TOO FAR SERIES
(FALLEN TOO FAR)
by RyeoTa Hasu
(Original Story by Abbi Glines)
Cast :
Lee Sung Min
Cho Kyu Hyun
Shim Chang Min as Kyuhyun's step brother
Lee Tae Min as Kyuhyun's youngest step brother
Choi Si Won
Lee Hyuk Jae aka Eunhyuk
Lee Dong Hae
Kim Jung Mo
Cho Ji No
Bae Soo Ji aka Suzy
Lee Min Ho
Cast lain menyusul
Disclaimer :
This original story is from Too Far Series Novel by Abbi Glines
I just remake it with my own idea and with Kyumin as main Cast
Kyumin dan Cast lainnya milik Tuhan YME, Orang tua dan Agensi
Hasu hanya meminjam namanya untuk kepentingan cerita
Rate :
M (Mature)
Warning :
Boy's Love / YAOI, OOC, hurt/comfort, Mature Contain, some explisit sexual activity, no sensored
.
DON'T LIKE? DON'T READ
MAKE IT SIMPLE
HAPPY READING ^.^
.
.
Chapter 1
o.o.o.o.o.o.o.
.
(Sungmin POV)
.
Sejujurnya aku ragu, tapi… ini satu-satunya pilihan yang ku miliki.
Aku sudah tidak memiliki apapun. Aku telah menjual rumah mungil yang ditinggalkan oleh halmeoni untuk membayar tagihan akhir dari biaya pengobatan eomma, dan yang tersisa hanyalah satu koper berisi baju, beberapa kotak berisi barang-barang pribadiku, serta truk tua ini.
Karena itulah kini aku disini, di dalam truk Hyundai tua-ku yang berusia 15 tahun, terparkir apik di depan sebuah rumah. Rumah yang cukup besar dengan tiga lantai yang mengarah langsung pada pasir putih di pantai Hyeopjae, Jeju-do.
Ini adalah rumah baru Abeoji, dengan keluarga barunya.
Meskipun tidak ada mobil mewah yang terparkir di halaman rumah ini namun di dalam suasananya terlihat ramai, setidaknya itu yang terlihat olehku dari luar rumah ini.
Apa ada pesta didalam?
Abeoji tidak bilang padaku bahwa malam ini dia akan mengadakan pesta.
Yah, pada akhirnya aku menelpon Abeoji, setelah kepergiannya 5 tahun yang lalu. Bahkan tidak pernah sekalipun dia datang di saat aku mendampingi eommaku berjuang melawan penyakit kankernya, yang menyebabkan hidupku selama tiga tahun terakhir ini sangatlah berat.
Dia juga tidak hadir pada pemakaman eomma. Jika saja aku tidak butuh tempat tinggal, aku tidak akan mau berada disini.
Tapi walau bagaimanapun Abeoji satu-satunya keluarga yang aku miliki sekarang. Satu-satunya harapanku untuk bertahan hidup.
Pintu trukku tiba-tiba terbuka. Dengan spontan, aku meraih ke bawah kursi dan mengambil pistolku. Aku mengarahkannya pada penyusup itu, aku memegang senjata itu dengan kedua tanganku siap untuk menarik pelatuknya.
"Woo ho! Aku baru saja akan bertanya padamu mungkin kau tersesat tetapi aku akan mengijinkanmu melakukan apapun padaku asalkan kau jauhkan senjata itu."‖
Seorang pria tinggi berkulit putih dengan rambut dark brown berdiri di sisi depan senjataku dengan kedua tangan terangkat dan matanya yang melebar.
Aku menatapnya bingung dan tetap mengacungkan senjataku. Aku masih tidak tahu siapa pria ini. Membuka pintu truk orang lain bukanlah hal biasa bagi orang asing.
"Tidak, kupikir aku tidak tersesat. Apakah ini rumah Lee Min Ho?"
Pria itu menelan ludahnya dengan gugup,
"Uh, aku tidak bisa berpikir jika senjata itu diarahkan ke wajahku. Kau membuatku sangat gugup. Bisakah kau menurunkan senjatamu sebelum terjadi kecelakaan?"
Kecelakaan? Benarkah? Pria ini mulai membuatku marah.
"Aku tidak mengenalmu. Diluar gelap dan aku di tempat asing, sendirian. Jadi, maafkan aku jika kau merasa tidak nyaman saat ini. Kau bisa mempercayaiku kalau aku bilang padamu bahwa tidak akan terjadi kecelakaan. Aku bisa memakai senjata. Dengan sangat baik."
Pria itu kelihatannya tidak percaya padaku, tapi setelah kuperhatikan kelihatannya dia tidak berbahaya. Namun, aku belum siap untuk menurunkan senjataku.
"Lee Min Ho?" pria itu mengulangnya perlahan dan mulai menggelengkan kepalanya kemudian berhenti, "Tunggu, Minho-ssi adalah Ayah tiri baru Kyuhyun. Aku bertemu dengannya sebelum dia dan Suzy pergi ke Jepang.
Jepang? Kyuhyun? Apa?
Aku menunggu penjelasan lebih tetapi pria itu terus menatap pada senjataku dan menahan nafasnya.
Mengunci tatapanku padanya, aku menurunkan senjataku dan memastikan untuk mengembalikan rasa aman seperti semula sebelum aku menyimpan senjataku di bawah kursi truk. Mungkin dengan begini pria ini bisa fokus dan melanjutkan penjelasannya.
"Kau punya surat ijin untuk memiliki senjata?" tanyanya ragu.
Aku sedang tidak ingin membicarakan surat ijin senjataku. Aku butuh jawaban.
"Lee Min Ho di Jepang?" tanyaku meminta konfirmasi.
Dia tahu aku akan datang hari ini. Kami sudah membicarakannya beberapa minggu yang lalu setelah aku menjual rumah.
Pria itu mengangguk pelan dan bersikap santai.
"Kau mengenalnya?"tanya pria itu penasaran.
"Tidak juga."
Aku hanya mengingat dua kenangan kebersamaanku dengannya sebelum dia meninggalkan eommaku dan aku lima tahun yang lalu.
Aku ingat Abeoji datang ke kompetisi martial arts-ku dengan mengorbankan perjalanan bisnisnya dan mengadakan barbeque di halaman belakang rumah untuk pesta kemenanganku.
Hingga esoknya, hari dimana saudara kembarku Lee Sung Jin tewas dalam kecelakaan mobil. Ayahku lah yang mengemudikan mobil naas itu.
Dia berubah sejak hari itu.
Setelah pemakaman Sun Jin, Abeoji pergi begitu saja meninggalkan kami.
Dia tidak pernah menelponku dan memastikan aku baik-baik saja. Bahkan ketika dalam tiga tahun terakhir ini saat aku harus menjaga ibuku yang jatuh sakit karena kankernya memburuk.
Aku tidak lagi mengenal Abeojiku.
Tidak sama sekali.
"Aku putranya, Lee Sung Min." kataku dengan tegas.
Mata pria itu melebar dan dia menghempaskan kepalanya ke belakang dan tertawa.
Apanya yang lucu?
Aku menunggunya untuk menjelaskan ketika dia mengulurkan tangannya.
"Sejujurnya awalnya aku mengira kau adalah yeoja karena kau terlihat manis. Tapi setelah mendengar jika kau putranya, akhirnya aku tahu bahwa kau adalah namja" ujarnya yang langsung mendapat balasan berupa tatapan tajam terseram yang ku punya.
"Mari Sungmin-ssi, aku ingin kau bertemu dengan seseorang. Dia akan menyukaimu."
Aku menatap tangannya dan meraih tasku.
"Apakah kau menaruhnya di dalam tasmu? Haruskah aku memperingatkan semua orang agar tidak membuatmu marah?" nada menggoda di suaranya membuatku tak jadi memakinya.
"Kau membuka pintuku tanpa mengetuk. Itu refleks karena aku ketakutan."
"Reaksi cepatmu karena takut adalah dengan mengacungkan senjata pada seseorang? Wow, dari mana asalmu? Kebanyakan pria 'manis' yang aku kenal akan menjerit atau semacamnya."
'Pria Manis?' oh ya, bukan hanya dia mengatakan aku manis. Aku cukup mengakui jika aku memang manis.
Tapi, kebanyakan 'pria-pria manis' yang dia kenal tidak terpaksa untuk melindungi dirinya sendiri hampir selama tiga tahun.
Aku punya seorang ibu yang sakit untuk dijaga tetapi tidak ada seorang pun yang menjagaku. Jadi aku berbeda dengan 'pria pria manis' itu.
"Aku dari Ilsan" jawabku sambil mengacuhkan uluran tangannya dan melangkah keluar dari truk.
Angin sepoi pantai membelai wajahku dan bau asin dari laut terasa begitu nyata. Aku belum pernah melihat laut sebelumnya. Paling tidak belum secara langsung. Aku melihatnya di lukisan dan film. Tapi baunya, benar-benar seperti apa yang aku harapkan.
Matanya mengamati tubuhku dari bawah dan kembali ke wajahku. Sebuah senyum manis dengan gratis dipamerkannya padaku.
"Kau benar-benar manis dan unik. Sangat berbeda dengan orang-orang yang ada disini. Jelas, kau bukan penduduk asli Jeju."
Memutar mataku, aku menuju ke belakang truk. Aku membawa koper dan beberapa kotak yang harus aku turunkan.
"Sini, biar aku saja."
Dengan gentleman dia berjalan mengitariku kemudian meraih koper besar milik Ibuku di bagasi truk yang sebelumnya tersimpan di lemarinya untuk perjalanan jauh yang tidak pernah kami lakukan bersama. Dia selalu berbicara tentang bagaimana kami akan mengemudi melintasi pulau dan kemudian menuju pulau Jeju suatu hari nanti. Tapi, kemudian dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal.
Dan kini, dengan sangat kebetulan aku tiba di tempat tinggal ayahku yang terletak di pulau Jeju.
Mengingat tentang ibuku membuatku kembali sedih.
"Terima kasih, uh…aku belum tahu namamu."
Baru ku sadari aku tak mengetahui nama pria ini, yang sialnya, ugh tinggi sekali pria ini, sungguh–sungguh lebih tinggi dariku. Dan pria ini cukup manis juga dengan tatapan matanya yang entah mengingatkanku pada boneka bambi kesayangan Sung Jin dulu.
Pria itu menarik koper keluar kemudian berpaling padaku.
"Apa? Kau lupa untuk bertanya namaku ketika kau punya senjata yang diarahkan padaku?"‖ jawabnya.
Aku mendesah.
Oke, mungkin aku sedikit berlebihan dengan senjata tadi, tetapi itu karena pria ini membuatku takut.
"Aku Changmin, Shim Chang Min, mm… temannya Kyuhyun."‖
Kyuhyun lagi.
Siapa itu Kyuhyun?
Changmin-ssi menyeringai lebar melihat raut bingungku saat mendengarnya menyebut nama Kyuhyun.
"Kau tidak tahu siapa itu Kyuhyun?"
Dari rautnya dia terlihat senang.
"Aku sangat senang kau datang malam ini."
Changmin-ssi menganggukkan kepalanya ke arah rumah.
"Ayo. Aku akan memperkenalkanmu."
Aku berjalan disampingnya saat dia membawaku masuk ke dalam rumah. Sedikit minder sebenarnya dengan perbedaan tinggi kami yang cukup kontras.
.
(Sungmin POV end)
.
Musik di dalam rumah begitu keras saat mereka mendekat.
'Jika Abeoji tidak ada disini, lalu siapa di dalam?' batin Sungmin kalut.
'Aku hanya tahu Suzy atau Bae Soo Ji adalah istri baru Abeoji. Aku tak mengetahui apapun tentang wanita itu. Apakah ini pesta anaknya? Berapa usia mereka? Wanita itu punya anak? Aku tidak ingat.' batin Sungmin lagi.
Abeoji nya memang tidak memberitahu Sungmin dengan jelas. Sang Abeoji hanya bilang jika Sungmin akan menyukai keluarga barunya tetapi tidak menceritakan apapun mengenai keluarga barunya itu.
"Jadi, Kyu, Kyuhyun-ssi itu tinggal disini?" tanya Sungmin penasaran siapa Kyuhyun yang disebutkan oleh Changmin tadi.
"Ya, dia tinggal disini, paling tidak saat musim panas. Dia pindah ke rumahnya yang lain sesuai musim."
'Rumahnya yang lain?'
Changmin tertawa,
"Kau tidak tahu apa-apa tentang keluarga yang dinikahi Abeojimu ya Sungmin-ssi?"‖
Sungmin hanya menggelengkan kepala.
"Pelajaran singkat sebelum kita masuk ke dalam kegilaan." ujar Changmin sambil berhenti di puncak tangga yang mengarah ke pintu depan dan menatap Sungmin.
"Cho Kyu Hyun adalah kakak tirimu. Dia adalah anak tunggal dari vokalis rock band terkenal Cho Ji No. Orang tuanya tidak pernah menikah. Uri Eomma, Bae Soo Ji, adalah satu penggemarnya saat itu. Dan ini rumah Kyuhyun, pemberian dari Abeojinya."
Changmin berhenti bicara dan melihat ke belakang pintu lalu membukanya.
"Dan ini semua adalah temannya."
Seorang pria manis, berambut pirang serta bertubuh langsing memakai setelan mahal dan sepasang sepatu bermerk yang hanya ada dalam mimpi Sungmin, berdiri menyambut mereka di depan pintu.
Dan di dalam ada beberapa pria dan juga wanita yang berpenampilan 180 derajat berbeda kelas dengan Sungmin.
Mereka berdiri disana menatap Sungmin heran.
"Well, senang bertemu denganmu Hyukkie." jawab Changmin dengan ramah.
"Siapa dia?" pria manis ini bertanya, mengalihkan tatapannya pada Changmin.
"Teman. Hapus ancaman dari wajahmu Hyukkie, itu terlihat tidak cocok untukmu."‖jawab Changmin sambil meraih tangan Sungmin dan membimbingnya masuk ke dalam rumah.
Di dalam ternyata tidak seramai yang Sungmin bayangkan.
Saat melewati serambi yang terbuka lebar, sebuah pintu masuk melengkung mengarah ke tempat yang sepertinya adalah ruang tamu.
Meskipun begitu, ruangan itu lebih besar dari rumah terakhir Sungmin. Dua pintu kaca berdiri dengan pemandangan laut yang mempesona. Dan Sungmin ingin melihatnya lebih dekat.
"Sebelah sini." ajak Changmin sambil berjalan menuju bar.
'Yang benar saja? Ada bar di dalam rumah?'batin Sungmin sedikit kaget.
Sungmin menatap orang-orang yang dilewatinya. Mereka semua berhenti saat itu juga dan menatapnya sekilas.
"Kyuhyun, kenalkan ini Lee Sung Min, aku yakin dia mungkin milikmu. Aku menemukannya di luar dan terlihat sedikit tersesat." ucap Changmin, membuat Sungmin mengalihkan tatapannya dari kumpulan orang-orang yang penasaran untuk melihat siapa itu Kyuhyun.
Oh.
Oh.
My.
God.
"Oh ya?" jawab seseorang yang bernama Kyuhyun itu dengan malas dan maju dari posisi santainya di sofa dengan bir ditangannya.
"Dia menarik dan masih muda. Tapi dia bukan milikku, Chwang"
"Oh, dia memang milikmu. Abeojinya pergi ke Paris dengan uri Eomma selama beberapa minggu kedepan. Aku akan bilang sekarang dia adalah milikmu. Aku akan sangat senang menawarinya kamar di tempatku jika kau mau. Hanya saja jika dia berjanji untuk meninggalkan senjata mematikannya di truk."
Kyuhyun-ssi mengernyitkan alisnya dan mengamati Sungmin lebih dekat.
Mata Kyuhyun berwarna aneh. Menarik namun ganjil. Warnanya bukan coklat. Bukan juga kehijauan. Warnanya hangat dengan iris berwarna perak melingkupinya. Mungkin itu lensa kontak.
"Bukan berarti dia milikku." akhirnya Kyuhyun menjawab dan kembali bersandar di sofa.
Changmin berdeham pelan.
"Jangan bercanda Kyu!"‖
Kyuhyun tidak menjawab.
Dia hanya minum dari botol berleher tinggi di tangannya.
Tatapannya bergeser pada Changmin dan terlihat ada peringatan disana.
'Sebaiknya aku segera pergi. Ini tidak bagus. Aku hanya punya 20 ribu won di dompetku dan aku hampir kehabisan bensin. Aku sudah menjual semua yang aku miliki. Ketika aku menelpon Abeoji aku bilang kalau aku butuh tempat tinggal hingga aku dapat kerja dan menghasilkan cukup uang untuk menyewa tempat sendiri. Dia langsung setuju dan memberiku alamat ini sambil mengatakan padaku dia akan sangat senang jika aku mau tinggal bersamanya. Tapi apa yang ku dapat ini?' batin Sungmin kalut.
Perhatian Kyuhyun kembali pada Sungmin. Dia menungguku untuk mengatakan sesuatu.
'Apa yang dia harapkan untuk kukatakan?' batin Sungmin takut.
Sebuah smirk terlihat di bibirnya dan dia mengedipkan mata pada Sungmin.
"Aku punya banyak tamu malam ini dan semua kamar sudah penuh."
Dia mengalihkan tatapannya pada Changmin,
"Kupikir lebih baik kita membiarkannya pergi untuk mencari hotel hingga aku bisa menghubungi Abeojinya."
Rasa jijik di lidahnya saat dia mengatakan kata 'Abeoji' terlihat oleh Sungmin. Penolakan untuk Sungmin, itu jelas.
Ini bukanlah salah pria itu. Abeojinya-lah yang mengirimnya kemari, mungkin tanpa se-izin pria ini.
'Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk membeli bensin dan makanan di perjalanan menuju kemari. Kenapa aku harus percaya pada pria?' batin Sungmin kesal.
Dengan cepat dia meraih dan menarik koper yang masih tetap dipegang Changmin.
"Dia benar. Aku seharusnya pergi. Ini adalah hal yang sangat buruk." Ujar Sungmin cepat tanpa melihat Kyuhyun dan Changmin.
Sungmin menarik keras koper dan Changmin melepaskannya dengan sedikit enggan.
Rasa perih menyengat mata Sungmin saat dia sadar betapa dia merindukan rumahnya dulu.
'Aku tidak sanggup melihat mereka.' Sungmin berbalik menuju pintu, menahan kesedihannya.
Sungmin mendengar Changmin berdebat dengan Kyuhyun tapi dia memilih mengabaikannya. Sungmin tidak mau mendengar apa yang dikatakan pria tampan itu tentang dirinya.
Pria itu tidak menyukainya. Itu terlihat jelas. Abeojinya nampaknya bukanlah anggota keluarga yang diharapkan di rumah itu.
"Kau akan segera pergi?" sebuah suara yang cukup riang bertanya.
Sungmin mengangkat kepalanya untuk melihat senyum gembira pada pria manis yang menyambutnya di pintu sebelumnya.
'Dia juga tidak ingin melihatku disini. Apakah aku menjijikkan bagi semua orang?' batin Sungmin miris.
Sungmin langsung menjatuhkan tatapannya pada lantai dan membuka pintu. Dia masih punya banyak harga diri untuk tidak membiarkan pria jahat itu melihatnya menangis.
Saat sampai di luar rumah dengan selamat Sungmin langsung menangis terisak dan berjalan menuju truknya. Jika tidak membawa koper mungkin Sungmin akan berlari.
'Aku harus mencari perlindungan.' Batinnya kelu. Sungmin bergegas masuk ke dalam truk.
'Aku rindu rumah. Aku rindu Ibuku.' Isakan lainnya meluncur bebas dan Sungmin langsung menutup pintu truk dan menguncinya.
.
.
Sungmin menghapus air matanya dan memaksakan diri untuk mengambil nafas dalam.
"Aku tidak boleh menyerah sekarang. Aku tidak menyerah ketika aku duduk memegang tangan ibuku saat dia menghembuskan nafas terakhirnya. Aku tidak menyerah saat mereka membaringkannya di tanah yang dingin. Dan aku tidak menyerah ketika aku menjual satu-satunya rumahku. Aku tidak akan menyerah sekarang. Aku bisa melaluinya." Ikrar Sungmin berusaha tegar dan kuat.
"Tapi… aku tidak punya cukup uang lagi untuk menyewa kamar hotel, hanya ada truk ini. Mungkin, aku bisa tinggal di truk. Mencari tempat aman untuk memarkirnya di malam hari adalah masalahnya. Daerah ini kelihatannya cukup aman, tapi aku sangat yakin jika truk tua ini di parkir disembarang tempat akan menarik perhatian. Mungkin polisi kan datang dan mengetuk jendelaku bahkan sebelum aku tidur." Gumamnya memikirkan berbagai scenario untuk melalui malamnya.
"Mungkin….Aku bisa menggunakan 20 ribu won terakhirku untuk mengisi bensin. Kemudian aku bisa mengemudikan trukku ke pusat kota dimana trukku tidak akan ketahuan di tempat parkir. Mungkin aku bisa memarkirnya di belakang restoran dan mendapat kerja juga di sana. Aku tidak perlu bensin untuk pulang pergi ke tempat kerja." Gumamannya berhenti saat merasa perutnya keroncongan, mengingatkannya bahwa dia belum makan lagi sejak pagi tadi.
"Baiklah, aku akan menghabiskan beberapa ribu won untuk makan. Dan berdoa semoga aku akan mendapatkan kerja esok hari." putusnya kemudian.
"Aku akan baik baik saja. Lee Sungmin, fighting!" Sugestinya lagi.
Sungmin memeriksa keadaan di belakang melalui kaca spion sebelum menghidupkan mesin truk dan mundur.
Tiba-tiba sepasang mata menatapnya tajam tepat di depan truknya.
Sungmin memekik kaget. Sungmin menyadari jika itu adalah Kyuhyun.
"Apa yang dia lakukan berdiri di luar trukku? Apakah dia meyakinkan dirinya kalau aku telah meninggalkan rumahnya? Aku benar-benar tidak mau berbicara lagi dengannya."
Sungmin mengalihkan tatapannya untuk berkonsentrasi mengemudikan truknya keluar dari rumah itu. Namun Sungmin menyadari jika Kyuhyun memandangnya lekat sambil mengangkat alis matanya.
'Apa maunya?' batin Sungmin bingung.
Meskipun Sungmin mengakui bahwa Kyuhyun terlihat sangat tampan dan seksi saat melakukannya (menatap dalam sambil mengangkat alis), tapi Sungmin berusaha untuk tidak tergoda.
Sungmin mulai menghidupkan truk, tapi tiba-tiba mesin meraung dan terdengar bunyi klik dan senyap.
"Oh tidak. Jangan sekarang. Tolong jangan sekarang." gumam Sungmin panik.
Sungmin menggoncangkan kunci dan berdoa agar lekas menyala. Alat pengukur bensin truknya memang rusak, tapi saat Sungmin melihat alat pengukur jarak dia memperkirakan seharusnya tidak kehabisan bensin.
"Aku masih punya beberapa mil lagi. Aku tahu aku bisa." Tekadnya berusaha untuk menyalakan mesin truk lagi.
Sungmin menghantamkan telapak tangannya pada setir dan memanggil truk dengan beberapa panggilan kesayangannya seperti 'baby', 'my big bunny', 'sweety', 'cute moster'(?), tapi, nihil! tidak terjadi apa-apa.
Sungmin terjebak.
'Apakah pria itu akan menelpon polisi? Dia ingin aku keluar dari rumahnya jadi dia keluar untuk memastikan aku sudah pergi. Sekarang aku tidak bisa pergi apakah dia akan membuatku ditangkap? Atau yang lebih buruk, memanggil mobil derek. Aku tidak punya uang untuk mendapatkan kembali trukku jika dia melakukannya. Paling tidak di penjara aku dapat makan dan tempat tidur.' Batinnya meracau. Sepertinya perasaannya mulai kacau.
Menelan gumpalan yang tersangkut di tenggorokan dengan perlahan Sungmin membuka pintu truk dan berharap yang terbaik.
"Ada masalah?" tanya Kyuhyun datar.
Sungmin ingin berteriak histeris dalam frustasi. Namun, akhirnya memutuskan untuk mengangguk. "Aku kehabisan bensin." Ucapnya pelan.
Kyuhyun mendesah. Sungmin pun hanya diam, menunggu keputusan yang menjadi pilihan terbaik di sini. Mungkin Sungmin bisa saja memohon dan membela diri setelahnya.
"Berapa usiamu?" tanya Kyuhyun, kali ini dengan nada sedikit lembut.‖
'Apa? Apakah dia benar-benar bertanya usiaku?' batin Sungmin sedikit bingung.
Sungmin terjebak di jalan masuk rumah Kyuhyun, dan pria itu ingin dia pergi, tapi sekarang Kyuhyun lebih suka membicarakan usia Sungmin daripada pilihan yang akan diajukannya.
'Pria yang aneh.' Batin Sungmin.
"Sembilan belas" jawab Sungmin singkat.
Kyuhyun mengangkat alisnya, "Benarkah?"
Sungmin mencoba sekeras mungkin untuk tidak marah karena dia memerlukan kemurahan hati pria ini. Menekan komentar sinis di ujung lidahnya, Sungmin tersenyum. "Ya. Benar."
Kyuhyun menyeringai sambil mengangkat bahu.‖
"Maaf. Kau terlihat lebih muda."‖Dia berhenti dan matanya menelusuri tubuh Sungmin dan kembali keatas dengan perlahan.
Rasa panas tiba-tiba merayapi pipi Sungmin dengan memalukan.
"Aku tarik lagi kata-kataku. Tubuhmu sedikit seperti berusia sembilan belas tahun. Wajahmu kelihatan begitu segar dan muda. Kau tidak memakai make-up?"
Sungmin yang mendengar kata-kata Kyuhyun kontan melotot lucu.
'Pertanyaan apa itu? Apa yang dia pikirkan? Aku pria dan tentu tidak memakai make-up, kecuali aku seorang idol atau orang terkenal. Selain itu, Jungmo, mantan pacarku dan teman terdekatku, selalu bilang aku tidak butuh make-up karena aku lebih menarik daripada para pria manis yang memakai make up di televise. I'm original.' Batin Sungmin kesal.
"Aku pria, dan percayalah, aku tidak butuh make up." Jawab Sungmin ketus.
"Lagipula, sekarang aku kehabisan bensin. Aku hanya punya 20 ribu won. Abeojiku kabur dan meninggalkanku setelah mengatakan dia AKANmembantuku untuk bertahan hidup. Percayalah padaku, dia adalah orang TERAKHIR yang ingin kumintai tolong. Sekarang, apakah kau akan menelepon polisi atau mobil derek? Aku lebih menyukai polisi dalam masalah ini jika aku boleh memilih." Sungmin menyudahi kata-kata kasarnya. Sekarang Sungmin menyesal karena tidak bisa mengontrol mulutnya.
'Dan, aku dengan bodohnya memberi dia ide bodoh tentang mobil derek. Sialan.' Batin Sungmin mengumpat. Entah sudah berapa kali Sungmin mengumpat hari ini.
Kyuhyun mengangkat kepalanya dan mengamati Sungmin.
Kesunyian melanda mereka.
"Aku tidak suka Abeojimu dan dari nada bicaramu, begitu pula kau."‖ kata Kyuhyun penuh pertimbangan.
"Ada satu kamar kosong malam ini. Kosong hingga Eomma pulang dari liburannya. Aku tidak menyuruh asisten rumah tangga untuk tinggal di sini sementara dia berlibur. Kang Ahjumma hanya datang untuk bersih-bersih seminggu sekali saat Eomma berlibur. Kau bisa menempati kamarnya yang ada di bawah tangga. Kamarnya kecil tapi ada ranjangnya."
'Dia menawariku kamar. Aku tidak akan menangis. Aku bisa melakukannya larut malam nanti. Aku tidak jadi dipenjara. Terima kasih Tuhan.' Batin Sungmin bersyukur.
"Satu-satunya pilihanku adalah truk ini. Aku bisa menjamin apa yang kau tawarkan jauh lebih baik. Terima kasih." Ujar Sungmin dengan sedikit gembira.
Kyuhyun mengerutkan dahi beberapa saat, kemudian segera hilang dan ada senyum tipis di wajahnya. "Di mana kopermu?" tanyanya.
Sungmin menutup pintu truk dan berjalan ke belakang truk untuk mengeluarkannya. Sebelum Sungmin bisa mengambilnya, sesosok tubuh hangat dengan aroma asing dan lezat meraihnya duluan. Sungmin membeku saat Kyuhyun meraih koper dan menariknya keluar.
Sungmin berbalik untuk menatapnya. Kyuhyun berkedip pada Sungmin. "Aku bisa membawakan tasmu. Aku bukanlah seorang bajingan." Kata Kyuhyun santai.
"Terima kasih, sekali lagi" ucap Sungmin tergagap, sambil mencuri moment untuk menatap Kyuhyun. Matanya begitu mengagumkan. Bulu mata hitam tebal yang membingkai hampir terlihat seperti garis mata. Dia memiliki semua yang hal alami di sekeliling matanya layaknya seorang gentleman.
'Itu sangat tidak adil. Bulu mataku tipis dan lentik. Mengapa aku tidak bisa mendapat bulu mata sepertinya.' Batin Sungmin iri.
"Ah, bagus, kau menghentikannya. Aku memberimu 5 menit dan kemudian keluar untuk memastikan kau tidak kehilangannya." Suara khas Changmin mengagetkan Sungmin dari kebingungannya dan dia lekas berbalik untuk berterima kasih atas interupsi Changmin.
'Aku telah menatap Kyuhyun seperti orang bodoh. Aku terkejut dia tidak melemparku dengan tas lagi.' Batin Sungmin merutuki sikapnya.
"Dia akan memakai kamar Kang Ahjumma sampai aku bisa menghubungi Lee Min Ho-ssi dan mencari tahu sesuatu."‖ujar Kyuhyun seolah terganggu dengan kemunculan Changmin.
Dia berjalan ke samping Sungmin dan memberikan kopernya pada Changmin.
"Ini, tolong antarkan dia ke kamarnya. Aku harus kembali."
Kyuhyun berjalan tanpa menatap ke belakang.
Diperlukan seluruh tekad untuk Sungmin tidak melihat kemana Kyuhyun pergi. Terutama sejak melihat belakang jeansnya yang sangat menggoda. Dia bukanlah tipe orang yang harus dia sukai.
"Dia adalah seorang yang pemurung." kata Changmin, menggelengkan kepalanya dan menatap pada Sungmin. Sungmin mengangguk setuju dengannya.
"Kau tidak perlu membawa koperku masuk lagi." Sungmin berkata sambil meraih kopernya.
Changmin menjauhkannya dari jangkauan. "Aku bersikap seperti kakak yang baik. Aku tidak akan membiarkanmu membawa koper ini saat aku dua kali lebih kuat darimu untuk membawanya." Tolak Changmin tegas.
Sungmin ingin tersenyum tapi satu kata yang baru saja diucapkan Changmin membuatnya kaget. "Kakak?" ulang Sungmin.
Changmin tersenyum tapi senyum itu tidak mencapai mata bambinya.
"Kupikir aku lupa bilang kalau aku anak dari suami Eomma yang ke dua. Dia menikah dengan nae Abeoji saat aku dan Kyuhyun berusia empat tahun, mereka menikah hingga aku berusia lima belas. Sejak saat itu Kyuhyun dan aku bersaudara. Hanya karena Abeoji bercerai dari Eomma tidak mengubah apa pun antara kami. Kami pergi sekolah bersama dan bergabung di perkumpulan yang sama."
Oh. Oke. Sungmin tidak menduganya. "Berapa banyak suami yang dimiliki Bae Soo Ji-ssi?"
Changmin tertawa pendek kemudian berjalan menuju pintu. "Neo Abeoji suami nomor empat."‖
Dalam hati Sungmin memaki Abeojinya yang seperti orang bodoh. Wanita seperti Bae Soo Ji kelihatannya mudah berganti suami seperti berganti celana dalam.
'Berapa lama dia melupakan para lelaki itu dan membuka hati lagi?' batin Sungmin penasaran.
.
Sungmin dan Changmin berjalan dalam diam saat menuju ke dapur.
Dapur itu besar dengan meja batu pualam hitam dan peralatan rumah tangga yang banyak. Mengingatkan Sungmin pada sesuatu dari majalah dekorasi rumah.
Kemudian Changmin membuka pintu yang terlihat seperti jalan lebar di pantry.
Meskipun sedikit bingung Sungmin hanya diam sambil melihat sekeliling kemudian mengikuti Changmin masuk ke dalam. Mereka berjalan ke belakang ruangan itu dan membuka pintu lain.
Sungmin tiba dikamar yang akan sementara waktu akan menjadi kamarnya.
Kamar ini memiliki cukup ruang untuk masuk dan meletakkan kopernya di ranjang.
Sungmin mengikuti Changmin dan berputar di sekitar ranjang ukuran twin yang hanya meninggalkan jarak beberapa inci antara ranjang dan pintu. Kamar ini benar-benar ada di bawah tangga. Sebuah meja kecil ada diantara ranjang dan dinding. Selain itu, tidak ada apa-apa lagi.
"Aku tidak tahu di mana kau akan menyimpan kopermu. Kamar ini kecil. Aku sebenarnya tidak pernah kesini."‖Changmin menggelengkan kepalanya dan kemudian mendesah.
"Dengar, jika kau ingin tinggal di apartemenku kau bisa. Paling tidak aku akan memberimu kamar yang bisa membuatmu bergerak di dalamnya."‖
Ucapan Changmin yang manis membuat Sungmin tidak ingin menolak penawarannya. Tapi, Sungmin berfikir Changmin tidak akan membutuhkan tamu tak diundang untuk menempati salah satu kamarnya.
'Paling tidak disini aku bisa menyembunyikan diri jadi tidak ada seorang pun yang akan melihatku. Aku bisa membersihkan sekitar rumah dan mendapatkan kerja di suatu tempat. Mungkin Kyuhyun akan membiarkanku tidur di kamar kecil yang tak terpakai ini sampai aku punya cukup uang untuk pindah. Aku tidak merasa seolah aku terpukau ada disini. Aku akan mencari toko bahan makanan besok dan memakai sisa uangku untuk membeli makanan. Kimbab instan dan susu kotak serta air mineral akan menjadi makananku selama seminggu atau lebih.' Batin Sungmin membuat planning kedepannya.
"Di sini sempurna. Aku akan baik-baik saja disini. Selain itu, Kyuhyun akan menelepon Abeoji besok dan mencari tahu kapan dia akan kembali. Mungkin nae Abeoji sudah punya rencana. Aku tidak tahu. Tapi, terima kasih sekali lagi, aku sangat menghargai tawaranmu." Ujar Sungmin berusaha meyakinkan.
Changmin melihat sekeliling kamar sekali lagi dan merengut. Dia terlihat tidak senang pada kamar ini tapi karena Sungmin menyukainya dia tidak bisa memaksa.
"Aku tidak suka meninggalkanmu disini. Rasanya salah."‖ Changmin menatap Sungmin sekarang dengan suara memohon.
"Ini hebat. Lebih baik daripada trukku." Ujar Sungmin lagi.‖
Changmin mengerutkan dahi, "Truk? Kau berencana tidur di truk?" tanyanya kaget.
"Ya, benar. Kamar ini, bagaimana pun juga, memberikan aku sedikit waktu untuk mencari tahu apa yang akan kulakukan selanjutnya." jawab Sungmin apa adanya.
Changmin menggaruk kepalanya yang tidak gatal membuat rambutnya berantakan.
"Maukah kau berjanji sesuatu?"‖ tanyanya.
Sungmin bukan orang yang suka berjanji. Yang dia tahu dari janji adalah mereka akan mudah dilupakan. Sungmin memilih mengangkat bahu. Hal terbaik yang bisa dilakukannya.
"Jika Kyuhyun menyuruhmu pergi, telpon aku." Putus Changmin kemudian.
Sungmin akan menyetujui dan sadar jika dia tidak punya nomor telepon Changmin.
"Dimana ponselmu jadi aku bisa memasukkan nomorku?" tanya Changmin.
Hal ini akan membuat Sungmin terdengar makin menyedihkan. "Aku tidak punya." Jawab Sungmin polos.
Changmin menganga kaget, "Kau tidak punya ponsel? Tak heran kau punya senjata."‖Changmin meraih ke sakunya dan mengeluarkan note paper.‖"Kau punya pulpen?"
Sungmin mengeluarkan pulpen dari dalam tas dan memberikannya pada Changmin.
Changmin dengan cepat menuliskan nomornya dan memberikan kertas dan pulpen pada Sungmin. "Telepon aku. Aku serius."
Sungmin tidak akan pernah menelponnya tapi dia memutuskan menghargai tawaran Changmin. Sungmin hanya mengangguk tidak menjanjikan apa-apa.
"Kuharap kau tidur nyenyak disini." Changmin melihat sekeliling kamar kecil itu dengan rasa khawatir di matanya.
"Tentu, Aku akan tidur dengan nyenyak." Sungmin menyakinkan Changmin.
Changmin mengangguk dan keluar dari kamar lalu menutup pintu di belakangnya. Sungmin menunggu hingga dia mendengar Changmin menutup pintu pantry sebelum akhirnya Sungmin duduk di ranjang di samping kopernya.
"Ini akan baik-baik saja. Aku bisa menjalaninya. Fighting Lee Sungmin! You can!" serunya bertekad.
.
.
TBC
.
.
Oke, sekilas intro dari cerita ini. Kyumin moment-nya belum banyak, tapi next chap mungkin….
Untuk ff Marcuss is Human, isn't He? Akan sedikit telat update karena Hasu mau buat sedikit variasi yang berbeda dari cerita asli di komiknya karena chap kemaren rada ngeselin ya? (emang)
Mungkin senin akan di update bareng ama chap 2 ff ini (semoga)
How? Lanjut ga ya?
.
.
Ryeota Hasu
