Sinar lembayung menerobos masuk melalui celah jendela, mewarnai seisi ruangan dengan warnanya yang menenangkan. Seorang lelaki duduk di atas kursi yang ada di tengah ruangan. Menghadap ke meja lebar berisikan berbagai perlengkapan tenis yang terlihat dirawat dengan sangat baik.

Sebagian besar anggota klub tenis sudah pulang ke rumah masing-masing. Namun Sanada masih mengelap raketnya di tengah ketenangan ruangan yang ada. Mulutnya bungkam seribu kata, namun tangannya sibuk membersihkan satu persatu senjata andalannya itu. 'Hari yang tenang,' pikirnya sesaat sebelum mendengar pintu terbuka.

"Aah, latihan sore memang menyegarkan!"

"Bukannya baru kemarin kamu bilang tidak suka latihan sore, Akaya?"

"Kapan? Itu hanya perasaanmu saja, Marui senpai!"

"Sepertinya besok kita harus coba berlatih dengan pasangan yang berbeda."

"Hah, untuk apa, Yagyuu?"

"Kenapa, Jackal? Kamu tidak mau?"

"Ehm, ya tidak apa sih. Tapi kenapa tiba-tiba..."

"Piyo."

"Kenapa kamu masih belum pulang, Genichiro?" Renji duduk di samping Sanada.

"Kalian duluan saja," jawab sang fuku bucho sembari tetap melanjutkan pekerjaannya.

Melihat para senior yang sepertinya belum akan pulang, Akaya tiba-tiba berpikir untuk mengajak mereka melakukan sesuatu. Dia pun turut duduk di atas salah satu kursi yang terdapat di samping meja.

"Ne, senpai tachi, bagaimana kalau kita main sesuatu?"

"Ha? Kita kan baru saja selesai latihan!" protes Bunta.

"Bukan tenis! Tapi main ini!" Akaya mengacungkan botol minum miliknya.

"Apa sih?" Bunta benar-benar tidak mengerti apa maksud dari perkataan sang junior. Dia mengacak-acak rambut anak keriting itu menggunakan raketnya. Tentu saja Akaya langsung memberontak dan sedikit marah.

Melihat hal tersebut, Renji tersenyum tipis. "Memang permainan seperti apa?" tanyanya.

Mendengar pertanyaan sang senpai, Akaya kembali terlihat sangat antusias untuk menjelaskan. "Jadi, kita duduk melingkar menghadap ke meja ini. Lalu kita putar botol ini di tengah meja. Selanjutnya kita tunggu botol sampai berhenti berputar. Nah, orang yang ditunjuk oleh mulut botol harus menjawab satu pertanyaan yang kita berikan!"

"Ooh, menarik juga!" komentar Bunta segera. "Baiklah, Jackal ini akan ikut main!" tambahnya lagi sembari menunjuk si anak botak yang selalu ada di sampingnya.

"Hah, kenapa aku?" timpal Jackal dengan cepat meski akhirnya dia tetap tidak bisa menolak.

"Hoo... boleh juga. Sudah lama kita tidak memainkan permainan selain tenis," tambah Yagyuu yang membenarkan kacamatanya dengan sebelah tangan. Cahaya matahari mengilat dari kacanya.

"Oke, berarti semua ikut main ya!" Akaya bersorak dengan semangat.

Akhirnya semua orang mengambil posisi masing-masing di sekitar meja. Setelah siap, Akaya mulai memutarkan botol miliknya. Pandangan semua orang langsung tertuju kepada benda yang masih terus berputar tersebut. Entah kenapa mereka terlihat semakin tegang saat gerakan botol mulai melambat. Karena di satu sisi mereka tidak ingin benda tersebut menunjuk ke arahnya.

Semakin lama, botol pun mulai melambat, melambat, hingga akhirnya berhenti. Dan kini sudah jelas siapa orang yang menjadi korban pertama dari permainan tersebut. "Niou senpai!" seru Akaya. "Yang ingin bertanya acungkan tangan!"

Akaya, Bunta, dan Yagyuu mengacungkan tangan serempak. Namun, sesuai peraturan hanya boleh satu orang saja yang mengajukan pertanyaan. Meski Bunta dan Yagyuu sepertinya memiliki sebuah pertanyaan yang bagus, namun sebagai senior mereka akhirnya mengalah kepada Akaya. Sementara Niou hanya tersenyum kecil melihatnya.

"Baiklah, ini dia pertanyaannya!" Mata Akaya terlihat berapi-api.

"Ayo, berikan pertanyaan yang bagus, Akaya!" sambung Bunta.

"Apa alasan Niou senpai bermain tenis?"

Beberapa saat keadaan mendadak hening. Niou pun belum menjawab hingga beberapa detik setelahnya. "Itu..." ucapnya singkat. Akaya semakin penasaran dimbuatnya. "Karena keren."

"Hah? Hanya itu?" si anak berambut keriting merasa tidak puas dengan jawaban yang di dapat. Namun yang lain justru kecewa karena mereka pikir masih banyak pertanyaan lain yang bisa ditanyakan selain itu.

'Apa yang ada di dalam kepala anak itu hanya tenis?' tanya Bunta dalam hati.

Selanjutnya, Niou mendapat giliran memutar botol karena dalam peraturan, hal tersebut akan menjadi kewajiban orang terakhir yang mendapat pertanyaan.

Dengan tidak sabar, semua orang menatap botol yang berputar dan tidak melepaskan pandangannya hingga benda tersebut berhenti. Namun, sesaat mereka sedikit terkejut setelah mendapatkan hasil yang tidak disangka-sangka. Kini mulut botol mengarah pada posisi dimana Sanada berada. "Sanada fukubucho!" seru Akaya. Namun Sanada tetap diam seperti sebelumnya. Bahkan, sebenarnya dia tidak berniat untuk mengikuti permainan. Kebetulan saja kesibukan membuatnya harus tetap duduk pada salah satu kursi yang ada.

"Aku ingin bertanya!" ujar Akaya lagi.

"Tidak!" jawab semua orang dengan serempak.

"Aah, kenapa?"

"Kesempatan langka tidak boleh disia-siakan," ucap Renji.

Bunta segera mengangkat tangan. "Aku! Aku ingin bertanya!" pintanya. Akhirnya setelah semua mengiyakan, diapun mulai kembali berbicara. "Sanada! Siapa cinta pertamamu?"

"Oh, pertanyaan yang bagus, Bunta kun," komentar Yagyuu.

Sanada hanya menghela napas sebelum akhirnya berdiri dan berbalik badan. "Daripada membuang waktu seperti ini, lebih baik kalian semua kembali latihan!" ucapnya.

Namun Yagyuu tidak membiarkan rekannya itu pergi begitu saja. "Apa kamu sedang mencoba untuk melarikan diri?"

Dengan seketika keadaan kembali hening. Bahkan Sanada terlihat seakan membatu untuk beberapa detik. Akan tetapi, saat semua orang berpikir sang wakil ketua itu akan pergi, Sanada justru berbalik dan kembali duduk pada kursinya. "Melarikan diri adalah tindakan pengecut," ucapnya sembari melipat tangan di depan dada.

Yagyuu pun tersenyum karena merasa telah memenangkan sesuatu.

"Jadi, jadi, siapa cinta pertamamu?" Akaya menjadi orang yang terlihat paling tidak sabar menanti jawaban. Hanya saja Sanada masih terdiam tak berkata apapun. Padahal sebenarnya, dia tengah mengulang sebuah kenangan yang masih tergambar jelas dalam kepalanya.

Semua dimulai pada musim panas tujuh tahun yang lalu...