Summary : 3 Kesalahan sekaligus kenyataan yang terjadi dalam hidupku... Cinta yang kutahu, telah membunuhku, oh bukan, tapi membunuhnya." "Vonis hukuman mati..." "Hm... Kasus yang menarik." "Dia berhasil kabur!"

Warning: Rated M

-

NARUTO © Masashi Kishimoto

THE SWEET ESCAPE © Uchiha Vnie

-

Terinspirasi dari video klip The Sweet Escape by Gwenn Stefani dan Die Another Day by Madonna

-

Prologue

-

3 kesalahan sekaligus kenyataan yang terjadi dalam hidupku :

- Aku sakit ; Entah sakit apa. Tapi aku merasa sangat tersiksa.

-Aku lemah ; Tak dapat mempertahankan apa yang aku punya : cinta, harta, martabat, semuanya. Bahkan sebuah kepercayaan.

-Dan kini. Aku benar-benar salah : SALAH BESAR.

***

" Masuk! Sidang ditunda sampai minggu depan."

Kriet. Klek!

Sosok itu dijebloskan kedalam ruangan kecil berukuran 4X4 meter. Gelap, pengap, bau, terkekang. Ruangan ini seakan merebut semua yang dimilikinya. Oh tidak, bukan seakan. Memang kenyataan. Dinding-dinding kehitaman itu benar-benar membatasinya. Impiannya, masa depannya, bahkan cintanya.

Cinta? Sudahlah, tak perlu membahas hal paling menjijikan di dunia ini.

Sosok itu kini terduduk di lantai tak beralas. Dingin, tentu saja. Tapi sayangnya, dingin itu masih kalah. Hatinya, jauh lebih dingin.

'Itukah penyebab mereka memberiku julukan : si pembunuh berdarah dingin?'

Sosok itu benar-benar berantakan. Rambut pink-nya tak terurus, panjangnya lebih dari sebahu. Tampak kusam. Kulit putih merona yang mulus itu, kini terdapat noda-noda debu menempel. Tubuh tinggi langsingnya terbalut pakaian belang hitam-putih. Pakaian yang menyatakan statusnya kini.

Narapidana kelas S.

"Huh!"

"Ini makan siangmu!" seorang penjaga berseragam menyodorkan piring berisi nasi, tahu, tempe, dan sedikit lauk, ditambah sebotol air mineral kepada sosok di dalam ruangan gelap itu.

"Dan ingat, Sakura. Makan! Aku tak mau berakhir di ruang kesehatan lagi," desisnya.

Sosok yang sedang duduk bersempuh itu hanya tersenyum sinis, "Terima kasih," ucapnya datar.

Penjaga itu berbalik, dan meninggalkan Sakura –begitu nama yang tertera di kartu tanda penduduknya, kembali sendiri. Gelap, sepi.

Sakura perlahan mundur, hingga punggungnya menyentuh dinding. Dipeluknya kedua lutut yang mulai bergetar. Jatah makan siang tak kunjung disentuhnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Wajahnya disembunyikan di antara dua lututnya.

'Aku tak boleh menangis. Aku harus kuat. Tak seharusnya aku menyesal. Dia pantas mendapatkannya...'

-

-

Tok, tok, tok!

" Masuk," suara berat berat yang terdengar datar.

"Ini laporan terbarunya. Sidang ditunda karena saksi yang seharusnya hadir, tidak dapat memenuhi panggilan pengadilan. Bukti yang ada tak cukup untuk menjatuhkan vonis," dari balik pintu, muncul sosok berambut hitam berkulit pucat dan menyerahkan beberapa berkas penting kepada sosok pria muda tampan penuh wibawa di hadapannya.

"Hanya ini?" Pria tampan itu mengamati setiap tulisan yang tercetak di kertas HVS A4 itu.

Lelaki berkulit pucat, mengangguk.

"Hanya itu. Selebihnya, masih kami teliti."

"Dengar, Sai. Lakukan semuanya dengan baik. Aku ingin kasus ini cepat selesai," pria tampan itu kini bersandar di kursi kekuasaannya. Tangan kirinya memijit-mijit keningnya yang terasa sakit.

"Baik, Sasuke-sama. Kami akan bertugas sebaik mungkin. Setelah saksi dan bukti penting itu kami temukan, kasus ini akan segera selesai."
"Baguslah. Aku sudah lelah. Oh ya, bagaimana keadaanya?" Pria tampan bernama Sasuke itu masih bersandar. Mata Onyx indahnya tertutup.

"Sejak insiden tak sadarkan diri kemarin, ia tampak sehat sekarang," jawab pria pucat berambut hitam bernama Sai.

"Ya sudah. Kau boleh kembali ke divisi-mu."

"Terima kasih, Sasuke-sama. Saya permisi."

Klek!

Pintu pun tertutup.

Kini, di ruang luas penuh dengan tumpukan document itu, hanya tinggal Sasuke yang masih bersandar dan menutup matanya. Tangannya semakin cepat melakukan gerakan memijit di sekitar keningnya. Ia pun mencoba mengatur nafasnya. Relaksasi.

Ruangan itu hening. Hanya terdengar suara detakan jam dan juga janyungnya yang mulai berdetak normal. 'Ruang kepala kepoliasian Konoha'. Itu sebutan terhormat untuk ruangan luas yang ditempati Sasuke kini.

Kasus ini benar-benar membuatnya lelah : otaknya berfikir dengan keras. Tapi titik terang itu, seolah terus menjauh. Atau mungkin Tuhan sedang mempermainkan takdir?

"Pembunuh berdarah dingin..." gumamnya.

Damn! Selesaikan kasus ini secepatnya!

***

Kantor pusat Konoha,

"Anda ingin bertemu dengan siapa?" Resepsionis cantik bertubuh layaknya model itu menyapa seorang pria tampan berambut perak.

Si rambut perak itu menjawab santai, "Aku ada janji dengan...."

-

-

"L Lawliet?"

"Panggil saja aku Ryuuzaki. Silahkan duduk. Anda utusan dari kepolisian Konoha?" ujar pemuda berambut hitam berantakan yang duduk ganjil di atas sofa berwarna coklat. Ditangannya, terdapat coklat dan kue berkrim stawberry.

"Ya. Saya Hatake Kakashi. Ketua divisi khusus kepolisian Konoha. Divisi ANBU," pria berambut perak menjawab seraya duduk di sofa yang terletak bersebrangan dengan pria berambut hitam berantakan itu.

"Oh, jadi anda Hatake Kakashi yang terkenal itu? Konoha White Fang?" pria berambut hitam mengalihkan perhatian dari makanannya.

Kakashi –si pria berambut perak- mengengguk kecil, "Dan anda adalah L, si detective no.1?"

"Begituklah mereka memberiku julukan?"

"Sesuai dengan kemampuanmu. Langsung saja, waktuku tak banyak. Kami membutuhkan bantuanmu untuk memecahkan sebuah kasus yang sedang kami tangani," wajah malas Kakashi berubah serius.

"Kasus apa?"

"Pembunuhan. Di dalam map ini, terdapat berkas-berkas biodata korban, saksi, juga tersangka, dan hasil penyelidikan kami selama ini. Anda bisa lihat dan mempelajarinya," Kakshi meletakan sebuah map coklat di atas meja.

L mengambil map coklat itu, membukanya, lalu membaca setiap lembar berkas-berkas itu.

"Haruno Sakura... pelakunya? Ku kira gadis cantik ini korban," L menatap heran selembar kertas berisi biodata tersangka.

Kakashi mengangguk pasti, "Semua bukti dan saksi mengarah kepadanya, meski belum terlalu kuat untuk menjatuhkan vonis hukuman mati."

"Hukuman mati?"

"Pembunuhan ini berencana. Selain itu, cara membunuh yang dilakukannya termasuk kedalam kategori psikopat. Hukuman itulah yang paling pantas."

"Pembunuhan ini terjadi pada tanggal 13 February 2009 pukul 11.13 P.M. Di kediaman korban. Saksi mata adalah pelayang di keluarga korban. Membunuh dengan cara : menusuk perut korban sebanyak 13 tusukan dengan menggunakan pisau dengan panjang 13 cm. Selain tusukan itu, ditemukan luka goresan di sepanjang tangan korban sebanyak 13 buah dan 13 bekas suntikan di tangan kanannya. Korban kemungkinan tewas 13 menit setelah kejadian itu. Tersangka ditangkap 13 jam kemudian," L membaca kronologi peristiwa pembunuhan itu, lalu tersenyum.

"Tersangka, entah sengaja atau hanya kebetulan, mengaplikasikan angka 13 dalam pembunuhan ini," Kakashi meminum teh yang disuguhkan, sedikit mencairkan otaknya yang terlalu banyak berfikir.

"Hn."

"Sudah menemukan titik kebenaran, Ryuuzaki?"

"Hm... Kasus yang menarik..."

~TheSweetEscape~

ToBeContinue

-Cinta yang ku tahu adalah sebuah benda abstrak bermata dua. Tajam. Membahagiakan sekaligus menghancurkan. Membunuhku. Oh tidak. Tapi membunuhnya....-


A/N : Fic rated M pertama saia. Hwa~ Jangan berpikir bakal adegan lemonnya! Meskipun mungkin, ada sedikit. Hehehe... XD

Spesial guest : L Lawliet! Mungkin ada Matt, Mello, sama Nate River juga, loh!

Bagi reader yang menunggu OYASUMI dan D'KIRA, saya kena WB -emang ada yang nungguin?-. Maafkan saia!

Ya sudahlah, akhir kata saia ucapkan terima kasih karena telah membaca.

Mind to review?

_Review juga fic saia yang lain_

By Uchiha Vnie. chan