Kecupan manis yang memabukkan. Bagai kupu-kupu yang menari-nari mengaduk-aduk perutmu.

Tidak pernah seorang pun sadari; luka terkadang memiliki banyak parafrasa.

Ilusi yang perlahan mengerogoti kamuflase;apa itu yang disebut cinta.

Satu belaian yang bahkan tidak mampu menggubah ketetapan yang dipegangnya.

Sepercik eksistensi yang tidak pernah padam.

.

.

.

dan dia mulai bergerak menjauh.

.

.

.


Goodbye Kiss

Disclaimer : Vocaloid, Yamaho crypton

Pairing : Len x Rin

Warning: Typo, abal, OOC ,dlll

Genre:Angst


.

.

.

Ia memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang ia rasakan menjalar dalam pori-pori kulitnya. Kulitnya yang dingin sedingin besi dan gerakan napasnya yang tidak beraturan sedikit tertahan, ataupun terhipnotis oleh azure yang menghisap seluruh atensinya. Sedikit gusaran tidak suka—tidak berdaya, mendapati bagaimana seluruh bidak itu melumpuhkannya dalam sekejap. Ya. Hanya sebersit dalamnya jelaga sebiru laut yang sanggup meluruhkan seluruh pertahan yang sudah ia bangun dengan sudah payah.

Satu cumbuan menggoda menariknya lebih lanjut. Mendekap dalam saksi bisu jari-jari yang membatu. Ia tidak ingin bagai magnet yang dapat ditarik dengan mudah. Ia—gadis itu menginginkan lebih.

Maka, ditahannya dalam-dalam seluruh luapan afeksi yang lelaki itu berikan kepadanya. Ia memilih untuk bersabar—meski raganya haus akan obsesi rakus itu.

"—beritahu aku,"

Sebuah ungkapan retoris mengingat gadis itu lebih memilih untuk membunuh perasaannya sendiri. Tak bergeming. Bagai benda mati yang membisu.

Genggaman hangat lelaki itu ia umbar kembali; mencoba memasuki hati sekeras baja. Melunakkan bongkahan es itu agar mencair seperti sedia kala. Mendobrak masuk walau pintu itu sedikit demi sedikit mulai menutup.

Ia menjamaah kembali telapak tangan itu;menggengam—mengecup secara lembut. Mencoba mengalirkan sedikit cinta yang kiranya masih dapat gadis itu tampung.

Gadis itu hanya mengedik seperti boneka tanpa baterai. Ia merasakan—tapi tidak di dalamnya.

"...maaf,"

dan satu lagi cumbuan lembut sebagai jawaban.

Mengecup dengan setiap pasak cinta yang terseok di ulu hatinya. Menjadi remah secara separoh, karena pemiliknya sendiri mulai kehilangan harapannya.

Sedikit tekanan yang gadis itu rasakan; dan sebuah respon yang pecah pada akhirnya.

Satu lelehan butir transparan dari sudut matanya—terefleksi jelas pada iris azure di hadapannya.

Lelaki itu tersenyum ketika bibir itu mulai menautkan diri menjauh. Menjauh dari setiap jengkal kehidupannya. Tidak ada lagi tempatnya untuk menetap. Hati itu telah lapuk dan berkarat; seperti batu berlumut yang lama kelamaan akan tergerus. Seperti cintanya yang perlahan mulai luntur.

.

.

.

Dan seperti bom waktu; semuanya berakhir secara perlahan.

.

.

.

"Aku mencintaimu ... Rin,"

Suara serak yang menggema dalam lolongan malam. Terasa hambar;mengeruk isi terdalam yang lelaki itu dapat rasakan. Mati rasa.

Semua usaha yang ia kerahkan di detik-detik terakhir—keteguhan yang sudah ia tempa sedemikian rupa; walaupun punggung itu sudah tidak nampak lagi dalam visualnya.

.

.

.

End


A/N:

Haiii~ saya sedang mencoba mengganti gaya penulisan. Maaf kalau terkesan aneh.

Dan seperti yang saya katakan sebelumnya—genre angst itu sangat krispi untuk dapat mengaduk-aduk perasaan saya :") /janganbuangsaya

RnR?