Jimin | Yoongi | As Sweet As Sugar's third Sequel! | This is Mpreg. Family story | I don't take any profit with this chara | AU | R-18 | Beware! '-')/

.

.

Do not plagiarize!

.

(Hope you can) enjoy!

.

.

.

.

Beberapa hari lagi baby Minki akan berulang tahun yang pertama. Jika dalam usia Korea, Minki akan berusia dua tahun sebentar lagi. Bayi mungil itu sudah bertambah berat dan besar. Minki sudah mempunyai empat buah gigi dengan masing-masing dua gigi di gusi atas dan bawahnya. Membuatnya terlihat sangat menggemaskan ketika tertawa. Minki juga bisa berbicara beberapa kata, beruntung ia selalu distimulus untuk memanggil Jimin dan Yoongi dengan sebutan Dada dan Didi. Hal itu mempermudahnya untuk berbicara dan kini ia bisa menyebutkan "Dada", "Didi" dan "Mama" secara jelas dengan suara bayinya. Minki juga sudah bisa berdiri dan dilepas sejenak. Tetapi ia masih merambat dan perlu dituntun untuk berjalan sendiri.

Pertumbuhan pesat bayinya tentu saja membuat Jimin dan Yoongi senang bukan main. Minki bisa bertepuk tangan dan ia selalu suka memainkan mini keyboardnya bersama Yoongi jika ia sedang bekerja untuk membuat beat lagu.

Yoongi jadi lebih sering tersenyum kala bersama bayinya. Yoongi juga berjanji dalam keadaan apapun, Minki akan selalu bahagia bersamanya dan Yoongi tidak akan membiarkan siapapun menyakiti putra kecilnya.

Kehidupan percintaan Jimin dan Yoongi pun sejauh ini masih terasa damai-damai saja. Untungnya mereka tak selalu bertengkar seperti sebelumnya karena kini sudah ada Minki ditengah-tengah mereka dan keduanya harus lebih bisa mengontrol emosi dan sebisa mungkin sering berinteraksi karena di usia Minki yang seperti ini perkembangan otaknya sedang berkembang pesat. Junsu juga selalu rutin memberikan tips-tips bagi ibu dan bayi pada Yoongi karena memang Junsu adalah seorang dokter anak. Dalam hal ini Yoongi merasa sangat tertolong karenanya, ia tak perlu malu-malu untuk mengungkapkan masalahnya pada ibu mertuanya.

Yoongi juga sudah sepakat bersama Jimin untuk rencana keluarga kecil mereka. Yoongi tidak ingin memiliki bayi lagi dan untuk sementara ini ia hanya menginginkan Minki saja. Jimin tak terlalu mengambil pusing masalah itu dan ia selalu mendukung keputusan Yoongi. Karena hal itu, Yoongi selalu mengkonsumsi kontrasepsi kimiawi atau pil pengontrol kelahiran. Pil itu akan mencegahnya dari kehamilan ketika melakukan hubungan intimnya bersama Jimin. Atau ketika Yoongi lupa untuk meminumnya, ia akan menyuruh Jimin untuk menggunakan pengaman dalam melakukan kegiatannya.

Semuanya berjalan baik-baik saja. Yoongi sibuk mengurusi Minki dan sesekali mengurusi pekerjaannya untuk memproduseri lagu rapnya. Lalu Jimin juga sibuk dengan pekerjaannya dan masa kuliahnya yang tinggal dua semester lagi akan berakhir.

Ya, semua itu berjalan dengan lancar sampai ketika teman-teman Jimin mulai mempertanyakan statusnya mengapa ia pindah kelas dari kelas reguler dan memutuskan untuk bekerja sedini mungkin.

.

Sudah sejak beberapa bulan lalu Taehyung sendiri. Ya, benar-benar sendiri. Ia dan Hoseok telah break up. Hubungannya berakhir begitu saja dengan alasan yang klasik karena Hoseok harus melanjutkan studinya di Jepang. Meninggalkan Taehyung dan semua rekan musiknya. Semua itu tak berarti apa-apa lagi bagi Taehyung. Pribadinya yang ceria perlahan-lahan mulai memudar. Ia mencoba terlihat dingin di luar. Tetapi semua itu percuma ketika pemuda berambut soft oranye itu berhadapan dengan Minki, yang ia sebut sebagai keponakannya karena merupakan anak dari sahabatnya, Jimin.

Sore ini Jimin bersama sahabatnya di kafetaria kampus seperti biasa. Walaupun waktu luang mereka tidak luas seperti dahulu, mereka selalu menyempatkan diri untuk bertemu.

"Hei, byuntae. Kau belum menemukan yang lain selain pengganti Hoseok-hyung?" Jimin bertanya berbasa-basi. Ia sedang sibuk memotongi sandwich panini di hadapannya.

Taehyung hanya mengangkat bahu tak peduli. "Aku sedang ingin sendiri saja."

Jimin mengangguk dengan mulut masih mengunyah. "Kau tahu, kau lebih berbeda daripada bersama dia kemarin."

Taehyung hanya menanggapinya dengan malas. "Omong-omong Jim, semua orang menanyakanmu."

Kini Jimin yang menanggapi perkataan Taehyung dengan malas. "Huh? Aku tak pernah menjawab mereka."

Taehyung lalu menarik kursinya mendekat pada Jimin. Ia berbisik disamping sahabatnya. "Walaupun kau tak mempedulikannya, ada seorang wanita yang giat mengejarmu saat ini."

Jimin mengangkat satu alisnya menatap sahabatnya itu lalu menjawabnya dengan santai. "Aku tidak akan pernah suka dengan perempuan."

Taehyung menghela napas kemudian. "Kau harus berhati-hati dan jaga Yoongi-hyung dengan baik. Kau tidak tahu betapa banyak rumor beredar ketika kau pindah dari kelas reguler. Aku akan selalu memberitahumu, Jim."

Jimin terdiam memikirkan perkataan Taehyung. Ia juga mulai merasa tak nyaman semakin lama dengan lingkungan kampusnya yang mendadak sering membicarakan dirinya. Tetapi Jimin tak pernah mengambil pusing akan hal itu. Jimin lebih cenderung tak mempedulikannya. Karena baginya ada hal lain yang lebih perlu ia pedulikan ketimbang harus memikirkan orang-orang yang terlalu ingin tahu kehidupan orang lain.

"Yah, hati-hati saja, Jim. Jangan sampai kau salah langkah." Kemudian Taehyung menepuk-nepuk punggung Jimin untuk memberinya semangat.

Tetapi Jimin malah balas menepuk keras lengan Taehyung karena sahabatnya itu membuatnya hampir tersedak makanan yang dikunyahnya.

.

Pukul sembilan malam Jimin sampai ke apartemennya. Kebiasaan barunya sebelum masuk adalah memencet belnya sebagai tanda bahwa ia telah pulang. Sebenarnya hal itu lebih membuat kebiasaan baik bagi anaknya. Karena ketika mendengar bel berbunyi, bayi yang bisa merangkak itu akan mencari-cari dimana Jimin.

"Aku pulang~" Jimin memasuki apartemennya dan segera melepas kedua sepatunya, hal pertama yang menyambutnya adalah wajah tenang Yoongi yang tersenyum tipis padanya.

Jimin lalu memeluk sekilas dan mengecup singkat kening Yoongi. Jimin lalu membiarkan Yoongi meraih tasnya dan membukakan blazer yang dipakai Jimin.

"Minki masih bangun?" Tanya Jimin.

"Ya, dia selalu menunggumu." Yoongi menjawab seperti biasa.

Jimin terkekeh mendengar jawaban Yoongi. Sekali lagi ia mengecup kening Yoongi dan menggumamkan terima kasih untuknya.

Yoongi segera melangkah ke dalam untuk membereskan tas Jimin dan menyiapkan piyama untuknya.

Jimin yang mendengar celotehan bayi disana segera menghampiri ruang santainya dan menemukan Minki sedang berdiri dengan menyangga tubuhnya dengan sofa.

"Minki-ya..."

Bayi hampir satu tahun itu memekik senang begitu mendengar suara Jimin. Ia menurunkan tubuhnya ke lantai kemudian merangkak secepat yang ia bisa kearah Jimin. Seolah takut pemuda itu akan kabur darinya.

"Aigoo aigoo," Jimin segera membungkuk untuk meraih Minki yang menghampirinya lalu mengendongnya tinggi-tinggi. "Cepat sekali larinya, Minki-ya!"

"Dadada—dada!" Minki berceloteh memanggil nama panggilan Jimin. Jimin yang mendengarnya semakin gemas dan mendekatkan wajahnya untuk menggesekkan hidungnya dengan Minki. Membuat bayi itu tertawa riang dengan gigi barunya karenanya.

Yoongi selalu tersenyum melihat pemandangan Jimin dan Minki. Hal itu membuatnya senang dan merasa bahagia. Senyuman dan tawa dua orang yang begitu dicintainya adalah energi baru bagi Yoongi.

Yoongi lalu menghampiri Jimin dengan membawa sebotol dot susu hangat ditangannya. Ia lalu memindah gendongan Minki dari tangan Jimin.

"Jimin, kau mandilah. Air hangatnya sudah kusiapkan." Yoongi mengisyaratkan Jimin untuk memberikan Minki padanya.

"Terima kasih, istriku~" Jimin terkekeh senang lalu mencuri kecupan di sebelah pipi Yoongi lalu berlari ke kamar mandi.

Yoongi hanya mengumpat kecil atas perlakuan tiba-tiba Jimin.

"Nah, baby Minki saatnya minum susu dan tidur." Yoongi tersenyum gemas dan membawa Minki ke sofa dekat televisi.

"Dididi—" Minki bergumam di pangkuan Yoongi sebelum akhirnya Yoongi memberikan dot susunya yang segera dihisap oleh bayi menggemaskan itu.

.

Jimin baru selesai mandi ketika Yoongi meletakkan Minki di keranjang tidurnya. Ia lalu mendekati Yoongi untuk kemudian memeluknya dari belakang dan menatapi wajah polos bayi yang terlelap itu.

"Minki sudah bertambah besar. Keranjang tidurnya pasti sudah mulai membosankan. Apa kita pindahkan dia di kamar barunya sekarang?" Jimin berbisik pelan tak ingin mengganggu tidur pulas bayinya. Ia juga mengeratkan rangkulannya di perut Yoongi dan menyandarkan dagunya di bahu kecil Yoongi.

"Nanti saja, sampai Minki bisa berjalan." Yoongi menjawabnya dengan pelan pula.

Jimin hanya mengangguk mengiyakan. "Semua pilihan istriku pasti yang terbaik bagi anakku juga." Jimin lalu mengendusi belakang telinga Yoongi sampai ke lehernya. Kebiasaannya yang tak pernah berubah sejak dulu.

Yoongi merona tipis. Jimin memang selalu bisa membuatnya bahagia dengan perkataan pujiannya.

"Sudahlah, aku mengantuk." Yoongi bergumam. Mengelusi surai hitam Jimin yang masih setia mengendusinya seperti anak kucing.

Jimin dengan senang hati menuntun Yoongi ke ranjangnya. Kata mengantuk berarti saatnya Jimin meninabobokan Yoongi dalam rengkuhan mesranya.

"Ayo kita tidur."

.

.

.

.

To be continued...

.

.

.

Nb : gak tau harus berekspresi gimana. Cerita ini jadi macam trilogi As sweet as ;"D

Pada akhirnya memutuskan untuk meneruskan serial ini. Kali ini ceritanya tentang kehidupan setelah berkeluarga. Disini masih berada di rating M karena genre mpreg itu bukan konsumsi anak-anak :9

Terima kasih atas support sebelumnya di chapter terakhir caramel, dan juga oknum jimsnoona yang terus mendesak saya membuat lanjutan ini. Entah kalian bakal bosen apa gimana ngeliat saya lagi menghiasi page M :"D

Oke, terima kasih sudah membaca sampai akhir kata chapter pembuka ini, apalagi yang bersedia komentar :3 hihi.

.

.

This story copyright © by Phylindan.