Disclaimer © Masashi Kishimoto
Story © Punya Kika
Pair © Uchiha Sasuke, Hyuuga Hinata
Rated © T
WARNING © OOC akut, typo, alur cepat dan teman-temannya.
Summary © Sebuah cerita tentang adek kelas.
Don't Like Don't Read
.
.
.
-Adiks-
"Awal Non Kebetulan"
.
.
.
"Ah, aku masih terlalu mengantuk!" gerutu seorang gadis berambut panjang yang baru saja memasang rantai pada ban sepedanya.
Hyuuga Hinata.
17 tahun.
Kelas XI.3
Jomblo abadi dan-
Sudah mandi.
Gadis yang akrab di sapa Hinata itu berjalan menyusuri setiap ubin lantai salah satu sekolah terfavorit di dunia jagat raya ini. Ya, sekolah mana lagi kalau bukan Konoha High School.
Berbicara mengenai sekolah favorit, apa yang pertama terlintas di benak kalian?
Bangunan sekolah dengan desain unik?
Fasilitas yang super mewah?
Tenaga pengajar profesional?
Atau...
"Cowok kerennya pasti banyak sekali" jawab seorang gadis bermata aquamarine saat dilemparkan pertanyaan yang sama.
"Astaga, apa kau tidak punya hal lain yang kau pikirkan?" tanya Hinata tak habis pikir melihat salah satu teman baiknya yang benar-benar hafal seluruh cowok tampan kepunyaan KHS.
"Hellaawww, Hinata. Sekali-kali hidup harus dinikmati" balas Ino tidak terima.
"Iya tapi tidak begini juga" Hinata pun menarik pelan kunciran rambut teman sebangkunya.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju kelas XI.3. Sepanjang perjalanan mereka membicarakan banyak hal, mulai dari PR yang dikerjakan menggunakan kekuatan the power of mepet, tempat makan paling hits sampai deretan cowok yang menjadi peserta antrian cinta Yamanaka Ino.
Untuk beberapa alasan, Ino dan Hinata mengambil jalan memutar melewati aula sekolah. Jangan bayangkan aula biasa saat kalian membayangkan aula KHS. Aula sekolah mewah ini lebih mirip dengan sebuah baruga dengan kursi berjejeran rapi ala bioskop.
Lalu, apa yang membuat Ino harus mengambil jalan memutar melewati aula sekolah?
"Heehh, kenapa ramai begini?" tanya Hinata inosen melihat keramaian yang tersaji di hadapannya.
Ada begitu banyak siswa-siswi KHS yang tampak keren dengan pakaian dan kostum mereka pagi ini. Mulai dari yang menggunakan pakaian serba hitam, pakaian tradisional, sampai dandanan ala harajuku yang membuat Hinata sedikit menertawai dirinya saat ia membayangkan dirinya menggunakan dandanan seperti itu.
Tidak hanya itu, beberapa siswa pun terlihat sibuk mengangkat properti memasuki aula melewati sela-sela siswa lain yang sedang latihan menguji kekompakan mereka.
"Ya ampun, kamu tidak tahu?" tanya Ino sedikit hiperbola.
"Memangnya ada apa? festival makanan?" Hinata bertanya balik tidak mengerti.
"Hari ini hari pementasan sambutan anak kelas X" jawab Ino sambil tersenyum dan melambaikan tangan membalas sapaan adik kelasnya.
Jadi, di Konoha High School ada semacam tradisi 'salam' yang dilakukan oleh siswa baru kepada siswa lama di sekolah. Memang, sekarang sudah lewat 6 bulan masa-masa ospek berlalu dan justru masa ospek di KHS tujuan akhirnya adalah memberikan sambutan berupa pementasan. Seperti tradisi regenerasi lainnya, pementasan sambutan di KHS pun menuntut konsep 'harus lebih baik dari sebelumnya'. Hinata sering mendapati beberapa siswa kelas X berlatih menari, paduan suara atau apalah tapi memang dasarnya gadis berambut panjang itu tipe siswa yang rada don't care dan sedikit apatis, makanya ia tidak tahu kalau hari ini adalah hari H kegiatan tersebut.
"Pagi Kakaaaks.." sapa seorang adik kelas agak sedikit teburu-buru.
"Pagi adiiikkksssss" tentu saja Ino menyapa dengan semangat sementara Hinata hanya membalas dengan senyum tipis dan kata 'hai'.
"Cieee, yang banyak dikenal adiks" goda Hinata pada Ino.
"Hihihi, iya dong"
Jangan heran kenapa Ino begitu populer di kalangan anak kelas X, ia mendapat PJ (penanggung jawab) untuk meng-handle bagian modern dance. Selain itu, kecantikannya juga menjadi nilai plus yang menunjang kepopulerannya.
Sekedar info. Kata 'adiks' adalah perubahan bentuk alay dari kata dasar 'adek' yang bertujuan untuk menambah tingkat ke-imut-an saat memanggil adek kelas.
"Sebenarnya aku sengaja lewat sini ingin menunjukkanmu sesuatu" kata Ino celingak-celinguk.
"Menunjukkan apa?" tanya Hinata menyipitkan mata.
"Apa kamu sering mendengar rumor bahwa anak kelas X KHS itu hot, sexy, kiss-able, pacar-able-"
"Iya, iya. Aku mengerti. Lalu?" Hinata memotong pembicaraan Ino sebelum pembicarannya lagi-lagi kembali ke titik awal. Pembicaraan mengenai cowok keren.
"Ada satu orang anak kelas X yang sumpah keren sekaaalii...!" kata Ino diseritai sedikit lompatan ganjen.
"Nah, terus?" lanjut Hinata yang entah mengapa ia merasa sedikit risih. Ia merasa sepasang tatapan mata tajam sedang memperhatikannya, ia pun mengedarkan pandangannya untuk mencari kebenaran dari perasaannya.
"Aku, Yamanaka Ino, sebagai pengamat lelaki merasa wajib untuk memperlihatkannya padamu, wahai temanku, Hyuuga Hinata" kata Ino mulai menjelajahi area seluruh aula menggunakan penglihatan lihainya.
"Tapi sepertinya tidak ada, apa mungkin dia ada di dalam aula?" gumam Ino pada dirinya sendiri.
"Kita masuk aula, bagaimana?" tanya Ino menawarkan.
"Hey, sebentar lagi jam pelajaran mulai. Anko-sensei, ingat?" Hinata berusaha menyadarkan.
"Ayolah, Hinata, kita-"
"Kak Ino..!" seorang siswi kelas X berpakaian blink-blink mendekati Ino.
"Hey, ada apa?" tanya Ino menanggapi siswi tersebut.
"Masalah tarian nanti bla bla bla..."
Ino dan anak kelas X tersebut tengah serius membicarakan sesuatu. Untuk menghibur diri dan membuang rasa 'dikacangin' Hinata membuat dirinya berusaha menikmati kesibukan anak kelas X yang sedang mempersiapkan pementasan mereka yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi.
Mata Hinata pun tak sengaja tertuju pada sebuah gerombolan yang hampir semuanya perempuan. Ingat? Hampir semuanya. Jika masih 'hampir semuanya perempuan' berarti ada seorang laki-laki yang nyelip.
Hinata memiringkan kepalanya agak penasaran dengan seorang laki-laki yang berada di tengah-tengah gerombolan perempuan. Hampir saja Hinata melihat wajahnya tapi dua orang siswa yang baru saja lewat menghalangi pandangan mata Hinata.
Niat Hinata sirna seketika saat laki-laki berambut hitam dan berbentuk aneh itu membelakanginya.
'Paling juga cowok gemulai. Biasanya kan makhluk sejenis itu bergaulnya dengan perempuan semua' batin Hinata merasa sedikit lucu.
Satu hal yang Hinata ketahui. Siswa gemulai –menurutnya- tersebut memiliki tubuh yang benar-benar proporsional sebagai laki-laki, tangannya, punggungnya, tengkuknya, meski melihatnya dari belakang tapi Hinata merasa laki-laki itu mungkin sedikit...tamvan?
.
.
.
Rasa kantuk Hinata segera sirna saat ia tiba di depan pintu kelasnya dan menangkap pemandangan makhluk berambut merah sedang sibuk berkutat dengan laptop di jejeran bangku belakang.
"Paaagii beeebyyyyyy..." sapa Hinata girang sambil duduk di samping manusia berambut merah tersebut.
"Hmm.. ada apa?" tanya si rambut merah tak mengalihkan pandangannya.
"Terima kasih contekan tugasnya tadi malam, hehe" kata Hinata nyengir.
"Iya, sama-sama. Lain kali jangan malas lagi" kata si rambut merah melirik sekejap ke arah Hinata.
"Beeebbbyyyyyyy Gaaraaaacuuuuuu..." ingin rasanya Gaara menghancurkan apa saja yang ada di hadapannya saat mendengar suara nyaring lainnya memanggil namanya dengan beby Gaaracu? (baca : Beby Gaara-ku). Sungguh, ia tak terlahir dengan nama seperti itu. Nama yang menyerupai nama banci salon yang sering menggodanya saat ia harus menemani kakak perempuannya nyalon.
Sakura segera mengambil tempat di depan Gaara.
"Yo, Hinata!" sapa Sakura singkat pada Hinata, Hinata membalas dengan senyum dan alis yang digerakkan.
"Jangan ganggu beby Gaara" ucap Hinata seolah mengusir Sakura agar tak mengganggu Gaara.
Baiklah. Gaara adalah salah satu siswa kelas XI.3 yang selalu menjadi korban keganjenan wanita-wanita labil di kelasnya. Pasalnya, karakternya yang dingin sangat berbeda dengan wajahnya yang imut nan unyu-unyu itu. Belum lagi, Gaara bergabung dengan organisasi pecinta alam KHS. Tahu kan gimana sangarnya anak pecinta alam? Keras, tahan banting dan segala hal yang berbau tak pedulian lainnya.
Tidak heran, terkadang Gaara harus datang ke sekolah membawa kulit gosong dan terkelupas setelah 2 atau 3 hari tidak masuk sekolah. Jangan tanya. Ia bolos sekolah saat ada acara mendaki bersama teman-teman seorganisasinya.
"Makanya, sehabis pakai RDL jangan panas-panasan!" komentar seorang penghuni kelas XI.3 lainnya.
Meskipun tuduhan pengguna RDL yang telah melekat padanya.
Gaara memiliki sisi yang berbeda berbeda.
Gaara adalah laki-laki paling hello kitty yang pernah Hinata temui. Kecepatan motor tak pernah lebih dari 40 saat ia harus mengantar pulang teman perempuannya, hobi minum susu rasa stroberi dan paling takut dengan siswa berambut gonrong. Sialnya, ia harus sekelas dengan Nara Shikamaru.
Nah, mari kita lupakan Gaara sejenak. Kita kembali kepada Sakura yang tiba-tiba menghampiri Gaara pagi-pagi seperti ini.
"Ada apa lagi? susu stroberiku sudah habis" kata Gaara pasrah sambil menghembuskan nafas berat.
"Ish, bukan itu, beby" keluh Sakura.
"Lalu?"
"Tahu anak ini kan?" tanya Sakura pada Gaara sambil memperlihatkan sebuah foto di layar iPhonenya. Hinata, Ino, Shion dan Matsuri ikut memandang foto yang dibicarakan Gaara.
"Iihhhhh, Sasuukkkeeeee! Dapat fotonya dari mana?" tanya Ino histeris.
'Sasuke? siapa?' batin Hinata tidak mengerti.
"Ya ampun, keren sekaaaliiii..." Shion pun ikut menjerit sambil memegang kedua pipinya.
Hinata sedikit terpana memandang sebuah foto yang menampakkan sosok pemuda berambut hitam dan bermata tajam mengenakan kaos hitam yang terlihat sedang menikmati nasi goreng tuna.
"Imut sekali kan? Pipinya penuh makanan. Arrgghhh, perpaduan antara cakep dan imut" komentar Sakura tidak tahan
"Oh, Sasuke" kata Gaara santai menatap layar iPhone Sakura.
"Dengar-dengar, Beby Gaara satu SMP dengan Sasuke?" tanya Sakura antusias.
"Ummm.." Gaara mengangguk.
"Apa dia punya pacar?" tanya Ino mengambil pertanyaan yang baru saja akan ditanyakan oleh Sakura.
"Tidak tahu tapi yang jelasnya aku dan dia menyandang status yang sama sebagai cowok most wanted di sekolah SMP dulu" meskipun kedengarannya sedikit nyombong tapi Gaara mengatakannya dengan serius karena memang itulah kenyataannya.
"Sasuke ini siapa sih? Kok Ganteng yah.." gumam Hinata polos.
"Astaga..." Sakura memutar bola matanya, bosan.
"Kau tidak tahu?" Ino memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing mendengar pertanyaan Hinata.
"Ya ampun, kamu dari planet mana, Hinata?" ingin rasanya Shion berteriak di telinga Hinata bahwa Sasuke adalah-
"DIA PANGERANNYA ANAK KELAS X" teriak siswa perempuan yang lain.
"O-oh. Apa salahnya bertanya sih"
.
.
.
Seluruh sumpah serapah telah Hinata kumandangkan teruntuk teman-temannya yang meninggalkannya saat ia mengantri membayar makanannya di kantin.
"Dasar teman fiktif, huh. Gara-gara pementasan saja harus meninggalkanku" gerutu Hinata sambil menendang angin.
Dari jarak beberapa meter, pendengaran Hinata sudah menangkap suara-suara kehebohan dari dalam gedung aula. Bisa dipastikan, pementasan yang sedang berlangsung sekarang sangat memukau sampai-sampai harus mendapat jeritan anarkis seperti itu.
Suara musik yang asik dari lagu Bang Bang Bang yang dipopulerkan oleh band K-Pop, Bigbang , berpadu dengan suara jeritan seluruh siswa KHS yang memadati aula benar-benar membuat Hinata harus membuang rasa don't carenya dan secepatnya menuju aula.
"Ah, Kiba, Naruto" Hinata segera berlari menghampiri teman sekelasnya yang mungkin dikirim Tuhan untuknya sebagai teman untuk menonton pementasan.
"Oeh, Hinata. sendiri? Yang lain mana?" tanya Kiba tak melihat penampakan makhluk-makhluk yang biasa menjadi teman jalan Hinata.
"Aku ditinggalkan" kata Hinata sedikit cemberut.
"Yasudah ikut kami saja. Kita naik lantai dua, di bawah sudah penuh"
'Sudah penuh? Waw, apa kelas X memang se-spektakuler itu?' Batin Hinata agak takjub.
Beruntunglah Hinata bertemu dengan Kiba dan Naruto yang memang sengaja Tuhan kirimkan untuknya. Selain sebagai teman nonton pementasan, Kiba dan Naruto juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai pembelah lautan manusia agar Hinata bisa lewat.
"Ahh, akhirnya dapat tempat juga" kata Kiba berbangga sambil melonggarnya dasinya.
"Meskipun harus berdiri" lanjut Hinata manyun.
"Setidaknya kan kita berdiri di depan" Naruto memberi pembelaan.
Pertujunjukan perkusi berlangsung begitu meriah. Meski hanya menggunakan stik drum dan ember cat yang didekorasi dengan sekeren mungkin tapi tak mengurangi nilai suara musik yang dihasilkan. Bukan hanya musik, atraksi permainan stik dan kekompakan ke-8 pemain perkusi terlihat sangat profesional semakin menambah kesan 'menghanyutkan'
"Aku tidak menyangka Sai bisa melatih hal seperti ini" sahut Shikamaru yang entah muncul dari mana.
"Oh, Shikamaru. Tumben bangun?" tanya Kiba penasaran.
"Berisik"
"Hey, hey. Coba lihat leadernya. Yang berdiri agak terpisah itu.." tunjuk Hinata pada seorang pemain perkusi.
"Kenapa? Rambutnya aneh kan?" tanya Kiba meminta persetujuan.
"Bukan. Entah mengapa ia terlihat keren sekali...!" Hinata mengomentari dengan nada suara sedikit girang, tak lupa dengan mata yang berkaca-kaca.
"Biasa saja" jawab Shikamaru, Naruto dan Kiba besamaan.
"Lihat gesturnya, caranya berdiri, caranya memukul stik dan gerakannya menikmati musik" saking girangnya, Hinata sampai-sampai harus menarik lengan seragam Kiba.
"Kalau tidak salah, itu siswa kelas X yang dielu-elukan Ino dan yang lainnya" kata Naruto mikir.
"Oh ya?"
"Kalau tidak salah, namanya..." Kiba mencoba mengingat.
"Samu, Saru, Sato-"
"SAASSUUUKKKKEEEEEE...AAWWWWW...!" tiba-tiba terdengar jeritan sebuah nama yang didominasi oleh suara perempuan.
"Nah, itu namanya" sambung Naruto.
.
.
.
Tidak ingin berdesak-desakan, tidak ingin seragam lecek dan pastinya tidak ingin mencium bau lucu-lucu yang berasal dari tubuh yang berkeringat, Hinata, Kiba, Naruto dan Shikamaru harus sedikit bersabar menunggu antrian menuju pintu keluar setelah pementasan selesai.
"HEEYYYY..!" seseorang melambaikan tangan kepada Hinata.
"Ino?" Hinata bertanya-tanya melihat keberadaan Ino, Sakura, Matsuri dan Shion berkumpul di salah satu sudut aula.
"Kiba, Naruto dan Shikamaru. Aku duluan ya" Hinata berlari meninggalkan Kiba, Naruto dan Shikamaru menuju Ino dan yang lainnya.
Sesampainya di TKP, Hinata sedikit merasa grogi saat mendapati moment 'penampakan asli ternyata lebih memukau dari fotonya'.
Yap. Ada Sasuke.
"Foto ya" kata Ino menyerahkan iPhonenya kepada Hinata. Sudah jelas, Ino, Sakura, Matsuri dan Shion akan berfoto bersama Sasuke dan fotografernya adalah Hinata.
"Satuu..."
'Kenapa? meskipun dia diam tapi tetap saja tampan seperti itu' batin Hinata merasa wajahnya mulai panas.
"Duaaa..."
'Kenapa dia harus tinggi, mancung, putih dan keren seperti itu...'
"Tigaaa..."
'No, Hinata. No, dia hanya adiks. Adek kelas, artinya anak kecil!'
3 detik yang menegangkan telah berlalu. 3 detik penuh kekaguman sekaligus 3 detik penuh penolakan niat.
"Setelah ini mau kemana?" tanya Sakura pada Sasuke.
"Langsung pulang"
.
.
.
Parkiran sekolah terlihat ramai oleh siswa KHS yang mengambil kendaraan mereka. Sudah 5 menit Hinata berdiri tak nyaman meratapi nasib sepedanya yang sangat jauh terselip diantara sepeda-sepeda lainnya, gadis bertubuh mungil itu hanya berdiri menunggu keajaiban berupa kepekaan datang pada tukang parkir beserta kru-nya yang sibuk membantu siswa lain mengeluarkan kendaraan.
"Yah, seperti ini saja terus. Sampai Linkin Park duet sama Rhoma Irama nyanyi lagu rohani, aku tidak akan bisa pulang" kata Hinata entah merutuki siapa.
"Belum pulang?" tanya Sakura mengendarai skuter matiknya.
"Belum. Sepedanya nyelip" kata Hinata sambil manyun.
"Ok. Hati-hati. Aku duluan" Sakura pun berlalu.
Untuk mengusir rasa bosannya yang mulai merambah menjadi rasa haus, Hinata mengeluarkan sekotak susu coklat. Belum sempat dahaganya hilang, Hinata menghentikan aktifitasnya saat seseorang dengan kaos hitam beserta ransel Quiksilver biru berjalan melewatinya diantara barisan sepeda dan motor. Cowok berambut panjang dengan style aneh but adorable itu dengan lincah menggeser beberapa motor yang menghalangi motor Ninja R hitamnya.
'Apa dia melihatku? Tidak? Apa karena badanku kecil?' batin Hinata memperhatikan adiks yang bernama lengkap Uchiha Sasuke.
Sasuke berhasil mengeluarkan motornya. Lagi-lagi ia melewati Hinata. bayangan Sasuke pun menghilang diantara kerumunan siswa lain yang mengantri untuk meninggalkan KHS.
Hinata kembali merenungi nasib sepeda putihnya.
"Andai saja aku sekolah di Hogwarts, pasti sepedaku akan terbang dengan sendirinya" akibat terlalu nge-fans dengan Harry Potter, harapan Hinata pun semakin ngawur dari waktu ke waktu.
"Punyamu yang mana?"
Hinata tersentak kaget saat pendengarannya menangkap suara pelan yang bersumber dari belakangnya. Ia berbalik dan mendapati Harry Potter? Oh shit. Tentu saja bukan. Sasuke sedang berdiri di belakangnya memperhatikan jejeran motor dan sepeda yang ada di hadapannya. Hinata baru sadar, entah dirinya yang terlalu pendek atau Sasuke yang terlalu tinggi?
'Apa aku hanya sebatas dagunya?' batin Hinata saat mencoba membandingkan tinggi badannya dengan adik kelasnya.
"Bu-bukannya tadi kamu sudah keluar?" tanya Hinata berusaha memberanikan diri.
"Hanya menepikan motor. Kalau disini bisa menghalangi kendaraan lain yang lewat" jawab Sasuke dengan nada suara tenang tanpa menatap Hinata.
'Terlihat kalem ya. Eh, eh, siapa tahu dia tipe cowok kalem-kalem bangsat. Siapa tahu kan?' Hinata mencoba meyakinkan dirinya agar tidak terpengaruh dengan sosok pacar-able yang sedang berdiri tak jauh darinya.
"Kendarannya mau dikeluarkan atau tidak?" lanjut Sasuke sambil meminta sesuatu yang Hinata yakini sebagai kunci rantai sepedanya.
"Itu, sepeda putih yang disana" ujar Hinata sambil menyerahkan kunci rantai sepedanya. Sasuke dengan lincah menggeser beberapa motor yang sudah melewati garis parkir sehingga menghalangi sepeda Hinata untuk keluar.
Tidak butuh waktu lama, sepeda lucu Hinata sudah bebas dari jeratan motor dan sepeda lain.
"Ini" Sasuke menurunkan standar sepeda Hinata lalu pergi begitu saja.
"Ha? Begitu saja?"
Satu hal yang Hinata pertanyakan. Apakah Sasuke tipe adiks yang tidak sopan kepada kakaks?
Kenapa Sasuke tidak menambahkan kata 'Kak' saat berbicara dengan Hinata tadi?
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
Hayoo, siapa yang pernah atau tengah naksir adek kelas?
Yosh,
Setelah baca fic misteri yang amburadul, Kika bawa fic baru lagi nih, gengs.
Buat refreshing dikit.
Kali ini tentang adek kelas.
Di kampus Kika sih, manggil adek tingkat tuh pake kata 'adiks'
Biar kesannya unyu aja, apalagi kalo adeknya emang unyu. Haha
Moga nungguin chap depan yah,
RnR yaahhh
*kisskisskisstembok*
