A/N : I should be updating my other fanfics... But, oh well.

I saw a many of class reunion fics english, I never saw an Indonesian fic about class reunion, sooo... I tried to make one.

Hope I was the first! XD

Disclaimer : Do not own anything desu~

Warning : Plot less, OOCness in a few character

People Can Change In 10 Years

By : Miharu Midorikawa

Beta'ed by : Furiez

Author's POV

Hari yang indah di kota terpencil di Italia. Langit biru cerah, burung-burung berkicauan dengan ceria, pokoknya benar-benar hari yang indah untuk bermain atau hanya jalan-jalan saja menelusuri kota. Tapi, di sebuah gedung yang tinggi, megah, dan berwarna hitam, kita bisa melihat seorang pria tampan. Dengan rambut cokelat anti gravitasi dan mata besar cokelat, sedang duduk di meja kayu besar di sebuah ruangan paling atas gedung itu. Dia terlihat sangat... Stress.! Di atas mejanya terletak papan nama bertuliskan "Sawada Tsunayoshi, Vongola X". Yup, dia Tuna kita yang imut dan lucu.

"Arrrrggghhh!" Teriakannya memecah kesunyian di ruangan itu. Setelah berteriak kencang sambil menggaruk-garuk kepalanya, dia lalu membantingkan kepalanya ke meja dengan keras - entahlah dia merasa sakit atau tidak, tapi dia sedang tidak terlalu memikirkannya.

"Capekkk... Dasar sadis tuh si Reborn ngasih kerjaan gak kira-kira." -tiba pintu besar di depannya terbuka memperlihatkan sang Storm Guardian sekaligus tangan kanannya Tsuna, Gokudera Hayato yang sedang memegang setumpuk besar kertas kerjaan, surat lamaran, surat cinta dan lain lain untuk Tsuna.

"Maafkan aku Juudaime, aku sudah berusaha menghentikan mereka... tapi..." kata Gokudera sambil berjalan menuju meja Tsuna, pasti ada beberapa di antara anda yang bertanya-tanya kenapa dia kalem gini. Kalau Gokudera yang biasanya pasti udah bentur-benturin kepalanya ke lantai sambil meminta maaf ke Tsuna.

Yahh... Namanya juga udah 10 taun, orang kan bisa berubah.

"Mereka? Siapa?"

"Uh... Si nanas mesum sama si otaku namimori itu..." Seketika aura hitam menyelubungi suasana di ruangan ini sesak, sampai-sampai Gokudera pun 'sweatdrop'. Sekali lagi, pintu ruangannya terbuka. Kali ini sepucuk nanas datang, berlari ke arah Tsuna sambil berteriak panjang, "Tuuuunaaaaaaa!"

Si nanas itu merentangkan tangannya dengan lebar berniat untuk kita sadar dia dalam bahaya, segera menghindar dengan berdiri dari kursinya ,dan melompat ke belakang. Alhasil si nanas jatuh dan mukanya mendapat ciuman membahana dari sang lantai, "Ow ow, kenapa sih Tuna? Gue kan mau meluk lo..." Kata si nanas itu sambil berdiri dan mengelus-ngelus mukanya.

"Ihhh najis, aku gak mau di peluk sama kamu ,Mukuro!" Teriak Tsuna.

"Juudaime! Maaf kalau dia mengganggu, aku akan segera mengusirnya." Kata Gokudera setelah dia menaruh setumpuk kertas di atas mejanya Tsuna - menambah tumpukan kertas yang sudah berada di atas mejanya.

"Oya Oya, gak usah pake bahasa formal gitu bisa gak? Tuna-ku aja gak pake bahasa formal, kufufufufu~"

"Aku harus sopan terhadap Juudaime." Jawab Gokuderaa sambil menahan hasrat untuk menge-bom si nanas di tempat ini, sekarang juga, menit ini, detik ini.

Setelah Mukuro ber-kufufufu ria dia lalu berjalan menuju Tsuna dan memeluknya, seketika muka Tsuna langsung merah seperti kepiting rebus.

"Ne, Tuna. Kamu lebih suka pake bahasa biasa atau formal?" Tanya Mukuro dengan suara yang... Memikat.! Dengan itu, muka Tsuna jadi lebih merah apalagi Mukuro mengatakannya dekat di telinga Tsuna. Tsuna bisa merasakan nafasnya di telinganya. Ditambah lagi badan Mukuro sangat dekat sama Tsuna, membuat Tsuna- (Stop! Karena ini ratingnya T, author hentikan di sini.)

"A-apaan sih? Yang mana juga aku suka...! Yahh tergantung mood sihh..." Jawab Tsuna.

"Lihat kan?" Kata Mukuro menyeringai sambil menatap ke arah Gokudera yang sekarang terlihat sangat marah sampai-sampai uratnya kelihatan.

"Mukuro...," Kata Gokudera dengan suara yang seram. "Cepet lepasin tangan loe dari Juudaime!" Baru aja Gokudera mau nge-bom si nanas berharap ntar bakalan jadi keripik nanas yang enak, pintu ruangan Tsuna kembali terbuka dengan keras.

"Gyaaaa! Pintu-kuuu! Lama-lama pintu-ku ancur nih!" Batin Tsuna berteriak.

Kali ini yang datang adalah si Otaku Namimori *tonfa-ed* ehm... Hibari Kyoya. "Herbivore... Mana si nanas busuk itu? Urusanku belum selesai sama dia." Kata Hibari sambil mengeluarkan tonfanya yang kinclong terkena pantulan sinar matahari.

"Kufufufu~ kangen aku?"

"Nanas..., mati sana!" Hibari langsung nyerang Mukuro dengan tonfa, Mukuro menghadang serangan itu dengan tridentnya. Mereka terus begitu, beberapa perabotan di ruangan Tsuna jadi hancur gara-gara mereka.

"Woi! Berhenti kalian! Aku bom nih!" Baru aja Gokudera ngeluarin bomnya, tiba-tiba suhu di ruangan menjadi panas, ya... Panas! Ini panas sungguhan, bukan karena hanya firasat atau apapun. Mreka bertiga langsung melihat kearah sumber panas, ternyata penyebabnya adalah Tsuna sudah berubah menjadi sosok HDWM-nya.

Mukuro, Hibari dan Gokudera langsung 'sweatdrop', melihat Tsuna. Ya, Hibari juga.

"Kaliannn..."

Tsuna pun mengamuk.

.

.

.

Setelah itu banyak tim medis datang buat ngobatin luka mereka bertiga, padahal Gokudera yang gak bersalah pun ikut kena. Soalnya dia kan baru aja ngeluarin bom, belum sempet di lempar kan? Ternyata serem juga Tsuna kalo lagi marah.

"Pusingggggg..." Keluh Tsuna sambil memijat-mijat kepalanya, lalu pandangannya tertuju ke sebuah surat yang berada di atas tumpukan-tumpukan dokumen yang melimpah.

"Ini apa?" Dia lalu membukanya dan melihat isinya,

Anda di undang ke reuni kelas 2A SMP Namimori, angkatan 20XX.

Wajib datang yah!

Lumayan bisa ketemu-ketemu temen lama loh! Di sana ada makanan dan minuman yang enak-enak menanti, jadi jangan khawatir kelaparan.

Tempatnya di kelas 2A, tanggal XX-XX-20XX, jam 10 sampai selesai.

-Panitia, Hasegawa Yusuke.

Setelah melihat undangan itu Tsuna menyeringai lebar, "Uwooooo! Lumayan nih! Bisa kabur sehari dari dokumen-dokumen yang menumpuk! Gak ada Reborn! Gak ada pekerjaan! Banzaiii!" Batin Tsuna berteriak dengan senang.

Setelah puas bersenang-senang, pintu ruangan Tsuna terbuka. Kali ini dengan pelan-pelan, di sana berdiri Reborn. Sosoknya yang tinggi semampai dan mata hitamnya yang tajam bak elang itu menatap lurus ke hitam kesayangannya tetap berada di kepalanya dan tak lupa juga sang partnernya, Leon, bertengger di atas fedoranya.

"Reborn?"

"Yo, Dame-Tsuna. Dari tadi kamu cengar-cengir mulu sendiri, ada apa sih? Serem tau." Kata Reborn sambil perjalan perlahan mendekati Tsuna, tangannya dengan rapi disimpan di kedua saku celana hitamnya.

"Oh, ini. Ada undangan reuni kelas 2A." Tsuna lalu memperlihatkan sebuah surat kepada Reborn.

"Terus kamu ikut?"

"Iya dong!" Ucap Tsuna dengan gembira, "Kalo gitu cepet selesain pekerjaannya, kalo nggak..." Kata Reborn sambil nodongin pistol Leon ke arah kepala Tsuna.

"Hieeeeeee! Ok ok!"

"Hn."

"Eh, Reborn."

"Apa?"

"Boleh gak gue kasih tau ke mereka-mereka kalo aku ini Boss Mafia? Sebenarnya aku agak kesel mereka ngejek aku terus..." Seakan tak percaya Tsuna bicara gini, Reborn terdiam sejenak sebelum menjawab.

"Bo-boleh aja."

"Yes! Kalo gitu biar lebih hebat apa aku ke sananya harus pake helikopter?"

"Tsuna... Sejak kapan kamu jadi sadis gini?"

"I learnt from the best." Jawab Tsuna sambil tersenyum ke arah Reborn.

"Hn. Akhirnya kamu ngerti juga caraku, kalo gitu pas di reuni kamu harus pake bahasa formal!"

"Ok! Ok!"

"Jangan buat aku malu." Reborn menjawabnya dengan sedikit senyum di mukanya. Sebenarnya dia sedikit bangga kepada muridnya itu. Matanya menjadi agak lembut, walaupun mata itu tersembunyi oleh bayangan fedora miliknya.

.

.

.

Hari Reuni

Akhirnya hari reuni datang juga, para undangan sudah berkumpul di kelas 2A. Banyak yang sedang mengobrol hanya untuk sekedar menanyakan apa kegiatan mereka, sudah menikah belum? Sekarang tinggal di mana? Pekerjaan apa?... Kepo deh.

Ok, saat semua lagi asyik-asyiknya mengobrol. Pintu kelas terbuka, di sana berdiri dua orang cewek cantik. Yang satu mempunyai rambut cokelat muda panjang sepunggung, dan mata yang sama dengan warna rambutnya. Memakai baju one piece warna pink muda selutut, rompi jeans pendek, dan sepatu boots hitam.

Yang satunya lagi mempunyai rambut hitam bergelombang pendek. Matanya hitam seperti rambutnya, dia memakai baju hitam panjang, jeans hitam agak ketat, dan sepatu high heels hitam.

"Maaf kami telat! Tadi aku dan Hana kejebak macet di jalan!" Kata cewek dengan rambut cokelat. Seketika semua orang yang ada di kelas menatap kedua cewek itu.

... Sepii...

"Ja-jangan-jangan kalian SASAGAWA KYOKO DAN KUROKAWA HANA?!" Teriak seorang cowok memecah kesepian di kelas.

"Ehehehehe iya." Jawab Kyoko. Setelah Kyoko menjawab, ada seseorang yang berbicara dibelakang mereka.

"Ayo cepat duduk di bangku kalian masing-masing." Semua perhatian kini tertuju pada sosok pria... Atau author harus bilang kakek-kakek? Yang berdiri dibelakang Kyoko dan Hana.

"NEZU-SENSEI!" Serentak orang-orang yang ada di sana teriak. Sesudah itu mereka duduk di bangku masing-masing. Ada beberapa orang yang pusing karena mereka udah agak lupa sama tempat duduknya. Setelah menempati bangku masing-masing, Nezu berdiri dengan bangga di depan kelas.

Nezu memperhatikan mantan murid-muridnya, dari penampilan mereka Nezu nebak pasti mereka udah pada sukses. "Baik anak-anak-"

"Kami bukan anak-anak lagi,Pak!" Seorang cowok langsung teriak dengan maksud bercanda, "Iya iya, tapi kalian masih anak-anak di mata bapak." Beberapa ketawa dan menyorakinya saat mendengar itu.

"Pasti kalian masih ingat dengan aku kan? Nezu Dohachiro, wali kelas kalian yang paling top. Tidak terasa sudah 10 tahun ya, lihat kalian. Sekarang sudah beda-beda, pasti kalian sekarang sudah sukses karena ajaran bapak." Sekali lagi beberapa tertawa dan bersorak. "Karena sudah lama... Bapak mau absen dulu ya."

"A-" Baru aja Nezu mau bicara, terdengar suara helikopter dari atas sekolah.

"Woyy! Suara heli nih!"

"Siapa yang pake heli ke sini?! Pasti orangnya kaya banget tuh!"

"Eh, ngomong-ngomong siapa yang belum dateng ke sini?" Kata seorang cewek di tengah-tengah keributan kelas yang sekarang kayak pasar.

"Yamamoto! Gokudera! Sama Dame-Tsuna nih!" Seseorang menjawab.

"Dame-Tsuna? Siapa tuh?" Tanya seseorang.

"Ihhh itu loh yang suka lari-lari di jalan cuma pake boxernya doang, dia juga pernah ngalahin si Mochida pas pertandingan kendo!"

"Ohhh." Semua orang serempak bilang. Suara helikopter sekarang sudah tidak terdengar lagi, yang sekarang terdengar adalah beberapa orang berteriak di koridor.

"Gara-gara kamu, sekarang kita jadi telat!"

"Ahahahaha, sorry sorry. Aku lupa ngasih makan Kojiro sama Jiro nih."

"Herbivore... Cepat diam atau aku kamikorosu!"

"Hayato cepat simpan dinamit mu itu, dan Kyoya, tolong jangan 'kamikorosu' siapapun dulu. Kamu gak mau sekolahmu jadi rusak 'kan?"

Semua bulu kuduk orang-orang di ruangan itu berdiri saat mendengar nama sang mantan ketua kedisiplinan Namimori, semua kecuali Kyoko dan Hana yang tenang-tenang saja.

Pintu bergeser dengan keras, yang sangat membuat terkejut adalah yang membuka pintu adalah Hibari! Bayangkan saja, Hibari yang penuh dengan harga diri itu mau membukakan pintu untuk seseorang.

Hibari memakai jas hitam, lengkap dengan sepatu, dasi, dan celana hitam. Kemeja dalamannya berwarna ungu.

"Pasti orangnya kuat nih... Bisa menaklukan Hibari..." Pikir seorang murid yang sangat terkejut.

Yang pertama masuk adalah seorang pria tinggi berambut hitam pendek, menyambut dengan penuh senyuman. Di dagunya terdapat sebuah luka gores. Dia memakai jas warna hitam, celana hitam, sepatu hitam, dasi hitam, pokoknya serba hitam deh! Kecuali kemeja dalamannya berwarna biru, dia membawa sebuah katana yang sedang di bungkus oleh kain di punggungnya.

"Yo! Semuanya! Lama gak ketemu!"

Selanjutnya yang masuk adalah pria tampan berambut silver pendek. Pakaiannya sama dengan kedua orang tadi, hanya saja kemejanya warna merah.

"Che."

Yang terakhir adalah sosok cowok yang membuat semua cewek di kelas berteriak, kecuali Kyoko dan Hana…Lagi. Pria itu berambut rancung cokelat, matanya sama dengan warna rambutnya. Kulit putih bersih seperti perempuan, muka yang serius nan tampan.

Bajunya sama seperti yang lain hanya saja warnanya putih bersih, lagi-lagi hanya warna kemeja yang membedakannya, kali ini adalah warna orange.

"Pagi semuanya!"

Semua orang di kelas langsung menyadari 2 orang yang masuk pertama itu Yamamoto Takeshi dan Gokudera Hayato. Tapi... Mereka bertanya-tanya siapa sosok pria tampan berambut cokelat itu.

"Kamu siapa?" Kata Nezu sambil menunjuk ke arah Tsuna, "Aku? Masa lupa sih?" Kata Tsuna dengan nada yang sedih sambil menunjuk kepada dirinya sendiri.

"Karena gak tau aku nanya, kalo tau aku gak akan nanya! Sekarang cepet jawab!" Nezu mengeraskan suaranya - sumpah deh, kalo ada toa mesjid, pasti Nezu udah pakai 'tu alat.

"Ini aku, Sawada Tsunayoshi. Lebih biasa dipanggil, si Dame-Tsuna."

Krikk

Krikk

Krikk

"EEHHHHHHH?!" Teriak mereka sangat keras, sampai-sampai Tsuna dan Guardiannya harus tutup telinga. "Gila, telingakuu..." Kata Tsuna dalam hati.

"Kalian bertiga cepet masuk!" Kata Nezu memotong suara teriakan para mantan murid yang masih berteriak. Hebat ya mereka... teriakan bisa sepanjang itu.

Sebelum masuk, Tsuna berbalik dan menatap Hibari. "Mau ikut?"

"Hn, gak tertarik. Aku mau patroli sekitar sekolah aja." Dengan itu Hibari berbalik dan mulai berjalan menelusuri koridor. Lalu Tsuna, Yamamoto, dan Gokudera langsung duduk dibangku mereka masing-masing.

"Ok, karena semua sudah hadir. Bapak absen lagi ya, kali ini setiap nama yang dipanggil berdiri dan sebutin pekerjaannya. Jangan bohong ya!" Yang lain pun hanya menjawab, "Coba kita liat, sebenarnya si Dame-Tsuna itu kerjaannya apa." Kata Nezu dalam hati.

"Amane Kisa!"

"Ya! Etto... Sekarang aku kerja jadi manager di perusahaan pakaian, jadi yang butuh pakaian ke aku ya!"

"Ok, selanjutnya. Amano Lisa!"

"Aku! Sekarang aku jadi desaigner baju, di perusahaan di Italia. Oh ya, aku ini masih single loh. Yang mau pasangan telepon aku ya! Hehehehe."

Absen terus berlanjut, dan akhirnya tiba saatnya giliran Tsuna dkk.

"Sawada Tsunayoshi!"

"Ciao semuannya! Aku kerja sebagai boss ke 10 di perusahaan di Italia, aku sekarang tinggal di sana bersama para Guardianku."

"Ah, palingan juga perusahaan kecil."

"Iya, palingan juga perusahaan di pinggir jalan." Beberapa orang mulai menggosipkan Tsuna.

"Gokudera Hayato!" Beberapa orang cewek di kelas berteriak saat Gokudera berdiri.

"Aku bekerja sebagai tangan kanan Juudaime di Italia, dan aku tinggal di sana bersamanya." Gokudera menjawabnya dengan singkat, semua orang yang sudah lama gak ketemu Gokudera kebingungan. Mereka semua heran kenapa sikapnya bisa se-kalem ini.

"Yamamoto Takeshi!" Lagi-lagi beberapa orang cewek si kelas berteriak.

"Yo! Aku bekerja sebagai tangan kirinya Tsuna, soalnya posisi tangan kanannya sudah diambil oleh Gokudera. Aku juga tinggal bersama Tsuna dan Gokudera di Italia." Yamamoto mengatakannya dengan senyuman, membuat hati para cewek meleleh karenanya.

"Apa cuma kalian bertiga aja? Kalo gitu tadi kenapa ada Hibari?" Seorang cowok bertanya.

"Ahahaha sebenarnya Hibari juga bekerja untuk Tsuna, oh ya Sasagawa-senpai juga sekarang bekerja untuk Tsuna." Yamamoto menjawabnya.

"Sebenarnya Tsuna itu kerja apa sih? Kok bisa sampai mempekerjakan Hibari?!"

"Pasti dia kuat banget nih, sampai-sampai bisa menaklukan Hibari!"

"Memangnya dia Boss dari perusahaan apa sih?"

Orang-orang di kelas langsung mengobrol dan membicarakan mereka bertiga, semua orang terus mengobrol sampai Nezu memukul keras papan tulis yang ada di belakangnya. Membuat semua orang terdiam dan menoleh ke arah Nezu.

"Bisa aku lanjutkan mengabsennya?" Kata Nezu dengan nada rendah dan agak menyeramkan, semua orangpun langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat. Setelah selesai mengabsen dan mendengarkan apa pekerjaan mereka, Nezu menutup bukunya.

"Sekarang ayo semuanya kita ke aula, di sana kita akan melihat koleksi-koleksi foto kalian selama di kelas ini. Tenang saja, di sana sudah disediakan makanan, jadi jangan kuatir kelaparan ya!"

"YA!" Setelah itu mereka membentuk grup sendiri dan berjalan ke sana. Sedangkan seperti biasa, Tsuna berjalan dengan Gokudera dan Yamamoto. Mereka berjalan paling belakang dari mereka semua.

"Juudaime, apa anda yakin mau ngasih tau tentang pekerjaanmu yang sebenarnya?" Tanya Gokudera pelan.

"Gak tau juga sih... Tergantung situasi deh kayaknya." Jawab Tsuna sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya.

"Tapi kalo aku sih pengennya kamu kasih tau aja ke mereka, sebenarnya aku kesel karena mereka manggil kamu Dame-Tsuna terus." Kata Yamamoto dengan muka yang serius.

"Aku agak kesel mengatakannya tapi, aku sependapat sama dia." Gokudera ikut bicara, membuat Tsuna agak kebingungan. Tak sadar merekapun sudah sampai di aula. Yang lain sudah duduk di kursi dan melihat foto yang terpancar di dinding aula memakai sebuah projector, di aula sudah gelap hanya ada cahaya dari alat projectornya.

Tsuna dkk lalu mengambil tempat duduk paling belakang, Tsuna duduk di tengah. Mereka bertiga melihat foto-foto yang terpancar di dinding. Ada foto saat klub baseball menang sebuah turnamen dan Yamamoto sedang di lempar-lempar ke atas oleh teman-temannya. Foto Hibari dan para anggota komite kedisiplinan Namimori sedang berpatroli di depan gerbang sekolah. Dan masih banyak lagi.

Setelah selesai, lampu di aula-pun kembali menyala. Dan di atas panggung (Di sekolah di jepang, kalau di aula, selalu ada kayak panggung gitu. Terletak di paling depan, biasanya itu sering digunakan untuk acara-acara.) ada seorang pria sedang berdiri di sana. Memakai baju tuxedo hitam, hanya saja kemeja dalamannya bewarna putih, jasnya tidak di kancingkan, dan dia juga tidak memakai dasinya.

Seluruh orang langsung mengenal siapa pria itu, walaupun sudah 10 tahun berlalu.

"MOCHIDA!"

"Eh? Mochida? Kenapa dia ada si sini? Bukannya dia bukan dari angkatan kita ya?" Kata Tsuna. Yup, memang benar, Mochida itu bukan dari angkatan Tsuna dkk. Apakah anda ingat para reader sekalian, waktu di anime 'n manganya, Tsuna memanggil Mochida dengan sebutan "Senpai", berarti waktu Tsuna kelas 1, Mochida kelas 2 kan?

"Aku senang kalian masih ingat aku, para adik kelasku~ Si Mochida Kensuke yang hebat ini!" Kata Mochida dengan tingkat ke-PD annya yang tinggi.

"Oi, Mochida. Kamu kenapa ada di sini?" Tanya Nezu sambil berjalan mendekati Mochida.

"Memangnya aku tidak boleh ke sini, Nezu-sensei? Aku kan hanya ingin melihat adik kelasku yang sudah sukses-sukses ". Nezu tidak menjawabnya.

"Mari semuanya! Kita makan!" Kata Mochida sambil menunjuk ke deretan meja makanan di sebelah kanannya. Tak lama kemudian semua orang mengambil makanan dan minuman dari sana. Walaupun begitu, Tsuna hanya mengambil minuman sedangkan ke 2 guardiannya tidak mengambil apapun.

"Jadi... Juudaime. Kapan anda akan kasih tahu ke mereka semua kalau anda itu boss ke 10 Vongola?" Tanya Gokudera.

"Entahlah." Jawab Tsuna, lalu dia meminum sedikit minuman yang ada di gelas yang dia pegang. Minuman dingin itu cukup membantu tenggorokan Tsuna yang kering.

"Wah wah wah, Dame-Tsuna."

Tsuna berhenti meminum dan melihat kearahnya, begitu juga Gokudera dan Yamamoto yang langsung melirik ke arah suara itu.

"Mochida."

Mochida lalu berjalan mendekati mereka bertiga, "Mau apa kau ke sini?" Tanya Gokudera kesal. "Cuma penasaran si Dame-Tsuna kerja apa." Jawabnya.

"Pekerjaanku? Itu bukan urusanmu kan?" Tsuna lalu kembali meminum minumannya. "Aku hanya penasaran kenapa kamu pake baju itu, jangan-jangan kamu hanya menyewanya ya?"

"Ha! Nyewa? Aku punya ini banyak banget, sampai-sampai hampir gak muat di lemari!" Batin Tsuna.

"Kau ini... Jangan menjelek-jelekkan Juudaime." Kata Gokudera marah, dia tidak mengeluarkan bom atau semacamnya, tapi cukup dari suaranya saja sudah bisa membuat seseorang ketakutan.

"Sudahlah Hayato. Memangnya kau ini kerja apa, Mochida?" Tanya Tsuna dengan nada yang rendah.

"Aku ini kerja sebagai manager di Vongola Corp.!" Jawabnya dengan bangga. Beberapa orang dia aula mulai membicarakannya. 'Vongola', itu sebenarnya ada dua. Yang satu dikenal sebagai perusahaan yang sangat besar dan sukses, mereka menangani bidang fashion, makanan, musik, elektronik dll. Yang satunya lagi adalah sebuah organisasi mafia terbesar dan terkuat di dunia.

"He~ Ternyata kamu cuma manager."

"Memangnya kamu sendiri kerja apa?"

"Aku tidak bisa mengatakannya, tapi yang penting pekerjaanku dan posisiku lebih tinggi daripada kamu."

"Tch, dasar sombong! Kamu bohong ya?!"

"Aku gak bohong kok, dari pada itu memangnya kamu sudah berapa lama kerja di situ?"

"Sudah sekitar 2 bulan." Jawab Mochida dengan suara kecil.

"Bagaimana kalau kamu tanya kepada rekan kerjamu yang sudah lama kerja di Vongola? Mereka pasti tahu siapa aku."

"Tch baik, aku akan panggil ketua CEDEF untuk datang ke sini. Aku sudah lumayan dekat dengannya." Mochida mengambil HP-nya dari dalam saku celana dan mulai menekan beberapa tombol sebelum mendekatkannya ke telinganya.

Tsuna menyeringai besar, Gokudera dan Yamamoto berusaha menahan tawa mereka. Di sudut ruangan aula, Hibari menyandar ke tembok dengan seringaian yang hampir menyamai Tsuna. Hibari berpikir Tsuna itu memang punya sisi carnivore dalam dirinya.

Benar-benar reunian yang terbaik.

To Be Continued... Maybe...

A/N : Ok... Tadi itu panjang banget... Ini adalah chapter terpanjang yang pernah aku tulis sampai sekarang.

This is an experiment fanfic, jadi... Aku gak tahu apakah aku harus meneruskan ini atau nggak

Maka dari itu para reader sekalian, aku minta review, favs dan follow-nya :) Aku seneng kalau kalian mau aku ngelanjutin fanfic ini.

Ciao~