Hujan melatar belakangi pinggiran kota Magnolia. Hujan deras dengan langit kelabu membantu sudut pandang tersebut. Suara gemericik tetesan air dari langit menjadi efek suara dipagi hari itu.
Meskipun hujan, tetapi kota tetap beraktivitas seperti biasa. Walaupun adanya tambahan payung – dimanapun ketika melihatnya – dan sweater atau jaket tebal menyelimuti tubuh pembawa payung. Bunyi cipratan pelan berasal dari bawah. Tepatnya setiap langkah tiap orang yang berjalan diatas genangan air. Begitu pula dengan pemuda itu.
Pemuda yang menggenggam sebuah payung berwarna gelap. Jaket tebal berwarna hitam, melindunginya dari derai hujan dan angin dingin. Dibalik jaketnya terlihat gakuran yang ia kenakan. Berjalan dengan lambat, menelurusi jalan menuju sekolahnya.
Earphone yang lumayan besar terpasang ditelinganya. Warna merah dan hitam mendominasi alat pendengar musik tersebut. Dibalik earphone yang mengantung dikepalanya. Terlihat warna rambut 'unik' miliknya. Merah muda. Memang unik.
Meskipun sudah mengenakan earphone dan dalam mode musik 'keras' tetap saja ia masih bisa mendengar selain suara musik itu.
Hujan menyebalkan. Aku jadi tidak bisa kencan dengan Yuki-chan.
Aku harap dengan hujan ini semua sensei tidak masuk kelas.
Hujan. Aku pasti akan dimarahi bos gara – gara telat dan berantakan.
Sial, aku terlambat.
Kenapa harus hujan? Padahal pagi ini ada perlombaan lari antar sekolah.
Kenapa pinkish itu menatapku seperti itu? Dasar orang aneh.
Suara – suara itu terdengar ditelinganya. Bukan, bukan suara obrolan. Tapi suara pikiran mereka. Ia aneh. Memang aneh, ia bisa mendengar apa yang orang lain pikiran ketika ia melihat mata orang lain. Ia akui, ia juga kena sial hari ini. Ia lupa membawa kacamata tebalnya. Untungnya, di dalam lokernya ada kacamata cadangan. Sekarang untuk mengatasinya ia harus menghindari kontak mata. Menunduk.
Tak peduli ia ditatap bagaimana, ia hanya menunduk. Dan berharap segera mencapai loker sekolah.
Disclaimer : Fairy Tail © Hiro Mashima
Indigo © Ru Unni Nisa
Warning : OOC, AU, Don't Like Don't Read
Italic : Pikiran
CKLEK...
Suara pintu loker dikunci itu sama sekali tak berpengaruh dengan suasana di sekitar daerah loker. Ramai dan berantakan. Karena belum bel masuk, banyak anak – anak yang bermain – main di daerah tersebut. Entah itu mengobrol, berpura – pura berkelahi agar orang yang diincar mau memberi perhatian dan sebagainya. Benar – benar muak rasanya.
Setelah mengenakan kacamata tebalnya yang berframe coklat. Pemuda dengan rambut merah muda itu melangkah dengan tenang menjauhi daerah memuakan tersebut. Ia segera beranjak menuju kelasnya. Ia tahu sebentar lagi akan ada guru yang menegur mereka.
Untuk itu, usaha menyelamatkan dirinya dari detensi akan sukses. Tak memperdulikan orang lain yang terlihat mencibir dan berbisik yang tidak buruk mengenainya. Menurutnya itu lebih baik daripada ia harus mendengar hal seperti itu melalui pikiran mereka.
Dan ketika ia tidak sengaja membacanya, ia akan terus mengutuk kemampuan 'unik'nya ini.
Ia sudah terbiasa dengan perlakuan seperti ini. Dengan baiknya anak – anak lain memberinya gelar yang cukup panjang. 'Anak berkacamata yang menunduk dengan rambut anehnya'. Oke, terlalu panjang, singkatnya 'kuper'.
Ketika ia memasuki kelasnya dan menunduki bangku ternyamannya. Tak ada satu siswapun yang menyadarinya. Mungkin mereka mengetahui kedatanganya, namun tak akan ada yang mau menyapanya.
Hell, beruntung sekali untuk menyapa. Bahkan mereka tak ada yang sudi meliriknya. Bahkan gurunya sendiri akan menganggap dirinya tidak ada. Ia tak tahu pasti kenapa. Tapi hanya satu kemungkinan. 'Kuper'.
~oOo~
"Natsu." Suara itu menggelegar ditelinga seorang pemuda berambut merah muda yang sedang makan malam di rumahnya. Bersama ayahnya. Ia merasa aneh. Bukankah biasanya acara makan malam ini hanya diselingi oleh suara alat makan?
"Natsu." Suara itu kembali terdengar ketika ia sama sekali tidak bereaksi. Pemuda yang dipanggil Natsu itu mendongak menatap ayahnya. Seorang pria gagah dengan rambut yang sama dengannya hanya saja lebih gelap.
"Jawab panggilan Daddy, Natsu."
Natsu mengeraskan rahangnya. Ia tahu maksud dari ayahnya. Berusaha bernafas teratur, ia mulai menjawab. "Yes, dad?"
"Mulai hari senin, kita akan pindah ke kota pusat Magnolia. Daddy sudah menemukan dokter yang akan menyembuhkanmu. Sekolahmu sudah daddy siapkan. Kemasi barang – barangmu. Kita akan berangkat besok." Natsu dapat merasakan pandangan tegas dari sang ayah.
Natsu mengangguk pelan. Ia masih mengenakan kacamatanya. Juga ia berusaha untuk tidak menatap mata ayahnya secara langsung. "Aku mengerti." Hanya itu yang perlu ia katakan dan ayahnya tidak perlu menyinggung dirinya.
Dan acara makan malam keluarga Dragneel yang diisi oleh 2 orang itu kembali berlanjut.
~oOo~
Natsu terdiam mematung didepan sekolah barunya. Tadi ayahnya baru saja mengantarnya didepan gerbang dan segera pergi untuk mengejar tugasnya sebagai direktur perusahaan di Magnolia. Dan sejak saat itu ia hanya diam mematung.
Diatas pagar sekolah terdapat tulisan besar yang menunjukkan nama sekolah tersebut. 'FAIRY TAIL SENIOR HIGH SCHOOL'. Natsu mengerutkan dahinya. Nama sekolah ini agak aneh. Dulu nama sekolahnya adalah 'Edolas Senior High School' itu karena berada di kota Edolas. Tapi sekarang?
Lamunan Natsu terhenti ketika ia merasakan tepukan ringan dibahunya. Natsu membalikkan badannya dan terlihat seorang siswi yang mengenakan seragam sekolah yang hampir sama dengannya.
Siswi itu memiliki rambut pirang yang diikat dua. Dan memiliki mata coklat dan terlihat kebingungan dengannya.
"A-no, maaf. Saya dari tadi memperhatikan anda. Dan sedari tadi pula anda tidak bergeming disini. Ada yang bisa saya bantu, mungkin?" Siswi pirang itu bertanya dengan gugup.
Tanpa sengaja, Natsu menatap kearah mata siswi tersebut.
Aku harap dia tidak menganggapku aneh.
Natsu mengerutkan keningnya. Tidak mengerti dengan maksud dari apa yang dengar. "Hn. Aku murid baru disini. Bisa tolong tunjukan dimana ruang kepala sekolah?" Tanya Natsu mengalihkan pikirannya sendiri dari keanehan gadis ini.
"Ah, kau murid baru? Ayo, aku akan mengantarmu." Kali ini siswi pirang itu berkata dengan nada ceria, tak seperti tadi. Natsu mengikuti dari belakang.
Melihat Natsu ada dibelakangnya. Siswi itu segera memperlambat laju jalannya dan berjalan sejajar dengan Natsu. "Perkenalkan namaku Lucy Heartfilia. Aku kelas 2. Siapa namamu?"
"Natsu. Natsu Dragneel. Aku juga kelas 2 di sekolahku sebelumnya." Entah kenapa Natsu merasa nyaman berbincang dengan gadis ini.
Wah, dia sama denganku. Aku harap kita bisa sekelas.
"Hiee...Kau juga kelas 2? Semoga kita bisa sekelas, ya?" Siswi itu tersenyum. "Ano, boleh aku panggil Natsu?"
Natsu tersentak. Sampai saat ini belum ada yang menawarkan dirinya memanggil dengan nama kecilnya. Natsu merasakan perasaan hangat di dadanya ketika melihat siswi itu tersenyum. Dengan pelan Natsu mengangguk.
Dan mendapati senyum lebar merekah diwajah siswi itu. "Kalau begitu, Natsu harus memanggilku Lucy, ya. Jangan nama keluarga, oke?"
Senyum kecil menghiasi wajah Natsu. Ia belum pernah tersenyum seperti ini sebelumnya sejak kejadian itu. Dan ia tak pernah lagi memanggil orang lain dengan nama kecilnya. "Luce?"
Lucy langsung cemberut. "Bukan Luce, tapi Lucy. L-U-C-Y. Lucy." Lucy membenarkan.
"Luce?"
"Bukan! Lucy. Lu-cy. Luc-" Kalimat Lucy terhenti ketika seseorang memanggilnya.
"Ada apa didepan ruanganku Heartfilia-san?"
Lucy mengalihkan pandangannya ke kanan dan kiri. Namun ia tak melihat siapa – siapa. Hanya melihat Natsu yang tengah melihat kebawah dan mengerutkan keningnya. Lucy teringat sesuatu. Ia melihat kedepan dan menemukan pintu dengan tulisan 'Kepala Sekolah'.
Mati aku.
Natsu tersenyum kecil ketika mendengar pikiran Lucy yang terlintas.
"Ke-Kepala Sekolah Ma-Makarov. O-Ohayou Gozaimasu." Lucy segera membungkuk sopan kearah kepala sekolahnya.
Kepala sekolah yang memiliki perawakan kecil. Rambut dan kumis tebal berwarna putih. Kepala sekolah itu mengangguk pelan. "Ohayou. Seharusnya kau mengucapkan salam dari tadi Heartfilia-san."
"H-Hiee...Gomenasai. Saya tidak akan mengulangnya." Lucy masih membungkuk.
"Hmmm..." Kepala sekolah itu kembali mengangguk pelan. " Bangunlah Heartfilia-san. Siapa siswa ini? Aku belum pernah melihatnya."
Lucy langsung berdiri tegak dan teringat keperluannya. "Ah, dia bilang, dia murid baru dan ingin bertemu dengan anda."
"Oh, benarkah? Baiklah. Kau bisa kembali ke kelasmu Heartfilia-san. Terima kasih telah mengantarnya." Makarov berjalan pelan menuju ruangannya.
Syukurlah. Selamat.
Natsu kembali tersenyum kecil mendengar pikiran lugu dari Lucy. "Luce. Arigatou telah mengantarku."
Lucy sepertinya sudah pasrah dengan namanya yang diubah. "Ya, tak masalah. Aku harap kita bisa sekelas." Lucy tersenyum. Dan kemudian membungkuk dihadapan Makarov. "Permisi kepala sekolah Makarov."
PUK...
"Jangan terlalu tegang. Tadi aku hanya bercanda." Ternyata Makarov menepuk pelan kepala Lucy.
Lucy tersenyum mendengarnya. "Anda yang terbaik, Kepala sekolah Makarov!" Lucy menunjukkan jempolnya. "Baiklah. Natsu sampai jumpa!" Dan dengan itu Lucy berjalan meninggalkan Natsu bersama Makarov.
"Ayo. Bukankah kau adalah anak dari Dragneel?"
Natsu sedikit tersentak mendengarnya. Baru kali ini ia mendengar seseorang memanggil ayahnya tanpa adanya rasanya hormat. Natsu tersenyum lebar dan memasuki ruangan kepala sekolah.
Sepertinya sekolah ini menarik.
To Be Continued
A/N :
Oke! Ini fic pertama saya di fandom Fairy Tail. Ada yang setuju saya lanjutkan? Atau cukup sampai disini? Saya tunggu review kalian dalam memberi saran dan kritik kesalahan saya. Arigatou Gozaimasu. (Membungkuk).
