Naruto Fanfic
Hi, minna! Salam kenal….! Fyn baru disini. Sebenernya udah lama fyn pengen gabung disini. Tapi, baru sekarang kesampean gabung en nge-publish cerita disini. Semoga kalian suka ama cerita yang fyn buat. Walaupun idenya pasaran…! *PLAAKKK*
Dan mohon bimbingannya senpai-senpai sekalian…. m(_ _)m
Tolong kritik dan sarannya ya..! Flame juga boleh, tapi jangan terlalu kasar! ^_^v
Cerita ini murni dari otak fyn! Apabila ada kesamaan dengan yang lain, itu hanya kebetulan saja. OK, check it out! \(^_^)/
Title: It's Because The Past
Disclaimer: Sampai kapanpun NARUTO tetep punya Kishimoto-sensei. Tapi IT'S BECAUSE THE PAST punya Fyn!
Pairing: SasuSaku & others pairing
Rated: T
Genre: Romance & Friendship
WARNING!: OC, OOC, AU, abal, typo(s),dan masih banyak kekurangan dalam cerita ini!
DON'T LIKE, DON'T READ!
-It's Because The Past-
~1st Chapter~
.
Hujan deras mengguyur Konoha city sejak sore hingga tengah malam ini. Suara gemuruh petir bersahut-sahutan ditambah kilat yang menghiasi langit malam Konoha, menambah kesan mencekam untuk malam hari ini. Tetapi kegaduhan di langit itu sama sekali tidak mengganggu ketenangan orang-orang yang sedang dibuai mimpi. Karena saat ini tepat pukul 00.00 malam. Itu artinya semua orang sedang mengistirahatkan tubuh mereka setelah seharian beraktivitas. Pastinya, mereka semua sedang menikmati mimpi indah mereka. Hm... Benarkah begitu?
Disebuah rumah yang sederhana, bertingkat, ber-cat hijau tosca, berlantai kramik berwarna Cream, serta halaman rumah yang cukup luas.
Mari kita tengok ke dalam rumah, tepatnya di sebuah kamar yang berada di lantai 2. Satu kata untuk menggambarkan kamar ini. GELAP.
Hanya sesekali cahaya kilat yang berkedip bak 'blitz' kamera menembus jendela kamar yang membuat kamar ini sedikit terang. Itu pun hanya sekilas.
Di atas kasur berukuran kingsize, seseorang tengah terlelap dalam balutan selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya.
"Tolong...!"
sepertinya ia mengigau. Dari suaranya jelas sekali kalau ia seorang gadis.
"Tidak! Jangan!" igaunya lagi. Kepalanya bergerak ke kanan dan kekiri. Sepertinya ia bermimpi buruk.
"TIDAAAAAAKKKKK!". Jeritnya. Jeritannya yang cukup keras. Mengalahkan suara hujan serta gemuruh petir di luar sana.
Gadis itu langsung terbangun. Nafasnya memburu, jantungnya berdegup kencang, dan keringat dingin mengucur deras di wajahnya. Ia memposisikan tubuhnya untuk duduk. Mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamarnya dengan ekspresi ketakutan. Ia menundukkan kepalanya dan memegangnya kuat.
'DRAP. DRAP. DRAP'.
Terdengar derap langkah kaki seseorang menuju kamar gadis itu.
'BRAKKK'
Pintu dibuka dengan kasar oleh seseorang. Dan... Lampu pun menyala. Menerangi setiap sudut kamar. Sekarang tampak dengan jelas seorang pria mendekati gadis yang sedang ketakutan itu. Ternyata dialah yang menyalakan lampu kamar.
"Sakura!" kata pria tersebut sambil duduk di sebelah gadis yang di panggil 'sakura' itu. Rupanya gadis bersurai pink itu bernama Sakura.
Mendengar pria itu memanggilnya, ia pun menoleh ke arah pria bersurai merah tersebut.
"Nii-san..." ujar Sakura dengan bibir bergetar.
"Ada apa? Kau kenapa?" tanya sang pria bersurai merah yang ternyata kakak Sakura.
"Nii-san..." Sakura tidak menjawab pertanyaan kakaknya. Ia hanya memanggil kakaknya dengan suara yang parau. Tanpa berkata-kata lagi, sang kakak langsung merengkuh Sakura, membawanya ke dalam pelukan hangat. Dengan harapan agar adiknya itu bisa tenang.
"Mimpi buruk lagi ya?" ucap kakaknya lirih.
Sambungnya lagi sembari mengelus rambut Sakura dengan lembut.
"Nii-san... Tolong aku... Takut... Aku takut...! O,orang itu... Orang itu... 'Dia'..."
"Sssstt... Sssst... Sudahlah... Kau hanya bermimpi, tidak usah takut! Aku disini, tenanglah!" ujar sang kakak menenangkan Sakura yang ketakutan.
Ok, kita biarkan sang kakak menenangkan Sakura. Mari kita mengenal lebih jauh siapa mereka berdua itu.
Sakura Haruno. Gadis bersurai pink panjang dan bermata emerald ini memiliki trauma masa lalu yang menyebabkan ia terkena Androphobia(phobia lelaki).
Lalu, kakaknya bernama Sasori. Bersurai merah, bermata hazel dan memiliki wajah yang baby face. Tak heran jika ia memiliki banyak fansgirl yang selalu memujanya. Ia tiga tahun lebih tua dari Sakura.
Mereka adalah yatim piatu. Ayah mereka meninggal ketika Sakura berusia 10 tahun. Sementara, ibu mereka meninggal ketika melahirkan Sakura. Semenjak ditinggal orang tua mereka, mereka di asuh oleh Bibi mereka. Sasori yang telah beranjak dewasa merasa tidak ingin terus-terusan merepotkan Bibinya. Akhirnya ia memutuskan untuk membeli rumah dan hidup mandiri bersama Sakura. Dan ialah yang menanggung biaya hidup Sakura. Yah, itulah tugasnya sebagai kakak.
***fynlicht***
Sang surya telah menampakkan cahayanya, menandakan pagi telah tiba. Waktunya semua orang untuk memulai aktivitas mereka.
Di sebuah kamar terlihat seorang gadis bersurai pink yang masih terlelap dibawah selimutnya, dan seorang pria yang tengah membuka tirai kamar membuat cahaya mentari pagi itu menyeruak masuk dan membuat terang setiap sudut kamar. Cahaya yang menyilaukan itu sukses membuat gadis itu terjaga.
"Nngh…." Gadis itu melenguh pelan.
"Eh, kau sudah bangun? Ohayou Sakura…!". Ujar seorang pria yang diketahui bernama Sasori.
"Nii-san…? Ohayou…!" Sahut Sakura sambil mengusap matanya. Sasori yang melihat tigkah adiknya itu tersenyum.
Setelah meregangkan ototnya yang kaku karena tidurnya semalam, Sakura beranjak dari tempat tidurnya. Mengambil handuk lalu ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara itu Sasori keluar dari kmar untuk menyiapkan sarapan.
=SKIP TIME=
"NII-SAAAAANNNN….!". Terdengar suara teriakan Sakura dari kamarnya. Sasori yang mendengar itu langsung berlari menuju kamar Sakura.
'BRAAKK"
"Ada apa, Sakura?" Tanya Sasori panik.
"Nii-san, kenapa kau membngunkanku jam 7? Aku pasti telat lagi!" Ujarnya frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.
Sasori yang mendengar omelan Sakura langsung sweatdrop, pasalnya ia mengira sesuatu telah terjadi pada Sakura. Tapi ternyata…..
"Aku kira kau akan berangakt jam 8, makanya tadi kubiarkan kau tertidur lama". Ucap Sasori enteng. Sementara itu Sakura sedang sibuk memakai pita di kerah seragamnya.
"Itu kalau hari Sabtu! Selain hari itu, aku berangkat seperti biasanya". Sahutnya sambil mengucir ranmbutnya ke belakang. Sasori hanya tertawa kecil melihat tingkah adiknya itu.
"Nii-san! Jangan tertawa! Tidak lucu tau!". Bentak Sakura dengan kesal. Lalu ia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
"Sudah siap?" Tanya Sasori.
"Dilihat juga sudah tau, kan?" jawab Sakura ketus.
"Iya, iya… Maaf deh! Ayo sarapan dulu! Ku sudah memasakkan makanan kesukaanmu!".
Sasori merangkul bahu adiknya dan membawanya keluar dari kamar.
#SKIP waktu sarapan#
"Dia belum datang juga ya? Aaahhh…. Lama sekali sih? Kalau begini aku akan benar-benar terlambat ke sekolah!". Sakura menggerutu sendiri. Ia kesal karena seseorang yang seharusnya mengantarnya ke sekolah belum datang juga.
"Tunggulah sebentar lagi..! Dia pasti datang!" Ujar Sasori.
"Huh..!" kata Sakura tak menghiraukan ucapan kakakya. Ia beranjak dari duduknya kemudian berjalan keluar.
"Kau mau kemana? Sudah kubilang, kan? Sebentar lagi 'dia' akan dating!" Kata Sasori. Sakura tidak menghiraukan ucapan kakaknya.
"Aku berangkat dulu ya…. Jaa Nii-san!" Teriak Sakura sambil berlari ke luar rumah. Sasori berusaha menghentikan Sakura, tetapi Sakura sudah berlari jauh.
"Ck, anak itu…" Sasori berdecak kesal. Ia kembali ke dalam rumah , lalu mengambil handphone-nya. Kemudian ia menelepon seseorang.
"Moshi-moshi… Kau dimana? Kenapa lama sekali? Sakura sudah berangkat duluan. Kau susul dia! Ya… Aku titip dia padamu, JAGA DIA!"
'Tuut…Tuut…' dan pembicaraan itupun selesai.
'Semoga kau baik-baik saja, Sakura!' ucapnya dalam hati.
-Sakura's POV-
Aku berlari dan terus berlari ditengah gang yang sepi. Huft... Untung sepi. Dasar! Semua ini karena Nii-san! Aku pasti telat lagi. Lalu... Mana 'dia'? Tidak biasanya 'dia' terlambat ke rumahku. Ah, sudahlah! Aku tidak boleh terus-terusan bergantung pada nii-san ataupun 'dia'. Hh... Aku ini benar-benar merepotkan!.
Saat ini, aku sudah berada di stasiun. Aku mengatur nafasku yang tidak beraturan. Wajar saja kan? Aku berlari dari rumah sampai ke stasiun! Yah... Memang sih Jarak stasiun dari rumahku tidak begitu jauh. Kalau berjalan kaki hanya memakan waktu 15 menit. Tapi, karena aku terburu-buru mau tak mau aku berlari untuk sampai ke tempat ini.
Suatu kemajuan aku bisa sampai ke sini seorang diri. Biasanya baru di depan rumah saja kakiku sudah gemetar. Yah... Itu semua karena phobia aneh yang kumiliki. Aku ini benar-benar lemah. Lupakan!
Nah... Kereta sudah ada di depan mata. Aku harus masuk ke dalam kereta itu kalau ingin cepat sampai ke sekolah.
DEG. DEG. DEG.
Eh, kenapa? Kenapa jantungku berdegup kencang sekali?. Ku edarkan pandanganku ke segala arah. Ramai sekali disini. Banyak orang yang berlalu-lalang di sekitarku. Ah, BODOH! Ini kan tempat umum, wajar saja kalau banyak orang, BODOH!. Aku menghela nafas lagi. Kucoba langkahkan kakiku. Tapi, tidak bisa. Seolah ada paku yang menancapkan kakiku dengan lantai yang ku pijak. Ku coba lagi, tapi tetap tidak bisa. Oh, ayolah... Disaat seperti ini kenapa harus kambuh?
Kutolehkan kepalaku ke kanan... Laki-laki. Kutolehkan kepalaku ke kiri... Laki-laki juga. Ini gawat! Aku... Aku takut. Aku takut terhadap laki-laki. Menurutku... Kaum Adam itu menyeramkan dan sangat kejam. Terkecuali Nii-san dan 'dia'. Hanya mereka laki-laki yang tidak kutakuti. Hanya Mereka yang bisa membuatku tenang.
Lupakan tentang mereka! Sekarang, apa yang harus kulakukan. Tubuhku gemetar. Kakiku sudah tidak bisa menahan tubuhku. Rasanya lemas.
"ukh...". Kalau begini, mana mungkin aku bisa sampai sekolah.
Ok. Tenanglah Sakura... Kau pasti bisa mengatasi kelemahanmu ini.
Tenanglah Sakura...!
Tenang...!
Tenang...!
Tenang...!
Tenang...!
Tenang...!
Tenang...!
.
'AKU TIDAK BISA TENAAAANG!'
Jeritku dalam hati.
"Nona..." kudengar seseorang memanggilku. Suara ini... Suara ini... Suara ini... Suara laki-laki! Bagaimana ini?
Aku menundukkan kepalaku dalam-dalam. Aku takut untuk mengangkat kepalaku.
"nona... Apa kau baik-baik saja?" tanya laki-laki itu. Aku tak menjawab pertanyaannya. Aku takut.
Suaranya yang berat dan sedikit serak, membuatku bertambah ketakutan. Aku bisa langsung tau kalau yang berbicara padaku ini adalah pria paruh baya. Atau mungkin kakek-kakek?. Entahlah yang jelas pasti laki-laki!
Ini gawat! Siapa saja... TOLONG AKU!
Ketakutan Sakura makin bertambah dengan adanya pria paruh baya yang berdiri di hadapannya. Sebenarnya pria itu hanya menanyakan keadaan Sakura. Mungkin dia berniat menolongnya. Tapi niat baiknya itu tidak tersampaikan. Justru dengan adanya pria asing di hadapannya, membuat keberaniannya perlahan-lahan menghilang.
"nona...? Apa kau baik-baik saja?". Tanya pria itu lagi. Sakura tetap tidak merespond. Justru ia semakin menundukkan kepalanya. Ingin rasanya ia berteriak atau pun kabur dari tempat itu. Tapi tubuhnya tidak mau menuruti perintahnya.
Begitulah... Kalau phobianya kambuh, kejadian masa lalunya yang ingin ia lupakan terus berputar di kepalanya, bak kaset rusak yang diputar berulang-ulang. Karena itu ia akan merasa ketakutan, tubuhnya gemetar, berkeringat dingin, dan juga tidak bisa bersuara seolah kata-kata yang ingin keluar tercekat di tenggorokannya.
Dan ia akan kembali seperti semula jika ia sudah benar-benar merasa tenang.
'SIAPA SAJA, TOLONG AKU!'. Jeritnya dalam hati. Ia sudah sampai batasnya. Rasa takut yang telah mengikis habis keberaniannya, membuat ia lemas. Tiba-tiba tubuhnya terhuyung ke belakang. Dan...
'GREPP'
Sebelum tubuhnya sukses menyentuh lantai, seseorang telah terlebih dahulu menahan tubuh Sakura dari belakang lalu membalikkannya, sehingga posisinya sekarang Sakura tengah di peluk oleh orang tersebut.
Sakura pun terkejut. Ia menengadahkan kepalanya, mencoba melihat siapa orang yang tiba-tiba memeluknya. Dan ternyata yang tengah memeluknya sekarang adalah seseorang yang sangat ia kenal. Ingin rasanya ia menyebut namanya, tapi entah kenapa tiba-tiba lidahnya kelu. Akhirnya ia hanya diam dan menyandarkan kepalanya ke dada bidang milik pemuda itu. Tangannya yang gemetar meremas kemeja bagian depan yang dikenakan pemuda itu.
Pria paruh baya tadi hanya geleng-geleng kepala dengan adegan yang ada dihadapannya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.
"Dasar anak muda!" ujar pria paruh baya tadi. "Seharusnya kau tidak membiarkan seorang gadis menunggu!". Lanjutnya lagi sambil berlalu. Sepertinya kata-kata itu ditunjukkan untuk sang pemuda. Tapi sang pemuda tidak menghiraukannya.
"Dia sudah pergi". Ujar sang pemuda sambil menepuk pelan punggung Sakura.
'syukurlah... Aku selamat'. Kata Sakura dalam hati. Ia langsung melepas cengkramannya dari kemeja sang pemuda.
Berkali-kali Sakura membungkukkan badannya dengan maksud meminta maaf dan berterima kasih pada pemuda yang berdiri di hadapannya. Ia ingin sekali mengucapkannya secara langsung, tapi suaranya tiba-tiba menghilang entah kemana.
Pemuda itu hanya melihat tingkah Sakura sejenak. Lalu menggenggam tangan Sakura erat.
"Hn, ayo berangkat!". Kata pemuda itu dengan wajah cool-nya. Sakura hanya menurut. Membiarkan dia menuntunnya dan menggenggam tangannya. Perlakuan sang pemuda membuat Sakura malu sekaligus senang.
Kalian tau? Pemuda inilah yang ditunggunya tadi pagi. Laki-laki yang bisa menenangkannya selain Sasori. Ia berjalan di depan Sakura. Membuat Sakura memperhatikan pemuda yg berjalan di hadapannya itu.
'Dilihat dari sudut manapun, dia memang... keren!' ucap Sakura dalam hati.
Terpesona eh?
Baiklah... Mari kita lihat, seperti apa pemuda yang telah membuat Sakura terpesona itu?.
Ia memiliki rambut emo hitam yang mencuat ke belakang. Warna matanya sekelam onyx, hitam dan tajam. Wajahnya datar tanpa ekspresi, tapi inilah yang membuat para gadis tunduk padanya dan memuja-mujanya. Ia mengenakan kemeja putih yang dilapisi blazer warna biru. Tidak lupa dasi hitam yang menggantung di kerah kemejanya. Celana hitam, sepatu hitam mengkilap, tas ransel hitam yang ia sampirkan di bahu kirinya, dan tangan kanannya yang menggandeng tangan Sakura.
Satu kata untuk menggambarkan sosok pemuda itu. . . PERFECT!
Kalian pasti tau siapa pemuda ini. Ya, Dia... Sasuke. Uchiha Sasuke!
~To Be Continued~
A/N
Bagaimana? aku memperpanjan chapter 1-nya. Semoga gak buruk-buruk amat.
Yang penting...
Read and Review please…! ^_^
