menyebrang, bagaimana caranya"
"aku berenang"
"baik sekarang buka matamu"
"sudah selesai?"
"sebenernya masih ada lanjutannya, tapi aku rasa cukup segini dulu, kapan-kapan kita lanjutin, lagian aku lupa, hehe.." ucapnya malu
"lalu artinya apa?"
"angsa itu adalah jumlah orang yang paling kau sayangi, dan nama orang yang kau sebut itu…" yunho terdiam
"iya, kenapa?"
"dia…. Adalah orang itu"
"eh.. tapi aku kan baru mengenalmu?"
"entahlah, kau sendiri yang mau menyebut namaku" aku mengangguk
"lalu?"
"orang yang berada disampingmu saat berada di dalm hutan adalah orang yang akan selalu menjagamu"
"siapa dia? Wajahnya tidak jelas"
"suatu hari dia pasti akan datang"
"oh ya.. kau tidak melihat kebelakang kan? Dan obormu juga redup?"
"iay"
"itu berarti kau tidak suka melihat masa lalu tapi cahaya yang menerangi hidupmu redup" aku hanya terdiam
"beruang itu adalah caramu memandang masalah, kau menganggap setiap masalah adalah hal yang besar dan sulit juga kau cenderung selalu membiarkan masalah itu" aku semakin terdiam dan mulai tertunduk
"jae..joong" ucapnya
"lanjutkan saja"
"baik, rumah yang berpagar berarti kau selalu menutup dirimu dari orang lain dan tempat minum dari keramik, adalah benda yang mudah pecah, itu menandakan kau adalah orang yang rapuh dan mudah tersakiti. Kau meletakkan gelas itu perlahan di teras, artinya kau takudan tidak siap untuk menerima perlakuan kasar" aku rasakan airmata mengelilingi pelupuk mataku
"sungai yang besar menunjukkan besar rasa cinta yang kau inginkan, juga kau berenang untuk melewati sungai itu, artinya kau benar-benar ingin tercebur dalam rasa cinta itu" aku tak sanggup lagi membendung air mataku dan tubuhku mulai bergetar
"jae" ucap yunho perlahan, kurasakan pelukkan tangannya yang hangat
"yun…sob..ho..ah..sob..sob.."
"kenapa,, kenapa… umma..sob.. aku ingin umma mencintaiku seperti umma mencintai junsu dan kibum…sob..sob…"
"hhhhsssss.. jae…." Aku hanya menangis di pelukannya
Setelah beberapa lama aku tersadar aku baru mengenalnya tadi dan dengan mudah aku mengatakan masalahku bahkan menangis di pelukannya
"ma…maaf.. a…aku..bukan…mak..sudnya"
"hhhsssss.. aku mengerti kau boleh menceritakan apa saja padaku, bukankah kita teman" aku mengangguk perlahan "sekarang istirahatlah sepertinya mereka semua sudah pulang"
"mmm…" lalu yunho membaringkanku di ranjang dan mencium keningku, kurasakan wajahku memanas dan dia melangkah keluar kamarku dan aku aku terkaget
"aku tidak boleh berteman dengannya" gumamku
-TBC-
Maaf ceritanya rada aneh dan kebanyakan Flashback
Tapi itu perlu lho untuk perkembangan cerita ^^
Segini dulu yaw
Lanjut ato ga?
