Secret Love Story

Cloudye0705

Oh Sehun, Kim Jongin, Do Kyungsoo, Park Chanyeol and others

T

Romance, Hurt comfort

Happy Reading^^

.

.

.

Lagu dari Little Mix memenuhi setiap jengkal ruangan berkaca ini. Mengalun keras sampai setiap orang komat kamit menirukan lirik demi lirik dengan mata terjaga demi melihat sebuah tarian dari dua pemain utama disana.

Jongin dan Sehun bintang tari Paran University. Siapa yang tak kenal mereka? dua-duanya tampan, pintar bahkan fansnya sama banyaknya. Tapi percayalah mereka bagai langit dan bumi.

"Ok cukup untuk hari ini!" teriakan dari Lee Hyukjae sang guru tari membuahkan pekikan girang dari anggota klub tari yang sedari tadi menahan lelah. Mereka segera membereskan barang-barang lalu segera keluar studio setelah berpamitan dengan sang guru ataupun teman seperjuangan.

"Jong, tadi itu sangat hebat." Hyukjae memberikan dua jempolnya untuk sang anak didik, "aku bingung siapa yang akan menang untuk lomba kali ini, kau atau Sehun ya?" lanjutnya dengan menampilkan gummy smilenya yang membuat namja berumur 27 tahun itu makin terlihat tampan.

"Kuharap aku yang menang hyung." balas Jongin lengkap dengan senyum tak kalah menawan dari Hyukjae.

"Baiklah selamat istirahat Jong." namja itu menepuk bahu Jongin, lalu berteriak "Hun! antar Jongin pulang kalian kan searah."

Tiap malam Hyukjae selalu meminta hal tersebut pada Sehun, partner sekaligus musuh Jongin dalam lomba kali ini (karena dalam lomba final kali ini mereka diharuskan duet selain menampilkan tarian solo. Mau tau mau mereka juga harus bekerja sama). Bukan karena mereka teman, seperti yang Hyukjae bilang tadi mereka satu arah.

Nyatanya Hyukjae tak bosan meminta pada Sehun walau respon namja itu masih sama, hanya melengos pergi tanpa menjawab permintaan Hyukjae.

"Aiissh bocah itu, kalau bukan karena kemampuan tarinya begitu memukau aku tak akan menerimanya di klub. Dasar tak sopan." omel Hyukjae pada angin karena Sehun sudah tak terlihat lagi.

Jongin tersenyum lemah, "sudahlah hyung, dia pasti kan juga lelah."

Hyukjae masih mengomel sepanjang jalan tentang Sehun sampai mereka berdua didepan gerbang kampus. Studio tari berada didalam area kampus jadi mereka tak perlu takut kalau pulang malam. Setidaknya masih ada kelas malam yang membuat suasana kampus lebih ramai.

"Jong, aku pulang dulu. Donghae sudah sampai."

Jongin hanya mengiyakan. Dia melambaikan tangan membalas Hyukjae yang kini sudah naik di mobil sang kekasih.

Tinggal dia sendirian.

Dia tak pernah mau menerima ajakan teman-temannya untuk pulang bersama. Alasannya dia masih harus kerja setelah latihan.

Tentu saja itu bohong, Jongin akan libur kerja jika jadwal latihan menarinya datang. Jongin berbohong karena dia tak mau teman-temannya tahu kalau dia tak pulang sendiri.

Drrt.

Dia membuka sebuah pesan yang masuk kehandphonenya. Membaca lalu timbul sebuah senyum kecil di bibirnya.

Kutunggu ditempat biasa.

Jongin tak mau orang lain tahu kalau ada yang menunggunya untuk pulang bersama.

.

.

Oh Sehun itu nama lengkapnya. Putra tunggal dari pemilik Oh Company. Sebuah perusahaan besar dengan cabang dimana-mana bahkan mereka berencana membuka cabang di luar negeri. Bisa dipastikan betapa kayanya mereka dan itu semuanya akan jatuh di tangan Sehun, pewaris satu-satunya.

Namja dengan kulit seputih susu, rahang setegas singa dan mata setajam elang itu kini semester 6 jurusan manajemen bisnis.

Sehun tahu dengan tanggung jawabnya maka dari itu dia sudah mempersiapkan diri dari dulu. Dia sering dibawa meeting oleh sang ayah agar tahu bagaimana bisnis itu dijalankan.

Sebenarnya cita-citanya bukan seorang pebisnis tapi penari profesional tapi dia sadar kalau bukan dia yang menggantikan sang ayah lalu siapa lagi? Untuk itu dia menjadikan tari sebagai hobi.

Diusianya yang menginjak 21 April ini, dia belum mempunyai seorang kekasih. Atau itu yang terlihat dimata publik. Dia bukan playboy yang akan tidur dengan siapa saja lalu membuang mereka seolah-olah tidak terjadi apa-apa semalam. Sehun bukan seperti anak orang kaya lain yang hanya menghambur-hamburkan uang orang tuanya untuk kesenangan dirinya semata.

Ceklek.

"Maaf aku.."

Sehun langsung menyerbu bibir tebal milik namja disampingnya dengan bringas. Dia tidak peduli kalau lawan mainnya butuh udara, kalau dia butuh udara juga.

"Ahh Hunna." Sehun menggila mendengar desahan itu. Dia mencium lagi bibir kekasihnya setelah tadi menghentikan agar mereka sama-sama mengambil udara.

Gerakan mereka melambat, lumatan menjadi kecupan lalu kontak itu terlepas.

"Aku merindukanmu bear." ucapnya dengan suara serak. Dia membawa sang kekasih kepangkuan agar bisa disentuh, bisa dicium bisa dipegang.

"Kita baru bertemu Hun."

Sehun tak suka kenyataan itu. Mereka memang baru bertemu tapi Sehun tak bisa mendekap erat sang kekasih. Jangankan kontak fisik, berbicara saja jarang.

"Sampai kapan kita seperti ini?"

Dua tahun, dua tahun mereka terkurung dalam kepura-puraan. Sehun lelah, begitu pula dengan kekasihnya tapi keadaan yang memaksa mereka.

"Maafkan aku Jong. Aku terlalu pengecut."

Jongin, Kim Jongin, mengecup bibir tipis yang begitu dia gilai untuk menenangkan Sehun.

"Kau tak salah Sehun, aku yang salah."

Kedua mahkluk itu tahu kalau mereka tak salah tapi lebih memilih menyalahkan masing-masing untuk keadaan ini.

Sehun dengan rasa bersalahnya yang tak bisa melawan sang ayah untuk menjauhi Jongin. Dia pernah melawan namun bayarannya ayahnya terbaring dirumah sakit karena jantungnya kumat.

Sementara Jongin, dia terlahir sebagai lawan katanya Sehun. Sehun kaya dia miskin.

Di dunia ini orang-orang seperti ayah Sehun masih banyak. Dimana mereka begitu menjunjung tinggi kekayaan. Tak peduli dengan cinta, prestasi, dan wajah tampan. Selama kau tak punya uang atau tak sama kayanya jangan harap untuk dipandang. Dilirik pun tidak.

Malang bagi Jongin, selain uang dia juga tak mempunyai orang tua.

.

.

"Aku pulang!" Jongin berteriak ketika memasuki ruangan tempat dia tinggal bersama "hyung"nya. Dikatakan rumah juga kurang tepat karena dia hanya tinggal diruangan yang digunakan untuk masak, tidur, ruang tamu dan juga ruang makan. Untung saja toilet terpisah.

Lingkungannya juga bisa dibilang kumuh tapi mau bagaimana lagi, hanya tempat ini yang sesuai dengan isi dompet mereka. Asal bisa terlindungi dari panas dan hujan, itu sudah cukup. Gajinya sebagai pelayan restoran tak akan mampu untuk menyewa apartemen mewah.

"Jong, kenapa malam sekali?" Chanyeol, Park Chanyeol, keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di pundaknya. Namja yang 1 tahun lebih tua dari Jongin itu mendudukkan dirinya di samping Jongin.

"Latihannya bertambah hyung kan sebentar lagi sudah mau lomba." jelas Jongin. Dia berbohong tentu saja tak mungkin dia mengatakan pada Chanyeol kalau dia pulang telat karena kencan dengan Oh Sehun.

Chanyeol hanya bergumam sebagai jawaban. Lantas namja itu merebahkan tubuhnya dikasur lipat mereka, bersiap untuk tidur.

Chanyeol berbeda dengan Jongin. Kalau Jongin masih bisa kuliah dengan beasiswa penuh beda dengan Chanyeol yang hanya lulusan SMA. Otaknya tak cukup untuk mendapatkan beasiswa jadilah dia bekerja. Pagi mengantar susu dan koran, siang jadi kuli panggul di pasar lalu malam jadi pelayan di restoran. Tetap saja dia tak kaya-kaya.

Jongin dan Chanyeol satu panti asuhan. Sama-sama tak punya orang tua, tak punya tujuan setelah keluar dari panti lalu mereka memutuskan untuk hidup bersama.

Mereka murni bersaudara, setidaknya nasib yang sama membuat mereka saling bergantung, tak ada cinta melebihi saudara. Jongin bersyukur untuk itu karena dia tak tahu harus bagaimana apabila Chanyeol menyukainya. Hatinya benar-benar milik Sehun.

Setelah membersihkan diri, namja berkulit tan itu mengikuti jejak Chanyeol yang sudah mendengkur halus merangkai mimpi.

.

.

.

"Hei kudengar Oh Sehun akan bertunangan dengan Do Kyungsoo."

"Do Kyungsoo yang anak kedokteran itu?"

"Iya benar."

"Wah daebak! Kalau mereka menikah bisa dipastikan harta yang mereka punya tak akan habis sampai tujuh turunan."

Jongin berusaha menulikan pendengarannya dari obrolan Sunny dan Luna dibangku belakang sana tapi tetap saja tak berhasil. Sebenarnya bukan mereka berdua saja yang membicarakan tentang hal ini, hampir seluruh kampus sudah tahu kalau Sehun akan bertunangan dengan Kyungsoo.

Jongin hanya bisa menghembuskan nafas lelah.

Dia menatap handphone pemberian Sehun yang kosong tanpa ada notifikasi dari kekasihnya itu terhitung sudah 4 hari. Sehun biasa begitu dan Jongin memakluminya.

Disamping mahasiswa bukankah Sehun juga pebisnis? jadi kemungkinan dia ada urusan bisnis dengan ayahnya. Intinya Jongin tak akan percaya dengan gosip itu kalau bukan berasal dari mulut Sehun.

Untuk saat ini dia hanya bisa berdoa kalau semua itu tidak benar.

.

.

.

Do Kyungsoo namja berumur 21 tahun yang kuliah jurusan kedokteran semester 6 mempunyai wajah manis serta senyum menawan sayang hanya beberapa orang yang pernah melihatnya tersenyum hingga bibirnya berbentuk hati.

Dia tergolong introvert, nyaman dengan beberapa orang saja salah satunya Chanyeol.

"Cokelatmu akan dingin kalau kau tak meminumnya."

Kyungsoo masih bertahan menatap lalu lalang jalanan disampingnya sama meskipun kini ada Chanyeol didepannya. Mereka sedang berada di kafe tempat Chanyeol bekerja dan seperti hari biasanya setelah jam kerja Chanyeol selesai dia akan menemani Kyungsoo hingga mereka memutuskan untuk pulang.

"Kyung.."

"Aku akan bertunangan minggu depan Yeol."

Lalu keduanya diam.

Entahlah, keduanya enggan untuk bersuara.

"Selamat kalau begitu, siapa orangnya?" tanya Chanyeol kemudian.

Kali ini Kyungsoo menatap Chanyeol dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Sehun, Oh Sehun."

Senyum Chanyeol makin lebar, "wah kau akan bahagia dengannya. Dia namja yang hebat beberapa kali aku melihatnya masuk TV maupun majalah bisnis."

"Yeol," panggil Kyungsoo kemudian. Mereka saling menatap tanpa bertukar kata. Ketika mulut terkunci maka mata yang berbicara, "aku pulang dulu."

Kyungsoo segera membereskan barang-barangnya lalu melesat pergi tanpa menyentuh sedikitpun cokelat panasnya.

.

.

.

Kedua keluarga itu makan dengan khidmat. Hanya suara dentingan benda pecah belah yang terdengar. Namun sesekali dari mereka akan memberikan tanya yang akan segera dijawab oleh lawannya.

"Jadi Kyungsoo satu kampus dengan Sehun? wah ternyata mereka jodoh. " Arthur Oh, ayah dari Sehun tertawa mengetahui kenyataan kalau calon menantunya satu kampus dengan anaknya. Basa-basi karena dia sudah tahu sebelum menerima perjodohan ini. Tak mungkin kan dia menyerahkan anak semata wayangnya pada orang sembarangan?

"Iya paman. Tapi selama ini aku tak tahu kalau Sehun setampan ini kalau tahu mungkin aku akan mengejarnya." kata Kyungsoo antusias.

Baik orang tua Sehun maupun Kyungsoo tertawa mendengar ucapan Kyungsoo. Mereka bernafas lega karena sepertinya perjodohan ini akan berjalan dengan lancar.

"Ayah, bagaimana kalau aku mengajak Kyungsoo keluar? Aku ingin mengenalnya lebih jauh." kali ini Sehun bersuara.

"Wah Sehun ternyata bergerak cepat, kalau begitu tunggu apalagi. Sana Kyung ajak Sehun berkeliling hotel kita." kedua anak muda itu pamit pergi sesuai perintah Nyonya Do.

"Aku tak setuju dengan perjodohan ini, aku sudah punya kekasih." kata Sehun saat mereka berada di lorong yang sepi.

Kyungsoo tetap diam, matanya menatap tajam kedepan. "Bukan urusanku. Kita akan bertunangan dan menikah, urusan selesai."

Sehun tertegun mendengar jawaban Kyungsoo. Dia kira akan mudah mengajak Kyungsoo kerjasama untuk menggagalkan perjodohan ini.

"Apa kau menyukaiku?" Sehun berhenti melangkah dan melontarkan pertanyaan itu.

Kyungsoo mengikuti lalu menatap Sehun, "memangnya siapa yang tak menyukai Oh Sehun?"

Kening Sehun mengernyit, dia bertanya namun diberikan pertanyaan lagi.

"Tapi aku tak mencintaimu Kyungsoo, dalam pernikahan dibutuhkan cinta."

Kyungsoo tertawa, sungguh itu hal terlucu yang pernah dia dengar.

"Cinta dalam pernikahan hanya untuk orang miskin bagi orang kaya seperti kita cukup saling menyukai. Lagipula kenapa kau tak mengatakan ini pada ayahmu?"

Kyungsoo sudah tahu jawabannya dari raut wajah Sehun yang berubah sendu.

Dia tak mau mengecewakan ayahnya, orang tua satu-satunya yang dia punya.

"Dengar Oh Sehun ssi, kita berada diperahu yang sama. Kita sama-sama tak mau mengecewakan mereka jadi mohon kerjasamanya." Kyungsoo tak perlu mendengar jawaban dari Oh Sehun karena dia sudah tahu apa yang ada di otak dan apa yang akan dilakukan Sehun.

Di otak menolak tapi kenyataannya mereka akan menerima.

.

.

.

Semuanya berawal dari semester 1, awal kuliah. Kyungsoo bukan tipe orang yang mudah bergaul dan dia lebih suka dengan suasana sepi. Belajar di taman kampus ataupun perpustakaan membuatnya kurang nyaman. Bisa saja seseorang mengenalnya dan meminta bergabung. Kyungsoo tidak akan bisa 100% konsen dengan materinya karena dia sudah biasa belajar sendiri. Akhirnya dia memutuskan berputar dengan mobilnya demi mencari sebuah tempat belajar yang enak.

Dia menemukannya, d'Angel cafe. Letaknya agak jauh dari kampusnya terlebih kafe ini akan ramai hanya pada jam makan siang. Selebihnya hanya beberapa pelanggan saja yang terlihat.

Kyungsoo langsung jatuh cinta dengan tempat ini. Dia mulai rutin mengunjunginya.

"Pesanan Anda Tuan." cafe ini juga yang mempertemukan dia dengan Chanyeol, namja yang menurut Kyungsoo tak mengganggunya walau pada kenyataan Chanyeol itu termasuk orang yang berisik.

Dari sapaan menjadi percakapan, lalu tumbuhlah pertemanan.

"Chanyeol, apa kau pernah merasakan cinta monyet?" Kyungsoo bertanya pada namja didepannya yang masih menggunakan seragam. Hal ini sudah biasa dimana Chanyeol yang masih dalam jam kerja mengobrol bersama Kyungsoo. Bosnya tak akan protes karena menurutnya selama pekerjaan Chanyeol tak kewalahan dan pelanggannya juga puas, maka dia ok ok saja.

Chanyeol tertawa mendengar pertanyaan Kyungsoo yang menurutnya tak masuk akal, "kau ini kenapa sih Kyung?"

"Jawab saja Chan, apa kau punya seseorang saat kau masih kecil?" Kyungsoo begitu menuntut sehingga membuat Chanyeol menghentikan tawanya, "obseo, sejak kecil aku sibuk mencari uang jadi aku tak punya waktu untuk seseorang yang kau sebut cinta monyet." jawabnya mantap. Kyungsoo tahu siapa Chanyeol begitu pula sebaliknya. Meskipun ada rahasia yang tersimpan setidaknya mereka tahu masing-masing secara garis besar.

"Begitu ya." kata Kyungsoo dengan nada lemah.

"Bagaimana dengan pertunanganmu?" Chanyeol mencoba mengalihkan topik.

Kyungsoo tersenyum lebar, "Sehun sangat tampan dan baik Chan. Kurasa tak akan sulit untuk jatuh cinta dengannya." jelas Kyungsoo dengan antusias.

Sebagai teman Chanyeol merasa senang kalau Kyungsoo bahagia, "syukurlah kalau begitu. "

"Kau datang kan ke acara pertunanganku?"

"Memangnya kapan? Kau tau sendiri kan aku sibuk."

Kyungsoo memajukan bibirnya mendengar bualan Chanyeol.

"Tiga hari lagi."

Secepat itukah?

"Hari minggu ya?" Kyungsoo mengangguk sebagai jawaban, "kurasa aku tidak bisa. Maaf Kyung tapi aku mendapat job malam itu.".

Kyungsoo tentu saja kecewa tapi tapi dia memaklumi keadaan Chanyeol.

"Tak apa Chan, doakan saja semuanya berjalan lancar."

Chanyeol mengangguk dengan mantap sambil menampilkan senyum lebarnya.

Setelahnya tak ada yang bersuara. Hanya saling menatap. Mereka sudah terbiasa, saat tak ada yang perlu dibicarakan tapi enggan untuk beranjak maka saling menatap adalah pilihan mereka. Tak ada kata canggung karena masing-masing menikmati sesi ini.

"Chanyeol ada pesanan!" namun jangan mengharapkan sesuatu yang abadi karena pasti ada yang harus pergi. Entah itu Chanyeol ataupun Kyungsoo.

"Aku tinggal dulu Kyung."

Kyungsoo mengiyakan dengan mata tak pernah lepas dari punggung Chanyeol.

.

.

.

Jongin sedang sibuk dengan pesanan pelanggan ketika Sehun masuk ke dalam kafe tempat dia bekerja. Dia sempat kaget karena setelah 5 hari akhirnya namja itu menampilkan batang hidungnya.

"Mau pesan apa tuan?" dia bertanya dengan profesional tak ingin ada yang curiga dengan hubungan mereka.

"Bisakah kita bicara nanti? Aku benar-benar membutuhkanmu."

Jongin tak mengiyakan ataupun menolak karena dia sedikit kesal dengan Sehun. Selalu seperti ini Sehun terkadang datang padanya hanya disaat dia butuh. Tapi dia sadar dia tidak boleh egois, dia harus mengerti keadaan Sehun.

Jongin datang lagi dengan membawakan secangkir susu vanilla panas lengkap dengan kue coklat.

"Silahkan dinikmati." katanya, "shiftku berakhir jam 11 malam." lalu pergi meninggalkan Sehun yang dia yakini akan menunggu dirinya.

Ketika jam kerjanya habis, Jongin langsung bergegas pulang. Inginnya sih tidur tapi dia mengingat kalau Sehun sedang menunggunya.

Mereka biasa bertemu dihalte bus. Jaraknya lumayan jauh dari kafe karena itu mereka tak perlu khawatir akan ada yang melihat.

Dua tahun menjadi kekasih Sehun mampu membuat Jongin hapal dengan mobil Sehun maka dia langsung masuk ketika matanya menangkap sedan hitam di halte itu.

Sehun diam maka Jongin ikut diam. Jongin bisa menebak apa yang akan Sehun katakan.

"Jadi berita itu benar?" tanya Jongin dengan mata lurus menatap kedepan.

"Berita yang mana?"

Jongin tersenyum kecil mendengar jawaban Sehun, jelas-jelas dia paham tapi tak langsung menjawab.

"Kau akan bertunangan dengan Kyungsoo."

Bagi Jongin diamnya Sehun merupakan jawaban.

"Maafkan aku Jong."

"Jangan minta maaf Hun, aku tahu kau tak menginginkan ini."

Pegangan Sehun pada setir menguat. Kepalanya seperti akan meledak memikirkan masalah ini.

"Jadi kita berakhir?"

Sehun melonjak kaget mendengar kalimat itu keluar dari bibir Jongin.

"Sayang," panggilnya yang membuat mereka saling menatap, "kau tahu kalau aku begitu mencintaimu jadi kumohon jangan lakukan ini." biarlah kali ini saja dia kalah dihadapan Jongin. Sungguh dia tidak tahan untuk lebih lama menahan airmatanya.

Melihat Sehun yang begitu hancur di depanya membuat dia tak tega, Jongin memeluk Sehunnya membagikan kehangatan pada tubuh ringkih kekasihnya.

"Maafkan aku Hun, aku hanya...aku tak tau lagi Hunna."

Jadilah keduanya menangis bersama kalah oleh keadaan.

.

.

.

Mewah, apalagi yang kau harapkan dari sebuah pesta orang kaya? Terlebih ini pesta dua keluarga dengan harta melimpah. Selain mewah semuanya pasti serba mahal. Tak banyak orang yang iri dan juga kagum melihat semua kemewahan yang ada. Bagi orang yang bisa masuk ke dalam pesta ini bisa dikatakan mereka beruntung, berarti mereka juga sama kayanya atau sama terkenalnya dengan yang mengadakan pesta. Yah kecuali pelayannya.

Jongin sangat suka pesta seperti ini. Selain dia mendapatkan uang yang lumayan, dia juga bisa makan sepuasnya. Walau tak jarang dia sering diganggu oleh pria kaya yang sayangnya hidung belang, sejauh ini dia bisa menjaga diri. Tapi kalau tahu siapa tuan rumah pesta ini mungkin dia akan memilih untuk tidak mengambil pekerjaan ini.

"Bukankah mereka sangat serasi?"

"Wah Oh Sehun begitu tampan, beruntung sekali Kyungsoo bisa mendapatkannya."

Kupingnya serasa terbakar mendengar komentar-komentar serupa sedari tadi. Dia mencoba bersikap profesional dengan tidak berteriak pada siapapun kalau Sehun itu miliknya bukan milik Do Kyungsoo. Meskipun dia tahu pasti tak akan ada yang percaya dengan omongannya.

"Kudengar mereka akan menikah sebulan setelah pertunangan ini."

Jongin merasa kalau tumpuannya bukan lagi ditanah. Badannya begitu lemas seperti tenaganya yang terkuras dengan cepat dari tubuhnya.

"Woa..woa Jong, hati-hati. Kau bisa tak mendapat gaji kalau memecahkan gelas-gelas ini." Chanyeol datang tepat waktu sebelum gelas-gelas mahal itu menyentuh tanah. "Jong, kau tak apa?" dia begitu khawatir melihat saudaranya begitu pucat.

"Hyung, a..aku ke toilet sebentar." dia segera melesat tak peduli dengan tanggapan Chanyeol. Jongin membutuhkan ruang dimana dia bisa menumpahkan semua kesesakan ini.

Brak.

Pintu bilik salah satu toilet dia buka. Dia menangis yang kemudian berubah menjadi raungan memilukan.

Kenapa? kenapa dia harus jatuh cinta dengan Sehun yang tak akan pernah dia miliki?

Pertanyaan itu membuat kepalanya berdenyut sakit.

.

.

.

"Chanyeol?"

Chanyeol membalikkan badannya saat dia mendengar ada yang memanggilnya dan begitu tahu siapa orangnya dia langsung tersenyum lebar, "selamat Kyung, pestamu benar-benar meriah." Dia sama sekali tak tahu kalau pesta kali ini adalah pesta pertunangan Kyungsoo. "Kyung, kau baik-baik saja?" Chanyeol bukannya tak tahu kalau ada sesuatu yang disembunyikan Kyungsoo darinya. Dia hanya tak mau tahu akan hal itu.

"Apa kau bahagia?"

"Ye?" Chanyeol memberikan wajah kebingungannya mendengar pertanyaan Kyungsoo barusan.

"Apa kau bahagia jika aku bahagia?" tanya Kyungsoo lagi.

"Tentu," sekali lagi senyuman itu tercipta, "aku bahagia jika kau bahagia Kyung, bukankah kita ini teman?"

Kyungsoo menundukkan kepalanya, "ya, kita ini teman."

"Do Kyungsoo."

Kedua menoleh pada sumber suara. Disana terlihat Do Minji berjalan dengan kepala terangkat menatap putra semata wayangnya dengan marah.

"Apa yang kau lakukan disini hah?" nadanya pelan tapi sarat akan kemarahan, "ingat kata Ibu tentang menjaga sikapmu."

Kyungsoo sekali lagi menundukkan kepalanya kali ini untuk minta maaf pada ibunya, "Maaf bu, aku hanya mengobrol sebentar dengan temanku.."

"Teman?" Minji berujar dengan nada tak percaya. Matanya meneliti Chanyeol dari ujung rambut hingga ujung kaki, "seperti ini kau bilang teman?"

"Ibu!" Kyungsoo menaikkan sedikit nada bicaranya. Dia tidak suka kalau Chanyeol dihina seperti ini.

"Jaga sikapmu Do Kyungsoo, kau sekarang sudah bukan Do Kyungsoo yang dulu. Sekarang setiap gerak-gerikmu akan dikaitkan dengan keluarga Oh jadi jangan macam-macam." nasihat tapi terdengar bagaikan ancaman ditelinga Kyungsoo. Dia hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. "Dan Ibu tak suka kau bergaul dengannya, dia tak selevel dengan kita." Minji memandang Chanyeol sekilas lalu membawa putranya menjauh. Sementara Kyungsoo dia hanya bisa memandangi Chanyeol dengan tatapan minta maaf yang dibalas namja jangkung itu dengan senyuman.

Chanyeol tidak apa-apa, ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.

.

.

.

TBC/ THE END?

Hollaaaaaaa aku bali lagi bawa cerita baru,hehe

Aku tahu aku seharusnya nerusin "Kamu Tak Pernah Tahu", seharusnya aku nerusin reaksi Kyungsoo yang tahu kakaknya koma sama reaksi Chanyeol pas tahu si kembar itu anaknya, muehhehehe

Tapi mau gimana lagi donk yaa,, huweeeee

Gegara sering dengerin little mix aku jadinya dapat ide cerita ini, nulis nulis eh malah keterusan, malah udah sampai ending nih di otak, huhuhu

Hunkai dan Chansoo lagi, mereka unch unch banget dah pokoknya

Ini cuma twoshoot kalau enggak threeshoot ko, tinggal beberapa scene lagi ending jadi review yang banyak biar aku publish cepet.

Salahku juga kali ya kelamaan update jadi yang review dikit dari chap ke chap tapi kan kalau review dikit aku makin males nulis, huweeee kumaha iyeeee.

Intinya maah terima kasih buat kalian yang sudah sabar menunggu aku nongol di ffn, mumumu

Keluarkan uneg-unegmu untuk cerita ini di kolom review, jangan lupa ^.^

Comments are love for me.