Love Live! School idol project bukan milik saya.
Truth Lies
Prolog – Somewhere Under the Europe Sky
00.34 AM.
Tulisan berwarna putih itu tertera di layar hitam jam digital. Jam berbentuk persegi itu bertengger di atas sebuah meja. Di sampingnya ada lampu meja yang menerangi sebagian permukaan meja. Selain itu, terdapat pula sketchbook, karet penghapus, rautan pensil, beberapa kertas, dan pensil warna yang menyebar di atas meja. Sebuah ponsel layar sentuh dan sebuah bingkai foto disimpan di sudut meja yang menghimpit dinding, agar tidak mengganggu dan dapat selalu ditengok oleh sang pemiliknya.
Pemiliknya sendiri; Minami Kotori sedang bertopang dagu, matanya menatap dinding di depannya. Tangan yang dijadikan tumpuan terselip sebuah pensil gambar. Sesekali ia menggerakkan pensil itu ke atas dan ke bawah. Alis matanya berkerut, bibirnya mencibir. Headphone-nya yang sedari tadi menutup kedua telinganya pun tidak berhasil membuatnya keluar dari artist's block. Lantunan melodinya pun hanya melewati telinganya, tidak memberikan inspirasi baru sedikitpun.
Sketchbook-nya terbuka, memperlihatkan halaman yang masih kosong. Di samping mejanya terdapat tempat sampah yang penuh dengan gumpalan-gumpalan kertas. Sudah yang kesekian kalinya ia mengganti kertas. Banyak serpihan-serpihan karet penghapus yang berserakan dan sebagiannya jatuh ke lantai. Walaupun begitu, tidak ada satu pun rancangan yang ia hasilkan.
Di ruangan itu hanya ada dirinya, wajar, karena ruangan itu adalah kamarnya. Kamarnya sederhana, hanya ada sebuah single bed, lemari pakaian, meja rias di sampingnya, dan sebuah AC yang menggantung di dinding. Penerangannya hanya dari lampu mejanya, sisanya diterangi oleh cahaya yang masuk dari jendela-jendela kamarnya. Bukannya tidak ada lampu lagi, tapi ia biasanya lebih konsentrasi jika penerangannya terfokus hanya pada kertas gambarnya.
Kotori menghela napas. Ia penat. Pikirannya sibuk, tapi disibukkan dengan hal-hal yang acak. Ia melepaskan headphonenya lalu berjalan ke jendela kamarnya. Di luar sana, lampu-lampu seperti bintang yang berkelap-kelip di angkasa. Pemandangan yang tidak pernah berubah ini tidak pernah membuatnya bosan. Selalu ada yang menarik di setiap kali melihatnya. Jalan-jalan besar yang tidak pernah sepi dan jendela kaca raksasa milik gedung-gedung pencakar langit yang tidak pernah gelap, selalu membuatnya ingat dengan kota kediamannya dulu.
Matanya kini beralih ke bingkai foto. Bentuknya persegi panjang, horisontal dan simpel. Pinggirannya terbuat dari kaca transparan, sedikit berwarna hitam. Di dalamnya ada sebuah gambar yang mempunyai kesan tersendiri; gambar dirinya bersama dengan teman seperjuangan yang diambil sebelum ia pergi dari negaranya. Gambar itu selalu berhasil mengisi penuh energi dalam tubuhnya. Gambar itu selalu memberinya semangat tiap kali ia ingin menyerah. Gambar itulah yang membentuk dirinya yang sekarang; dirinya yang berhasil menggapai mimpi-mimpinya.
Ia menatap satu demi satu wajah-wajah yang ada di dalam gambar itu. Ia tersenyum saat memori tentang masa-masa sekolahnya tak sengaja kembali berputar. Lalu hatinya berdegup keras ketika matanya berhenti pada satu orang. Satu orang yang selalu ia hadapi dengan sebuah topeng. Satu orang yang selalu ingin ia sampaikan sebuah kebenaran, tapi akhirnya menjadi sebuah kebohongan. Kebenaran itu hingga sekarang belum tersampaikan, dan itu membuatnya gelisah.
Saat inilah kesempatannya untuk menyampaikan kebenaran itu. Ia sudah membulatkan tekad untuk datang ke hadapannya. Ia akan mengatakan semuanya sebelum kembali dipisahkan oleh jarak.
"Ah! Aku hampir lupa." Kotori menepuk jidatnya.
Ia segera mengambil ponsel yang ada di dekat bingkai. Ia menyentuh layarnya berkali-kali, lalu meletakkannya kembali di atas meja dengan layarnya yang menyala. Ia pergi ke lemari bajunya, mengambil beberapa pakaian dan beranjak ke kamar mandi.
Dengan ponselnya, Kotori baru saja mengirim sebuah pesan.
Teman-teman, aku akan pulang dalam satu minggu lagi!
A/N: Sekian untuk chapter ini, dibuat pendek karena baru segini aja yang kepikiran XD dan ini adalah cerita kotomaki pertamaku nih, hahaha~ Seiring dipublishnya chapter ini, Southwest project officially starts NOW!
Thanks for reading, see ya next chapter!
eseukei - 2016
Southwest project
