LINIMASA
.
Michael x Angela
.
Empat tahun silam...
.
.
.
Salju pertama datang.
Biasanya, Angela Gabrielle akan duduk di kursi goyang kesayangannya, memandang kosong di balik kaca jendela tanpa gorden yang membatasi.
Dan pikirannya seolah berkelana pada linimasa empat tahun silam ketika ia tidak sendiri; disini, di dalam rumah yang mulai sepi. Di sebuah kursi goyang ketika salju mulai mampir pada penghujung bulan February.
Terdengar klasik. Tapi Angela menyukainya.
Karena mimpi selalu bisa menariknya jatuh dari kenyataan.
"Sayang, kenapa duduk di luar? Kau bisa masuk angin, astaga."
"Seperti biasa... Cemas yang berlebihan, eh?"
[Kapal feri Korea Selatan, Sewol, dilaporkan tenggelam pada tanggal dua puluh sembilan Februari.]
"Sudah kubilang, Dear! Jangan terlalu lama bermain salju!"
Senyum tipis terulas, "Tapi aku sangat suka salju, Michael."
[Kurang lebih kapal berada pada 20 kilometer di lepas pantai barat daya Korea Selatan, feri mulai miring saat hendak berlayar ke pulau Jeju.]
"Berbeda sekali, ya. Kau menyukai salju, sedangkan aku lebih memilih laut. Dan kau tahu kenapa aku begitu mencintai laut?"
[Kapal mengangkut 467 penumpang, sebagian besar adalah siswa sekolah menengah atas dari Ansan yang akan berdamawisata dari Incheon menuju Jeju.]
"Karena laut tak pernah ada batas. Namun selalu kembali pada titik yang sama."
[Sinyal marabahaya dikirimkan sekitar dua koma tujuh kilometer dari Byungpoong pada pukul 08.58 Waktu Standar Korea setempat.]
"Dengan kata lain, ini perasaanku."
[Belum ada kepastian sampai saat ini berapa jumlah korban yang dinyatakan tewas. Pasukan Penjaga Pantai masih dalam tahap pencarian jika menemukan korban yang tenggelam.]
"Kau mengerti, Angela?"
Angela tertawa kecil. Miris; ironis. Namun secuil harapan selalu hinggap disana.
"Untuk itu, izinkan aku pergi. Tidak akan lama, sampai aku kembali."
[Juru bicara pemilik kapal berkata, jumlah penumlang yang selamat berada dalam persentase yang kecil.]
"Dan saat itu tiba, aku titipkan perasaanku padamu, Angela. Tunggu aku disudutnya."
[Demikian berita Korea, dua puluh sembilan Februari, melaporkan.]
"Michael..."
Empat tahun yang lalu, Angela tidak sendiri. Ia melihat Michael tersenyum, mengucap kalimat sapa ketika ia membuka mata, memberinya kecupan pada setiap kesempatan terselip.
Dan tak lepas pula dari kata-kata cinta penuh candu yang diumbarkan. Empat tahun yang lalu, Michael memutuskan pergi. Melihat dunia dibalik bentangan laut yang tak terbatas.
Empat tahun berikutnya, Angela merasa kosong. Tak ada kepastian bagaimana sosok Michael di luar sana. Tak ada yang tahu keadaannya. Tak ada yang mengerti bagaimana eksistensinya saat ini.
Empat tahun berjalan, ketika tahun Kabisat selalu berputar seperti orbit di luar angkasa mengitari porosnya, Angela tak pernah menemukan kepastian.
Selalu seperti itu.
Berjalan monotonis; layaknya samudra luas tanpa batas. Empat tahun. Kabisat yang datang. Harapan yang tak pernah pasti.
Dan satu doa yang selalu Angela ucapkan sepenuh hati pada Michael.
"...hiduplah sampai saat ini."
.
.
Fin.
